Tidak lama lagi, proyek yang sedang dijalankannya saat ini sudah memasuki tahap promosi dan penjualan. Luna sangat sibuk.Hal yang paling penting adalah dia harus mengurus pinjaman bank terlebih dahulu.Modal yang dimiliki oleh Grup Agung Makmur tidak memadai, tetapi sekarang pengeluaran setiap hari sangatlah besar.Masih ada dana-dana lainnya yang harus dikeluarkan, jadi modal yang kurang sangat besar.Hal-hal seperti ini perlu Luna sendiri yang mengurusnya.Ardika langsung mengiakan permintaan istrinya."Sayang, apa kamu nggak enak badan?" tanya Ardika dengan penuh perhatian setelah melihat ekspresi Luna agak pucat.Luna menyentuh wajahnya sejenak, lalu berkata, "Ah, nggak apa-apa, tadi aku hanya sedikit terkejut. Jenny lompat dari lantai paling atas gedung Grup Susanto Raya tepat di hadapan kami."Pertahanan mental Luna lumayan baik.Sementara itu, hari ini Wisnu dan Wulan yang biasanya suka berlagak dan tampak arogan terkejut setengah mati menyaksikan pemandangan itu sampai-sampai
Geri dan beberapa rekannya adalah prajurit khusus investigasi, jadi kemampuan mereka dalam hal menguntit memang hebat.Namun, tentu saja keberadaan mereka tetap terdeteksi mata elang Ardika.Sejak keluar dari Kompleks Vila Bumantara, dia sudah menyadari ada yang menguntitnya.Hanya saja, Ardika tidak menyangka yang menguntitnya adalah Geri dan rekan-rekannya.Geri berkata, "Tuan Dewa Perang, Kak Romi meminta kami untuk mengikuti Tuan saja kelak. Kami bisa membantu Tuan mengurus hal-hal tertentu dan sedikit urusan mendadak.""Oke, kalau begitu, kalian ikut aku saja."Ardika menganggukkan kepalanya, dia tidak keberatan mereka mengikutinya.Dia memang membutuhkan anak buah seperti enam jenderal perang ini untuk membantunya mengurus hal-hal tertentu.Dia bisa menggerakkan Korps Taring Harimau, Pasukan Khusus Serigala, bahkan tim tempur tingkat provinsi di bawah naungan tim tempur Kota Banyuli juga bisa dia gerakkan sesuka hatinya, tapi tetap saja kurang praktis melakukannya.Dia juga tidak
"Suruh dia pergi, aku nggak mau bertemu dengannya!" kata Handoko dengan kesal.Dia tidak ingin membiarkan Ardika masuk karena beranggapan Ardika hanya akan mempermalukannya.Terutama dia tidak ingin dipermalukan di hadapan Melia, wanita yang disukainya.Melia tersenyum dan berkata, "Handoko, kalau sampai kakakmu tahu kamu mengusir kakak iparmu, dia pasti akan sangat marah padamu.""Kak Melia, aku mengerti maksudmu."Handoko berkata, "Tapi, dia itu idiot. Aku takut kalau dia masuk, penyakitnya kumat lagi dan mengganggu bisnismu."Kelab Gloris adalah milik Melia.Dia juga baru pertama kali diundang Melia untuk bersenang-senang di tempat ini.Sejak memasuki tempat ini, dia melihat tempat ini didekorasi dengan sedemikian rupa mewahnya. Para pelanggan di tempat ini memiliki status dan kedudukan yang tinggi.Dia sudah melihat beberapa wajah anggota keluarga kelas satu yang familier baginya."Ah, nggak masalah. Biarpun hari ini kakak iparmu membuat keributan di Kelab Gloris, dengan mempertimb
