“Tidak pernah, Pak, tapi saya pernah melihat Pak Rashid beberapa kali datang ke kantor untuk menemui ibu Abigail.” Komar memberitahu dengan hati-hati.“Kata siapa dia datang untuk menemui ibu Abigail?”“Saya pernah menanyainya langsung saat menunggu di ruang tunggu ketika ibu Abigail sedang rapat dengan pengusaha lain yang berasal dari Inggris.”Hans membisu sambil mengernyitkan dahi dan memikirkan tujuan Rashid Omar Nadim mendatangi ibunya kesekian kali. ‘Apakah tujuan dia masih sama seperti dulu? Atau semakin parah dengan mengancam ibu?’ batin Hans penasaran.Hans beranjak dari kursi lalu pergi meninggalkan tim yang masih ingin berdiskusi dengannya. Sorot mata tertuju padanya karena sikap yang tak pernah terjadi padanya.“Aku mau ke toilet dulu, udah kebelet dari tadi.”Tiwi ikut beranjak dari kursi dengan alasan pergi ke toilet pada awalnya, tetapi tujuan itu berubah saat melihat arah Hans menuju ruangan pemilik atau CEO perusahaan sehingga diikuti olehnya secara diam-diam karena
Hans tersenyum miring. “Jangan bicara sembarangan, mana ada saya itu anak Pak Cody Ruth, Raja bisnis.”Hans mengelak dan tetap memilih untuk membungkam rahasianya. “Bapak tidak perlu menutupi rahasia itu lagi,” kata Agustinus sambil menatapnya.“Rahasia apa, sih? Saya tidak punya rahasia apa pun,” balas Hans sembari beranjak dari kursi kerja dan menghindar dari tatapan maut mereka. Hans berusaha hendak kabur, tapi teringat dengan janjinya bahwa kabur dari masalah bukanlah solusi, melainkan memperparah keadaan.“Saya mendengar semuanya, Pak di ruangan Ibu Abigail!” sahut Tiwi dengan intonasi penekanan.Darah Hans seolah berhenti mengalir saat mendengar perkataan Tiwi. Ia kaget bukan main bahwa Tiwi mendengar semua percakapannya dengan istri dari pemilik perusahaan pangan.Hans memejamkan mata dengan mengatur napas untuk tetap tenang dan mencoba untuk memberikan pengertian untuk mereka.“Kamu mengikuti saya?” tanya Hans sambil berbalik badan dan menatap lamat ke arah Tiwi.Tiwi berdir
Hans tersenyum. “Saya sudah pernah menikah, tapi pernikahan saya gagal.”“Tapi, tidak terlihat seperti pria pernah menikah,” celetuk Agustinus.“Jangan tanya masalah pernikahan saya.”Hans meminta kepada rekan tim untuk tidak menanyakan masalah pribadinya.Hampir semua rekan tim mengangguk kecuali, Tiwi yang sedari tadi membisu dan merengut. Dia terlihat memikirkan sesuatu.“Apakah mantan istri bapak adalah Mbak Sandria?” tanya Tiwi menembak langsung ke Sandria.Keheningan dibubarkan oleh pertanyaannya hingga menoleh ke arah Hans dan menatap lamat disertai dengan posisi duduk semula.Lagi dan lagi, mereka penasaran dengan jawaban Hans.Hans memperhatikan rekan timnya satu per satu sambil menelan air saliva. Tiwi menyadari sikap marah dan kesalnya terhadap Sandria dan Adnan saat menyelidiki kasus penggelapan dana. “Apakah yang dikatakan oleh Tiwi benar, Pak?” tanya Agustinus menekan.Hans mengusap bibir secara perlahan sambil menghela napas panjang. Ia harus menjawab pertanyaan dari m
“Astaga. Jadi, Bapak tidak masuk beberapa minggu melakukan perawatan luka dan operasi?” tanya Mira dengan intonasi penekanan.“Betul. Saya harus melakukan ini untuk rencana ke depannya nanti.”“Astaga.”“Wajah yang kalian lihat sekarang adalah wajah saya yang sesungguhnya dan sudah saatnya beraksi untuk menangkap banyak orang yang melakukan kejahatan.”“Siap, Pak.”“Tolong jaga rahasia ini, ya.”“Iya, Pak. Kami bisa menjaga rahasia.”Hans tersenyum saat mendengar bahwa mereka bisa menyimpan dan menjaga rahasia penting. Ia mempercayai mereka untuk menjaga semua yang dimiliki olehnya. Hans duduk di samping Komar sembari membuka catatan hasil audit. Adnan sudah dinyatakan bersalah dan diberhentikan secara tidak hormat beserta timnya, tetapi siapa pun yang berada di dekatnya tidak akan membiarkan Adnan dijerat hukuman penjara.“Pak Adnan sudah diberhentikan bekerja di sini dan dinyatakan bersalah oleh ibu Abigail, tetapi ada seseorang yang menginginkan atau berusaha dia tidak dijatuhi hu
