แชร์

Bab 145 Memeras Uang

ผู้เขียน: Sarjana
"Apa kamu tahu alamatnya?" tanya Ardika saat sudah masuk ke dalam mobil.

Sebelumnya, mantan istri Delvin, Elsy pernah memberi tahu Ardika alamat orang tua sahabatnya itu.

Namun, dengan kemampuan Jesika, tanpa perlu dia beri tahu, wanita itu pasti sudah menyelidikinya dengan jelas.

"Ke area kota tua," kata Jesika pada sopir.

Tidak lama kemudian, mereka sudah tiba di area kota tua Kota Banyuli.

Begitu memasuki area ini, Ardika langsung mengerutkan keningnya.

Sebelumnya, Jesika memberitahunya kehidupan orang tua Delvin kurang baik.

Setelah dia melihat sendiri lingkungan tempat tinggal ini, kehidupan dua lansia itu bukan hanya tidak baik, melainkan sangat buruk.

Jalanan tampak berlubang-lubang, kedua sisi jalanan dipenuhi dengan bangunan rumah tua yang kecil.

Karena semalam hujan turun dengan sangat deras, jalanan dipenuhi dengan air lumpur yang mengalir memasuki pemukiman penduduk yang rendah.

Tidak tahu selokan mana yang sudah tersumbat.

Bau tidak sedap juga menyelimuti udara tempat ini.
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 146 Robin dan Selvi

    Tamparan si Botak hanya berjarak sekitar beberapa sentimeter dari wajah Robin.Dia segera menoleh dan memelototi Ardika yang tiba-tiba muncul di depan pintu. "Eh, bocah, apa kamu tahu siapa aku? Berani sekali kamu mengancamku?! Pergi sana! Jangan ikut campur urusanku!""Mereka adalah orang tua sahabatku, jadi urusan mereka adalah urusanku. Aku berhak ikut campur."Ardika melangkah memasuki rumah itu, dia mendapati situasi di dalam rumah kacau balau, bahkan sepeda kecil milik Livy juga sudah hancur.Sebelum Ardika datang, si Botak dan anak buahnya sudah merusak barang-barang di rumah sederhana Keluarga Darma ini."Kamu adalah sahabat Delvin yang sudah mati itu?"Si Botak tertegun sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak. "Kamu ingin ikut campur masalah ini? Silakan saja. Lagi pula, dua tua bangka sialan ini bersikeras nggak mau bayar utang. Kalau begitu, kamu saja yang menggantikan mereka membayar uang 400 juta itu!"Mendengar si Botak mengatai Delvin, ekspresi Ardika langsung berubah menja

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 147 Kelak Aku yang Menjaga Kalian

    "Paman, Bibi, sekarang Delvin sudah tiada. Kelak, aku adalah putra kalian. Aku akan menggantikannya menjaga kalian. Aku juga akan merebut Grup Bintang Darma kembali."Ardika buru-buru menghibur dua lansia itu.Melihat sahabat putra mereka datang mengunjungi mereka saja, mereka sudah merasa sangat senang.Adapun mengenai merebut kembali Grup Bintang Darma, mereka sama sekali tidak pernah memikirkannya dan tidak berpikir Ardika memiliki kemampuan itu.Mereka tahu orang yang Delvin singgung memiliki latar belakang yang sangat kuat, sama sekali bukan orang yang mampu mereka provokasi.Namun, begitu mendengar ucapan Ardika, dua lansia itu langsung teringat akan masalah yang terpampang nyata di hadapan mereka dan masih belum terselesaikan itu."Ardika, cepat pergi dari sini. Bos si Botak itu adalah preman yang ganas. Dia pasti akan datang membawa anak buahnya untuk membalas dendam padamu," kata Robin dengan cemas.Tadi sebelum pergi, si Botak sudah melontarkan kata-kata ancaman. Si Botak men

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 148 Hari Ini Kamu Tidak Bisa Keluar Lagi

    Dengan memasang ekspresi muram, seorang pria melangkahkan kakinya memasuki tempat itu.Di bagian kiri wajahnya, ada sebuah bekas luka gores dari pelipisnya hingga ke dagunya.Bekas luka itu tampak sangat menakutkan, sehingga menambah kesan ganas pria itu.Melihat wajahnya saja sudah membuat orang ketakutan.Pria ini tidak lain adalah kepala preman yang terkenal ganas di area kota tua, Jordi!Jordi tampak sedang menggigit rokok. Dia memelototi Robin dan Selvi yang buru-buru keluar setelah mendengar suara keributan itu dan berkata, "Robin, di mana bocah yang sudah memukul anak buahku? Suruh dia keluar sekarang juga!"Begitu mendengar suara teriakan keras Jordi, saking ketakutannya sekujur tubuh dua lansia itu langsung gemetaran.Walaupun sebelumnya Ardika sudah mengatakan dirinya adalah seorang presdir dan sudah memanggil dua kepala preman untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi begitu melihat Jordi yang ditakuti oleh semua penduduk area kota tua, perasaan takut langsung menyelimuti hati

