Share

3. Pengkhianatan dan Perpisahan

Rashid mendaratkan pukulan di wajahnya hingga Hans tersungkur di lantai dan sudut bibir berdarah. Saat dia marah dengannya tidak pernah memukul wajahnya menggunakan tangan yang mengepal erat dan hanya tamparan.

Tidak hanya itu, dia bisa menyuruh dan memerintah banyak orang untuk membunuhnya saat sedang amarah membara. Namun, kemarahannya sangat berbeda saat ini.

Apakah karena pengaruh obat suntikan itu?

Hans berdiri sambil menatap Rashid yang berdiri sempoyongan dan mengeluarkan banyak keringat di dahi. Dia memegang kepala dan hitungan detik terkapar di lantai dan mengenai kardus itu dan lima suntikan beserta cairannya pecah di lantai.

Suara suntikan yang pecah membuat ibu mertua dan Ryan mendatangi sumber arah. Ibu mertua berteriak histeris saat melihat suaminya terkapar di lantai dan pecahan kaca berserakan di mana-mana.

“Apa yang kamu lakukan kepada suamiku, Haaannss?” pekik Ibu mertua sambil terisak dan melotot. Dia terduduk dan menepuk pipi Rashid.

“Saya tidak melakukan apa pun, Bu,” jawab Hans sambil menyeka darah yang ada di sudut bibirnya.

“Bohong! Kamu pasti mau membunuh suami saya, kan?!”

“Tid—”

Pukulan keras mendarat di pipi kanannya dan membuatnya terjatuh di lantai. Ryan menarik dan mencengkeram bajunya lalu memukul wajahnya beberapa kali.

Ryan yang tidak tahu apa pun menyerang Hans tanpa ampun hingga wajahnya lebam dan matanya bengkak. Kebiasaan pria yang tidak bertanya penyebabnya.

“Mau kurusak wajahmu yang mulus ini?”

“Kebiasaan pria bodoh,” kata Hans tersenyum miring sambil menatap lamat.

Satu pukulan keras mendarat di hidungnya dan tersungkur kembali sampai meneteskan darah di lantai. Ryan mencengkeram kerah pakaiannya dengan tatapan nanar.

Ryan masih memukulinya dan menarik kerah bajunya mengarah ke kamarnya.

“Ah, terus sayang. Aku sudah tidak tahan ingin mengeluarkannya!”

Hans menahan tangan Ryan yang akan mendarat di wajahnya ketika mendengar suara desahan istrinya. Tidak hanya itu, ia juga mendengar erangan dari pria berasal dari kamarnya.

Hans bergegas berdiri dengan tubuh yang sakit dan wajah bengkak dipenuhi dengan darah.

Hans dan Ryan mematung saat melihat Sandria bercinta dengan pria berambut cepak, tato kepala tengkorak di punggung dan nama Sandria di belakang tangan kanannya setelah membuka pintu kamar.

Hans bertepuk tangan sambil tersenyum miring dan memalingkan wajah ke sepatu fantovel milik Ryan.

Model sepatu fantovelnya sangat berbeda. Ryan menyukai model yang ujungnya lancip.

Ia mengambil sepatu itu secara perlahan dan hendak menanyakan sepatu itu kepada Ryan. Namun, belum sempat bertanya kepadanya.

“Kamu?”

“Kamu tidak perlu terkejut seperti itu karena gosip yang pernah kamu dengar itu benar,” ucapnya ringan saat ketahuan bercinta dengan pria lain dengan tubuh tertutup selimut.

“Sepatu ini punya dia?” tanya Hans menahan emosinya.

“Ya. Pesan yang pernah kamu lihat saat mau berangkat kerja adalah dia juga.”

Hans tersenyum miring sambil membuang sepasang sepatu fantovel di lantai secara kasar. Prasangka terhadap Sandria yang berselingkuh dengan pria lain terbukti benar.

Semua yang pernah didengar dari orang lain dan dilihat secara kebetulan di layar handphone memang benar adanya.

Usaha yang selama ini dilakukan olehnya tidak akan pernah ternilai ketika ada pria lain di sisinya. Ia berusaha menampis semua prasangka buruknya itu dan optimis bahwa Sandria bisa mencintainya.

Namun, optimis sirna setelah dikhianati oleh istrinya.

Hans teringat dengan kandungan yang pernah keguguran sebanyak dua kali karena tidak pernah menyentuh sama sekali. Beberapa kali tidak dijawab olehnya.

“Apakah dua kandunganmu yang keguguran adalah anak dia?”

“Ya. Aku terpaksa menikahimu karena dia tidak mau bertanggung jawab, tapi akhirnya dia mencintaiku dan segera menikahiku.”

