“Ibu tanyakan pada Sandria sekarang dan … bukankah perpisahan saya dengan Sandria sudah diinginkan oleh keluarga ini?”
“Sandria tidak ada salah apa pun, Bu. Dia yang salah!” sambar Ryan dari lorong kamar Sandria.
“Jika ibu ingin lebih jelas, datangi dia di kamar,” kata Hans lembut sembari melirik Ryan yang mendelik dan mengancam untuk memukulnya.
Ibu mertua berbalik badan dan menyingkirkan tubuh kekar anaknya. Dia bergegas mendatanginya di kamar, tapi Sandria muncul di hadapan ibunya sebelum berbelok ke lorong menuju kamarnya.
“Dia memang bukan suami Sandria lagi, Bu.”
“Apa? Bagaimana kalau media tahu?” Ibu mertua mengkhawatirkan nama keluarga besarnya hancur.
“Tenang saja, Bu. Sandria sedang tidak hamil, kan?”
“Tapi, kenapa dia menceraikanmu?” tanya Ibu mertua yang masih ingin tahu alasannya.
“Karena dia selingkuh.”
“Hans selingkuh?” Ibu mertua terlihat tidak percaya dengan jawabannya.
“Iya, dia selingkuh.”
“Pembohong dan pezina!” ujar Hans sembari menatap tajam dan rahang menegang.
“Hans!” sentak Ryan yang hendak menghampirinya, tetapi dihalangi oleh ibu mertua.
“Apa maksudmu bicara seperti itu?” tanya ibu mertua sambil mendekatinya.
“Tanya saja padanya, Bu.”
Sandria tersenyum miring seakan merasa benar sembari jemari sibuk dengan handphone. Dia terlihat telah menemukan sesuatu yang bisa memutar balikkan fakta.
“Jangan percaya, Bu. Dia lebih dari pria rendahan. Hans menjadi panggilan tante-tante selama ini makanya sering pulang akhir-akhir ini,” balas Sandria sembari menunjukkan foto Hans sedang berpelukan dengan seorang wanita berambut panjang dan bergelombang, terdapat tato bintang di pinggir telapak tangan sebelah kiri.
Hans melihat foto dan teringat bahwa ia pernah menjemput Sandria di sebuah Bar mewah saat mendapat panggilan masuk dari nomor yang tak dikenal.
Hans menolong wanita itu berdiri saat sempoyongan dan jatuh dalam pelukan lalu dilepaskan olehnya saat melihat wajah buruk rupanya.
“Boh—”
Tamparan keras dari ibu mertua mendarat di pipi kanannya sebelum menjelaskan sebenarnya. Ia tersenyum kecut sambil menggerakkan rahangnya dua kali.
“Berani-beraninya kamu menduakan anak saya! Kamu tidak berkaca?!”
“Suatu hari nanti semua akan terbukti.”
Hans meninggalkan mereka tanpa berpamitan. Namun, Ryan berusaha menanyakan tujuannya pergi.
“Kamu mau pergi ke mana?”
“Biarkan saja dia pergi. Dia sudah tidak berguna di rumah ini dan selalu menyusahkan Sandria!”
Penghinaan dan pengkhianatan yang terjadi padanya menjadi tujuan untuk membalas dendam sekaligus mencari dan menangkap pelaku kejahatan.
Hans mengacuhkan pertanyaan kakak iparnya yang selalu ingin tahu urusan orang lain. Ia terus melangkah dan melewati Rashid yang ditangani oleh Dokter pria berparas Tiongkok, berkacamata, mempesona dan rambut cepak lurus.
Ia melirik identitas Dokter yang menggantung di sisi kanan setelah mengambil peralatan di tasnya. Dokter yang memiliki nama Joe Christian Bautista terlihat seperti pertama kali menangani ayah mertuanya.
Hans mengendarai sepeda motor yang biasa digunakan untuk mengirim barang. Amarah yang membara telah mengelabui pikirannya sehingga mengabaikan siapa pun yang ada di belakangnya.
