Pembuluh darah di kening Yelita tanpa menonjol, dia berusaha mengendalikan emosinya, tidak segera menanggapi Ardika.Sekarang mengatakan apa pun tidak ada gunanya.Setelah selesai melakukan panggilan telepon itu, dia baru memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Dasar bajingan! Bukankah sebelumnya kamu sangat keras kepala?""Aku beri tahu kamu, orang yang kupanggil sudah dalam perjalanan kemari.""Nanti, aku akan membuatmu berlutut di hadapanku dan memanggilku Ibu dengan patuh!"Ardika tersenyum dan berkata, "Walau aku nggak ingin mengakuimu seperti putri angkat, karena kamu sudah berbicara demikian, kalau begitu aku terpaksa membiarkanmu berlutut di hadapanku dan memanggilku ayah.""Oke, kalau begitu, kita lihat saja siapa yang akan memanggil siapa."Yelita mengucapkan satu kalimat itu dengan gigi terkatup.Dia tidak pernah membenci seseorang seperti yang dirasakannya hari ini.Kalau hanya dengan sorot mata sudah bisa membunuh orang, Ardika pasti sudah dia bunuh berkali-kali!Tak
Gulko yang detik sebelumnya bersikap sangat arogan, kini sampai tidak bisa berkata-kata lagi saking ketakutannya.Ardika tetap berdiri di tempat tanpa ekspresi, dia berkata dengan acuh tak acuh, "Kemarilah."Secara naluriah, Gulko melangkahkan kakinya ke hadapan Ardika."Plak!"Tanpa banyak bicara, Ardika langsung mengangkat lengannya dan melayangkan tamparan ke wajah bundar pria itu.Akibat satu tamparan dari Ardika itu, tubuh Gulko yang beratnya hampir mendekati 100 kilogram itu langsung terpental begitu saja.Saat terpental, tubuh pria itu menabrak beberapa orang petinggi Rumah Sakit Internasional Victori, sampai-sampai mereka terjatuh ke lantai dan berteriak dengan menyedihkan.Tidak ada seorang pun yang menyangka, Ardika akan langsung main tangan terhadap Gulko.Selain itu, melihat Gulko yang tergeletak di lantai dalam kondisi menyedihkan itu hanya karena satu tamparan dari Ardika, semua orang kembali memberikan pengakuan baru terhadap kekuatan Ardika."Kenapa kalian pada melamun
"Kemarilah."Ardika kembali mengucapkan satu kata itu tanpa ekspresi.Sambil menahan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya, Gulko kembali berguling ke hadapan Ardika.Kali ini, tanpa isyarat dari Ardika, dia segera bangkit dan menyodorkan wajahnya."Plak!"Begitu tamparan Ardika mendarat di wajahnya, tubuh Gulko kembali terpental."Kemarilah ...."Koridor UGD rumah sakit dipenuhi manusia.Namun, saat ini suasana sangat hening.Hanya satu kata "kemarilah" yang keluar dari mulut Ardika lagi dan lagi, serta suara tubuh Gulko menghantam lantai lagi dan lagi yang terdengar.Adegan yang sama seakan-akan terus diulang tanpa henti.Namun, semua orang tahu jelas bahwa Gulko benar-benar kooperatif dalam menerima pukulan dari Ardika.Setelah beberapa kali terpental, Gulko sudah babak belur, dia bahkan sudah tidak mampu merangkak lagi.Saat ini, Ardika baru berjalan menghampirinya perlahan-lahan, lalu mengalihkan pandangan ke arahnya."Bukankah kamu sudah dipecat dari jabatanmu sebagai pena
