Share

4. Pertemuan Dengan Haedar

“Ibu tanyakan pada Sandria sekarang dan … bukankah perpisahan saya dengan Sandria sudah diinginkan oleh keluarga ini?”

“Sandria tidak ada salah apa pun, Bu. Dia yang salah!” sambar Ryan dari lorong kamar Sandria.

“Jika ibu ingin lebih jelas, datangi dia di kamar,” kata Hans lembut sembari melirik Ryan yang mendelik dan mengancam untuk memukulnya.

Ibu mertua berbalik badan dan menyingkirkan tubuh kekar anaknya. Dia bergegas mendatanginya di kamar, tapi Sandria muncul di hadapan ibunya sebelum berbelok ke lorong menuju kamarnya.

“Dia memang bukan suami Sandria lagi, Bu.”

“Apa? Bagaimana kalau media tahu?” Ibu mertua mengkhawatirkan nama keluarga besarnya hancur.

“Tenang saja, Bu. Sandria sedang tidak hamil, kan?”

“Tapi, kenapa dia menceraikanmu?” tanya Ibu mertua yang masih ingin tahu alasannya.

“Karena dia selingkuh.”

“Hans selingkuh?” Ibu mertua terlihat tidak percaya dengan jawabannya.

“Iya, dia selingkuh.”

“Pembohong dan pezina!” ujar Hans sembari menatap tajam dan rahang menegang.

“Hans!” sentak Ryan yang hendak menghampirinya, tetapi dihalangi oleh ibu mertua.

“Apa maksudmu bicara seperti itu?” tanya ibu mertua sambil mendekatinya.

“Tanya saja padanya, Bu.”

Sandria tersenyum miring seakan merasa benar sembari jemari sibuk dengan handphone. Dia terlihat telah menemukan sesuatu yang bisa memutar balikkan fakta.

“Jangan percaya, Bu. Dia lebih dari pria rendahan. Hans menjadi panggilan tante-tante selama ini makanya sering pulang akhir-akhir ini,” balas Sandria sembari menunjukkan foto Hans sedang berpelukan dengan seorang wanita berambut panjang dan bergelombang, terdapat tato bintang di pinggir telapak tangan sebelah kiri.

Hans melihat foto dan teringat bahwa ia pernah menjemput Sandria di sebuah Bar mewah saat mendapat panggilan masuk dari nomor yang tak dikenal.

Hans menolong wanita itu berdiri saat sempoyongan dan jatuh dalam pelukan lalu dilepaskan olehnya saat melihat wajah buruk rupanya.

“Boh—”

Tamparan keras dari ibu mertua mendarat di pipi kanannya sebelum menjelaskan sebenarnya. Ia tersenyum kecut sambil menggerakkan rahangnya dua kali.

“Berani-beraninya kamu menduakan anak saya! Kamu tidak berkaca?!”

“Suatu hari nanti semua akan terbukti.”

Hans meninggalkan mereka tanpa berpamitan. Namun, Ryan berusaha menanyakan tujuannya pergi.

“Kamu mau pergi ke mana?”

“Biarkan saja dia pergi. Dia sudah tidak berguna di rumah ini dan selalu menyusahkan Sandria!”

Penghinaan dan pengkhianatan yang terjadi padanya menjadi tujuan untuk membalas dendam sekaligus mencari dan menangkap pelaku kejahatan.

Hans mengacuhkan pertanyaan kakak iparnya yang selalu ingin tahu urusan orang lain. Ia terus melangkah dan melewati Rashid yang ditangani oleh Dokter pria berparas Tiongkok, berkacamata, mempesona dan rambut cepak lurus.

Ia melirik identitas Dokter yang menggantung di sisi kanan setelah mengambil peralatan di tasnya. Dokter yang memiliki nama Joe Christian Bautista terlihat seperti pertama kali menangani ayah mertuanya.

Hans mengendarai sepeda motor yang biasa digunakan untuk mengirim barang. Amarah yang membara telah mengelabui pikirannya sehingga mengabaikan siapa pun yang ada di belakangnya.

Ia menuju ke rumah pemberian ayahnya di perumahan Angkasa dengan kecepatan standar di malam hari.

Setengah jam berlalu, ia tiba di rumah bertingkat dua dengan desain klasik dan terdapat empat pilar, serta lampu gantung yang bertingkat tiga di terasnya.

Hans masuk ke rumah itu dan diikuti oleh Ryan tanpa sepengetahuannya. Namun, keberadaannya diketahui oleh tangan kanannya dan memerintahkan penjaga rumah untuk menyingkirkannya.

“Singkirkan dia!” seru Haedar dengan dahi mengernyit dan tatapan fokus pada layar besar.

“Ada apa?” tanya Hans bingung.

Haedar hanya menunjuk ke arah layar monitor kamera pengintai. Bola matanya membulat saat mengetahui bahwa ia telah diikuti oleh Ryan.

