"Bukankah Rumah Sakit Internasional Victori disebut-sebut sebagai 'rumah sakit kaum bangsawan', mengapa satpam kalian sepayah ini?""Daya tempur mereka nggak ada bedanya dengan preman-preman kelas teri. Memangnya mereka bisa melindungi keselamatan orang-orang terpandang yang berobat di rumah sakit ini?"Di koridor, hanya Ardika seorang yang masih berdiri dengan tegak.Sambil mengelap tangannya dengan tisu, dia melontarkan beberapa patah kata itu dengan santai.Melihatnya mulai melontarkan sindiran-sindiran tanpa takut sama sekali, pihak Rumah Sakit Internasional Victori tampak marah besar, tetapi mereka tidak berani bersuara.Kekuatan yang ditunjukkan oleh Ardika terlalu menakutkan.Sekelompok petugas keamanan itu adalah manusia berjumlah dua puluhan orang, bukan dua puluh ekor sapi. Namun, Ardika berhasil menjatuhkan mereka dengan mudah.Terlebih lagi, biarpun dua puluhan ekor sapi yang menyerang Ardika secara bersamaan, juga tidak akan berakhir begitu menyedihkan, bukan?Saat ini, ba
"Begini, ada seorang pemuda sialan yang membuat keributan di Rumah Sakit Internasional Victori. Kamu kemarilah dengan membawa anggotamu ...."'Oh? Pendo lagi, ya?'Ardika menyunggingkan seulas senyum mempermainkan. Bahkan dia saja sudah mulai merasa sedikit simpati terhadap pria itu.'Ckckck, apa memang begitu menyedihkan nasib si Pendo itu? Bisa-bisanya dia terlibat dalam masalah denganku sebanyak tiga kali dalam sehari?'Namun, kali ini Pendo menolak permintaan Yelita tanpa ragu. "Maaf, Bu Yelita. Aku nggak bisa membantu.""Aku sudah dipecat oleh Pak Sigit, sekarang aku masih sedang menjalani pemeriksaan ...."Nada bicara Pendo terdengar tegas sekaligus getir, seakan-akan dia sudah menerima nasibnya.Ardika sama sekali tidak berencana untuk melepaskannya. Setelah kembali ke kantor polisi, dia langsung ditahan oleh Sigit untuk menjalani investigasi. Pelanggaran-pelanggaran yang dia lakukan sebelumnya, dikorek satu per satu.Dia pasti akan berakhir mendekam di balik jeruji besi. Boleh
Pembuluh darah di kening Yelita tanpa menonjol, dia berusaha mengendalikan emosinya, tidak segera menanggapi Ardika.Sekarang mengatakan apa pun tidak ada gunanya.Setelah selesai melakukan panggilan telepon itu, dia baru memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Dasar bajingan! Bukankah sebelumnya kamu sangat keras kepala?""Aku beri tahu kamu, orang yang kupanggil sudah dalam perjalanan kemari.""Nanti, aku akan membuatmu berlutut di hadapanku dan memanggilku Ibu dengan patuh!"Ardika tersenyum dan berkata, "Walau aku nggak ingin mengakuimu seperti putri angkat, karena kamu sudah berbicara demikian, kalau begitu aku terpaksa membiarkanmu berlutut di hadapanku dan memanggilku ayah.""Oke, kalau begitu, kita lihat saja siapa yang akan memanggil siapa."Yelita mengucapkan satu kalimat itu dengan gigi terkatup.Dia tidak pernah membenci seseorang seperti yang dirasakannya hari ini.Kalau hanya dengan sorot mata sudah bisa membunuh orang, Ardika pasti sudah dia bunuh berkali-kali!Tak
Gulko yang detik sebelumnya bersikap sangat arogan, kini sampai tidak bisa berkata-kata lagi saking ketakutannya.Ardika tetap berdiri di tempat tanpa ekspresi, dia berkata dengan acuh tak acuh, "Kemarilah."Secara naluriah, Gulko melangkahkan kakinya ke hadapan Ardika."Plak!"Tanpa banyak bicara, Ardika langsung mengangkat lengannya dan melayangkan tamparan ke wajah bundar pria itu.Akibat satu tamparan dari Ardika itu, tubuh Gulko yang beratnya hampir mendekati 100 kilogram itu langsung terpental begitu saja.Saat terpental, tubuh pria itu menabrak beberapa orang petinggi Rumah Sakit Internasional Victori, sampai-sampai mereka terjatuh ke lantai dan berteriak dengan menyedihkan.Tidak ada seorang pun yang menyangka, Ardika akan langsung main tangan terhadap Gulko.Selain itu, melihat Gulko yang tergeletak di lantai dalam kondisi menyedihkan itu hanya karena satu tamparan dari Ardika, semua orang kembali memberikan pengakuan baru terhadap kekuatan Ardika."Kenapa kalian pada melamun
