Dalam situasi seperti sekarang ini, Luna hanya bisa menaruh harapan pada Ardika."Bu Luna, orang-orang di luar sana makin lama makin ganas saja. Mereka bahkan mengancam kalau kita nggak menyerahkan orang yang mereka cari, mereka akan langsung menerobos masuk dan menghancurkan asosiasi!"Tepat pada saat ini, staf Asosiasi Dagang Kota Banyuli kembali masuk ke dalam ruangan untuk melapor pada Luna.Ekspresi Luna langsung berubah menjadi muram, dia langsung bangkit dan berkata, "Aku akan keluar untuk menahan mereka terlebih dahulu.""Aku juga ikut bersama Bu Luna."Setelah menenangkan keluarganya, Hadiman juga ikut Luna keluar.Luna melangkah maju, lalu berkata dengan suara dalam, "Aku adalah Luna, Kepala Asosiasi Dagang Kota Banyuli. Kalau ada perselisihan, bisa diselesaikan secara baik-baik. Apa kalian nggak tahu tindakan kalian ini sudah melanggar hukum?!""Siapa ketua kalian? Ikut kami masuk ke dalam untuk minum teh sambil berdiskusi sejenak."Luna juga tahu saat ini dia harus menunjuk
"Jangan berbicara sembarangan, itu hanya opini sepihak kalian!"Tepat pada saat ini, Hadiman berkata dengan ekspresi marah, "Aku memang berniat untuk menjual Hongkem, nggak pernah berpikiran untuk bernegosiasi dengan itikad buruk.""Semua detail pembelian sudah didiskusikan dengan baik. Tapi, hari ini bosmu, Yaori Setiadi tiba-tiba saja menurunkan setengah dari harga yang telah disepakati.""Walau Hongkem sudah di ambang kebangkrutan, paling nggak sudah merupakan merek lama, nggak mungkin dijual seperti barang rongsokan.""Menurutmu, apa mungkin aku setuju?!"Bagaimanapun juga, Hadiman sudah menjalankan bisnis itu selama bertahun-tahun, tentu saja merek yang dirintisnya itu sudah seperti anaknya sendiri.Kalau bukan karena adanya begitu banyak karyawan, stok barang juga banyak, serta rantai dana yang bermasalah sampai-sampai perputaran sudah tidak memungkinkan lagi, dia juga ingin mempertahankan perusahaannya.Mungkin saja dia bisa melewati masa-masa sulit ini.Alhasil, setelah semuany
"Bocah, maksudmu kamu berniat memanfaatkanku untuk menunjukkan wibawa, begitu?"Husam menatap Ardika dengan sorot mata tajam, nada bicaranya juga tajam.Dua puluhan anak buah yang dibawanya kemari juga menatap Ardika dengan tatapan mengejek sekaligus mempermainkan.Mereka sama sekali tidak menganggap serius Ardika.Ardika menganggukkan kepalanya pada Luna dan Hadiman, lalu membawa Revina memasuki hall dengan langkah mantap, lalu berjalan menghampiri Husam."Yah, kamu sudah berinisiatif datang sendiri, kalau kamu nggak dimanfaatkan untuk menunjukkan wibawa, bukankah sama saja dengan membiarkanmu datang sia-sia?"Ardika mengucapkan beberapa patah kata itu sambil tersenyum. Pada saat bersamaan, dia melirik dua puluhan preman itu. Kemudian, dia menggelengkan kepala dengan penuh penyesalan, "Ah, sangat disayangkan. Hanya sekelompok preman-preman kelas teri saja, sama sekali nggak ada tantangannya.""Biarpun hari ini aku melumpuhkan kalian dan melempar kalian keluar, juga nggak akan bisa men
Nada bicara penuh kebencian yang sangat menakutkan bagi orang lain terdengar jelas dalam ucapan Husam.Namun, ucapannya hanya terdengar seperti ucapan orang yang telah mengalami kekalahan di telinga Ardika. Tidak ada artinya dan tidak bisa memengaruhi Ardika."Oh? Menyesal seumur hidup, ya? Memangnya wajahmu itu sangat bernilai? Kulihat, satu tamparan saja masih belum cukup untukmu."Sambil menggelengkan kepalanya, Ardika berjalan ke arah Husam.Menghadapi preman-preman yang tidak berbicara logika seperti mereka ini, penyelesaiannya hanya dengan kekerasan!Husam tertegun sejenak. Dia tidak menyangka, Ardika bukan hanya tidak takut padanya sama sekali, bahkan masih berani berinisiatif menghampirinya dan hendak menyerangnya."Kenapa kalian masih melamun saja? Cepat serang dia!"Dia melambaikan tangannya, lalu berteriak sambil menggertakkan giginya, "Lumpuhkan bocah itu, lalu hancurkan Asosiasi Dagang Kota Banyuli!""Ah, selain itu, masih ada istri cantik bocah itu ...."Sorot mata agresi
