"Ayo, kita pergi. Kamu nggak perlu memedulikan hal-hal lain, sekarang hal yang perlu kamu lakukan adalah menemaniku makan."Ardika menggandeng tangan Luna. Di bawah arahan dari bos hotel, mereka langsung pergi ke sebuah ruang pribadi di lantai atas. Biasanya mereka makan di restoran lantai satu.Namun, karena Ardius dan lainnya pasti akan terus menerus memanggil bantuan, dia tidak ingin Luna menyaksikan pemandangan seperti itu.Siapa sangka, setelah dia dan Luna selesai makan, Ardius dan yang lainnya masih belum memanggil bantuan."Sayang, kamu pulang saja, istirahat di rumah."Ardika meminta staf Asosiasi Dagang Kota Banyuli untuk mengantar Luna pulang. Selain itu, dia juga menghubungi Levin, meminta Levin untuk mengirim orang melindungi istrinya sepanjang jalan.Namun, mereka hanya perlu memastikan istrinya aman sampai di luar Kompleks Vila Bumantara saja.Tidak ada orang yang berani menerobos masuk ke dalam Kompleks Vila Bumantara untuk menargetkan Luna.Futari, ayah dan ibu mertuan
Levin benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi.Kalau bukan karena Ardika bisa menundukkan Keluarga Septio Provinsi Aste, dia pasti sudah bertanya-tanya dari mana kepercayaan diri Ardika, sampai-sampai bisa mengucapkan kata-kata seperti itu."Naiklah ke atas, jagalah Asosiasi Dagang Kota Banyuli dengan baik."Ardika melambaikan tangannya."Kak Ardika, kamu tinggal di sini sendirian?"Levin langsung tercengang. "Mungkin mereka akan memanggil banyak orang kemari ....""Nggak peduli seberapa banyak orang yang datang, mereka tetap saja lemah." Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kamu bawa anggotamu, jaga asosiasi baik-baik. Jangan biarkan mereka membuat keributan di atas."Dia mewaspadai Ardius yang tak bisa bersikap logis itu akan menghancurkan Asosiasi Dagang Kota Banyuli untuk melampiaskan amarahnya."Oke!"Levin menangkupkan tangannya, lalu berbalik dan masuk ke dalam lift.Saat ini, di jalan utama di luar Hotel Blazar, sudah dipenuhi dengan rombongan mobil mewah yang berjumlah mende
"Syuu!"Ratusan pasang mata langsung tertuju pada Ardika dengan serempak.Gelombang tekanan yang tak terlihat seperti menyapu ke arah Ardika.Kalau dibandingkan dengan Ardika yang berdiri sendirian di sana, kesenjangan antara kedua belah pihak sangatlah besar.Situasi saat ini bagaikan setetes air akan menghadapi gelombang air yang dahsyat, tampak sangat kasihan dan tidak berdaya.Kalau pemandangan ini diabadikan dengan kamera ponsel, sebuah sensasi tidak berdaya pasti akan menyelimuti layar.Banyak di antara ratusan orang itu yang menunjukkan ekspresi mempermainkan, mereka bahkan mengagumi pertahanan mental pria yang berdiri sendirian itu.Menghadapi sorot mata tajam ratusan orang sendirian, tetapi orang itu masih bisa berdiri dengan tegak."Ardius, apa otakmu sudah rusak? Kamu sedang membuat pertunjukan di sini?" Ardika mendongak, menatap lawan bicaranya dengan sorot mata seperti menatap idiot.Suasana di tempat parkir bawah tanah langsung hening seketika.Siapa sangka di bawah tatap
Ardius tertawa dan berkata, "Ardika, hanya dengan mengucapkan beberapa kalimat saja, kamu sudah bisa menyulut amarah tiga ratus orang sobatku. Kamu benar-benar ahli dalam memanas-manasi situasi.""Tapi, apakah kamu pernah memikirkan konsekuensi dari tindakanmu itu?""Oh ya, jangan berlagak hebat di hadapanku dengan mengatakan kamu bisa mengalahkan tiga ratus orang seorang diri.""Padahal kebenarannya adalah, setelah mengetahui orang yang kamu singgung adalah aku, orang-orang yang kamu panggil kemari mengingkari janji mereka, bahkan istrimu juga nggak bersedia menemanimu menanggung konsekuensinya.""Kamu sudah dicampakkan oleh keluarga dan teman-temanmu, menjadi seorang diri.""Saat ini, kamu hanya sedang berusaha bertahan, bukan?"Ini adalah alasan mengapa begitu Ardius datang dan melihat Ardika seorang diri, dia hanya tertegun sejenak tanpa berpikir banyak.Karena itulah, di matanya situasi yang seharusnya di mana kedua belah pihak memanggil bala bantuan masing-masing, lalu terlibat d
