Wajah Yaori langsung berkedut hebat setelah mendengar ucapan Ardika.Tentu saja dia mengetahui dengan jelas Ardika sedang menyindirnya."Kalau begitu, sekarang Pak Ardika berinisiatif datang sendiri untuk 'memberikan hadiah balasan'?""Kebetulan sekali, Perusahaan Investasi Yoritas juga baru memasuki pasar kota ini dan dipandang rendah oleh beberapa penduduk asli kota ini. Kami juga perlu menunjukkan wibawa kami."Yaori mengucapkan kata-kata itu sambil menyunggingkan seulas senyum palsu.Walaupun Ardika cukup berpengaruh di Kota Banyuli, tetapi Yaori sendiri adalah orang yang berkuasa di luar kota.Ardika telah memperlakukan anak buahnya seperti itu, sekarang malah berinisiatif datang sendiri.Kalau hari ini dia tidak menundukkan Ardika, kelak bagaimana dia bisa bertahan di Kota Banyuli?"Yah, nggak ada gunanya perang mulut. Aku datang ke sini bukan untuk berdebat denganmu. Mari kita bicarakan intinya saja."Ardika menggelengkan kepalanya, lalu mengabaikan pembicaraan tadi dan berkata,
Setelah mendengar ucapan Hadiman, Yaori merasa sangat kesal.'Apa katanya? Dia membeli Hongkem, bukan ingin membangkitkan kembali perusahaan agar bisa menghasilkan uang, melainkan malah ingin menghancurkannya?''Apa maksudnya?'Kelopak mata Hadiman melompat dengan cepat. Tiba-tiba, dia mendongak, lalu memelototi Yaori dan berkata dengan marah, "Kamu ingin mengembangkan merek-merek luar itu?!""Yaori, kamu benar-benar keji! Sungguh menjijikkan!"Hadiman mengeluarkan teriakan sedih sekaligus marah. Dalam sekejap, butiran-butiran bening memenuhi matanya.Tiba-tiba saja, dia menyadari mengapa Yaori mengucapkan kata-kata yang begitu aneh itu.Membeli Hongkem bukan untuk membangkitkannya kembali, melainkan untuk menghancurkannya.Bukankah cara seperti ini yang sering digunakan oleh merek-merek luar itu?Mereka selalu menargetkan merek-merek Nusantara yang berkembang dengan baik. Berawal dari memberikan tekanan, lalu setelah mendapati perusahaan-perusahaan tersebut sudah berada di ambang keba
Yaori adalah tipe orang yang menyukai kemegahan.Ruangannya tidaklah sempit. Kalau dimodifikasi, sudah bisa menjadi beberapa apartemen dengan tiga kamar tidur.Ruang yang begitu besar saja masih tidak cukup untuk menampung orang yang dipanggilnya kemari, itu artinya orang yang dipanggilnya kemari sangatlah banyak."Eh, Ardika, apa kamu sudah takut? Kalau kamu sudah takut, cepat berlutut di lantai dan bersujud meminta maaf pada Pak Yaori!""Oh ya, aku mau kamu menampar dirimu sendiri hingga wajahmu rusak!"Sambil menutupi wajahnya yang ditampar oleh Ardika tadi, Emina mengucapkan beberapa patah kata itu sambil menggertakkan giginya. Sorot mata penuh kebencian tampak jelas di matanya.Ardika tidak melirik wanita itu sama sekali. Dia bangkit, menepuk-nepuk bokongnya, lalu tersenyum dan berkata, "Boleh saja. Kalau begitu, aku akan mengikuti Pak Yaori turun ke lantai bawah untuk melihat-lihat sejenak."Yaori tidak tahu apakah Ardika hanya berpura-pura tenang, atau benar-benar tidak takut.N