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 149 Menyinggung Tokoh Hebat

    Saat ini, sepanjang gang sudah dipenuhi oleh banyak orang.Orang-orang itu berbaris dari depan pintu rumah Keluarga Darma sampai ke ujung gang.Paling tidak ada sekitar ratusan orang!Melihat pemandangan itu, Jordi dan anak buahnya langsung tercengang.Saking ketakutan, banyak di antara mereka yang sudah hampir buang air kecil di celana."Astaga, kenapa bisa ada orang sebanyak ini?! Apa mereka semua mengincar kita?"Jordi tampak sibuk menyeka bulir-bulir keringat dingin yang memenuhi keningnya.Saat ini, orang-orang itu membuka sebuah jalan di tengah.Dua orang itu terlihat berjalan dengan langkah tergesa-gesa.Begitu melihat kedua orang itu, Jordi langsung ketakutan setengah mati.Dia segera menyambut mereka berdua dan memberi hormat. "Saya memberi hormat kepada Tuan Jinto dan Kak Romi. Mengapa kalian berdua datang ke area kota tua?"Sebelumnya, dia pernah berpartisipasi dalam acara perkumpulan kepala preman dan bertemu dengan kedua tokoh hebat ini.Setelah lima belas kepala preman di

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 150 Lemparkan ke Stasiun Kereta Api untuk Mengemis

    "Bibi, aku bukan raja preman."Ardika tidak tahu bagaimana caranya menanggapi perhatian dari ibu sahabatnya ini.Pemandangan yang terpampang nyata di hadapan dua lansia ini memang sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata.Otak Jinto berputar dengan cepat. Dia segera berkata dengan penuh hormat, "Bibi, orang yang menangkap ribuan preman itu adalah Tuan Ardika!"Romi buru-buru menimpali, "Ya, komandan dari misi penangkapan pelaku kriminal itu adalah Tuan Ardika!"Setelah mendengar pernyataan Jinto dan Romi, Robin dan istrinya baru paham. Pantas saja mereka sangat takut pada Ardika.Ternyata preman-preman yang tidak melaksanakan instruksi dengan baik akan ditangkap.Setelah mendengar ucapan itu, Jordi dan anak buahnya makin ketakutan dan hampir jatuh pingsan.Saat ini, informasi tentang lima belas kepala preman yang tertangkap itu pasti akan dijatuhi hukuman mati sudah tersebar luas. Tidak ada seorang pun yang akan lolos!Saat ini, Ardika mengalihkan pandangannya ke arah Jordi dan berkata,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 151 Mengambil Alih Grup Susanto Raya

    "Paman, Bibi, kalian terlalu sungkan padaku."Ardika segera memapah dua lansia itu masuk ke dalam rumah."Bukankah sebelumnya aku sudah bilang pada kalian? Ke depannya, aku akan menggantikan Delvin menjaga kalian. Aku adalah putra kalian."Mendengar ucapan Ardika, Robin dan Selvi merasa sangat senang.Sejak kehilangan putra mereka, mereka tidak pernah merasa sebahagia ini.Ardika berkata, "Lingkungan hidup di area kota tua sangat buruk, nggak baik untuk pertumbuhan Livy. Kalian nggak bisa tinggal di sini lagi. Kalian pindah tempat tinggal saja, nanti aku akan membelikan sebuah rumah yang besar untuk kalian. Selain itu, aku juga akan mempekerjakan pelayan untuk kalian. Bibi nggak perlu mencuci baju dengan tangan sendiri lagi. Apalagi sekarang cuaca sudah mulai dingin.""Ardika, ini ... akan menghabiskan terlalu banyak uang. Kami baik-baik saja tinggal di sini. Kalau nggak, kamu bawa Livy pindah dan tinggal bersamamu saja. Kamu nggak perlu mengkhawatirkan kami," kata Selvi, menolak penaw

