“Jangan khawatir soal uang bayaran dan Nyonya Abigail,” jawab Hans santai sambil tersenyum dan mengeluarkan buah yang ada di dalam kantong celana.“Oke. Saya percaya, tapi … tunggu dulu,” kata Carlos sambil mengambil buah hijau dari tangannya dan memperhatikannya secara detail dengan mengernyitkan dahi hingga membuat bola matanya sedikit mengarah ke arah yang berbeda.Hans memperhatikan Carlos yang memperhatikan buah itu dengan jarak yang dekat, padahal buah yang memiliki nama buah kecubung memiliki aroma yang menyengat. Bagaimana bisa dia tahan dengan aromanya?“Hati-hati, buah itu aromanya menyengat.”“Saya tahu.”“Lalu?”“Dari mana Anda tahu buah ini? Siapa yang memberinya atau Anda membeli di mana?” tanya Carlos yang antusias dengan buah yang dipegang olehnya.Dahi reflek mengernyit hingga menautkan alisnya. Ekspresi kegirangannya membuatnya sedikit heran karena buah yang sangat dijauhi oleh siapa pun untuk yang normal.Apakah Carlos tahu bahwa buah kecubung bisa digunakan sebagai
Hans pergi ke alamat pemesan buah hijau menggunakan mobil mewahnya. Ia mengenakan topeng wajah aslinya agar tidak ada yang mengenalnya.Tepat pukul dua belas malam, Hans tiba di depan rumah yang memiliki pagar berwarna cokelat muda yang tinggi dan rapat dan bertingkat dua. Rumah itu dipenuhi berbagai jenis mobil dan sepeda motor yang parkir di depannya.Hanya rumah itu yang ramai dengan pengunjung. Ia mempersiapkan kamera handphone untuk mengambil gambar dan video saat orang keluar dari rumah yang memiliki nomor seratus.Ia memundurkan kursi mobil sembari mengawasi keadaan di rumah itu. Setengah jam berlalu, lima orang keluar dari rumah itu dengan senyuman yang sumringah dan membawa satu kotak bening berisi buah hijau.Sontak, Hans mengambil foto dan video mereka saat keluar dari rumah dan berbicara dengan seorang perempuan berambut pendek dan berpakaian kaos oblong dan celana pendek berwarna hitam.Disusul dengan Adnan dan Ryan yang keluar dari rumah itu setelah lima orang memasuki m
Adnan tersenyum miring sambil berdesis dan mengeluarkan handphone lalu menunjukkan kepadanya. Layar berisi dirinya sedang mengintip di bagian belakang kantor dan terlihat mengambil gambar saat dia bertransaksi dengan Ryan.“Foto itu bisa saja bukan aku karena hanya tampak belakang dan blur. Bagaimana bisa kamu menuduhku dengan bukti yang tidak jelas?” Hans membalikkan kenyataan yang ada di depannya.Beberapa karyawan yang sudah datang berkerumun di sampingnya ketika Adnan memukulnya. Mereka tampak berbisik dan terdengar pernyataan yang mendukung Hans.“Foto itu belum tentu Pak Lee, bagaimana dia menuduhnya?”“Foto yang blur seharusnya tidak bisa dijadikan bukti.”“Pak Lee orang baru, mana mungkin tahu dan hapal seluruh sudut kantor ini!”Hans hanya mengangkat satu alis sambil menatap Adnan yang terlihat kesal dengan ucapan beberapa rekan kerja yang ada di sisi kanan dan kiri. Dia memasukkan handphone dan berbalik badan untuk meninggalkannya.Ia merasa senang membalikkan ucapannya saat
Galih tersenyum lebar sambil melirik Adnan yang hanya diam, tapi melotot ke arah Hans. Pertanyaan yang sangat dipahami olehnya.Galih mengetahui sosok Hans yang sebenarnya sehingga berusaha terlihat tidak mengenal dan baru mengenalnya karena pertanyaan yang tidak ingin melapor ke Adnan sebagai Manajer.Galih juga tahu alasan Lee Hans Ruth dipekerjakan di kantornya. Namun, dia tetap bungkam untuk menangkap pelaku penggelapan uang di kantornya.Dia merupakan orang kepercayaan Cody Ruth sehingga bisa menjaga rahasia yang sangat penting dan mendapat posisi penting di kantornya. Namun, Galih tidak bisa mencari tahu sosok yang melakukan penggelapan uang.“Kamu bekerja sebagai Admin keuangan ketika terjadi sesuatu, lapor ke Manajer karena dia yang bertanggung jawab untuk mengajarkan hal yang berhubungan dengan angka.”“Bagaimana jika Manajer keuangan tidak mengajarkan yang dikatakan seperti Pak Galih?” tanya Hans menatap lamat.Galih menghela napas panjang. “Banyak orang di ruangan ini dan s