Kalau didengar dari kata-kata Yaori, situasi saat ini seakan-akan sudah berada di bawah kendalinya.Seolah-olah Ardika sudah kalah telak."Pak Yaori, ide bagus! Kalau presdir Grup Bintang Darma yang dilepas pakaiannya, lalu digantung di tiang bendera, pemandangan itu ... ckckck ... pasti lebih menggemparkan dibandingkan pemandangan Kak Husam dan yang lainnya digantung di tiang bendera!"Emina yang berdiri di samping, melemparkan sorot mata meremehkan sekaligus bangga ke arah Ardika. Dia seperti sudah bisa membayangkan pemandangan Ardika digantung di tiang bendera, lalu kulitnya terkelupas di bawah sinar matahari."Tuan Ardika, ini ...."Hadiman menatap Ardika dengan ekspresi bersalah, bahkan dia ingin menggantikan Ardika untuk digantung di tiang bendera.Awalnya Ardika dan Yaori tidak salah mengenal.Ardika bisa terlibat perselisihan dengan pria sialan itu karena dirinya.Ardika melambaikan tangannya pada Hadiman, lalu menatap Yaori dengan tatapan penuh minat dan berkata, "Pak Yaori, a
"Perusahaan Investasi Yoritas? Nggak masalah!""Tuan Ardika beri aku waktu lima menit, dijamin tiba tepat waktu!"Di ujung telepon, tanpa banyak bicara lagi, Wakanda langsung menyetujui permintaan Ardika."Eh, Ardika, hingga saat seperti ini, kamu masih saja berlagak hebat di hadapan kami!"Melihat Ardika sudah memutuskan sambungan teleponnya, Emina tertawa dingin dan berkata, "Jangan beri tahu aku, kamu memanggil seribu ekor sapi kemari!"Hanya dengan satu panggilan saja, bisa memanggil seribu orang yang ahli bertarung kemari?Di seluruh dunia preman Kota Banyuli saja, tidak ada preman sebanyak itu.Jadi, menurut mereka, Ardika melakukan panggilan telepon itu hanya untuk berlagak hebat."Bos, nggak perlu beromong kosong dengan bocah itu lagi! Biarkan kami menyerangnya sekarang juga!"Seorang pria kekar yang memimpin dua ratus orang petarung itu berjalan maju dan melontarkan kata-kata itu sambil tersenyum ganas.Mereka sudah mendengar dengan jelas ucapan Ardika tadi. Ardika sangat mere
Suasana di lobi Perusahaan Investasi Yoritas hening seketika.Yaori dan yang lainnya benar-benar tercengang.Ucapan Hugo sangat mengejutkan mereka, bahkan jauh lebih mengejutkan dibandingkan saat seribu orang itu tiba-tiba muncul begitu saja!Benar-benar datang seribu orang!Tidak lebih dan tidak kurang seorang pun!Terlebih lagi, mereka adalah anggota Sekolah Bela Diri Wakanda!Kalau dibandingkan dengan semangat orang-orang sekolah bela diri ini, dua ratus orang preman itu sama sekali bukan apa-apa bagi mereka kalau berduel.Apalagi, saat ini mereka benar-benar berjumlah seribu orang, jauh lebih banyak lima kali lipat dibandingkan jumlah orang Perusahaan Investasi Yoritas!Saat ini, suasana hati Yaori sangatlah buruk.Dia sama saja dengan sekretarisnya dan yang lainnya, tidak menganggap serius ucapan Ardika.Dia mengira Ardika keras kepala dan berlagak hebat saja.Namun sekarang, Ardika benar-benar memanggil seribu orang yang ahli berkelahi ke sini hanya dengan satu panggilan telepon,
Menghadapi teguran arogan dari Ardika itu, Yaori merasa kesal setengah mati.Bagaimanapun juga, dia merupakan seorang tokoh hebat yang dihormati.Sejak kapan dia berakhir tunduk pada orang lain seperti sekarang ini?Namun, situasi saat ini tidak menguntungkan baginya. Jadi, mau tidak mau dia harus tunduk."Kalau begitu, Ardika, kamu nggak berencana untuk melepaskanku, ya?"Sambil berusaha menahan amarah yang bergejolak dalam hatinya, Yaori berkata dengan gigi terkatup, "Kehidupan ini seperti roda yang berputar, ada kalanya di atas, ada kalanya di bawah. Lebih banyak teman, tentu saja lebih baik.""Hari ini kamu memperlakukanku seperti ini, siapa tahu suatu hari ini saat roda kehidupanmu sedang berputar di bawah, apakah ada orang yang akan melakukan hal yang sama terhadapmu atau nggak."Saat berbicara, Yaori menatap Ardika dengan tatapan penuh arti.Emina yang berdiri di belakangnya juga memberanikan diri dan berkata dengan suara melengking, "Ar ... Ardika, Pak Yaori benar! Bertindak ha