Hans terpaku mendengar pengakuan Sandria. Ia tidak hanya dikhianati, tetapi ditipu juga.

Ia bertepuk tangan sembari menghampirinya yang tanpa busana. Pria yang tidak asing untuknya saat melihat dengan dekat karena pernah mengantar paket ke rumahnya.

“Kamu, aku talak tiga,” katanya sambil melepas dan melempar cincin pernikahannya ke wajah Sandria yang tanpa ada rasa bersalah.

“Hans!” teriak Ryan yang tidak terima dengannya saat melempar cincin ke wajah adiknya.

“Akhirnya, aku diceraikan sama dia, Sayang,” kata Sandria senang tanpa memikirkan perasaannya.

Langkah Hans terasa berat setelah mengetahui kenyataan. Seluruh tubuh yang dipukul oleh Ryan beberapa kali tidaklah sakit.

Namun, pengkhianatan besar yang dilakukan oleh Sandria sangatlah sakit.

Pengorbanan hidupnya selama empat tahun sia-sia. Ia menikahi wanita yang salah, tapi tidak punya rasa menyesal sedikit pun setelah menceraikannya.

Ia mengemasi semua pakaian dan barang yang pernah dibeli olehnya ke dalam tas ransel dengan dada yang sesak dan amarah yang membara terhadap Sandria dan keluarganya.

Situasi yang tidak pernah akur dan menghargai membuat dendamnya semakin menumpuk. Ia tidak boleh selalu berada di bawah dan saatnya membalas dendam dan menangkap pembunuh ayah dan adiknya.

Hans melewati Sandria dan Ryan yang terlihat bahagia saat melihatnya terpuruk dan tersakiti. Mereka terlihat puas setelah merendahkan, menghina, meremehkan dan mencaci maki.

“Pergi dari sini. Aku sudah muak melihat wajahmu itu!”

“Pria yang tidak berguna memang layak diselingkuhin karena dia tidak pernah mewujudkan keinginanku selama menikah empat tahun,” kata Sandria sambil tertawa.

Hans mengepalkan tangannya dengan erat. Orang berkuasa dan memiliki banyak uang selalu diutamakan dan kebanyakan semena-mena, termasuk keluarga Rashid.

Semua itu tidak akan terulang kembali ketika ia bangkit suatu hari nanti.

Nada dering panjang berbunyi dengan keras. Ia menerima panggilan dari nomor tak dikenal olehnya dengan memberi jarak dari mereka.

“Halo, siapa?”

“Tuan muda.”

“Pak Haedar?” sontak Hans yang mengecilkan nada suaranya di dekat tangga sambil memperhatikan keadaan sekitarnya.

Hans terkejut saat mendengar suara Haedar, tangan kanan ayahnya menghubunginya. Bagaimana bisa dia tahu nomor handphonenya?

“Bisa bertemu dengan Tuan muda?”

“Bagaimana Bap—”

“Bagi saya sangat mudah mengetahui nomor handphone dan melacak keberadaan, Tuan muda.”

“Saya sedang sibuk.”

“Pulanglah, Tuan muda.”

“Tidak. Jika ini permintaan dia.”

“Bukan Nyonya besar, tapi perusahaan membutuhkan Tuan muda.”

“Bagaimana bisa? Bukannya ibu yang sudah memimpin di sana?” Hans berusaha keras menolak untuk mengunjungi kantor ayahnya selagi masih ada ibunya.

Kebencian Hans terhadap ibunya sangat besar. Ia tidak bisa menerima dan mentolerir siapa pun yang berkhianat dengan pasangannya, apalagi tanpa bersalah.

Ibu Hans bernama Abigail Calista Ruth merupakan wanita karir yang pernah bekerja di perusahaan saham. Keberhasilan sang Ayah terkait tentang saham ada campur tangan darinya. Namun, karir yang ditekuni olehnya tidak diketahui oleh siapa pun, termasuk pria yang tidak tahu malu.

“Nyonya besar memang memimpin, tapi … ada masalah di perusahaan pangan, Tuan muda.”

“Ibu tidak bisa mengatasinya?”

“Datanglah, Tuan muda. Kita bertemu di rumah Angkasa.”

“Tidak.”

“Saya mohon, Tuan muda.”

“Aiish, ba—”

Hans mematikan panggilan masuk dari Haedar saat kedatangan ibu mertuanya yang menatap nanar kepadanya.

“Pergilah dari sini.”

“Saya mau pergi dari sini tanpa diminta,” balas Hans tanpa menatap ibu mertuanya.

“Kenapa kamu menurutinya?” tanyanya heran sambil berbalik badan.

Hans menghentikan langkahnya. “Saya bukan lagi suami Sandria.”

“Apa maksudmu?” tanya ibu mertua bingung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status