Sambil menutupi wajahnya, Yelita berteriak seperti orang gila, "Dasar bajingan! Kamu memukulku lagi!""Siapa suruh kamu nggak tahu diri? Jadi, aku hanya bisa memperingatkanmu dengan satu tamparan."Ardika mengucapkan beberapa patah kata itu dengan nada bicara santai. Kemudian, dia menatap lawan bicaranya dengan lekat, lalu berkata sambil tersenyum tipis, "Bu Yelita, kamu mengundang seorang penanggung jawab ketiga Biro Pengawas Obat dan Makanan untuk mencari masalah denganku. Ah, tapi siapa sangka, dia hanyalah penanggung jawab ketiga yang palsu.""Bagaimana kalau sekarang aku mengundang seseorang yang asli ke sini?"Saat ini, Yelita juga sudah menyadari latar belakang Ardika tidak biasa. Buktinya, Ardika bisa menampar Gulko sesuka hatinya.Begitu mendengar ucapan Ardika, dia mulai waspada. Dia berkata, "Dasar bajingan! Apa yang ingin kamu lakukan? Jangan pikir hanya karena kamu punya sedikit relasi, kamu sudah bisa bertindak semena-mena di Rumah Sakit Internasional Victori.""Aku beri
Namun, tidak peduli seberapa keras ancaman Yelita, sikap Ardika tetap tidak berubah.Tidak ada seorang pun yang bisa menghalanginya untuk melakukan sesuatu yang telah diputuskannya secara bulat!Yelita juga bisa merasakan keteguhan hati Ardika, dia tahu tidak ada celah untuk bernegosiasi lagi dalam masalah hari ini."Oke, karena kamu sendiri yang nggak tahu diri, maka mari kita lihat bersama-sama, setelah hari ini berlalu, apakah Rumah Sakit Internasional Victori masih bertahan atau nggak?!"Sambil menggertakkan giginya dengan kesal, wanita itu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor seseorang."Halo, Tuan Muda Kenadi, ada seorang bajingan yang datang membuat keributan di rumah sakit. Dia nggak hanya memukulku, sekarang dia memanggil para petinggi dari Biro Pengawas Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan dan Departemen Perindustrian kemari. Dia mengatakan akan mencabut perizinan rumah sakit kita.""Tuan Muda Kenadi, kalau kamu nggak datang, Rumah Sakit Internasional Victori akan h
Setelah mendengar ucapan Ardika, sekelompok staf biasa saling melempar pandangan, ekspresi sedikit ragu tampak jelas di mata mereka.Mereka memang ingin memberikan bantuan kecil itu, tetapi mereka takut pada Yelita.Sebelumnya, mereka memang tidak pernah berinteraksi dengan Yelita dan tidak mengenal karakter wanita itu.Namun, setelah menyaksikan dengan mata kepala sendiri perselisihan antara wanita itu dengan Ardika tadi, mereka tahu wanita itu adalah orang yang berhati sempit dan tidak punya batasan.Mungkin saja setelah kejadian ini berlalu, wanita itu akan membalas dendam pada mereka.Tepat pada saat ini, terdengar bunyi deru mobil.Seolah-olah ada begitu banyak mobil yang melaju dan berhenti di depan Rumah Sakit Internasional Victori pada saat bersamaan."Tolong menyingkirlah."Kemudian, beberapa orang pria dan wanita berjalan melewati kerumunan orang, memasuki rumah sakit.Di belakang mereka, ada sekelompok besar staf yang mengenakan izin kerja."Zinando Kosasih, Kepala Departeme
Namun, Zinando dan yang lainnya tetap tidak memedulikan wanita itu, bahkan mereka mengumpat dalam hati, 'Dasar Yelita bodoh!'Bisa-bisanya wanita itu mengatakan ingin mengadukan mereka pada Kediaman Wali Kota.Apa wanita itu tidak tahu pria di hadapan mereka sudah mewakili Kediaman Wali Kota?"Baik, Tuan Ardika!"Semua orang menganggukkan kepala mereka, lalu membubarkan diri dan memanggil bawahan masing-masing untuk mulai bekerja.Untuk menunjukkan performa kerja mereka di hadapan Ardika, para petinggi departemen yang biasanya selalu santai, bahkan turun tangan secara pribadi dan tampak sangat sibuk melaksanakan tugas masing-masing."Lapor, Tuan Ardika. Melalui hasil pemeriksaan kami, kami mendapati masalah keamanan yang cukup fatal pada Rumah Sakit Internasional Victori, ada banyak peralatan yang nggak diganti dan diperbaiki secara rutin ...."Selama ingin menyelidikinya, maka pasti ada masalah yang bisa ditemukan.Tanpa butuh waktu lama, petinggi Departemen Keamanan terlebih dahulu m