Selesai berbicara, Ardika melambaikan tangannya pada Hugo.Dengan sangat peka, Hugo segera memindahkan sebuah kursi dan mempersilakan Ardika untuk duduk."Dia nggak perlu datang secara pribadi, hanya membiarkanmu melihatnya saja, kamu pasti akan berlutut dengan patuh!"Dengan menyunggingkan seulas senyum ganas, Yaori mengeluarkan ponselnya dan melakukan panggilan video."Ada apa?"Tanpa butuh waktu lama, panggilan video sudah terhubung. Wajah seseorang muncul di layar ponsel.Begitu melihat wajah itu, Ardika langsung tertawa. 'Ya ampun, sepertinya dunia ini sempit sekali, ya!' pikirnya."Pak Amir, aku benar-benar nggak berguna! Awalnya pembelian Hongkem sudah hampir berhasil, tapi digagalkan oleh seseorang. Sekarang, Perusahaan Investasi Yoritas bahkan sudah diserang dan di bawah kendalinya!"Yaori segera beranjak berlutut di lantai, lalu mengarahkan kamera ke dirinya sendiri."Siapa yang memukulmu sampai seperti itu?!"Orang yang berada di ujung panggilan telepon tidak lain adalah Ami
Sambil menggertakkan giginya dengan emosi, Sofian berusaha keras untuk merangkak bangkit kembali. Ekspresinya sudah tampak sangat muram.Dulu, bagian tulang rusuknya pernah mengalami cedera, masih belum sepenuhnya pulih. Bagian inilah bagian paling rentan di tubuhnya.Biasanya, saat melawan para ahli bela diri, dia akan memperhatikan untuk melindungi bagian tulang rusuknya itu.Namun, hari ini karena menganggap remeh Werdi, dia sama sekali tidak memperhatikan hal itu.Saat pertama kali Werdi menyerang bagian tulang rusuknya, dia juga tidak berpikir banyak. Siapa sangka kali ini di bawah arahan dari Ardika, Werdi kembali menyerang titik kelemahannya itu dengan tepat."Eh, bajingan, tutup mulutmu! Setelah aku melumpuhkan Werdi, akan kuhabisi kamu!"Sofian sudah bertekad untuk melumpuhkan Werdi.Dia tidak akan berhenti sebelum menginjak-injak bocah yang satu ini."Mati kamu!"Sambil mengatupkan giginya dengan rapat, Sofian berteriak dengan keras. Kemudian, dia kembali menerjang ke arah We
"Mati saja sana!"Saat berbicara, Sofian meneriakkan tiga patah kata itu dengan marah. Kemudian, dia langsung menerjang ke arah Werdi. Tinjunya yang besar itu membelah udara, melesat menuju ke dahi Werdi.Sebelum tinju itu mendarat ke sasaran, aura membunuh yang menakutkan sudah menyelimuti target.Saking ketakutannya, jiwa Werdi seperti sudah meninggalkan raganya. Secara naluriah, dia ingin menghindari serangan tersebut.Tepat pada saat ini, suara Ardika tiba-tiba terdengar olehnya. "Mundur selangkah dengan kaki kananmu, lalu pukul bagian tulang rusuknya!"Kata-kata yang singkat, padat dan jelas ini, membuat Werdi bisa langsung memahaminya tanpa harus berpikir lagi.Seolah-olah menemukan penyelamatnya, tubuhnya bergerak mengikuti instruksi Ardika dengan refleks."Plak ...."Tubuh Werdi menghindar ke kanan, kebetulan berhasil menghindari serangan mematikan dari Sofian itu. Pada saat bersamaan, dia melayangkan pukulan yang tepat mengenai bagian tulang rusuk Sofian yang terekspos itu."P