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 152 Kematian Jenny

    Sekelompok satpam langsung bergegas menerjang dari arah kiri dan kanan, seolah-olah sudah lama menunggu perintah di sana."Tio, dasar pengkhianat! Dari mana kamu mendapatkan nyali sebesar ini?! Sekarang Grup Susanto Raya sudah menjadi milik Keluarga Basagita. Berani sekali kamu memanggil satpam untuk mengusir kami!"Melihat tindakan Tio, anggota Keluarga Basagita langsung tercengang dan menyuarakan kekesalan mereka.Tio mendengus dingin dan berkata, "Milik Keluarga Basagita? Hah! Siapa yang memberi tahu kalian Grup Susanto Raya sudah dikembalikan kepada Keluarga Basagita?""Ardika yang memberitahuku. Kemarin dia juga berpartisipasi dalam acara yang diselenggarakan oleh Asosiasi Bahan Bangunan dan melihat dengan mata kepalanya sendiri Keluarga Susanto sudah hancur!" kata Tuan Besar Basagita dengan amarah yang membara.Tio tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Oh? Pecundang itu? Kalian memercayai ucapannya? Tuan Besar Basagita, kalau dia memberitahumu Kota Banyuli adalah miliknya, apa k

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 153 Si Tampan

    "Dia hanya menantu Keluarga Basagita, sebenarnya Keluarga Mahasura ibu kota provinsi nggak perlu menanggapinya seserius ini. Bukankah mereka sudah terlalu memandang tinggi dia?"Renaldi mendengus, ekspresi kesal terpampang jelas di wajahnya.Sebenarnya, hal yang membuatnya kesal adalah dulu mereka adalah empat keluarga besar, tetapi sekarang keluarga mereka harus tunduk pada Keluarga Mahasura.Dia adalah seseorang yang memiliki ambisi besar, dia juga ingin menaikkan posisi Keluarga Hamdani saat ini.Handi berkata, "Bukankah Budi sudah dicelakai sampai-sampai dia bunuh diri oleh Grup Sentosa Jaya? Aku dengar menantu idiot Keluarga Basagita itu menjalin relasi yang baik dengan Grup Sentosa Jaya. Selain mengantarkan peti mati yang berisi mayat Budi ke kediaman Keluarga Mahasura, dia bahkan mengatakan tiga minggu kemudian seluruh anggota Keluarga Mahasura harus berlutut dan memohon pengampunan pada Keluarga Basagita Kota Banyuli.""Saat itu, Keluarga Mahasura sedang menyelenggarakan acara

บทล่าสุด

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2281 Penghasilan Per Tahun Sudah Mencapai Enam Miliar

    Walaupun pihak Grup Goldis sudah membicarakan tentang pembelian dengan beberapa departemen ini cukup lama, hanya saja karena beberapa waktu yang lalu Grup Goldis mengalami pergolakan, departemen-departemen ini memilih untuk mengamati situasi terlebih dahulu. Jadi, mereka tak kunjung menandatangani kontrak.Akan tetapi, saat ini mereka langsung menandatangani kontrak tersebut tanpa melihat isi kontrak sama sekali.Pemandangan ini benar-benar membuat orang sangat terkejut."Tuan Ardika, kami sudah selesai menandatanganinya."Usai menandatangani kontrak tersebut, Juki mengumpulkan beberapa kontrak lainnya, lalu menyerahkannya pada Ardika dengan penuh hormat.Ardika menerima kontrak tersebut dengan santai, lalu berkata sambil tersenyum, "Semuanya, terima kasih sudah repot-repot datang kemari. Aku akan mengingat kebaikan kalian ini.""Sudah seharusnya kami melakukan ini!""Bisa melayani Tuan Ardika adalah kehormatan bagi kami!"Juki dan beberapa orang lainnya segera menanggapi ucapan Ardika

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2280 Pasti Palsu

    Orang ini tidak lain adalah Juki, Kepala Departemen PUPR.Setelah dia buka suara, empat petinggi departemen di bawah naungan pemerintah ibu kota provinsi juga ikut maju dan menyapa Ardika. Mereka semua bersikap penuh hormat pada Ardika.Menyaksikan pemandangan itu, semua karyawan di tempat tersebut pun tercengang.Kalris tercengang!Jeslin juga tercengang!Apakah adegan di hadapan mereka ini nyata?Ardika bisa memanggil petinggi dari lima departemen hanya dengan satu panggilan telepon? Mereka benar-benar tidak bisa memercayai hal ini.Selain itu, hal yang lebih mengejutkannya lagi adalah, orang-orang ini tidak hanya tiba dalam setengah jam, bahkan tiba lebih awal, tetapi tetap saja menunjukkan bahwa mereka khawatir Ardika telah menunggu lama!Bagaimana mungkin?!Hal yang lebih tidak bisa mereka berdua terima lagi adalah, beberapa orang petinggi departemen ini bersikap penuh hormat di hadapan Ardika yang mereka pandang rendah, seolah-olah Ardika adalah seorang tokoh besar yang sangat he