Ia menuju ke rumah pemberian ayahnya di perumahan Angkasa dengan kecepatan standar di malam hari.
Setengah jam berlalu, ia tiba di rumah bertingkat dua dengan desain klasik dan terdapat empat pilar, serta lampu gantung yang bertingkat tiga di terasnya.
Hans masuk ke rumah itu dan diikuti oleh Ryan tanpa sepengetahuannya. Namun, keberadaannya diketahui oleh tangan kanannya dan memerintahkan penjaga rumah untuk menyingkirkannya.
“Singkirkan dia!” seru Haedar dengan dahi mengernyit dan tatapan fokus pada layar besar.
“Ada apa?” tanya Hans bingung.
Haedar hanya menunjuk ke arah layar monitor kamera pengintai. Bola matanya membulat saat mengetahui bahwa ia telah diikuti oleh Ryan.
“Astaga, apa yang terjadi?” tanya Haedar panik saat melihat wajahnya yang lebam dan banyak darah.
“Biasa, pria.”
Haedar hanya mengangguk sekali. “Tuan muda tidak tahu kalau diikuti?” tanyanya heran.
“Aku tidak memperhatikan itu karena keadaan di rumah sangatlah kacau.”
“Apa yang terjadi?”
“Aku menceraikan Sandria karena berkhianat dan bercinta di kamar rumah, dihajar habis-habisan oleh kakak ipar karena mencurigai Rashid yang menyuntikkan cairan ke tubuhnya.”
“Cairan?”
“Aku tidak tahu itu apa, tapi aromanya menyengat sekali.”
“Nanti saya cari tahu itu.”
“Cari tahu Dokter yang bernama Joe Christian Bautista. Dia menangani Rashid yang terkapar setelah menyuntikkan cairan ke tubuhnya.”
“Sejak kapan Bapak tahu kalau saya masih ada negara ini?”
“Sejak Tuan muda menolong Sandria dan terpaksa menikahinya. Saat itu saya mencari tahu nomor handphone baru Tuan muda dan melacak keberadaannya setelah menikahinya.”
Hans terpaksa mengganti nomor handphone untuk menghapus jejaknya agar tidak berhubungan dengan ibunya dan menjaga identitasnya.
Namun, tangan kanan ayahnya selalu berhasil mendapatkan nomor handphone siapa pun dan melacak keberadaannya. Tidak heran, jika Ayah sangat menyukainya karena amanah, cerdas dan bekerja keras.
“Langsung ke inti saja, apa yang mau disampaikan.”
“Nyonya besar mendapatkan laporan keuangan perusahaan yang sangat aneh.”
“Aneh? Pemasukan dan pengeluarannya? Atau apa?” tanyanya detail.
“Nyonya besar merasa ada yang menggelapkan uang perusahaan.”
“Berapa?”
Haedar memberikan dokumen laporan keuangan dan sebuah tab untuk menunjukkan aplikasi keuangan di perusahaannya padanya. Hans memeriksa ratusan angka dan huruf di dokumen dan aplikasinya.
Penjualan dan pendapatan tampak berbeda dari laporan beberapa tahun lalu. Ia menutup dokumen laporan keuangan dan memberikan tab padanya.
“Siapa Manajer dan Direktur keuangannya?”
“Direktur keuangan bernama Galih Cahyadi dan Manajernya bernama Adnan Faiz Mustofa.”
“Adnan?” tanya Hans dengan intonasi penekanan.
Ia tidak asing dengan namanya. Apakah nama Adnan merupakan orang yang sama dilihat olehnya di kamar?
Bahkan, ia merasa pernah membaca nama yang disebutkan oleh Haedar. Ingatan saat mengirim barang ke rumah mewah dengan desain minimalis juga menyebutkan nama itu dengan wajah pria yang sama di kamar.