Pemimpin sekelompok orang itu adalah seorang pemuda dengan sorot mata arogan."Tuan Muda Kenadi, akhirnya kamu datang juga!"Begitu melihat kedatangan orang itu, kegembiraan langsung menyelimuti hati Yelita.Dia langsung menghempaskan dirinya ke dalam pelukan pria itu dan berkata dengan terisak, "Tuan Muda Kenadi, kalau kamu nggak datang lagi, sekelompok bajingan itu akan merampas rumah sakit kita secara paksa!"Sambil bersandar dalam pelukan pria itu, Yelita mulai mengeluh dengan terisak seolah-olah tidak ada orang lain di tempat itu.Benar saja, begitu melihat wanita cantik dalam pelukannya berlinang air mata, raut wajah pria itu berubah menjadi makin muram.Dia menepuk-nepuk pundak Yelita dan menghibur wanita itu, "Sayang, jangan khawatir, selama ada aku, langit nggak akan runtuh!"Selesai berbicara, dia menggandeng tangan Yelita, lalu berjalan menuju ke arah Ardika dan yang lainnya.Kemudian, dia menatap Zinando dan yang lainnya dengan sorot mata tajam dan berkata dengan dingin, "M
Dikenal sebagai orang ganas yang tidak takut pada apa pun, menghadapi Timnu saat ini, Lisman bersikap sangat sopan layaknya seekor anjing penjilat. Dia bahkan tidak berani berdiri dengan tegak."Ada apa lagi ini?"Timnu mengerutkan keningnya dengan agak kesal.Sedikit keterkejutan terlihat di mata Lisman. Dia berusaha mengendalikan dirinya agar tetap tenang, lalu berkata dengan suara dalam, "Penjual berlian yang kamu suruh aku cari itu, sudah kutemukan!""Bawa dia masuk!"Lisman berbalik, melambaikan tangannya. Saat itu juga, beberapa orang petarung membawa seorang pria dan seorang wanita memasuki ruangan."Sialan! Kalian berdua ini, dasar penipu!"Begitu melihat seorang pria dan seorang wanita itu, secara naluriah Werdi langsung melompat bangkit.Mulai dari tadi malam hingga sekarang, dia sudah menghabisi kedua orang itu berkali-kali dalam hatinya.Si pria adalah penjual berlian tersebut. Sementara itu, si wanita yang terlihat lebih tua dan memancarkan aura elegan dengan mengenakan ka
"Kak Timnu, semua ini salahku! Aku ini bodoh, aku adalah pecundang!""Tapi orang yang sudah mati nggak bisa hidup kembali. Sekarang Sofian sudah mati, kamu memakiku seperti apa pun, nggak akan ada gunanya!""Tolong selamatkan aku, Kak Timnu!"Werdi bersujud di lantai tanpa henti, bahkan kepalanya sudah berdarah. "Dengan mempertimbangkan hubungan persaudaraan yang terjalin antara kita selama ini, tolong selamatkan aku untuk terakhir kalinya, Kak Timnu!"Dia benar-benar ketakutan setengah mati. Untungnya, begitu menyadari situasi tidak memungkinkan, dia segera melarikan diri ke Hainiken. Kalau tidak, dia pasti sudah dihabisi oleh orang-orang Organisasi Snakei sebelum bisa keluar dari Sekolah Bela Diri Sopran.Bahkan sekarang, juga sudah ada banyak murid Organisasi Snakei yang mengepung luar Hainiken.Kalau dia berani melangkahkan kakinya keluar sekarang, begitu dia menginjakkan kakinya keluar dari pintu utama Hainiken, dia pasti akan langsung ditangkap, lalu ditenggelamkan ke sungai."Me