Seolah-olah baru tercerahkan, Futari berkata, "Jadi, kamu hanya sedang memanas-manasi situasi, bukan benar-benar ingin membantu mereka, 'kan?"Dia hampir lupa hari ini Werdi dan yang lainnya memanggil Ardika ke Sekolah Bela Diri Sopran, pasti punya niat jahat.Jangankan membantu mereka, Ardika tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan mereka saja, juga sudah cukup "setia kawan"."Kak Ardika, kalau begitu kita mundur saja lebih jauh lagi. Kalau sampai terjadi sesuatu, kita juga bisa lebih cepat kabur!"Futari langsung menarik Ardika mundur menuju ke arah pintu keluar. Dia menyaksikan pertunjukan yang sedang berlangsung itu dengan ekspresi menikmati."Sialan!"Menyaksikan pemandangan ini melalui sudut matanya, Werdi yang sudah babak belur akibat perkelahian itu hampir muntah darah.Hanya menyulut api tanpa bertanggung jawab memadamkan api.Dia pernah melihat orang yang tidak tahu malu, tetapi tidak pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!Tentu saja Ardika sama sekali
Orang-orang yang bisa mengikuti Sofian, tentu saja adalah anggota-anggota inti Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan yang memihak pada Wilgo. Masing-masing di antara mereka memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa.Di sisi lain, sekelompok tuan muda seperti Werdi juga bukanlah tipe orang yang mudah ditindas.Mereka juga sedikit berkemampuan. Kalau tidak, biarpun ada dukungan dari keluarga mereka, mereka juga tidak berani menantang kelompok Sofian.Dalam sekejap mata, perkelahian sengit antara dua kelompok itu pun dimulai.Namun, sepanjang proses itu berlangsung, kedua belah pihak masih mengendalikan diri mereka. Mereka hanya berkelahi dengan tangan kosong, tidak ada yang mengeluarkan senjata.Bagaimanapun juga, di antara kedua belah pihak ini, keduanya memiliki latar belakang yang cukup kuat.Yang satunya memiliki Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan sebagai pendukung, sedangkan yang satunya lagi memiliki Timnu, orang kepercayaan Jerfis sebagai pendukung.Berkelahi bukan
Sofian Remax, ahli bela diri yang menempati perangkat pertama di antara generasi muda Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Kekuatan orang ini luar biasa besar, dia sudah memberikan kontribusi besar untuk Wilgo.Dengar-dengar, guru orang ini adalah salah seorang tetua dari Organisasi Snakei cabang Gotawa. Alasan mengapa dia bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan adalah untuk mencari pengalaman, agar suatu hari nanti dia bisa menduduki posisi ketua cabang.Juga ada yang mengatakan bahwa kekuatan Sofian sudah bisa mengejar Vita, salah satu dari sepuluh orang berbakat Organisasi Snakei cabang Gotawa.Terlebih lagi, itu adalah situasi satu tahun yang lalu.Kekuatan Sofian sekarang mungkin sudah jauh lebih kuat lagi!Jadi, ada rumor yang beredar bahwa kali ini Wilgo ingin berduel dengan pihak Vita dan Cahdani, perwakilan utamanya adalah Sofian ini.Hal ini juga membuat Sofian menjadi orang yang populer di kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Sementara itu, konflik antara Sofian d
Werdi membungkukkan badannya di hadapan Ardika dengan sopan.Raina dan yang lainnya juga berkata dengan penuh hormat, "Kak Ardika, kamu adalah orang yang berbesar hati, beri kami kesempatan untuk mengungkapkan permintaan maaf kami padamu, ya!""Ibarat nggak kenal maka nggak sayang. Kelak kita adalah teman baik. Kak Ardika, kamu adalah kakak kami!"Menyaksikan pemandangan ini, Futari yang berdiri di samping Ardika pun kebingungan.Dia tahu Werdi dan yang lainnya punya niat jahat, dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi mereka yang akan mempersulit kakak iparnya.Namun, siapa sangka mereka benar-benar meminta maaf pada Ardika?Pertunjukan apa yang mereka mainkan ini?"Setelah melakukan kesalahan, tahu mengintrospeksi diri adalah hal yang baik. Aku juga bukan tipe orang yang berpemikiran sempit."Saat ini, Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau begitu, kejadian tadi malam sudah berlalu, anggap saja nggak pernah terjadi. Kelak kita semua adalah teman.""Hahaha, Kak Ardika b
