Wati langsung berkata penuh semangat pada Amir kakaknya, meminta kakaknya itu agar menemui dua orang yang disebut oleh pak RT tadi.Amir setuju, orang-orang juga menyarankan."Kita akan menemui mereka besok pagi."Hingga malam semakin larut, semua orang berpamitan untuk pulang. Mereka hanya bisa memberi semangat, mengucapkan kata sabar untuk Wati.Nita juga telah berpamitan, memeluk Wati dan menepuk halus pundaknya."Mbak Wati yang kuat. Pasti ada jalan. Mas Ijan nggak bersalah, pasti akan segera dibebaskan.""Iya Mbak Nita, terima kasih." Wati menatap punggung Nita dan Heru yang berjalan beriringan meninggalkan teras rumahnya. Dia termenung. Andai kemarin, suaminya berangkat lebih siang, mungkin akan bertemu dengan Adi yang menawarkan pekerjaan. Dan mungkin saja musibah seperti ini tidak akan menimpa suaminya.Dada Wati kembali sesak, dia menoleh ke dalam rumahnya yang tampak remang karena hanya diterangi oleh lampu ublik.Wati memang belum memasang kWh, waktu itu sempat menyambung p
Pak RT mengatakan jika polisi datang untuk mencari bukti-bukti. Pak RT menyarankan polisi agar menemui dua orang itu untuk bertanya.Pak polisi setuju dan mengajak keluarga tersangka untuk menemui mereka.Sepanjang perjalanan dada Wati berdebar, dia sangat berharap jika kesaksian dua orang itu akan bisa meringankan tuduhan pada suaminya.Tetapi harapannya seketika kandas, wajah Wati memerah dengan tubuh yang gemetaran saat mendengar jawaban dari sang pemilik lapak."Maaf Pak, saya tidak mengenali wanita ini, apalagi suaminya."Ya Allah!Wati menjerit dalam hati. Kenapa orang itu tega berkata demikian? Padahal jelas-jelas setiap hari dia dan suaminya selalu datang kesini untuk menjual hasil berondolan mereka."Cik, kami setiap hari jual berondolan kesini. Suamiku Ijan lho, dua hari yang lalu malah kesini sama aku!"Cik Aling hanya menggeleng, kemudian menatap polisi. "Banyak orang yang datang menjual sawit, tapi saya tidak mengenal satu-satunya orang dengan baik. Apalagi sama Mbak ini
Semua orang tertegun. "Benarkah seperti itu?" Pak RT bertanya.Amir mengangguk, mendekatkan mulutnya ke telinga pak RT."Aku ada kabar terbaru. Kemarin saat kami datang menengok Ijan, Ijan didesak untuk mengakui saja semua tuduhan oleh salah satu petugas. Tapi satu petugas lain ada yang membela Ijan, menyuruh Ijan untuk jangan mengaku jika memang tidak melakukannya. Dia berjanji akan membantu dari belakang pada saat persidangan nanti."Pak RT kembali termenung. "Baik. Kita masuk dan berunding di dalam saja." Pak RT kemudian membubarkan warga, dengan memberi penjelasan seperti yang dijelaskan oleh Amir tadi.Mereka bubar, meskipun dengan keluh kekecewaan."Kenapa tidak jadi? Padahal kita bisa bakar saja itu kantor polisi kalau tidak bisa berbuat adil!""Hus, Jangan begitu. Benar kata Mas Amir, jangan menambahkan masalah untuk Ijan.""Iya, saat ini Ijan dijadikan kambing hitam, maka mereka pasti sedang mencari seluruh kesalahan yang ada.""Ya Allah, iya benar itu. Kenapa kita tahu tidak
Berikut Proses Hukum Acara Pidana:1.Penyelidikan,Proses hukum acara pidana pertama adalah penyelidikan. Penyelidikan dilakukan oleh aparat penegak hukum, seperti kepolisian, untuk mengumpulkan bukti-bukti yang menunjukkan adanya dugaan tindak pidana. Selama penyelidikan, petugas penyelidik akan memeriksa tempat kejadian perkara, mengumpulkan keterangan saksi, dan mengumpulkan barang bukti yang relevan.2.Penangkapan,Proses hukum acara pidana kedua adalah penangkapan. Jika berdasarkan hasil penyelidikan ditemukan cukup bukti yang menunjukkan kemungkinan terjadinya tindak pidana dan adanya kebutuhan penahanan, tersangka dapat ditangkap. Penangkapan dilakukan untuk menjaga ketertiban, mencegah pelarian, atau melindungi tersangka dari bahaya.3.Penahanan,Proses hukum acara pidana ketiga adalah penahanan. Jika tersangka ditangkap, ia dapat ditahan sementara untuk proses selanjutnya. Penahanan ini dilakukan berdasarkan keputusan hakim atau kebijakan hukum yang berlaku.4.Penyidikan,Pro