Melia sedikit meronta, tetapi dia tetap tidak bisa melepaskan dirinya dari cengkeraman pemuda itu.Seolah-olah tidak suka dengan perlakuan pemuda itu, dia berkata, "Devan, aku sudah tua, jangan menggodaku seperti ini lagi."Devan Unima, anggota Keluarga Unima yang merupakan keluarga kaya kelas satu.Pemuda itu adalah adik lelaki Sharon Unima, wanita yang sudah dikejar-kejar oleh Wisnu selama bertahun-tahun.Dia juga menghadiri acara yang diselenggarakan di Vila Cakrawala sebelumnya.Saat ini, anggota keluarga kaya kelas satu lainnya, Felix Yendia menarik lengan Melia, lalu tersenyum dan berkata, "Kak Melia, jangan bercanda. Wanita seumuran kamu ini jauh lebih menarik dibandingkan gadis-gadis yang masih polos. Bagaimana kalau suatu hari nanti kamu menemani kami bermain?"Selesai berbicara, dia dan Devan tertawa terbahak-bahak bersama.Walaupun Melia adalah anggota Keluarga Lukito yang status dan kedudukannya lebih tinggi dibandingkan mereka, tetapi Devan dan Felix tidak takut untuk meng
"Handoko, sebagai pemilik tempat ini, bagaimana mungkin aku mengusir tamu keluar? Kita semua adalah teman, yang lalu biarlah berlalu."Bukan hanya tidak mengusir Devan dan Felix, Melia bahkan membujuknya untuk tidak mencari perhitungan dengan mereka.Handoko yang masih duduk di lantai berkata dengan marah, "Tapi, mereka nggak hanya memukulku, mereka juga menghina kakakku!""Mereka hanya bercanda denganmu," kata Melia. Wanita itu sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda membela Handoko.Handoko langsung membelalak kaget, dia menatap Melia dengan tatapan tidak percaya.'Sebelumnya, jelas-jelas Kak Melia sangat baik padaku, kenapa sekarang dia malah berubah menjadi seperti orang asing?'Devan mencibir dan berkata, "Handoko, dasar pecundang! Jangan bilang kamu berharap Kak Melia membelamu? Kami adalah anggota platinum Kelab Gloris! Kamu pikir kamu siapa?!""Bagaimana kalau kamu meminta kakakmu ke sini dan membalas kami di ranjang? Haha ...."Felix tertawa terbahak-bahak."Devan, Felix, da
"Plak!"Suara tamparan yang keras itu bagaikan pukulan keras dalam hati semua orang yang berada di kelab ini sampai-sampai membuat mereka bergidik ngeri.Semua orang menatap Ardika dengan tatapan tidak percaya.Gila!Pria itu pasti sudah gila!Berani sekali dia memukul Melia!Melia adalah Nona Keluarga Lukito, salah satu dari tiga keluarga besar!Setelah tamparan keras itu mendarat di wajahnya, Melia juga tercengang.Dia hanya berdiri mematung di tempat sambil memegang wajahnya.Handoko juga terkejut setengah mati. Dia langsung menarik lengan Ardika dan berkata dengan nada sedikit menyalahkan, "Kak, kenapa kamu memukul Kak Melia? Dia sangat baik padaku. Dia memperlakukanku layaknya adik lelakinya. Sebenarnya masalah tadi bukan salahnya. Lagi pula, dia harus berbisnis. Dia nggak bisa mengusir tamu sembarangan."'Dasar anak bodoh! Jelas-jelas kamu sudah dijebak wanita jalang itu, tapi kamu malah membelanya.'Ardika menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya dan berkata dengan nada data
"Kak, bisakah kamu jangan memprovokasinya lagi? Kita sudah hampir mati di sini!"Saking paniknya, Handoko sampai-sampai mengentakkan kakinya.Ardika mengatakan dia akan menghancurkan Kelab Gloris.Jangankan Melia, Handoko juga tidak memercayainya.Ardika mengeluarkan ponselnya dan menyodorkannya ke dalam genggaman adik iparnya, lalu tersenyum dan berkata, "Percaya atau nggak, sekarang kamu hanya perlu menghubungi nomor ini, maka Kelab Gloris akan dihancurkan dan kita bisa meninggalkan tempat ini tanpa terluka sedikit pun.""Kak, tolong jangan bercanda lagi!"Handoko menggenggam ponsel itu dan tampak seperti akan menangis, dia ingin sekali membuang ponsel tersebut.Sebelumnya, ibunya pernah mengeluh padanya bahwa Ardika pandai membual.Dua hari yang lalu, kakak iparnya itu sudah membohongi semua anggota Keluarga Basagita, sampai-sampai ayah dan ibunya dimarahi oleh mereka setengah mati.Sekarang dia sudah memercayai ucapan ibunya.Di saat seperti ini, Ardika masih saja membual!"Percaya