"Bam ...."Tubuh Werdi membentur sudut ruangan dengan keras. Dia merasakan tulang di sekujur tubuhnya seperti sudah retak.Namun, sakit yang menjalar di tubuh fisiknya ini juga tidak bisa menandingi perasaan takut yang menyelimuti hatinya saat menghadapi kematian.Sambil menahan rasa sakit luar biasa yang menjalar di tubuhnya, dia mengangkat kedua lengannya untuk menopang tubuhnya, lalu berlutut dan merangkak kembali ke hadapan Timnu.Sepanjang proses ini berlangsung, Werdi muntah darah, organ dalamnya seperti sedang bergejolak.Namun dia tidak peduli.Werdi tahu jelas kali ini dia sudah menimbulkan masalah yang sangat besar. Kalau Timnu tidak menyelamatkannya, maka nyawanya ini akan melayang."Kak Timnu, aku benar-benar nggak sengaja membunuh Sofian!""Awalnya dari awal hingga akhir aku melakukan sesuai instruksi darimu. Tapi, nggak tahu apa yang salah dengan otak si Ardika itu, begitu bertemu Sofian, dia langsung melayangkan satu tamparan ke wajah Sofian!""Hal yang lebih penting lag
Sosok Werdi saat ini bagaikan seorang dewa perang.Dia tampak sangat mengintimidasi.Semua orang dikejutkan oleh aura mengintimidasinya itu, bahkan sampai lupa untuk maju menghentikannya."Pfffttt ...."Kilatan pedang itu melintasi udara. Saat itu juga, bagian tenggorokan Sofian sudah tersayat. Berawal dengan terlihatnya daging berwarna putih, lalu berubah menjadi kemerahan dengan cepat.Darah segar berwarna merah cerah itu langsung muncrat keluar."Uh ... uh ... kamu ...."Sofian mengeluarkan beberapa kata itu dengan tidak jelas. Dia mengangkat lengannya ingin menunjuk Werdi. Akan tetapi, saat itu juga lengannya terkulai lemas, kepalanya miring ke samping. Dia tewas di tempat diliputi dengan perasaan tidak terima.Sebelum ajal menjemputnya, dia masih tidak mengerti mengapa dia bisa mati di tangan seorang pecundang seperti Werdi."Ah ... pembunuhan!"Raina dan beberapa orang wanita berteriak histeris.Sebelum kejadian ini terjadi, Ardika sudah memeluk Futari, membenamkan wajah gadis mu
Sambil menggertakkan giginya dengan emosi, Sofian berusaha keras untuk merangkak bangkit kembali. Ekspresinya sudah tampak sangat muram.Dulu, bagian tulang rusuknya pernah mengalami cedera, masih belum sepenuhnya pulih. Bagian inilah bagian paling rentan di tubuhnya.Biasanya, saat melawan para ahli bela diri, dia akan memperhatikan untuk melindungi bagian tulang rusuknya itu.Namun, hari ini karena menganggap remeh Werdi, dia sama sekali tidak memperhatikan hal itu.Saat pertama kali Werdi menyerang bagian tulang rusuknya, dia juga tidak berpikir banyak. Siapa sangka kali ini di bawah arahan dari Ardika, Werdi kembali menyerang titik kelemahannya itu dengan tepat."Eh, bajingan, tutup mulutmu! Setelah aku melumpuhkan Werdi, akan kuhabisi kamu!"Sofian sudah bertekad untuk melumpuhkan Werdi.Dia tidak akan berhenti sebelum menginjak-injak bocah yang satu ini."Mati kamu!"Sambil mengatupkan giginya dengan rapat, Sofian berteriak dengan keras. Kemudian, dia kembali menerjang ke arah We
"Mati saja sana!"Saat berbicara, Sofian meneriakkan tiga patah kata itu dengan marah. Kemudian, dia langsung menerjang ke arah Werdi. Tinjunya yang besar itu membelah udara, melesat menuju ke dahi Werdi.Sebelum tinju itu mendarat ke sasaran, aura membunuh yang menakutkan sudah menyelimuti target.Saking ketakutannya, jiwa Werdi seperti sudah meninggalkan raganya. Secara naluriah, dia ingin menghindari serangan tersebut.Tepat pada saat ini, suara Ardika tiba-tiba terdengar olehnya. "Mundur selangkah dengan kaki kananmu, lalu pukul bagian tulang rusuknya!"Kata-kata yang singkat, padat dan jelas ini, membuat Werdi bisa langsung memahaminya tanpa harus berpikir lagi.Seolah-olah menemukan penyelamatnya, tubuhnya bergerak mengikuti instruksi Ardika dengan refleks."Plak ...."Tubuh Werdi menghindar ke kanan, kebetulan berhasil menghindari serangan mematikan dari Sofian itu. Pada saat bersamaan, dia melayangkan pukulan yang tepat mengenai bagian tulang rusuk Sofian yang terekspos itu."P