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2279 Membiarkan Tuan Menunggu Lama

    "Kalau sampai kamu mengucapkan beberapa kata lagi, dia nggak bisa terima, lalu bunuh diri dengan melompat dari gedung, kita harus bagaimana?"Kalris berbicara dengan seulas senyum dingin menghiasi wajahnya. Ucapannya hanya dipenuhi dengan sindiran."Itu salahnya sendiri, siapa suruh mentalnya serapuh itu, nggak ada hubungannya dengan kita!"Dengan memasang ekspresi dingin, Jeslin berkata dingin, "Ardika, cepat minta maaf pada Tuan Muda Kalris dan rekan-rekan ini!""Kalau nggak, kamu baru mulai bekerja kurang dari setengah jam saja, kamu sudah dipecat! Aku juga yang malu!"Saat ini, Jeslin benar-benar sudah muak pada Ardika.Sebagai seorang pria dewasa, Ardika bukan hanya tidak punya kemampuan, sekarang demi harga diri sendiri, Ardika malah kembali membual, dipermalukan oleh orang lain.Apalagi, itu terjadi tepat di hadapannya.Bagi orang yang tidak mengenal Ardika, ya sudah. Akan tetapi, apa gunanya pria itu membual di hadapannya?Setelah diusir oleh keluarga istrinya di Kota Banyuli,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2278 Kamu Akan Malu Sendiri

    Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau begitu tunggu saja. Dalam setengah jam, kamu akan malu sendiri."Melihat Ardika masih bersikap begitu arogan, sekujur tubuh Kalris sampai gemetaran saking kesalnya.Biarpun hanya kerabat jauh, dia adalah keponakan Wilgo. Bahkan di kalangan kelas atas ibu kota provinsi, orang lain juga akan mempertimbangkannya dan memanggilnya Tuan Muda Kalris.Bahkan dia saja tidak punya cara untuk membuat Juki dan yang lainnya mempertimbangkannya dan menandatangani kontrak pembelian.Setelah berpura-pura melakukan panggilan telepon, orang kampungan seperti Ardika malah berani mengatakan dalam setengah jam dia ingin Juki dan yang lainnya datang secara pribadi untuk menandatangani kontrak.'Cih, memangnya dia pikir dia siapa?!'Kalris tidak tahan melihat Ardika berlagak hebat seperti itu, dia benar-benar ingin melayangkan satu tamparan keras ke wajah bocah itu.Namun, dia juga tahu konsekuensi dari melakukan hal seperti itu adalah, kemungkinan besar sebelum di

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2277 Siapa Pecundang yang Sebenarnya

    Raut wajah Kalris langsung berubah menjadi muram. Dia berkata dengan dingin, "Eh, Ardika, sekarang bukan saatnya membicarakan ini, jangan coba-coba mengalihkan topik pembicaraan.""Dengar baik-baik, tugas sudah kuserahkan padamu! Kalau kamu nggak bisa menyelesaikan tugasmu, pergi dari sini sendiri!""Grup Goldis nggak memelihara pecundang yang hanya menerima gaji buta saja!"Ardika tersenyum, tidak menyetujui, juga tidak menyangkal pernyataan pria itu. "Oh? Nggak memelihara pecundang yang hanya menerima gaji buta saja, ya? Kamu yang mengatakannya sendiri."Saat berbicara, dia mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan."Eh, Ardika, apa maksudmu?!"Kalris memelototi Ardika, dia merasa bocah yang satu ini terkesan misterius.Ardika berkata sambil tersenyum, "Tuan Muda Kalris, kamu bilang Grup Goldis nggak memelihara pecundang, tapi kamu bahkan nggak tahu Kepala Departemen PUPR bernama Juki Tandio, sedangkan Kepala Departemen Perhubungan bernama Daslim Yendia.""Ini yang kamu mak

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2276 Setengah Jam Sudah Cukup