"Tentu saja."Ardika mengalihkan pandangannya ke arah Melia yang pandangannya sudah kosong dan ekspresinya sudah berubah drastis itu, lalu tersenyum dan bertanya, "Nona Melia, ini adalah petarung hebat yang dipelihara oleh Keluarga Lukito dengan mengeluarkan biaya puluhan miliar setiap tahunnya?"Orang-orang yang disebut sebagai petarung hebat itu sama sekali bukan tandingan para prajurit yang kembali hidup-hidup dari medan perang."Brak!"Melia langsung terjatuh lemas dan terduduk di lantai. Dia menatap Ardika dengan tatapan ketakutan dan berkata, "Kamu yang memanggil mereka ke sini?"Ardika hanya tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Bisa melontarkan pertanyaan konyol seperti ini, itu artinya wanita itu sudah ketakutan setengah mati.Dia langsung kehilangan minat untuk mempersulit wanita itu.Ternyata pertahanan mental nona besar seperti Melia sangat rapuh."Hancurkan apa saja yang bisa dihancurkan di dalam Kelab Gloris."Selesai memberi instruksi, Ardika langsung berbalik da
Walaupun pihak Grup Goldis sudah membicarakan tentang pembelian dengan beberapa departemen ini cukup lama, hanya saja karena beberapa waktu yang lalu Grup Goldis mengalami pergolakan, departemen-departemen ini memilih untuk mengamati situasi terlebih dahulu. Jadi, mereka tak kunjung menandatangani kontrak.Akan tetapi, saat ini mereka langsung menandatangani kontrak tersebut tanpa melihat isi kontrak sama sekali.Pemandangan ini benar-benar membuat orang sangat terkejut."Tuan Ardika, kami sudah selesai menandatanganinya."Usai menandatangani kontrak tersebut, Juki mengumpulkan beberapa kontrak lainnya, lalu menyerahkannya pada Ardika dengan penuh hormat.Ardika menerima kontrak tersebut dengan santai, lalu berkata sambil tersenyum, "Semuanya, terima kasih sudah repot-repot datang kemari. Aku akan mengingat kebaikan kalian ini.""Sudah seharusnya kami melakukan ini!""Bisa melayani Tuan Ardika adalah kehormatan bagi kami!"Juki dan beberapa orang lainnya segera menanggapi ucapan Ardika
Orang ini tidak lain adalah Juki, Kepala Departemen PUPR.Setelah dia buka suara, empat petinggi departemen di bawah naungan pemerintah ibu kota provinsi juga ikut maju dan menyapa Ardika. Mereka semua bersikap penuh hormat pada Ardika.Menyaksikan pemandangan itu, semua karyawan di tempat tersebut pun tercengang.Kalris tercengang!Jeslin juga tercengang!Apakah adegan di hadapan mereka ini nyata?Ardika bisa memanggil petinggi dari lima departemen hanya dengan satu panggilan telepon? Mereka benar-benar tidak bisa memercayai hal ini.Selain itu, hal yang lebih mengejutkannya lagi adalah, orang-orang ini tidak hanya tiba dalam setengah jam, bahkan tiba lebih awal, tetapi tetap saja menunjukkan bahwa mereka khawatir Ardika telah menunggu lama!Bagaimana mungkin?!Hal yang lebih tidak bisa mereka berdua terima lagi adalah, beberapa orang petinggi departemen ini bersikap penuh hormat di hadapan Ardika yang mereka pandang rendah, seolah-olah Ardika adalah seorang tokoh besar yang sangat he