“Kenapa?”
“Ibu masih memimpin di perusahaan pangan?”
“Iya, Tuan muda.”
“Tempatkan saya di Admin keuangan. Jika masih ada orangnya, pindahkan dia ke Digital Marketing.”
“Kebetulan perusahaan sedang membutuhkan orang dengan posisi itu.”
“Oke. Sampaikan ke Ibu bahwa aku mulai bekerja di kantornya dan siapkan topeng manusia yang wajah dan suaranya sama sepertiku.”
“Tuan muda tidak ingin mengobati ….”
“Ingin, topeng itu saya pakai selama tiga bulan dan setelah sembuh dan kembali semula, saya bakar topeng itu.”
“Baik, Tuan muda.”
Tujuan untuk membalas dendam kepada mereka yang sudah meremehkan, merendahkan, mengkhianati dan menghina semakin berapi-api.
Ia penasaran dengan sosok Adnan yang disebutkan olehnya. Semua karyawan di sana tidak ada yang mengenal dirinya sehingga bebas berbuat apa pun, tapi tetap berhati-hati.
Namun, keraguan muncul saat akan bekerja di sana.
“Apakah ada yang mengenalku?”
“Direktur utama yang mengetahuinya. Beliau adalah teman Tuan dan Nyonya besar.”
“Siapa namanya?”
“Samsul Kresna Cahyadi.”
“Bagaimana dengan Direktur keuangan? Dia mengenalku?”
“Dia juga mengenal Tuan muda.”
“Katakan padanya untuk berpura-pura tidak mengenalku.”
“Baik, Tuan muda.”
Pembicaraan ditutup dengan solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada di perusahaan pangannya demi kepentingan pribadi untuk membalas banyak orang.
Beberapa jam berlalu, tepat pukul empat pagi, nada dering panjang Hans berbunyi keras dan beberapa kali. Ia mengangkat panggilan masuk tanpa melihat namanya.
“Hans, kamu datang ke rumahku sekarang!” bentak Rashid lalu menutup panggilannya.
Hans menghela napas panjang setelah diminta untuk datang ke rumahnya. Ia sudah bisa menebak bahwa masalah semalam anak lelakinya dipukul oleh anak buahnya.Ryan, selain pengangguran, dia tukang penasaran dengan kehidupan orang lain dan sok jadi jagoan. Dia terkenal anak yang selalu sembunyi di bawah ketiak ayahnya yang berkuasa.Ia datang dengan pakaian kurir seperti biasa agar tidak membuat keluarga mantan istrinya curiga.Ia tiba di kediaman Rashid dan disuguhkan pemandangan Rashid sudah duduk di sofa bersama anak buahnya yang memiliki badan besar dan tinggi, istrinya dan Ryan yang wajahnya babak belur.“Kamu yang membalas dia?”“Bukan.”Rashid memukul meja dengan keras. “Jangan bohong!”“Aku tidak tahu hal apa pun yang ada di wajahnya.”“Lalu, kenapa wajahnya babak belur setelah mengikutimu di rumah mewah? Kamu merampok di sana?” cecar Rashid dengan intonasi penekanan.Hans melirik Ryan dengan santai sembari pura-pura terkejut dan tidak mengetahui hal itu. Pria yang jarang berhati-h
“Perhatian semuanya, ada anggota keuangan baru. Saya akan memperkenalkannya kepada kalian. Namanya adalah Lee.” Haedar memperkenalkan Lee Hans Cody kepada seluruh karyawannya, tapi tidak menyebutkan nama aslinya.“Halo, nama saya Lee.”“Wah, cakep banget. Halo, Lee.” Salah satu karyawan wanita memuji paras wajah yang mempesona di depannya.Karyawan yang berkumpul di depan Direktur Utama dengan baris yang melingkar berkenalan satu per satu dengannya, terutama karyawan wanita yang berebutan untuk berjabat tangan dengannya.Hans sengaja menggunakan nama depannya yang tidak diketahui oleh siapa pun karena terdapat Adnan yang bekerja di perusahaannya. Ia mulai beraksi untuk memberantas masalah di kantor, membalas dendam kepada siapa pun yang pernah merendahkan, menghina dan meremehkannya, serta mencari sosok pembunuh ayah dan adiknya.“Senang berkenalan dengan kalian,” katanya ramah dengan senyuman lebar.Beberapa karyawan wanita hampir pingsan saat melihat senyuman manis dan tampannya. Han