“Sepuluh menit lagi saya tiba di lokasi.”“Baik, Hans.”Hans mengakhir panggilan keluar ke Carlos tanpa memberitahu apa pun kepadanya tentang ia mengajak pasukan untuk berlatih menembak. Mereka harus dibekali ilmu menembak untuk bertempur menghadapi musuh yang sangat licik dan membahas strategi untuk mengungkapkan pelaku kejahatan.Beberapa menit berlalu, Hans tiba di restoran barat dekat museum kapal dan berpapasan dengan rekan timnya.Hans dan mereka keluar mobil dan sama-sama menuju pintu masuk restoran hingga langkah mereka terhenti saat melihat fisik mobil mewah ketua timnya. “Keren,” celetuk Tiwi melongo sambil melirik mobil mewahnya.“Mobil dan pemiliknya sama-sama keren dan cakep,” imbuh Mira yang takjub dengan fisik mereka.“Ayo, masuk.”Hans mempersilakan mereka masuk ke restoran dan memasuki ruangan rapat yang cukup besar dengan meja panjang untuk membahas strategi untuk menangkap dan melakukan hal yang sama kepada mereka. Hal itu yang diinginkan oleh Hans dan harus terw
“Dia menghubungi seseorang dan transaksi dengan seseorang. Aku punya beberapa video yang menunjukkan pria itu bertransaksi dengan banyak orang.”“Saya mau melihat video itu sekarang juga.”Semua rekan tim menatap sambil mengangguk memohon kepada Carlos untuk menunjukkan salah satu video dari rekaman yang pernah diambil olehnya saat menyelidiki markas bertato kepala tengkorak dan bulan bintang. Carlos menghabiskan makanannya terlebih dahulu lalu meminum dan menghela napas panjang. Dia tidak bisa menolak permintaan seseorang yang ingin tahu tentang bukti yang telah didapatkan olehnya.“Tapi, jangan terkejut dengan sebuah video yang akan saya tunjukkan secara random, ya,” pesan Carlos.“Kenapa? Ada apa? Apakah ada adegan yang menggairahkan?” tanya Agustinus bercanda.“Ada seseorang yang mungkin kalian kenal kecuali anak dari Pak Rashid Omar Nadim.” Carlos menjawab pertanyaan dari Agustinus sambil mengambil handphone.Carlos meletakkan handphone di meja restoran setelah menemukan video y
“Betul. Kalian pasti sudah tahu siapa Alan. Dia adalah seorang Jurnalis yang dikenal keberaniannya dalam meliputi berita dan menulis artikel sesuai fakta tanpa melebihkan atau mengurangi.”“Kalau Alan sampai diberhentikan secara tidak hormat artinya dia menulis kematian Raja bisnis secara fakta dan memiliki bukti yang akurat?” Tiwi mencoba untuk menganalisis dari bukti yang didiskusikan.“Betul. Saya sudah bertemu dengannya dan mengonfirmasi bahwa tulisan itu benar adanya. Dia juga punya salinan artikel tentang itu.”“Jika itu benar maka banyak orang yang mengejarnya untuk menyita bukti agar tidak ada bukti lagi yang ada padanya sehingga siapa pun yang berhubungan dengan kematian Pak Cody terbebas dari jeratan hukum, dong?” imbuh Mira nada protes.Hans mengangguk membenarkan kalimat pernyataan Mira dari hasil analisa yang dibicarakan olehnya. “Dia sudah aman sekarang.”“Apa langkah selanjutnya?” tanya Carlos serius sambil menatap tajam.“Saya sudah mengirim semua informasi ke surel d