"Kalau sampai kamu mengucapkan beberapa kata lagi, dia nggak bisa terima, lalu bunuh diri dengan melompat dari gedung, kita harus bagaimana?"Kalris berbicara dengan seulas senyum dingin menghiasi wajahnya. Ucapannya hanya dipenuhi dengan sindiran."Itu salahnya sendiri, siapa suruh mentalnya serapuh itu, nggak ada hubungannya dengan kita!"Dengan memasang ekspresi dingin, Jeslin berkata dingin, "Ardika, cepat minta maaf pada Tuan Muda Kalris dan rekan-rekan ini!""Kalau nggak, kamu baru mulai bekerja kurang dari setengah jam saja, kamu sudah dipecat! Aku juga yang malu!"Saat ini, Jeslin benar-benar sudah muak pada Ardika.Sebagai seorang pria dewasa, Ardika bukan hanya tidak punya kemampuan, sekarang demi harga diri sendiri, Ardika malah kembali membual, dipermalukan oleh orang lain.Apalagi, itu terjadi tepat di hadapannya.Bagi orang yang tidak mengenal Ardika, ya sudah. Akan tetapi, apa gunanya pria itu membual di hadapannya?Setelah diusir oleh keluarga istrinya di Kota Banyuli,
Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau begitu tunggu saja. Dalam setengah jam, kamu akan malu sendiri."Melihat Ardika masih bersikap begitu arogan, sekujur tubuh Kalris sampai gemetaran saking kesalnya.Biarpun hanya kerabat jauh, dia adalah keponakan Wilgo. Bahkan di kalangan kelas atas ibu kota provinsi, orang lain juga akan mempertimbangkannya dan memanggilnya Tuan Muda Kalris.Bahkan dia saja tidak punya cara untuk membuat Juki dan yang lainnya mempertimbangkannya dan menandatangani kontrak pembelian.Setelah berpura-pura melakukan panggilan telepon, orang kampungan seperti Ardika malah berani mengatakan dalam setengah jam dia ingin Juki dan yang lainnya datang secara pribadi untuk menandatangani kontrak.'Cih, memangnya dia pikir dia siapa?!'Kalris tidak tahan melihat Ardika berlagak hebat seperti itu, dia benar-benar ingin melayangkan satu tamparan keras ke wajah bocah itu.Namun, dia juga tahu konsekuensi dari melakukan hal seperti itu adalah, kemungkinan besar sebelum di
Raut wajah Kalris langsung berubah menjadi muram. Dia berkata dengan dingin, "Eh, Ardika, sekarang bukan saatnya membicarakan ini, jangan coba-coba mengalihkan topik pembicaraan.""Dengar baik-baik, tugas sudah kuserahkan padamu! Kalau kamu nggak bisa menyelesaikan tugasmu, pergi dari sini sendiri!""Grup Goldis nggak memelihara pecundang yang hanya menerima gaji buta saja!"Ardika tersenyum, tidak menyetujui, juga tidak menyangkal pernyataan pria itu. "Oh? Nggak memelihara pecundang yang hanya menerima gaji buta saja, ya? Kamu yang mengatakannya sendiri."Saat berbicara, dia mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan."Eh, Ardika, apa maksudmu?!"Kalris memelototi Ardika, dia merasa bocah yang satu ini terkesan misterius.Ardika berkata sambil tersenyum, "Tuan Muda Kalris, kamu bilang Grup Goldis nggak memelihara pecundang, tapi kamu bahkan nggak tahu Kepala Departemen PUPR bernama Juki Tandio, sedangkan Kepala Departemen Perhubungan bernama Daslim Yendia.""Ini yang kamu mak
Kalris berbicara tanpa sungkan, sama sekali tidak mempertimbangkan Jeslin.Sekarang dia sudah bertekad untuk mempersulit Ardika, mempermalukan Ardika untuk membalaskan dendam di Hainiken tadi malam.Setelah mendengar kata-kata Kalris ini, untuk sesaat Jeslin juga tidak tahu apa lagi yang harus dikatakannya.Lagi pula, kalau bukan karena tidak ingin orang tuanya bertengkar karena masalah Ardika, dia juga tidak akan membela Ardika.Di bawah sorot mata simpati atau sorot mata senang orang-orang di sekelilingnya, Ardika mengulurkan lengannya untuk melihat dokumen tersebut."Departemen PUPR ibu kota provinsi ....""Departemen Perhubungan ....""Departemen Kesehatan ...."Ardika menyebutkan beberapa nama departemen di bawah naungan instansi pemerintahan kota itu, lalu bertanya tanpa mengangkat kepalanya, "Kalris, selama aku meminta klien-klien ini datang untuk menandatangani kontrak, aku sudah bisa menjadi karyawan tetap?""Ya, benar!"Kalris mengangkat kepalanya dengan arogan, lalu mencibir