Abigail bersandar di sofa sambil menghela napas panjang dan memerintahkan pelayan untuk mengambil minuman.‘Apakah alasan Pak Haedar ingin bicara kepadaku untuk membahas ini?’ batin Hans bertanya-tanya.Setelah bertanya dalam hati, ia tersadar bahwa Abigail memiliki banyak mata di mana pun berada. Apa pun yang dilakukan olehnya pasti diketahui oleh ibunya.“Aku datang ke rumah Ibu tidak diberi pelukan atau sapaan hangat selama hampir sepuluh tahun berpisah?” tanya Hans yang ternyata rindu dengan pelukan ibunya.“Emang masih perlu?” Abigail bertanya kembali kepadanya.Hans tersenyum miring sambil berdesis. “Ibu memata-matai yang kulakukan?” tanya Hans yang masih berdiri di depan Abigail.“Tidak.”“Lalu? Kenapa ibu langsung mengarah kepadaku? Bukankah jurnalis banyak di negara ini?” tanya Hans menutupi alasannya.“Selama kamu tidak ada di rumah, jangan dikira Ibu diam untuk tidak mencarimu. Ibu mencarimu di mana-mana hingga akhirnya Haedar berhasil menemukan keberadaanmu dan menikahi an
“Ayah tidak tahu siapa dia karena tidak ingin mencari tahu.”“Ibu tahu siapa dia?” tanya Hans menekan.Abigail terdiam dengan jemari yang meremat punggung tangan. Dia terlihat khawatir dan takut akan mengungkapkan latar belakang selingkuhannya.Hans mengambil handphone. “Aku akan mencari tahu sendiri, jika ibu tidak memberitahuku.”“Jangan!” cegah Abigail memegang pergelangan tangannya erat.Hans melirik tangannya yang sudah tidak mulus dan terlihat ototnya. Pergerakan secepat kilat membuatnya curiga kepadanya.Ada apa dengannya? Apakah dia berasal dari keluarga yang kukenal? Atau orang kaya juga?Hans menyingkirkan tangannya secara pelan. “Jangan mencegahku. Aku harus tahu semuanya karena sejak pulang dari London, aku tidak sempat membicarakan apa pun dengan ibu. Aku juga perlu tahu tentang semuanya yang gak pernah kuketahui sebelumnya.”Haedar pergi ke arah meja kantor yang terdapat foto keluarga. Foto keluarga terpampang jelas di meja kantor, tapi tidak ada yang mengetahui sosok di
“Kamera di sana ada empat dan ada yang menghadap di ruangan Manajer.”Hans mengernyitkan dahi karena mencium kesengajaan untuk menghilangkan atau menyingkirkan tiga kamera pengintai. Satu kamera pengintai tidak mengarah ke meja Adnan.Ada seseorang yang menyingkirkannya.“Adnan menjabat sebagai Manajer keuangan sudah berapa lama?” tanya Hans penasaran.“Tiga tahun.”“Sebelum menjabat sebagai Manajer keuangan, dia bagian apa?” tanya Hans selidiki.“Dia bekerja sebagai Admin keuangan.”“Bagaimana dengan kinerjanya? Kapan dia masuk ke perusahaan pangan?” tanya Hans mencari tahu sembari mempersiapkan handphone untuk merekamnya tanpa sepengetahuan siapa pun.“Laporan dari bagian Humas, Adnan bekerja sudah delapan tahun di sana. Dia mengenal Tuan besar, tapi ….”“Kenapa?”“Tuan besar tidak menyukai kinerjanya karena dia terkenal memanipulasi laporan keuangan.”“Memanipulasi laporan keuangan? Bagaimana bisa dipertahankan karyawan seperti itu?” tanya Hans heran yang dipertahankan di perusahaa
“Berdasarkan hasil tes urin, dia positif mengonsumsi narkoba.”“Apakah Ayah mengetahui sendiri bahwa Pak Ahmad mengonsumsi atau ketika memakai narkoba?”“Tidak. Tuan besar menangkap Pak Ahmad berdasarkan hasil laporan dari pengirim anonim tanpa ada bukti video dan foto yang mengarah kepadanya.”“Lalu, kenapa Ayah seceroboh itu? Ada apa dengannya?”“Tuan besar tidak suka terhadap orang yang mengonsumsi narkoba di perusahaannya. Jadi, pengirim menulis pesan berupa secarik kertas tanpa mengirim ke surel.”“Masih ada tulisan itu?”“Ada, Tuan muda.”“Tolong foto dan kirim kepada saya.”“Baik, Tuan muda.”Hans bergegas membersihkan diri dan mengganti pakaian. Tepat pukul satu pagi, ia belum bisa memejamkan mata dan pikiran masih berjalan untuk memahami kasus kematian ayah dan adiknya.Ia mengingat artikel yang ditunjukkan kepadanya. Foto dalam artikel menjelaskan bahwa kematian Ayah dan adik kecelakaan mobil di waktu yang berbeda.Namun, pola kematian mereka mirip.Hans keluar dari kamar ho