“Aku tahu mereka.”“Mereka adalah orang yang sangat berbahaya. Ayah Adnan merupakan petinggi kepolisian yang memperjualbelikan berbagai jenis narkoba dan kegiatan itu dilakukan di berbagai macam tempat, termasuk di balik jeruji.” Carlos membongkar kebusukan mereka.“Jadi, Adnan dan Ryan mendapatkan narkoba itu dari orang-orang Ayah Adnan?” tanya Hans terkejut.“Betul. Mereka ambil dari Ayah Adnan dan Rashid Omar Nadim hanya mengonsumsi narkoba jenis suntikan.”Hans teringat dengan sebuah kardus besar dan melihat Rashid Omar Nadim menyuntikkan diri sambil berbicara tentang bisnis. ‘Apakah bisnis yang dikatakan olehnya adalah bisnis narkoba jenis suntikan atau obat pil hijau kemudaan?’ batin Hans bertanya-tanya.“Kita bahas setelah berhasil mengendalikan enam perusahaan media. Fokus keenam perusahaan media itu dulu.”“Baiklah.”“Oke. Kalian pergi sekarang sambil memasang alat pendengar dan komunikasi,” pinta Hans sambil memberikan sebuah alat pendengar yang kecil dan perekam suara seba
Hans meletakkan botol di meja balkon dengan santai dan bersandar di kursi santai yang terbuat dari kayu, berlubang dan bantal putih sebagai tempat duduk.Mira dan Alan mendekatinya setelah saling melempar tatapan. Hans masih mengendalikan emosi dan tidak memiliki gairah untuk menyelesaikan masalah yang ditugaskan dan diamanahkan oleh Abigail.“Kamu tidak ingin tahu beritanya?” tanya Mira nada pelan sembari sedikit membungkuk dan memegang bahunya. “Apakah kamu tidak tahu kalau saya ingin masih menyendiri di kamar ini sambil mengamati pemandangan kota besar di sore hari yang mendung dan terasa nyaman, tapi banyak penjahat yang berkeliaran di luar sana?”“Maaf,” balas Mira lalu menoleh ke arah Alan.Hans mendengar helaan napas Alan dan bertukar posisi dengan Mira. “Sampai kapan kamu begini? Sampai ibumu mati karena dipermalukan di sosial media?” cecar Alan nada pedas. Hans terbangun dari duduk dengan menghadap ke arah Alan sembari melotot dan tangan mengepal erat. Mira terkejut meliha
“Pak Cody membantu ayahku untuk memberantas pengedaran dan konsumsi obat terlarang dengan bantuan Pak Haedar.”Hans membisu dengan mengingat semua kejadian padanya mulai dari masih muda menempuh pendidikan di luar negeri dan melihat ibu mendua, pengakuan ibu, hubungan pernikahan yang kandas di tengah jalan dan keserakahan Rashid dan Ayah Adnan yang diketahui olehnya. Hans mendesis sembari menyeka rambut hitam yang lurus secara perlahan sambil memejamkan mata dan menghentakkan kepalan tangan erat ke meja kayu. Tidak ada yang namanya kebetulan dalam dunia ini. Semua telah ditunjukkan oleh sang maha kuasa bahwa ada sesuatu yang diberantas dan dibersihkan. “Unggah dan sebar rekaman Rashid ke media sosial, buat kalimat yang mengajak masyarakat menganalisis,” kata Hans dengan kepala tertunduk dan tangan masih mengepal erat.“Kamu yakin mau menyebar itu sekarang?” tanya Carlos nada ragu.Hans menoleh ke arah Carlos dengan menatap tajam. “Aku sangat yakin dan tidak ada ampun untuknya.”“Ba