“Apa yang kam—”Hans membekap mulut rekan kerjanya yang tiba-tiba hadir saat sedang mencari tahu yang dikerjakan oleh mantan kakak iparnya selama ini dan pergerakan Adnan yang mencurigakan.Suara baritonnya bisa mengacaukan segalanya. Hans membawa rekan kerja keluar dari toilet dan bersembunyi di belakang lift.“Apa-apaan kamu?” Rekan kerja protes sambil melepaskan tangan kekar dari mulutnya.“Kamu tadi mengagetkanku dari … sesuatu tak kasat mata yang kulihat dan mendengar isak tangis perempuan di toilet pria,” kilah Hans.“Sungguh? Kamu melihat dan mendengarnya?” tanya rekan kerja yang malah antusias dengan cerita bohongnya.Hans tersenyum miring dengan mulut yang sedikit terbuka sambil mengangguk pelan. Ia tidak percaya bahwa rekan kerjanya tertarik dengan perkataannya yang tidak benar.Tidak masalah kalau dia tidak percaya dengan perkataannya, yang terpenting adalah tidak ketahuan mereka. Siapa pun bisa datang begitu saja ke toilet.Hans harus berhati-hati lain kali. Risiko ketahuan
“Buah enak ini. Jadi, makanlah,” kata Adnan sambil tersenyum miring.Hans membisu sembari memperhatikan buah yang ada di tangan kekarnya. Dia terlihat mencurigakan karena memaksa untuk memakan buah pemberiannya.Semakin tidak menjawab pertanyaannya maka membuat Hans semakin bermain-main dengannya. Dia memang sangat pintar memengaruhi banyak orang hingga mendapat pujian dari beberapa rekan kerjanya.Ia menerima buah dari tangan kekarnya dan dimasukkan ke dalam lacinya. “Saya akan memakannya ketika jam istirahat bukan sedang jam bekerja masih berlangsung,” balasnya tegas.Hans tidak bisa dipaksa oleh siapa pun. Bahkan, ia tidak percaya dengan pemberian dari siapa pun untuk saat ini.Jemari dan mata kembali ke layar monitor dan mengacuhkan keberadaan Adnan yang masih berada di sampingnya. Tatapan seluruh rekan kerja membulat saat melihat aksi penolakannya.“Baiklah. Jangan lupa nanti dimakan.” Adnan berucap sambil menepuk lengan kekarnya dan kembali ke mejanya.Hans tidak menyangka bahwa
‘Kenapa selalu disuguhkan buah hijau? Jika dia bertanya seperti itu, artinya baru dikasih oleh Adnan dan tidak pernah melihat buah seperti itu sebelumnya?’Hans membatin dengan siapa pun yang menanyakan buah berwarna hijau, seperti rambutan. Mereka tidak pernah melihat buah dengan bentukan seperti itu.Namun, hanya ada satu pertanyaan di kepalanya saat Adnan memberikan buah itu. Kenapa selalu buah hijau yang berduri yang diberikan kepada seseorang yang sedih atau membutuhkan semangat lagi?“Buah ini jarang banget di sini dan adanya di Kalimantan. Jadi, saya mendapatkan ini dari teman saya karena katanya enak dikonsumsi. Nanti pasti ketagihan dan mencari buah ini.”“Oh, begitu. Makasih, ya.”“Sama-sama. Semoga suka dan tidak mahal kalau beli di aku.”Hans bergegas sembunyi di balik truk dengan merapatkan tubuhnya ke badan truk hingga melihat Adnan yang telah pergi dari kantor.Adnan merupakan pria yang pintar merayu seseorang atau mengajak siapa pun untuk mengonsumsi makanan yang tidak