Mengetahui Ardika tidak akan melepaskannya, Husam juga sudah tidak memedulikan apa pun lagi."Krak!"Sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, Ardika sudah mengangkat kakinya dan menginjak telapak tangannya yang satu lagi."Oh? Yaori? Oke, nanti aku akan mencari perhitungan dengannya.""Adapun sekarang, kamu dan anak buahmu masih bisa memberikan 'kontribusi terakhir'. Lagi pula, kalian sudah datang, bukan? Aku nggak bisa membiarkan kalian datang sia-sia."Setelah Ardika selesai berbicara, dia meminta Luna untuk memanggil staf Asosiasi Dagang Kota Banyuli."Tuan Ardika, apa yang bisa kami bantu?"Setelah memasuki ruangan, staf-staf itu berbicara dengan suara bergetar. Walaupun mereka tahu Ardika sedang melindungi Asosiasi Dagang Kota Banyuli, tetapi mereka benar-benar sangat ketakutan.Suami kepala asosiasi mereka benar-benar sangat kejam!Ardika menunjuk Husam dan yang lainnya yang sudah tergeletak di lantai dan berkata, "Lepaskan pakaian orang-orang ini, sisakan celana dalam mereka
"Yah ...."Mendengar nama Yaori disebut, ekspresi Hadiman langsung berubah menjadi serius."Tuan Ardika, sebenarnya aku juga nggak tahu banyak tentang Yaori ini. Aku hanya tahu beberapa waktu yang lalu, dia baru datang dari ibu kota provinsi.""Saat itu, setelah tiga keluarga besar jatuh, ada banyak perusahaan ibu kota provinsi yang mengikuti dua keluarga terpandang itu memasuki pasar Kota Banyuli.""Perusahaan Investasi Yoritas milik Yaori di Kota Banyuli juga didaftarkan pada saat itu ...."Perusahaan Investasi Yoritas memiliki dana yang berlimpah. Begitu tiba di Kota Banyuli, mereka langsung membeli beberapa pabrik sepatu Kota Banyuli.Selain itu, mereka terus menghubungi Hongkem, berharap bisa membeli Hongkem.Walaupun sempat ragu, pada akhirnya Hadiman memutuskan untuk menjual Hongkem.Semuanya memang sudah didiskusikan dengan baik dan sudah mencapai kesepakatan bersama, tetapi Yaori tiba-tiba berubah pikiran dan menurunkan setengah harga begitu saja, hingga terjadilah perselisiha
"Aku mau lihat apakah Asosiasi Dagang Kota Banyuli juga bisa menggantungku di tiang bendera atau nggak!"Ekspresi Yaori diwarnai dengan kebencian yang mendalam.Husam Kosasih adalah anak buah kepercayaannya yang sudah mengikutinya selama bertahun-tahun. Sekarang Asosiasi Dagang Kota Banyuli malah melepaskan pakaian Husam dan menggantungnya di tiang bendera, tindakan itu sama saja dengan mempermalukan Yaori sendiri.Selain itu, sejak dia tiba di Kota Banyuli, Husam yang membantunya menangani urusan di luar.Hari ini, kalau dia tidak menghancurkan Asosiasi Dagang Kota Banyuli, kelak siapa lagi yang akan menghormatinya di Kota Banyuli?"Plak!"Sekretaris yang masih tercengang itu tiba-tiba merasakan tamparan keras di wajahnya.Dengan memasang ekspresi muram, Yaori berteriak dengan keras, "Mengapa kamu masih melamun saja di sana? Cepat pergi!""Baik!"Sambil menutupi wajahnya, sekretaris yang berwajah pucat itu segera keluar dari ruangan. Tanpa membuang-buang waktu lagi, dia segera menghub
Wajah Yaori langsung berkedut hebat setelah mendengar ucapan Ardika.Tentu saja dia mengetahui dengan jelas Ardika sedang menyindirnya."Kalau begitu, sekarang Pak Ardika berinisiatif datang sendiri untuk 'memberikan hadiah balasan'?""Kebetulan sekali, Perusahaan Investasi Yoritas juga baru memasuki pasar kota ini dan dipandang rendah oleh beberapa penduduk asli kota ini. Kami juga perlu menunjukkan wibawa kami."Yaori mengucapkan kata-kata itu sambil menyunggingkan seulas senyum palsu.Walaupun Ardika cukup berpengaruh di Kota Banyuli, tetapi Yaori sendiri adalah orang yang berkuasa di luar kota.Ardika telah memperlakukan anak buahnya seperti itu, sekarang malah berinisiatif datang sendiri.Kalau hari ini dia tidak menundukkan Ardika, kelak bagaimana dia bisa bertahan di Kota Banyuli?"Yah, nggak ada gunanya perang mulut. Aku datang ke sini bukan untuk berdebat denganmu. Mari kita bicarakan intinya saja."Ardika menggelengkan kepalanya, lalu mengabaikan pembicaraan tadi dan berkata,