Hingga sampai pada Kesimpulan Para Pihak.Pada tahap ini, mereka diberi kesempatan yang sama untuk mengajukan pendapat akhir yang merupakan kesimpulan hasil pemeriksaan selama sidang berlangsung menurut pandangan masing-masing.Saatnya, Musyawarah Majelis Hakim.Dalam rapat permusyawaratan majelis hakim ini , semua hakim menyampaikan pertimbangannya.Hingga sampailah pada tahap yang paling mendebarkan jantung semua orang. Yaitu Keputusan dari Hakim. Air mata Wati bahkan terus mengalir tanpa suara. Dia menatap punggung suaminya yang masih duduk di kursi tergugat.Hakim mengetuk palu, membuat suasana menjadi hening dan mencekam, namun jantung semua orang berdebar."Baiklah, sesuai berita acara yang lalu maka agenda persidangan kali ini adalah pembacaan putusan oleh majelis hakim. Jadi kepada terdakwa, penuntut umum, penasehat hukum serta hadirin yang hadir di persidangan ini diharapkan mendengarkan dengan seksama."Hakim membacakan keputusan. Ijan dinyatakan tidak bersalah. Dan diakhir,
"Waalaikumsalam Nita. Besok kami mau kesana lho.." Bu Marni disana berkata demikian."Ya Allah bu, gak usah repot-repot. Biar kami yang kesana. Kami sudah berencana ini.""Nggak papa, kalian itu sibuk dengan bisnis baru. Biar kami yang kesana. Sekalian Mas Rehan kamu mau ke kota katanya. Jadi aku berangkat dari sana.""Hah, eh apa? Mas Rehan mau ke kota ya?""Iya Nita, mbak Wulan akan mengadakan pesta resepsi pernikahan Azam katanya. Waktu pernikahannya tidak ada pesta. Jadi pesta baru mau ini. Kemari mbak Wulan sama mbak Dinda menelpon, minta kita semua untuk datang. Tapi ya, Ibu bilang biar Rehan saja. Katanya nggak apa, asal ada yang datang saja. Jangan sampai satu pun nggak ada yang datang."Nita tersenyum, sangat bahagia akan didatangi ibunya. Entah kenapa, kalau keinginan untuk ke kota, Nita tidak pernah ada niat. Dia paling malas, jika membayangkan kota.—Malam ini, rumah Ijan terasa sepi setelah tamu-tamu yang datang bertanya kabar tentang kondisinya sudah pulang secara perla
Cik Aling itu kemudian merogoh tas kecil yang ia bawa, mengeluarkan sebuah amplop, lalu mengulurkannya pada Wati. "Ini ada sedikit uang untuk kebutuhan kalian sementara, selama Mas Ijan belum mendapatkan gaji. Kalau misalnya kalian ada keperluan, jangan ragu untuk bilang padaku, ya," kata Cik Aling dengan lembut. Ia tersenyum melihat wajah nbak Wati yang tampak tegang. "Sepertinya sebentar lagi, Mbak Wati akan melahirkan," tambahnya.Wati merasa benar-benar terharu. Ia langsung mengangguk dan mengucapkan banyak terima kasih kepada Cik Aling. "Makasih, Cik."Maaf, waktu itu aku pernah marah dan memakinya. Ternyata ibu ini berhati baik, batin Wati. Kepada dirinya sendiri, Wati menyesali perbuatannya waktu itu. Ia sempat ragu akan niat baik Cik Alim saat membantu Ijan, namun pada akhirnya, perempuan Cina ini justru menawarkan pekerjaan dan memberikan rezeki pada mereka. Setelah mengobrol beberapa saat, Wati merasa yakin bahwa ini adalah awal yang baik untuk mengubah kehidupan mereka. Ia
Dalam kekhawatirannya, Ijan hanya bisa mondar-mandir di depan ruangan tempat Wati sedang ditangani oleh dokter khusus, di sebuah ruangan spesial di rumah sakit besar itu. Dia tidak sendiri, ada Mas Amir dan istrinya yang menemaninya. Tak satupun di antara mereka yang merasa tenang, semua orang panik dan khawatir karena pendarahan yang dialami Wati sangatlah parah. Tangan Ijan gemetar, hatinya merasa sesak, dan otaknya seakan berkecamuk tak tentu arah."Apa ini semuanya salahku? Aku tidak bisa melindungi istriku dengan baik." batin Ijan, merasa bersalah karena kondisi istri yang mencemaskan itu.Ijan mencoba untuk menjernihkan pikirannya, tapi itu sangat sulit dilakukan saat gelisah dan cemas ini begitu menguasai seluruh dirinya. Wati adalah bagian dari hidupnya, dan sekarang dia dihadapkan pada penderitaan yang hampir tidak terbayangkan. Ijan terus memohon pada Tuhan agar segala sesuatu akan berakhir baik.Sementara Ijan tengah merasakan tekanan yang amat sangat, Nita justru sedang di