    Kalris berbicara tanpa sungkan, sama sekali tidak mempertimbangkan Jeslin.Sekarang dia sudah bertekad untuk mempersulit Ardika, mempermalukan Ardika untuk membalaskan dendam di Hainiken tadi malam.Setelah mendengar kata-kata Kalris ini, untuk sesaat Jeslin juga tidak tahu apa lagi yang harus dikatakannya.Lagi pula, kalau bukan karena tidak ingin orang tuanya bertengkar karena masalah Ardika, dia juga tidak akan membela Ardika.Di bawah sorot mata simpati atau sorot mata senang orang-orang di sekelilingnya, Ardika mengulurkan lengannya untuk melihat dokumen tersebut."Departemen PUPR ibu kota provinsi ....""Departemen Perhubungan ....""Departemen Kesehatan ...."Ardika menyebutkan beberapa nama departemen di bawah naungan instansi pemerintahan kota itu, lalu bertanya tanpa mengangkat kepalanya, "Kalris, selama aku meminta klien-klien ini datang untuk menandatangani kontrak, aku sudah bisa menjadi karyawan tetap?""Ya, benar!"Kalris mengangkat kepalanya dengan arogan, lalu mencibir

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2275 Beberapa Proyek

    Sambil menunjuk Ardika, Kalris berkata dengan tajam, "Eh, Ardika, kamu harus mengerti! Kalau bukan karena adikku berbaik hati melindungimu, tanpa perlu menunggu saat itu, kamu sudah mati dipermainkan olehku dan Tuan Muda Werdi!""Baiklah, kamu lanjutkan saja hidup dalam mimpimu."Ardika menanggapi ucapan konyol pria itu dengan tertawa acuh tak acuh.Mendengar nada bicara mengejek dalam ucapan Ardika, Jeslin mengerutkan keningnya dan berkata, "Ardika, cukup! Bagaimanapun juga, sekarang Tuan Muda Kalris adalah atasanmu! Kamu harus menghormatinya!""Kalau kamu masih ingin bekerja di Grup Goldis, kamu tak bisa menghindari Tuan Muda Kalris.""Apa kamu mengerti?!"Kalris mencibir dan berkata, "Kalau dia bisa mendengar kata-kata manusia, dia juga nggak akan menjadi seperti sekarang ini.""Jeslin, bukannya aku ingin mengataimu, aku bisa mengerti kamu membawa orang seperti ini untuk menjadi karyawan perusahaan ini dengan mengandalkan relasi. Tapi sebelum kamu membawanya kemari, seharusnya kamu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2274 Gaji Bulanan Enam Juta

    "Bukankah sudah kubilang? Hari ini departemen kita kedatangan seorang karyawan dewa, tentu saja aku harus datang melihatnya."Saat berbicara, pandangan Kalris tertuju pada Ardika. Sambil tersenyum palsu, dia berkata, "Ardika, harus kuakui kamu benar-benar beruntung. Bisa-bisanya tadi malam kamu keluar dari Hainiken hidup-hidup.""Tuan Muda Kalris, apa hubungannya Ardika dengan Hainiken?"Jeslin tercengang.Tentu saja dia sudah pernah mendengar tentang reputasi Hainiken.Hanya saja, bisa-bisanya Ardika sudah masuk ke bar kelas atas yang bahkan dirinya sendiri juga belum memenuhi kualifikasi untuk memasuki tempat tersebut. Hal ini membuat Jeslin menatap Ardika dengan tatapan agak terkejut.'Apa mungkin bocah ini benar-benar tinggal di kompleks vila Gunung Halfi?'Jeslin juga tidak tahu detail kedua tempat ini.Orang-orang yang bisa masuk ke Hainiken, tentu saja juga punya modal untuk tinggal di Gunung Halfi.Kalris terkekeh dan berkata, "Jeslin, jangan berpikir banyak. Tadi malam Rosa, a

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2273 Mulai Bekerja

    Contohnya saja, Jeslin tergabung dengan departemen budaya dan hiburan.Namun, saat ini dia membawa Ardika ke sebuah departemen di bawah naungan salah satu dari departemen bisnis, yang bertanggung jawab atas proyek pengadaan pemerintah.Grup Goldis bisa berkembang hingga sebesar ini juga ada hubungannya dengan Organisasi Snakei yang memiliki berbagai macam hak istimewa.Dengan memiliki berbagai macam hak istimewa, pihak-pihak lainnya tentu saja harus mempertimbangkannya.Dengan mengandalkan hak-hak istimewa ini pula, Grup Goldis memperoleh banyak proyek dari instansi pemerintahan.Sangat jelas Jeslin sudah "membuka jalan" terlebih dahulu. Begitu membawa Ardika masuk ke departemen ini, kedatangan mereka langsung disambut dengan hangat oleh supervisor departemen ini.Prosedur masuk kerja Ardika juga diselesaikan dengan cepat."Oke, sudah selesai, Ardika. Sekarang kamu sudah menjadi karyawan sementara Grup Goldis yang terhormat dengan gaji pokok sebesar enam juta.""Semangatlah agar kamu b

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status