Sambil menunjuk Ardika, Kalris berkata dengan tajam, "Eh, Ardika, kamu harus mengerti! Kalau bukan karena adikku berbaik hati melindungimu, tanpa perlu menunggu saat itu, kamu sudah mati dipermainkan olehku dan Tuan Muda Werdi!""Baiklah, kamu lanjutkan saja hidup dalam mimpimu."Ardika menanggapi ucapan konyol pria itu dengan tertawa acuh tak acuh.Mendengar nada bicara mengejek dalam ucapan Ardika, Jeslin mengerutkan keningnya dan berkata, "Ardika, cukup! Bagaimanapun juga, sekarang Tuan Muda Kalris adalah atasanmu! Kamu harus menghormatinya!""Kalau kamu masih ingin bekerja di Grup Goldis, kamu tak bisa menghindari Tuan Muda Kalris.""Apa kamu mengerti?!"Kalris mencibir dan berkata, "Kalau dia bisa mendengar kata-kata manusia, dia juga nggak akan menjadi seperti sekarang ini.""Jeslin, bukannya aku ingin mengataimu, aku bisa mengerti kamu membawa orang seperti ini untuk menjadi karyawan perusahaan ini dengan mengandalkan relasi. Tapi sebelum kamu membawanya kemari, seharusnya kamu
"Bukankah sudah kubilang? Hari ini departemen kita kedatangan seorang karyawan dewa, tentu saja aku harus datang melihatnya."Saat berbicara, pandangan Kalris tertuju pada Ardika. Sambil tersenyum palsu, dia berkata, "Ardika, harus kuakui kamu benar-benar beruntung. Bisa-bisanya tadi malam kamu keluar dari Hainiken hidup-hidup.""Tuan Muda Kalris, apa hubungannya Ardika dengan Hainiken?"Jeslin tercengang.Tentu saja dia sudah pernah mendengar tentang reputasi Hainiken.Hanya saja, bisa-bisanya Ardika sudah masuk ke bar kelas atas yang bahkan dirinya sendiri juga belum memenuhi kualifikasi untuk memasuki tempat tersebut. Hal ini membuat Jeslin menatap Ardika dengan tatapan agak terkejut.'Apa mungkin bocah ini benar-benar tinggal di kompleks vila Gunung Halfi?'Jeslin juga tidak tahu detail kedua tempat ini.Orang-orang yang bisa masuk ke Hainiken, tentu saja juga punya modal untuk tinggal di Gunung Halfi.Kalris terkekeh dan berkata, "Jeslin, jangan berpikir banyak. Tadi malam Rosa, a
Contohnya saja, Jeslin tergabung dengan departemen budaya dan hiburan.Namun, saat ini dia membawa Ardika ke sebuah departemen di bawah naungan salah satu dari departemen bisnis, yang bertanggung jawab atas proyek pengadaan pemerintah.Grup Goldis bisa berkembang hingga sebesar ini juga ada hubungannya dengan Organisasi Snakei yang memiliki berbagai macam hak istimewa.Dengan memiliki berbagai macam hak istimewa, pihak-pihak lainnya tentu saja harus mempertimbangkannya.Dengan mengandalkan hak-hak istimewa ini pula, Grup Goldis memperoleh banyak proyek dari instansi pemerintahan.Sangat jelas Jeslin sudah "membuka jalan" terlebih dahulu. Begitu membawa Ardika masuk ke departemen ini, kedatangan mereka langsung disambut dengan hangat oleh supervisor departemen ini.Prosedur masuk kerja Ardika juga diselesaikan dengan cepat."Oke, sudah selesai, Ardika. Sekarang kamu sudah menjadi karyawan sementara Grup Goldis yang terhormat dengan gaji pokok sebesar enam juta.""Semangatlah agar kamu b