"Paman, Bibi, sekarang Delvin sudah tiada. Kelak, aku adalah putra kalian. Aku akan menggantikannya menjaga kalian. Aku juga akan merebut Grup Bintang Darma kembali."Ardika buru-buru menghibur dua lansia itu.Melihat sahabat putra mereka datang mengunjungi mereka saja, mereka sudah merasa sangat senang.Adapun mengenai merebut kembali Grup Bintang Darma, mereka sama sekali tidak pernah memikirkannya dan tidak berpikir Ardika memiliki kemampuan itu.Mereka tahu orang yang Delvin singgung memiliki latar belakang yang sangat kuat, sama sekali bukan orang yang mampu mereka provokasi.Namun, begitu mendengar ucapan Ardika, dua lansia itu langsung teringat akan masalah yang terpampang nyata di hadapan mereka dan masih belum terselesaikan itu."Ardika, cepat pergi dari sini. Bos si Botak itu adalah preman yang ganas. Dia pasti akan datang membawa anak buahnya untuk membalas dendam padamu," kata Robin dengan cemas.Tadi sebelum pergi, si Botak sudah melontarkan kata-kata ancaman. Si Botak men
Dengan memasang ekspresi muram, seorang pria melangkahkan kakinya memasuki tempat itu.Di bagian kiri wajahnya, ada sebuah bekas luka gores dari pelipisnya hingga ke dagunya.Bekas luka itu tampak sangat menakutkan, sehingga menambah kesan ganas pria itu.Melihat wajahnya saja sudah membuat orang ketakutan.Pria ini tidak lain adalah kepala preman yang terkenal ganas di area kota tua, Jordi!Jordi tampak sedang menggigit rokok. Dia memelototi Robin dan Selvi yang buru-buru keluar setelah mendengar suara keributan itu dan berkata, "Robin, di mana bocah yang sudah memukul anak buahku? Suruh dia keluar sekarang juga!"Begitu mendengar suara teriakan keras Jordi, saking ketakutannya sekujur tubuh dua lansia itu langsung gemetaran.Walaupun sebelumnya Ardika sudah mengatakan dirinya adalah seorang presdir dan sudah memanggil dua kepala preman untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi begitu melihat Jordi yang ditakuti oleh semua penduduk area kota tua, perasaan takut langsung menyelimuti hati
Saat ini, sepanjang gang sudah dipenuhi oleh banyak orang.Orang-orang itu berbaris dari depan pintu rumah Keluarga Darma sampai ke ujung gang.Paling tidak ada sekitar ratusan orang!Melihat pemandangan itu, Jordi dan anak buahnya langsung tercengang.Saking ketakutan, banyak di antara mereka yang sudah hampir buang air kecil di celana."Astaga, kenapa bisa ada orang sebanyak ini?! Apa mereka semua mengincar kita?"Jordi tampak sibuk menyeka bulir-bulir keringat dingin yang memenuhi keningnya.Saat ini, orang-orang itu membuka sebuah jalan di tengah.Dua orang itu terlihat berjalan dengan langkah tergesa-gesa.Begitu melihat kedua orang itu, Jordi langsung ketakutan setengah mati.Dia segera menyambut mereka berdua dan memberi hormat. "Saya memberi hormat kepada Tuan Jinto dan Kak Romi. Mengapa kalian berdua datang ke area kota tua?"Sebelumnya, dia pernah berpartisipasi dalam acara perkumpulan kepala preman dan bertemu dengan kedua tokoh hebat ini.Setelah lima belas kepala preman di
"Bibi, aku bukan raja preman."Ardika tidak tahu bagaimana caranya menanggapi perhatian dari ibu sahabatnya ini.Pemandangan yang terpampang nyata di hadapan dua lansia ini memang sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata.Otak Jinto berputar dengan cepat. Dia segera berkata dengan penuh hormat, "Bibi, orang yang menangkap ribuan preman itu adalah Tuan Ardika!"Romi buru-buru menimpali, "Ya, komandan dari misi penangkapan pelaku kriminal itu adalah Tuan Ardika!"Setelah mendengar pernyataan Jinto dan Romi, Robin dan istrinya baru paham. Pantas saja mereka sangat takut pada Ardika.Ternyata preman-preman yang tidak melaksanakan instruksi dengan baik akan ditangkap.Setelah mendengar ucapan itu, Jordi dan anak buahnya makin ketakutan dan hampir jatuh pingsan.Saat ini, informasi tentang lima belas kepala preman yang tertangkap itu pasti akan dijatuhi hukuman mati sudah tersebar luas. Tidak ada seorang pun yang akan lolos!Saat ini, Ardika mengalihkan pandangannya ke arah Jordi dan berkata,
