Suasana di lobi Perusahaan Investasi Yoritas hening seketika.Yaori dan yang lainnya benar-benar tercengang.Ucapan Hugo sangat mengejutkan mereka, bahkan jauh lebih mengejutkan dibandingkan saat seribu orang itu tiba-tiba muncul begitu saja!Benar-benar datang seribu orang!Tidak lebih dan tidak kurang seorang pun!Terlebih lagi, mereka adalah anggota Sekolah Bela Diri Wakanda!Kalau dibandingkan dengan semangat orang-orang sekolah bela diri ini, dua ratus orang preman itu sama sekali bukan apa-apa bagi mereka kalau berduel.Apalagi, saat ini mereka benar-benar berjumlah seribu orang, jauh lebih banyak lima kali lipat dibandingkan jumlah orang Perusahaan Investasi Yoritas!Saat ini, suasana hati Yaori sangatlah buruk.Dia sama saja dengan sekretarisnya dan yang lainnya, tidak menganggap serius ucapan Ardika.Dia mengira Ardika keras kepala dan berlagak hebat saja.Namun sekarang, Ardika benar-benar memanggil seribu orang yang ahli berkelahi ke sini hanya dengan satu panggilan telepon,
Menghadapi teguran arogan dari Ardika itu, Yaori merasa kesal setengah mati.Bagaimanapun juga, dia merupakan seorang tokoh hebat yang dihormati.Sejak kapan dia berakhir tunduk pada orang lain seperti sekarang ini?Namun, situasi saat ini tidak menguntungkan baginya. Jadi, mau tidak mau dia harus tunduk."Kalau begitu, Ardika, kamu nggak berencana untuk melepaskanku, ya?"Sambil berusaha menahan amarah yang bergejolak dalam hatinya, Yaori berkata dengan gigi terkatup, "Kehidupan ini seperti roda yang berputar, ada kalanya di atas, ada kalanya di bawah. Lebih banyak teman, tentu saja lebih baik.""Hari ini kamu memperlakukanku seperti ini, siapa tahu suatu hari ini saat roda kehidupanmu sedang berputar di bawah, apakah ada orang yang akan melakukan hal yang sama terhadapmu atau nggak."Saat berbicara, Yaori menatap Ardika dengan tatapan penuh arti.Emina yang berdiri di belakangnya juga memberanikan diri dan berkata dengan suara melengking, "Ar ... Ardika, Pak Yaori benar! Bertindak ha
Selesai berbicara, Ardika melambaikan tangannya pada Hugo.Dengan sangat peka, Hugo segera memindahkan sebuah kursi dan mempersilakan Ardika untuk duduk."Dia nggak perlu datang secara pribadi, hanya membiarkanmu melihatnya saja, kamu pasti akan berlutut dengan patuh!"Dengan menyunggingkan seulas senyum ganas, Yaori mengeluarkan ponselnya dan melakukan panggilan video."Ada apa?"Tanpa butuh waktu lama, panggilan video sudah terhubung. Wajah seseorang muncul di layar ponsel.Begitu melihat wajah itu, Ardika langsung tertawa. 'Ya ampun, sepertinya dunia ini sempit sekali, ya!' pikirnya."Pak Amir, aku benar-benar nggak berguna! Awalnya pembelian Hongkem sudah hampir berhasil, tapi digagalkan oleh seseorang. Sekarang, Perusahaan Investasi Yoritas bahkan sudah diserang dan di bawah kendalinya!"Yaori segera beranjak berlutut di lantai, lalu mengarahkan kamera ke dirinya sendiri."Siapa yang memukulmu sampai seperti itu?!"Orang yang berada di ujung panggilan telepon tidak lain adalah Ami
"Karena Yaori bukan orang Pak Amir, maka aku akan mulai beraksi, juga nggak perlu khawatir menyinggung Pak Amir lagi ...."Ardika melontarkan beberapa patah kata itu sambil tersenyum tipis.Tiba-tiba saja, dia mengangkat kakinya dan menginjak targetnya dengan keras."Ahhh!"Yaori yang tergeletak di lantai mengeluarkan teriakan menyedihkan yang bisa membuat orang merinding. Saking kesakitannya, bulir-bulir keringat dingin sudah bercucuran di tubuhnya.Satu kakinya langsung dipatahkan oleh Ardika!Menyaksikan pemandangan menakutkan itu, baik Emina maupun anggota Perusahaan Investasi Yoritas langsung merinding ketakutan, wajah mereka semua tampak pucat pasi.Mereka menatap Ardika dengan tatapan terkejut sekaligus ketakutan.Sejak saat itulah, mereka mulai merasa ketakutan terhadap pemuda yang bisa mematahkan lengan dan kaki orang lain sambil bercanda itu.Amir yang berada di layar ponsel, walaupun tidak menunjukkan ekspresi apa pun saat menyaksikan adegan tersebut, tetapi sorot mata dingi