"Kemarilah."Ardika kembali mengucapkan satu kata itu tanpa ekspresi.Sambil menahan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya, Gulko kembali berguling ke hadapan Ardika.Kali ini, tanpa isyarat dari Ardika, dia segera bangkit dan menyodorkan wajahnya."Plak!"Begitu tamparan Ardika mendarat di wajahnya, tubuh Gulko kembali terpental."Kemarilah ...."Koridor UGD rumah sakit dipenuhi manusia.Namun, saat ini suasana sangat hening.Hanya satu kata "kemarilah" yang keluar dari mulut Ardika lagi dan lagi, serta suara tubuh Gulko menghantam lantai lagi dan lagi yang terdengar.Adegan yang sama seakan-akan terus diulang tanpa henti.Namun, semua orang tahu jelas bahwa Gulko benar-benar kooperatif dalam menerima pukulan dari Ardika.Setelah beberapa kali terpental, Gulko sudah babak belur, dia bahkan sudah tidak mampu merangkak lagi.Saat ini, Ardika baru berjalan menghampirinya perlahan-lahan, lalu mengalihkan pandangan ke arahnya."Bukankah kamu sudah dipecat dari jabatanmu sebagai pena
Sambil menutupi wajahnya, Yelita berteriak seperti orang gila, "Dasar bajingan! Kamu memukulku lagi!""Siapa suruh kamu nggak tahu diri? Jadi, aku hanya bisa memperingatkanmu dengan satu tamparan."Ardika mengucapkan beberapa patah kata itu dengan nada bicara santai. Kemudian, dia menatap lawan bicaranya dengan lekat, lalu berkata sambil tersenyum tipis, "Bu Yelita, kamu mengundang seorang penanggung jawab ketiga Biro Pengawas Obat dan Makanan untuk mencari masalah denganku. Ah, tapi siapa sangka, dia hanyalah penanggung jawab ketiga yang palsu.""Bagaimana kalau sekarang aku mengundang seseorang yang asli ke sini?"Saat ini, Yelita juga sudah menyadari latar belakang Ardika tidak biasa. Buktinya, Ardika bisa menampar Gulko sesuka hatinya.Begitu mendengar ucapan Ardika, dia mulai waspada. Dia berkata, "Dasar bajingan! Apa yang ingin kamu lakukan? Jangan pikir hanya karena kamu punya sedikit relasi, kamu sudah bisa bertindak semena-mena di Rumah Sakit Internasional Victori.""Aku beri
Namun, tidak peduli seberapa keras ancaman Yelita, sikap Ardika tetap tidak berubah.Tidak ada seorang pun yang bisa menghalanginya untuk melakukan sesuatu yang telah diputuskannya secara bulat!Yelita juga bisa merasakan keteguhan hati Ardika, dia tahu tidak ada celah untuk bernegosiasi lagi dalam masalah hari ini."Oke, karena kamu sendiri yang nggak tahu diri, maka mari kita lihat bersama-sama, setelah hari ini berlalu, apakah Rumah Sakit Internasional Victori masih bertahan atau nggak?!"Sambil menggertakkan giginya dengan kesal, wanita itu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor seseorang."Halo, Tuan Muda Kenadi, ada seorang bajingan yang datang membuat keributan di rumah sakit. Dia nggak hanya memukulku, sekarang dia memanggil para petinggi dari Biro Pengawas Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan dan Departemen Perindustrian kemari. Dia mengatakan akan mencabut perizinan rumah sakit kita.""Tuan Muda Kenadi, kalau kamu nggak datang, Rumah Sakit Internasional Victori akan h
Setelah mendengar ucapan Ardika, sekelompok staf biasa saling melempar pandangan, ekspresi sedikit ragu tampak jelas di mata mereka.Mereka memang ingin memberikan bantuan kecil itu, tetapi mereka takut pada Yelita.Sebelumnya, mereka memang tidak pernah berinteraksi dengan Yelita dan tidak mengenal karakter wanita itu.Namun, setelah menyaksikan dengan mata kepala sendiri perselisihan antara wanita itu dengan Ardika tadi, mereka tahu wanita itu adalah orang yang berhati sempit dan tidak punya batasan.Mungkin saja setelah kejadian ini berlalu, wanita itu akan membalas dendam pada mereka.Tepat pada saat ini, terdengar bunyi deru mobil.Seolah-olah ada begitu banyak mobil yang melaju dan berhenti di depan Rumah Sakit Internasional Victori pada saat bersamaan."Tolong menyingkirlah."Kemudian, beberapa orang pria dan wanita berjalan melewati kerumunan orang, memasuki rumah sakit.Di belakang mereka, ada sekelompok besar staf yang mengenakan izin kerja."Zinando Kosasih, Kepala Departeme