"Sepasang kakak dan adik yang cantik, malam ini Tuan Muda Ardius pasti akan menikmati kenikmatan yang tiada taranya. Haha ...."Herdun dan yang lainnya mengeluarkan suara tawa aneh."Ardius, dasar bajingan!"Wajah Luna langsung memerah. Tidak tahan lagi dipermalukan oleh Ardius seperti itu, dia langsung melayangkan satu tamparan ke wajah pria itu. Selama ini, dia selalu berhati-hati dalam bertindak. Namun, saat ini, dia bahkan sampai tidak bisa mengendalikan gejolak amarahnya dan memukul orang!"Plak!"Ardius langsung menarik pergelangan tangannya. Sambil tersenyum aneh, dia berkata, "Aku bajingan? Aku lebih bajingan lagi saat di ranjang, apakah kamu ingin mencobanya?""Luna, aku tahu kamu dan suamimu punya sedikit pengaruh di Kota Banyuli. Aku dengar-dengar Yudin dari Keluarga Sudibya juga kalah dari kalian.""Tapi, aku bukanlah orang bodoh seperti Yudin. Tanpa keyakinan penuh, bagaimana mungkin aku datang mencarimu?""Sebelum aku datang kemari, Tiano, Wali Kota Banyuli terdahulu seda
Hotel Blazar adalah sebuah hotel besar, tentu saja tersedia mesin cetak dan fotokopi.Tak lama kemudian, bos hotel kembali dengan membawa setumpuk kertas tebal."Nah, lihatlah."Ardika langsung mengambil setumpuk kertas tersebut dan melemparkannya ke arah mereka.Dalam sekejap, tumpukan kertas itu tampak seperti hujan yang turun, masing-masing terjatuh ke lantai, ke atas meja makan.Tentu saja, foto-foto yang dicetak ini berwarna sesuai permintaan Ardika.Di antara foto-foto tersebut, ada Herdun yang terduduk lemas dalam muntahan sendiri sambil memutar mata, tampak tidak berdaya.Selain itu, juga ada Arisa yang tergantung di atas tubuh seorang anak buah Ardius dalam posisi yang eksotis.Tentu saja, juga ada Ardius yang dalam posisi terduduk di atas meja makan sambil muntah-muntah, buang air kecil serta buang air besar. Dia terlihat seperti seekor anjing mati....Singkat kata, semalam berbagai pose jelek sekelompok orang itu telah tertangkap kamera.Di bawah pengaruh alkohol yang berle
"Kami hanyalah orang biasa. Eh, Ardika, memangnya kenapa kalau kamu bisa mengalahkan kami? Para pengawal Tuan Muda Ardius ini adalah elite di antara elite. Hanya dengan satu jari saja, mereka sudah bisa menghabisimu!""Benar-benar katak dalam tempurung! Hanya dengan mengalahkan beberapa orang biasa saja, kamu sudah beranggapan dirimu nggak terkalahkan di dunia ini!"Beberapa orang lainnya yang dihajar oleh Ardika juga melontarkan kata-kata ejekan pada Ardika."Sudah, sudah."Ardius melambaikan tangannya, lalu menatap Ardika dengan sorot mata dingin dan berkata, "Eh, Ardika, kalau kamu merasa dengan cara seperti ini kamu bisa mengulur waktu, menunggu kedatangan pihak kepolisian, kamu salah besar.""Biarpun pihak kepolisian datang, mereka juga nggak bisa menghentikanku!""Selama kita yang terlibat, nggak ada orang lain yang mengetahui kejadian semalam.""Jadi, kamu harus tutup mulutmu! Istrimu dan adik iparmu juga nggak akan bisa lolos!""Kalian semua harus menanggung api amarahku!"Ardi
"Huu ... huu ...."Wajah Ardius ditekan dengan keras oleh Ardika di atas meja. Dia tidak bisa menahan rasa sakit yang menjalar di wajahnya. Dia ingin berteriak dengan keras, tetapi pada akhirnya dia mendapati teriakannya terdengar seperti suara isakan yang tertahan di dalam tenggorokannya."Aku baru pertama kali mendengar permintaan seaneh ini."Ardika berkata dengan ekspresi dingin, "Atas dasar apa kamu begitu percaya diri, beranggapan aku nggak berani menyerangmu?""Kamu bahkan bilang kalau aku nggak menyerangmu, kamu akan menargetkan istriku, adik iparku, serta ayah dan ibu mertuaku?""Jelas-jelas kamu sedang memohon padaku untuk menyerangmu, menurutmu apakah mungkin aku nggak memenuhi keinginanmu?"Saat berbicara, Ardika langsung menarik kepala Ardius, lalu mengambil rokok yang telah dihisap setengah oleh pria itu dan langsung memasukkan bagian puntung rokok yang panas ke dalam mulut pria itu secara paksa."Ahhh ...."Panas yang membara menyelimuti lidah Ardius, bahkan asap dari ro