"Ardika, kamu nggak perlu membicarakan logika-logika yang nggak masuk akal itu padaku. Seorang pebisnis, hanya fokus berbisnis. Bagiku, hal yang paling penting adalah bisnis."Amir tertawa dingin dan berkata, "Hidup dan mati Hongkem nggak ada hubungannya denganku. Selama bisa menghasilkan uang, aku juga nggak keberatan berinvestasi pada mereka. Tapi, sangat disayangkan, ini hanyalah lelucon yang nggak ada artinya.""Seharusnya kamu urus saja urusanmu sendiri, kamu saja belum membersihkan namamu sendiri, bisa-bisanya kamu malah mengkhawatirkan hal-hal seperti ini, sungguh konyol!"Apa yang dimaksud oleh Amir, tentu saja adalah masalah Ardika yang terjebak dalam opini publik.Dengan makin memanasnya kasus Teodor, kritikan-kritikan yang tertuju pada Ardika juga makin memanas.Ardika tersenyum dan berkata, "Karena kamu berinisiatif menyebut hal ini, kalau begitu aku beri tahu kamu saja, opini publik sama sekali nggak akan memengaruhiku. Sebelumnya, Teodor nggak berhasil, kali ini Perusahaa
"Tuan Ardika, terima kasih banyak karena sudah mempertimbangkan Hongkem dan membantuku menangani masalah.""Tapi, pikiranku sudah terbuka. Karena nggak bisa dihidupkan kembali, maka aku akan membiarkannya hancur di tanganku saja."Setelah keluar dari pintu Perusahaan Investasi Yoritas, Hadiman segera berterima kasih pada Ardika, lalu mengucapkan kata-kata itu.Ardika mengerutkan keningnya, lalu berkata, "Hadiman, kamu nggak perlu patah semangat seperti ini. Bukankah kamu sudah mengembangkan Hongkem dengan susah payah selama bertahun-tahun? Apa kamu rela membiarkannya hancur begitu saja?""Nggak rela pun, aku juga nggak berdaya untuk mengubah situasi."Sambil tersenyum getir, Hadiman berkata, "Walau Amir hanyalah makhluk yang mementingkan keuntungan tanpa memiliki batasan, ucapannya benar juga. Pihak yang mengikuti tren akan makmur, sebaliknya pihak yang nggak mengikuti tren akan binasa.""Pasang surut dunia bisnis telah berjalan selama bertahun-tahun, merek yang dihancurkan bukan hanya
Setelah Ardika selesai berbicara, dia juga tidak peduli Jane menatapnya dengan tatapan curiga, dia langsung memanggil Hadiman memasuki ruangan."Halo, Bu Jane, aku adalah Hadiman, presdir Hongkem."Begitu memasuki ruangan, Hadiman menyapa Jane dengan sopan."Halo, Pak Hadiman."Melihat pria itu adalah seorang pebisnis generasi tua, Jane juga berjabat tangan dengan pria itu dengan sopan. Namun, dia segera memasang ekspresi serius."Pak Hadiman, pebisnis hanya membicarakan bisnis. Secara kasar, aku juga sudah mengetahui situasi Hongkem saat ini. Kalau Bapak datang untuk mencari investasi, aku benar-benar minta maaf."Siapa sangka, Jane langsung menolak begitu saja tanpa bertele-tele lagi.Dalam sekejap, ekspresi kecewa tampak jelas di wajah Hadiman. Dia tersenyum getir dan berkata, "Aku tahu, aku juga nggak menyalahkan Bu Jane. Lagi pula, siapa yang berani berinvestasi pada Hongkem yang sekarang ini?""Hadiman, kamu keluar dan beristirahat sejenak di luar."Ardika mengerutkan keningnya,
"Tuan Ardika, apakah kamu benar-benar yakin penjualan bisa meroket?"Melihat Ardika berbicara dengan penuh keyakinan tanpa adanya tanda-tanda sedang bercanda, hati Hadiman mulai sedikit tergerak."Kalau kubilang penjualan Hongkem bisa meroket, tentu saja bisa."Ardika menepuk-nepuk pundak Hadiman dan berkata, "Pulanglah dan minta pabrik untuk mempersiapkan barang, aku pergi dulu."Melihat punggung Ardika yang kian menjauh, Hadiman memutuskan untuk bertaruh sekali!Lagi pula, Hongkem sudah berada di ambang kebangkrutan.Tidak lama lagi, Hongkem hanya akan tinggal nama, apa lagi yang perlu dia takutkan? Apa lagi yang tidak bisa dia pertaruhkan? Dia harus mengambil keputusan berani ini.Terlebih lagi, Ardika sudah memikirkan banyak cara demi menangani masalah dan mempertahankan Hongkem.Tidak hanya sudah menyinggung Amir, Ardika bahkan ditolak begitu saja oleh Jane.Dia tidak bisa mengecewakan orang yang telah berusaha keras demi perusahaan keluarganya itu."Gando, cepat hubungi pabrik un