Tiga pria berbadan besar dengan pakaian berwarna hitam melepaskan Ryan yang ada di depan rumahnya. Tatapan tajamnya terlihat seakan menerkamnya.Ryan mendekati dan memukul wajahnya sebelah kiri. Hans memegang pipi dan menggerakan rahang sekilas sembari tersenyum miring dan berdesis.“Apa yang kamu lakukan di depan rumah orang mewah?” tanya Hans yang berpura-pura tidak mengetahui sesuatu yang terjadi di depannya.“Rumah mewah? Katakan, siapa kamu sebenarnya, Hans? Kamu bisa saja membohongi ayah dan ibuku, tapi tidak denganku karena aku yakin kamu pasti bekerja sama dengan mereka, kan?” tukas Ryan yang penasaran dengan sosok Hans sebenarnya.Hans tersenyum miring. “Pria yang tidak pernah berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak maka akibatnya sangat membahayakan. Semua yang kamu lihat dan lacak bukan berarti itu yang sesungguhnya terjadi. Teknologi bisa saja salah karena buatan manusia,” jawab Hans santai sambil menatap lamat.“Sungguh? Jika terbukti akurat dan aku bisa membongkarmu,
“Pak Haedar tahu, Tuan muda dan ….”“Katakan.”“Semua itu dari Pak Haedar dan memberikan informasi kepada kami.”Hans hanya mengangguk sambil memasukkan handphone ke kantong kemeja. Ia tidak heran kalau informasi yang didapatkan sangat cepat.Pertempuran baru saja dimulai. Ia sudah mendapat beberapa hal yang menjadi untuk pembalasannya terhadap orang-orang yang pernah meremehkan dan merendahkannya.Hans menginap di hotel mewah dan meminta anak buahnya untuk berjaga di rumah. Ia juga mengambil kunci mobil yang diantar oleh pengawalnya.Ia teringat sesuatu saat pengawal yang ada dalam mobil masih berputar balik. Ia mengetuk kaca mobil dan meminta untuk tidak pergi dulu.Hans mengambil buah berwarna hijau dan ditunjukkan kepada mereka. Ia berharap salah satu atau banyak orang di antara mereka yang mengetahui buah hijau ini.“Kalian tahu buah ini?”Empat pengawalnya mengernyitkan dahi saat Hans menunjukkan buah yang terlihat antara asing atau pernah dilihat sebelumnya. Ali Muhammad mengam
Hans bergegas pergi ke sebuah bar mewah yang lokasinya tidak jauh dari tempat menginap. Ia pergi ke Bar untuk mencari informasi tentang buah kecubung dan berharap mendapatkan informasi yang lebih banyak dan akurat.Ia memasuki bar yang berjudul tiga ratus enam puluh derajat dengan lampu gantung yang mewah berwarna oranye dan warna-warni lampu disko yang memenuhi ruangan bagian bar dan penari striptis.Banyak orang berjas dan berpakaian rapi berada di lingkaran penari striptis sambil menyawer penarinya. Bahkan, tidak sedikit tamu yang hanya duduk sambil bermain kasino dengan ditemani oleh beberapa perempuan dan tampak menyedot cairan hingga membuatnya melayang.Hans memesan minum bir tahun 1986 sembari memerhatikan sekilas untuk bertanya kepada seseorang yang tepat dan bisa ditanya oleh seseorang.Ia tidak menemukan seseorang yang bisa ditanya hingga melanjutkan minumnya. Saat Hans mengalami kebuntuan untuk mencari jalan, mendapatkan pesan dari Haedar.[Tuan muda sedang berada di bar t