Seolah-olah baru tercerahkan, Futari berkata, "Jadi, kamu hanya sedang memanas-manasi situasi, bukan benar-benar ingin membantu mereka, 'kan?"Dia hampir lupa hari ini Werdi dan yang lainnya memanggil Ardika ke Sekolah Bela Diri Sopran, pasti punya niat jahat.Jangankan membantu mereka, Ardika tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan mereka saja, juga sudah cukup "setia kawan"."Kak Ardika, kalau begitu kita mundur saja lebih jauh lagi. Kalau sampai terjadi sesuatu, kita juga bisa lebih cepat kabur!"Futari langsung menarik Ardika mundur menuju ke arah pintu keluar. Dia menyaksikan pertunjukan yang sedang berlangsung itu dengan ekspresi menikmati."Sialan!"Menyaksikan pemandangan ini melalui sudut matanya, Werdi yang sudah babak belur akibat perkelahian itu hampir muntah darah.Hanya menyulut api tanpa bertanggung jawab memadamkan api.Dia pernah melihat orang yang tidak tahu malu, tetapi tidak pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!Tentu saja Ardika sama sekali
Orang-orang yang bisa mengikuti Sofian, tentu saja adalah anggota-anggota inti Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan yang memihak pada Wilgo. Masing-masing di antara mereka memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa.Di sisi lain, sekelompok tuan muda seperti Werdi juga bukanlah tipe orang yang mudah ditindas.Mereka juga sedikit berkemampuan. Kalau tidak, biarpun ada dukungan dari keluarga mereka, mereka juga tidak berani menantang kelompok Sofian.Dalam sekejap mata, perkelahian sengit antara dua kelompok itu pun dimulai.Namun, sepanjang proses itu berlangsung, kedua belah pihak masih mengendalikan diri mereka. Mereka hanya berkelahi dengan tangan kosong, tidak ada yang mengeluarkan senjata.Bagaimanapun juga, di antara kedua belah pihak ini, keduanya memiliki latar belakang yang cukup kuat.Yang satunya memiliki Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan sebagai pendukung, sedangkan yang satunya lagi memiliki Timnu, orang kepercayaan Jerfis sebagai pendukung.Berkelahi bukan
Sofian Remax, ahli bela diri yang menempati perangkat pertama di antara generasi muda Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Kekuatan orang ini luar biasa besar, dia sudah memberikan kontribusi besar untuk Wilgo.Dengar-dengar, guru orang ini adalah salah seorang tetua dari Organisasi Snakei cabang Gotawa. Alasan mengapa dia bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan adalah untuk mencari pengalaman, agar suatu hari nanti dia bisa menduduki posisi ketua cabang.Juga ada yang mengatakan bahwa kekuatan Sofian sudah bisa mengejar Vita, salah satu dari sepuluh orang berbakat Organisasi Snakei cabang Gotawa.Terlebih lagi, itu adalah situasi satu tahun yang lalu.Kekuatan Sofian sekarang mungkin sudah jauh lebih kuat lagi!Jadi, ada rumor yang beredar bahwa kali ini Wilgo ingin berduel dengan pihak Vita dan Cahdani, perwakilan utamanya adalah Sofian ini.Hal ini juga membuat Sofian menjadi orang yang populer di kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Sementara itu, konflik antara Sofian d