Ruang pribadi dipenuhi dengan suara teriakan histeris. Semua orang kembali tercengang melihat kekuatan luar biasa yang ditunjukkan oleh Ardika.'Ya Tuhan, bahkan para pengawal juga nggak bisa menghadapi bocah itu!'Saat ini, Herdun dan yang lainnya baru mengerti. Semalam, saat Ardika menghajar mereka, memang benar-benar sudah berbelas kasihan pada mereka."Ardika, apa yang ingin kamu lakukan? Jangan mendekat!"Saat ini, Herdun tiba-tiba berteriak dengan keras, suaranya diwarnai dengan ketakutan.Karena dia mendapati sorot mata Ardika tiba-tiba terpaku pada dirinya."Bam!"Ardika melangkah maju, lalu langsung membuat Herdun yang memiliki tubuh tinggi tegap itu terjatuh ke lantai."Menurutmu, apa yang ingin kulakukan? Selain Ardius, kamu yang paling arogan."Herdun yang terduduk di lantai, menutupi wajahnya sambil menatap Ardika dengan tatapan ketakutan.Namun, sorot matanya tetap saja mengekspos pemikirannya yang sesungguhnya. Dia enggan tunduk begitu saja.Dia berkata dengan suara dala
"Ayo, kita pergi. Kamu nggak perlu memedulikan hal-hal lain, sekarang hal yang perlu kamu lakukan adalah menemaniku makan."Ardika menggandeng tangan Luna. Di bawah arahan dari bos hotel, mereka langsung pergi ke sebuah ruang pribadi di lantai atas. Biasanya mereka makan di restoran lantai satu.Namun, karena Ardius dan lainnya pasti akan terus menerus memanggil bantuan, dia tidak ingin Luna menyaksikan pemandangan seperti itu.Siapa sangka, setelah dia dan Luna selesai makan, Ardius dan yang lainnya masih belum memanggil bantuan."Sayang, kamu pulang saja, istirahat di rumah."Ardika meminta staf Asosiasi Dagang Kota Banyuli untuk mengantar Luna pulang. Selain itu, dia juga menghubungi Levin, meminta Levin untuk mengirim orang melindungi istrinya sepanjang jalan.Namun, mereka hanya perlu memastikan istrinya aman sampai di luar Kompleks Vila Bumantara saja.Tidak ada orang yang berani menerobos masuk ke dalam Kompleks Vila Bumantara untuk menargetkan Luna.Futari, ayah dan ibu mertuan
Levin benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi.Kalau bukan karena Ardika bisa menundukkan Keluarga Septio Provinsi Aste, dia pasti sudah bertanya-tanya dari mana kepercayaan diri Ardika, sampai-sampai bisa mengucapkan kata-kata seperti itu."Naiklah ke atas, jagalah Asosiasi Dagang Kota Banyuli dengan baik."Ardika melambaikan tangannya."Kak Ardika, kamu tinggal di sini sendirian?"Levin langsung tercengang. "Mungkin mereka akan memanggil banyak orang kemari ....""Nggak peduli seberapa banyak orang yang datang, mereka tetap saja lemah." Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kamu bawa anggotamu, jaga asosiasi baik-baik. Jangan biarkan mereka membuat keributan di atas."Dia mewaspadai Ardius yang tak bisa bersikap logis itu akan menghancurkan Asosiasi Dagang Kota Banyuli untuk melampiaskan amarahnya."Oke!"Levin menangkupkan tangannya, lalu berbalik dan masuk ke dalam lift.Saat ini, di jalan utama di luar Hotel Blazar, sudah dipenuhi dengan rombongan mobil mewah yang berjumlah mende
"Syuu!"Ratusan pasang mata langsung tertuju pada Ardika dengan serempak.Gelombang tekanan yang tak terlihat seperti menyapu ke arah Ardika.Kalau dibandingkan dengan Ardika yang berdiri sendirian di sana, kesenjangan antara kedua belah pihak sangatlah besar.Situasi saat ini bagaikan setetes air akan menghadapi gelombang air yang dahsyat, tampak sangat kasihan dan tidak berdaya.Kalau pemandangan ini diabadikan dengan kamera ponsel, sebuah sensasi tidak berdaya pasti akan menyelimuti layar.Banyak di antara ratusan orang itu yang menunjukkan ekspresi mempermainkan, mereka bahkan mengagumi pertahanan mental pria yang berdiri sendirian itu.Menghadapi sorot mata tajam ratusan orang sendirian, tetapi orang itu masih bisa berdiri dengan tegak."Ardius, apa otakmu sudah rusak? Kamu sedang membuat pertunjukan di sini?" Ardika mendongak, menatap lawan bicaranya dengan sorot mata seperti menatap idiot.Suasana di tempat parkir bawah tanah langsung hening seketika.Siapa sangka di bawah tatap