"Karena Yaori bukan orang Pak Amir, maka aku akan mulai beraksi, juga nggak perlu khawatir menyinggung Pak Amir lagi ...."Ardika melontarkan beberapa patah kata itu sambil tersenyum tipis.Tiba-tiba saja, dia mengangkat kakinya dan menginjak targetnya dengan keras."Ahhh!"Yaori yang tergeletak di lantai mengeluarkan teriakan menyedihkan yang bisa membuat orang merinding. Saking kesakitannya, bulir-bulir keringat dingin sudah bercucuran di tubuhnya.Satu kakinya langsung dipatahkan oleh Ardika!Menyaksikan pemandangan menakutkan itu, baik Emina maupun anggota Perusahaan Investasi Yoritas langsung merinding ketakutan, wajah mereka semua tampak pucat pasi.Mereka menatap Ardika dengan tatapan terkejut sekaligus ketakutan.Sejak saat itulah, mereka mulai merasa ketakutan terhadap pemuda yang bisa mematahkan lengan dan kaki orang lain sambil bercanda itu.Amir yang berada di layar ponsel, walaupun tidak menunjukkan ekspresi apa pun saat menyaksikan adegan tersebut, tetapi sorot mata dingi
"Ardika, kamu nggak perlu membicarakan logika-logika yang nggak masuk akal itu padaku. Seorang pebisnis, hanya fokus berbisnis. Bagiku, hal yang paling penting adalah bisnis."Amir tertawa dingin dan berkata, "Hidup dan mati Hongkem nggak ada hubungannya denganku. Selama bisa menghasilkan uang, aku juga nggak keberatan berinvestasi pada mereka. Tapi, sangat disayangkan, ini hanyalah lelucon yang nggak ada artinya.""Seharusnya kamu urus saja urusanmu sendiri, kamu saja belum membersihkan namamu sendiri, bisa-bisanya kamu malah mengkhawatirkan hal-hal seperti ini, sungguh konyol!"Apa yang dimaksud oleh Amir, tentu saja adalah masalah Ardika yang terjebak dalam opini publik.Dengan makin memanasnya kasus Teodor, kritikan-kritikan yang tertuju pada Ardika juga makin memanas.Ardika tersenyum dan berkata, "Karena kamu berinisiatif menyebut hal ini, kalau begitu aku beri tahu kamu saja, opini publik sama sekali nggak akan memengaruhiku. Sebelumnya, Teodor nggak berhasil, kali ini Perusahaa
"Tuan Ardika, terima kasih banyak karena sudah mempertimbangkan Hongkem dan membantuku menangani masalah.""Tapi, pikiranku sudah terbuka. Karena nggak bisa dihidupkan kembali, maka aku akan membiarkannya hancur di tanganku saja."Setelah keluar dari pintu Perusahaan Investasi Yoritas, Hadiman segera berterima kasih pada Ardika, lalu mengucapkan kata-kata itu.Ardika mengerutkan keningnya, lalu berkata, "Hadiman, kamu nggak perlu patah semangat seperti ini. Bukankah kamu sudah mengembangkan Hongkem dengan susah payah selama bertahun-tahun? Apa kamu rela membiarkannya hancur begitu saja?""Nggak rela pun, aku juga nggak berdaya untuk mengubah situasi."Sambil tersenyum getir, Hadiman berkata, "Walau Amir hanyalah makhluk yang mementingkan keuntungan tanpa memiliki batasan, ucapannya benar juga. Pihak yang mengikuti tren akan makmur, sebaliknya pihak yang nggak mengikuti tren akan binasa.""Pasang surut dunia bisnis telah berjalan selama bertahun-tahun, merek yang dihancurkan bukan hanya
Setelah Ardika selesai berbicara, dia juga tidak peduli Jane menatapnya dengan tatapan curiga, dia langsung memanggil Hadiman memasuki ruangan."Halo, Bu Jane, aku adalah Hadiman, presdir Hongkem."Begitu memasuki ruangan, Hadiman menyapa Jane dengan sopan."Halo, Pak Hadiman."Melihat pria itu adalah seorang pebisnis generasi tua, Jane juga berjabat tangan dengan pria itu dengan sopan. Namun, dia segera memasang ekspresi serius."Pak Hadiman, pebisnis hanya membicarakan bisnis. Secara kasar, aku juga sudah mengetahui situasi Hongkem saat ini. Kalau Bapak datang untuk mencari investasi, aku benar-benar minta maaf."Siapa sangka, Jane langsung menolak begitu saja tanpa bertele-tele lagi.Dalam sekejap, ekspresi kecewa tampak jelas di wajah Hadiman. Dia tersenyum getir dan berkata, "Aku tahu, aku juga nggak menyalahkan Bu Jane. Lagi pula, siapa yang berani berinvestasi pada Hongkem yang sekarang ini?""Hadiman, kamu keluar dan beristirahat sejenak di luar."Ardika mengerutkan keningnya,