Sementara itu, di antara sekian banyaknya sekolah bela diri ini, tentu saja yang paling terkenal adalah sekolah bela diri di bawah naungan Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan, Sekolah Bela Diri Sopran. Akan tetapi, sesungguhnya sekolah bela diri ini dikendalikan oleh Keluarga Gozali.Usai memarkirkan mobilnya, saat Ardika berjalan menuju ke Sekolah Bela Diri Sopran bersama Futari, dia melihat ada sebuah bangunan kuno yang dipenuhi gaya Negara Jepara berlokasi di seberang sekolah bela diri."Sekolah Bela Diri Laido!"Sebuah papan yang tergantung di depan pintu, bertuliskan empat kata menggunakan bahasa Negara Nusantara itu membuat Ardika menghentikan langkah kakinya. Dia menyipitkan matanya.Aura membunuh kuat yang biasanya hanya bisa dirasakan oleh Ardika terpancar dari empat kata besar tersebut!Sekolah Bela Diri Laido ini merupakan sekolah bela diri yang pasti bisa menempati peringkat tiga besar di antara sekian banyaknya sekolah bela diri di Negara Jepara. Banyak ahli bela di
Walaupun Ardika tidak memiliki kesan baik terhadap Tuan Besar Keluarga Liwanto ini, tetapi karena ini menyangkut hal besar ibu mertuanya, dia hanya mengangguk."Baiklah, saat senggang nanti aku akan pergi memilihkan hadiah untuk beliau. Futari, kamu juga bantu beri aku referensi, ya."Futari mengangguk dengan patuh.Tepat pada saat ini, ponselnya berdering."Raina menelepon lagi."Melihat nama yang berkedip di layar ponselnya, Futari langsung mengerutkan hidungnya.Dia sama sekali tidak ingin menerima panggilan telepon dari Raina.Namun, setelah Futari menolak panggilan telepon tersebut, Raina kembali meneleponnya, membombardirnya dengan panggilan telepon berturut-turut.Dengan sorot mata agak dingin, Ardika berkata, "Kalau nggak, kamu jawab aja teleponnya. Mari kita lihat apa yang ingin dikatakan oleh wanita itu."Kalau wanita itu ingin mencari masalah dengan Futari, itu artinya pelajaran yang diberikannya pada wanita itu malam sebelumnya masih belum cukup.Mendengar ucapan kakak ipar
Ardika menepuk dahi adik sepupunya itu, lalu berkata, "Eh, sudah, sudah. Kencan pagi-pagi buta? Apa yang kamu pikirkan?""Siapa tahu? Mungkin saja kamu takut kalau malam hari tiba, Kak Luna tiba-tiba memeriksa keberadaanmu."Dengan memasang ekspresi arogan, Futari berkata, "Intinya, aku harus menggantikan Kak Luna untuk mengawasimu!""Satu hal lagi, sebenarnya ada apa di antara kamu dengan Nona Rosa?""Pagi hari ini Raina mengirimkan pesan untuk menakut-nakutiku! Dia bilang sekarang rumor mengenai tadi malam kamu menghabiskan malam bersama Nona Rosa sudah tersebar di kalangan kelas atas ibu kota provinsi. Setelah Jerfis, salah satu dari tujuh tuan muda ibu kota provinsi itu kembali, pasti akan mencari perhitungan denganmu!"Ardika berkata dengan tidak berdaya, "Bukankah kamu tahu tadi malam aku berada di mana?""Tentu saja aku tahu Kak Ardika berada di rumah bersamaku, tapi orang lain nggak tahu."Futari mendecakkan lidahnya dan berkata, "Apalagi tadi malam kamu meminta Nona Rosa untuk