Ardika menatap Ardius sambil tersenyum tipis. Akhirnya, dia mengungkapkan tujuannya yang sebenarnya.Dia hanya tertarik pada Wirhan.Karena cepat atau lambat dia akan berhadapan dengan Wirhan, jadi sebaiknya dia meminta Ardius untuk memanggil kakak sepupunya itu ke sini sekarang.Ardius berkata dengan dingin, "Ardika, sebaiknya kamu hanya sedang bercanda.""Eh? Aku serius."Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Jujur saja, kalau aku benar-benar mematahkan lengan dan kaki tiga ratus orang termasuk kamu, hari ini departemen ortopedi semua rumah sakit Kota Banyuli pasti akan penuh dengan pasien.""Aku adalah tipe orang yang nggak suka menonjolkan diri. Aku nggak ingin membesar-besarkan masalah, aku juga nggak ingin terlihat brutal dan kejam.""Kalau kamu memanggil kakak sepupumu itu ke sini, situasinya berbeda. Aku hanya perlu mematahkan kakinya saja. Hanya dia seorang.""Ardius, aku berbicara panjang lebar seperti ini juga demi kebaikanmu sendiri.""Kalau biaya pengobatan satu orang diba
Herdun tertegun sejenak.Kemudian, setelah melihat seulas senyum tipis di wajah Ardika, dia langsung mengerti maksud Ardika. Pria itu sedang mengisyaratkan kakaknya mengandalkan tubuh untuk menaikkan status dan kedudukan sendiri.Bagaikan seekor kelinci yang ekornya diinjak, dia langsung mengentakkan kakinya dan berkata dengan marah, "Eh, Ardika, berani-beraninya kamu menjelek-jelekkan kakakku! Tunggu mati saja kamu!""Tin ... tin ...."Begitu Herdun selesai berbicara, tiba-tiba terdengar suara klakson mobil dari arah belakang semua orang, yaitu pintu masuk tempat parkir bawah tanah.Karena mengetahui apa yang akan terjadi di tempat parkir bawah tanah, bos Hotel Blazar telah meminta petugas keamanan untuk memblokade akses jalan menuju ke tempat parkir bawah tanah.Saat ini, mobil yang memasuki tempat itu hanya antara dari pihak Ardius, atau dari pihak Ardika.Sangat jelas, saat ini hanya ada satu kemungkinan, yaitu dari pihak Ardius."Didengar dari suaranya saja, aku sudah tahu itu ada
Begitu Chelsea tiba di lokasi, hati Ardius langsung diselimuti kepercayaan diri.Walaupun dia dan wanita itu tidak saling mengenal sebelumnya, dia hanya bergaul dengan Herdun dan sekelompok temannya itu, boleh dibilang mereka berasal dari kalangan yang berbeda.Namun, mengingat identitas pendukung Chelsea, dia merasa hari ini kemenangan sudah pasti jatuh ke tangannya.Bahkan, dia merasa kedatangan Chelsea lebih menjanjikan dan menenangkan dibandingkan kedatangan Wirhan, kakak sepupunya.Terlepas dari seberapa besar popularitas empat tuan muda Kota Gamiga, bagaimanapun juga fondasi kakak sepupunya itu ada di Kota Gamiga. Wirhan belum lama tiba di Kota Banyuli, pengaruhnya masih belum tersebar luas.Mungkin inilah alasan mengapa Ardika si bodoh itu mengira dia bisa menantang Wirhan.Berbeda halnya dengan sosok tokoh hebat pendukung Chelsea itu.Di Provinsi Denpapan, walaupun sosok Tuan Muda Pertama Keluarga Sudibya itu masih belum berkuasa penuh, paling tidak dia juga sudah merupakan sos
Chelsea sama sekali tidak menyangka dia bisa bertemu Ardika di sini!Ya, benar. Tempat ini adalah Hotel Blazar, kantor pusat Asosiasi Dagang Kota Banyuli berasal di sini. Selain itu, istri Ardika adalah Kepala Asosiasi Dagang Kota Banyuli.Seharusnya dari awal hal ini sudah tebersit dalam benaknya!Dalam sekejap, ekspresi Chelsea berubah menjadi kaku.Saat ini, baik amarah yang menyelimuti hatinya maupun ekspresi arogan yang menghiasi wajahnya tadi sudah menghilang tanpa meninggalkan jejak.Sekarang, hanya ekspresi ketakutan yang tampak jelas di wajahnya.Dia bahkan merasa kedua kakinya sudah mulai lemas.Chelsea tidak akan pernah bisa melupakan kejadian di Vila Hundo kala itu.Huris, sosok yang sudah seperti dewa dalam hatinya itu, berlutut dan memohon pada Ardika seperti seekor anjing, baru bisa menyelamatkan nyawa sendiri.Setelah Ardika pergi, Huris pun jatuh sakit.Tidak hanya didera demam tinggi tiada henti, Huris juga terus bermimpi buruk. Terkadang, sosok tuan muda yang sebelum