"Tuan Ardika, apakah kamu benar-benar yakin penjualan bisa meroket?"Melihat Ardika berbicara dengan penuh keyakinan tanpa adanya tanda-tanda sedang bercanda, hati Hadiman mulai sedikit tergerak."Kalau kubilang penjualan Hongkem bisa meroket, tentu saja bisa."Ardika menepuk-nepuk pundak Hadiman dan berkata, "Pulanglah dan minta pabrik untuk mempersiapkan barang, aku pergi dulu."Melihat punggung Ardika yang kian menjauh, Hadiman memutuskan untuk bertaruh sekali!Lagi pula, Hongkem sudah berada di ambang kebangkrutan.Tidak lama lagi, Hongkem hanya akan tinggal nama, apa lagi yang perlu dia takutkan? Apa lagi yang tidak bisa dia pertaruhkan? Dia harus mengambil keputusan berani ini.Terlebih lagi, Ardika sudah memikirkan banyak cara demi menangani masalah dan mempertahankan Hongkem.Tidak hanya sudah menyinggung Amir, Ardika bahkan ditolak begitu saja oleh Jane.Dia tidak bisa mengecewakan orang yang telah berusaha keras demi perusahaan keluarganya itu."Gando, cepat hubungi pabrik un
"Bu Luna, sini!"Seorang wanita cantik yang duduk di barisan depan bangkit dan melambaikan tangannya pada Luna.Sambil tersenyum, Luna melambaikan tangannya, lalu berjalan ke arah sana bersama Ardika.Beberapa orang pria dan wanita yang duduk di sana masih terbilang muda.Berpenampilan bagus, dilengkapi dengan ekspresi yang natural dan percaya diri. Hanya dengan sekali pandang saja, sudah kelihatan mereka adalah orang-orang yang berasal dari kalangan atas."Sayang, beberapa orang itu adalah petinggi Organisasi Redim dan Klub Mobil Balap. Identitas dan latar belakang mereka nggak biasa. Kamu juga harus mencoba untuk menjalin hubungan pertemanan dengan mereka. Lebih banyak teman, lebih baik."Tepat pada saat ini, Luna berbisik pada Ardika.Sangat jelas bahwa Luna sudah melakukan persiapan sebelum datang. Dia sudah mencari tahu data diri orang-orang yang berpartisipasi dalam perjamuan malam ini.Ardika tahu Luna bermaksud untuk membantunya memperluas relasi. Sambil tersenyum, dia mengangg
"Zendaya benar. Bukan lingkungan sendiri, maka jangan memaksakan diri untuk berinteraksi dengan orang-orang lingkungan tersebut ...."Beberapa orang pria dan wanita juga ikut menimpali.Mereka tidak marah, melainkan sambil tertawa dan bercanda menjatuhkan Ardika, seolah-olah Ardika tidak ada harganya. Mereka sengaja membuat situasi Ardika menjadi sangat sulit."Sayang, maaf."Luna menoleh, berbisik pada Ardika.Dia tidak menyangka Jelita dan yang lainnya begitu arogan, bahkan sama sekali tidak mempertimbangkan dirinya.Dia sendiri sudah merasa menyesal menghadiri perjamuan ini. Namun, kalau sekarang dia langsung berbalik dan pergi begitu saja, tentu saja kurang baik.Ardika tersenyum dan berkata, "Nggak apa-apa, untuk apa marah karena beberapa patah nggak penting yang diucapkan oleh orang nggak penting? Kamu lanjutkan saja pertemuanmu, aku akan menunggumu."Dia sudah memastikan perjamuan malam ini tidak sesederhana kelihatannya, jadi Ardika tentu saja tidak bisa meninggalkan Luna dan p
Saat diselimuti oleh sedikit kekecewaan, keinginan untuk menundukkan wanita cantik di hadapannya itu tiba-tiba saja muncul dalam hati Oscar.Dia malah tidak tertarik dengan wanita yang terlalu mudah didapat."Siapa ini?"Pada akhirnya, sorot mata Oscar tertuju pada Ardika.Jauh di dalam matanya, sorot matanya tampak dingin.Saat dia baru berjalan kemari, dia sudah menyadari Luna berdiri sangat dekat dengan bocah itu. Terlebih lagi, mereka berdua tampak sangat akrab.Khawatir orang-orang lainnya akan mengucapkan kata-kata yang menjatuhkan Ardika lagi, Luna langsung berkata, "Pak Oscar, ini adalah suamiku, presdir Grup Bintang Darma. Selain itu, dia juga menjabat di Perusahaan Investasi Gilra.""Oh."Tanggapan Oscar sangat datar, dia bahkan tidak bermaksud untuk berjabat tangan dengan Ardika."Aku dengar-dengar kamu sangat populer di internet. Sepertinya kamu sudah menyinggung Pak Amir dari Perusahaan Investasi Mahasura?""Aku sangat akrab dengan Pak Amir, hubungan kami cukup baik.""Nan