"Paman, Bibi, kalian terlalu sungkan padaku."Ardika segera memapah dua lansia itu masuk ke dalam rumah."Bukankah sebelumnya aku sudah bilang pada kalian? Ke depannya, aku akan menggantikan Delvin menjaga kalian. Aku adalah putra kalian."Mendengar ucapan Ardika, Robin dan Selvi merasa sangat senang.Sejak kehilangan putra mereka, mereka tidak pernah merasa sebahagia ini.Ardika berkata, "Lingkungan hidup di area kota tua sangat buruk, nggak baik untuk pertumbuhan Livy. Kalian nggak bisa tinggal di sini lagi. Kalian pindah tempat tinggal saja, nanti aku akan membelikan sebuah rumah yang besar untuk kalian. Selain itu, aku juga akan mempekerjakan pelayan untuk kalian. Bibi nggak perlu mencuci baju dengan tangan sendiri lagi. Apalagi sekarang cuaca sudah mulai dingin.""Ardika, ini ... akan menghabiskan terlalu banyak uang. Kami baik-baik saja tinggal di sini. Kalau nggak, kamu bawa Livy pindah dan tinggal bersamamu saja. Kamu nggak perlu mengkhawatirkan kami," kata Selvi, menolak penaw
Sekelompok satpam langsung bergegas menerjang dari arah kiri dan kanan, seolah-olah sudah lama menunggu perintah di sana."Tio, dasar pengkhianat! Dari mana kamu mendapatkan nyali sebesar ini?! Sekarang Grup Susanto Raya sudah menjadi milik Keluarga Basagita. Berani sekali kamu memanggil satpam untuk mengusir kami!"Melihat tindakan Tio, anggota Keluarga Basagita langsung tercengang dan menyuarakan kekesalan mereka.Tio mendengus dingin dan berkata, "Milik Keluarga Basagita? Hah! Siapa yang memberi tahu kalian Grup Susanto Raya sudah dikembalikan kepada Keluarga Basagita?""Ardika yang memberitahuku. Kemarin dia juga berpartisipasi dalam acara yang diselenggarakan oleh Asosiasi Bahan Bangunan dan melihat dengan mata kepalanya sendiri Keluarga Susanto sudah hancur!" kata Tuan Besar Basagita dengan amarah yang membara.Tio tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Oh? Pecundang itu? Kalian memercayai ucapannya? Tuan Besar Basagita, kalau dia memberitahumu Kota Banyuli adalah miliknya, apa k
"Dia hanya menantu Keluarga Basagita, sebenarnya Keluarga Mahasura ibu kota provinsi nggak perlu menanggapinya seserius ini. Bukankah mereka sudah terlalu memandang tinggi dia?"Renaldi mendengus, ekspresi kesal terpampang jelas di wajahnya.Sebenarnya, hal yang membuatnya kesal adalah dulu mereka adalah empat keluarga besar, tetapi sekarang keluarga mereka harus tunduk pada Keluarga Mahasura.Dia adalah seseorang yang memiliki ambisi besar, dia juga ingin menaikkan posisi Keluarga Hamdani saat ini.Handi berkata, "Bukankah Budi sudah dicelakai sampai-sampai dia bunuh diri oleh Grup Sentosa Jaya? Aku dengar menantu idiot Keluarga Basagita itu menjalin relasi yang baik dengan Grup Sentosa Jaya. Selain mengantarkan peti mati yang berisi mayat Budi ke kediaman Keluarga Mahasura, dia bahkan mengatakan tiga minggu kemudian seluruh anggota Keluarga Mahasura harus berlutut dan memohon pengampunan pada Keluarga Basagita Kota Banyuli.""Saat itu, Keluarga Mahasura sedang menyelenggarakan acara
"Hiks, Bu Riani, aku nggak memukul Kevin. Dia ... dia yang merebut mainanku. Lalu, saat dia berlari, dia terpeleset sendiri."Di dalam ruangan, Livy tampak menaruh kedua tangan kecilnya di belakang. Bocah perempuan lucu itu sedang berdiri di sudut ruangan sambil menangis tersedu-sedu dan mencoba untuk membela dirinya sendiri.Sementara itu, bocah lelaki yang bernama Kevin duduk di seberangnya dengan hidung sedikit berdarah.Bocah lelaki yang bernama lengkap Kevin Setiadi itu juga sedang menangis."Plak!"Stefanus Setiadi, ayah Kevin langsung memukul meja dan berkata, "Berani sekali bocah sialan sepertimu membela diri lagi. Kevin adalah anakku, aku tahu bagaimana kepribadiannya. Dia adalah seorang anak yang sangat baik dan patuh. Lagi pula, dia punya banyak mainan. Mainan seperti apa yang belum pernah dia mainkan? Dia nggak akan berebutan mainan jelek seperti itu denganmu!""Baru sekecil ini saja sudah pandai memfitnah orang lain. Ternyata memang benar kamu adalah anak yang nggak dididi