“Astaga, apa yang terjadi?” tanya Haedar panik saat melihat wajahnya yang lebam dan banyak darah.

“Biasa, pria.”

Haedar hanya mengangguk sekali. “Tuan muda tidak tahu kalau diikuti?” tanyanya heran.

“Aku tidak memperhatikan itu karena keadaan di rumah sangatlah kacau.”

“Apa yang terjadi?”

“Aku menceraikan Sandria karena berkhianat dan bercinta di kamar rumah, dihajar habis-habisan oleh kakak ipar karena mencurigai Rashid yang menyuntikkan cairan ke tubuhnya.”

“Cairan?”

“Aku tidak tahu itu apa, tapi aromanya menyengat sekali.”

“Nanti saya cari tahu itu.”

“Cari tahu Dokter yang bernama Joe Christian Bautista. Dia menangani Rashid yang terkapar setelah menyuntikkan cairan ke tubuhnya.”

“Sejak kapan Bapak tahu kalau saya masih ada negara ini?”

“Sejak Tuan muda menolong Sandria dan terpaksa menikahinya. Saat itu saya mencari tahu nomor handphone baru Tuan muda dan melacak keberadaannya setelah menikahinya.”

Hans terpaksa mengganti nomor handphone untuk menghapus jejaknya agar tidak berhubungan dengan ibunya dan menjaga identitasnya.

Namun, tangan kanan ayahnya selalu berhasil mendapatkan nomor handphone siapa pun dan melacak keberadaannya. Tidak heran, jika Ayah sangat menyukainya karena amanah, cerdas dan bekerja keras.

“Langsung ke inti saja, apa yang mau disampaikan.”

“Nyonya besar mendapatkan laporan keuangan perusahaan yang sangat aneh.”

“Aneh? Pemasukan dan pengeluarannya? Atau apa?” tanyanya detail.

“Nyonya besar merasa ada yang menggelapkan uang perusahaan.”

“Berapa?”

Haedar memberikan dokumen laporan keuangan dan sebuah tab untuk menunjukkan aplikasi keuangan di perusahaannya padanya. Hans memeriksa ratusan angka dan huruf di dokumen dan aplikasinya.

Penjualan dan pendapatan tampak berbeda dari laporan beberapa tahun lalu. Ia menutup dokumen laporan keuangan dan memberikan tab padanya.

“Siapa Manajer dan Direktur keuangannya?”

“Direktur keuangan bernama Galih Cahyadi dan Manajernya bernama Adnan Faiz Mustofa.”

“Adnan?” tanya Hans dengan intonasi penekanan.

Ia tidak asing dengan namanya. Apakah nama Adnan merupakan orang yang sama dilihat olehnya di kamar?

Bahkan, ia merasa pernah membaca nama yang disebutkan oleh Haedar. Ingatan saat mengirim barang ke rumah mewah dengan desain minimalis juga menyebutkan nama itu dengan wajah pria yang sama di kamar.

“Kenapa?”

“Ibu masih memimpin di perusahaan pangan?”

“Iya, Tuan muda.”

“Tempatkan saya di Admin keuangan. Jika masih ada orangnya, pindahkan dia ke Digital Marketing.”

“Kebetulan perusahaan sedang membutuhkan orang dengan posisi itu.”

“Oke. Sampaikan ke Ibu bahwa aku mulai bekerja di kantornya dan siapkan topeng manusia yang wajah dan suaranya sama sepertiku.”

“Tuan muda tidak ingin mengobati ….”

“Ingin, topeng itu saya pakai selama tiga bulan dan setelah sembuh dan kembali semula, saya bakar topeng itu.”

“Baik, Tuan muda.”

Tujuan untuk membalas dendam kepada mereka yang sudah meremehkan, merendahkan, mengkhianati dan menghina semakin berapi-api.

Ia penasaran dengan sosok Adnan yang disebutkan olehnya. Semua karyawan di sana tidak ada yang mengenal dirinya sehingga bebas berbuat apa pun, tapi tetap berhati-hati.

Namun, keraguan muncul saat akan bekerja di sana.

“Apakah ada yang mengenalku?”

“Direktur utama yang mengetahuinya. Beliau adalah teman Tuan dan Nyonya besar.”

“Siapa namanya?”

“Samsul Kresna Cahyadi.”

“Bagaimana dengan Direktur keuangan? Dia mengenalku?”

“Dia juga mengenal Tuan muda.”

“Katakan padanya untuk berpura-pura tidak mengenalku.”

“Baik, Tuan muda.”

Pembicaraan ditutup dengan solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada di perusahaan pangannya demi kepentingan pribadi untuk membalas banyak orang.

Beberapa jam berlalu, tepat pukul empat pagi, nada dering panjang Hans berbunyi keras dan beberapa kali. Ia mengangkat panggilan masuk tanpa melihat namanya.

“Hans, kamu datang ke rumahku sekarang!” bentak Rashid lalu menutup panggilannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status