“Dia adalah mantan kekasih Adnan yang ditinggal demi Nyonya Sandria karena harta yang berlimpah dan mendengar akan dijadikan sebagai Raja saat orang tuanya bekerja sama dengan Pak Rashid Omar Nadim.” Pengawal pribadi Hans menjelaskan dengan lembut. Hans mengernyitkan dahi sambil menatap lamat. “Seorang wanita yang kukencani demi menipu adalah wanita yang ahli dalam hal begituan dan berpura-pura polos?”Pengawal pribadinya mengangguk pelan dengan menundukkan kepala.“Apakah dia tidak pernah berhubungan lagi dengannya?”“Tidak pernah, sejak ditinggalkan oleh Adnan dalam kondisi mengandung, ibu sakit dan dia lebih memilih menggugurkan kandungannya.”“Bagaimana bisa kamu berhubungan dengannya sampai mengetahui informasi tentang kehidupannya secara detail?” tanya Hans penasaran.Bola mata dia terbelalak saat diberi pertanyaan mudah dengan bibir mengatup. Bola mata bergerak ke arah mana pun dan mengeluarkan keringat dingin di dahi.Tatapan dan pergerakan tangan yang saling mengusap sambil
“Benda berwarna hijau yang kamu lihat di atas mesin bergerak menuju mesin besar adalah buah hijau yang berbentuk seperti rambutan,” jelas Hans pelan.“Lalu?”“Buah itu mengandung zat adiktif yang bisa membuat pengguna atau siapa pun yang pernah memakannya menjadi ketergantungan. Buah itu dimanfaatkan oleh mereka dan dimanfaatkan sebagai sumber cuan dengan dalil obat penyembuh setres.” Hans menerangkan kepada Carlos secara perlahan.Hans melangkah dengan penglihatan waspada di sekitarnya untuk melindungi diri dari serangan berbagai arah dan memastikan bahwa identitasnya aman.Ia tidak luput mengambil cara kerja di sebuah laboratorium milik Rashid dan Ayah Adnan dari awal hingga proses produksi. “Siapa kalian?!” sentak nada bariton di belakang Hans.Hans belum selesai merekam semua aktivitas di dalam laboratorium telah kedatangan seorang pria bernada bariton keras dan berat. Sontak, ia mematikan dan menyimpan rekaman itu lalu handphone dimasukkan ke bagian kantong jaket. Hans dan Car
Semua menoleh ke arah Alan sambil menunggu jawabannya. Hans berharap semua yang dikatakan mereka adalah benar.“Mereka adalah salah satu orang yang menghampiriku dengan meminta bukti yang kumiliki. Perkataan Adnan benar, Ajudan dia hendak membunuhku, tetapi niat itu diurungkan dan memilih melanggar perintah dari atasannya dengan membuat perjanjian di antara mereka.”“Perjanjian apa itu?” tanya Hans menekan.“Aku juga tidak tahu perjanjian apa yang mereka bicarakan karena bicara di luar rumahku.”Hans mengalihkan pandangannya ke arah lantai dengan mengingat rekaman yang dijeda olehnya. Adnan berkata bahwa Ajudannya yang menghentikan pembunuhan terhadap Alan, apakah dia memiliki sisi sadar dalam membunuh seseorang atau ada sesuatu di balik itu semua?Semua berkaitan dengan kematian Cody Ruth dan adiknya. Ajudan dan Adnan menemui Alan dengan meminta bukti dimiliki oleh Alan. Hans mendapat titik terang berupa petunjuk dari rekaman video. Ia memutar rekaman itu kembali dan mendengarkan
Abigail terdiam saat ditembak pertanyaan tentang Rashid dirawat di rumah sakit. Hans tersenyum miring sambil menghela napas dan menggeleng pelan. “Ibu tahu.”Hans hendak membuka pintu ruangan Abigail terhenti dengan tangan mungil yang sudah tidak muda lagi dan jemari dipenuhi oleh perhiasan yang melingkar di sana.Bola mata Hans merayap perlahan ke arah ibunya. Ia menatap lamat dengan mulut tertutup lalu menyingkirkan tangan ibunya perlahan. “Aku tidak ingin membahas dia lagi.” Hans menolak secara halus.Tatapan Abigail menunjukkan ada sebuah rahasia yang harus diberitahu kepadanya. Namun, jika itu membahas Rashid maka tidak ingin lagi mendengar dan memperhatikannya.Kedua kali hendak membuka pintu, lagi dan lagi pandangannya teralihkan dengan perkataan ibunya.“Penyakit ibu tidak sembuh.”Hans menyingkirkan tangan dari pegangan pintu. “Apa maksudnya?”“Operasi kemarin berjalan lancar, tapi tidak bisa mengangkat akarnya karena sudah menyebar di beberapa anggota tubuh ibu. Ibu memin
“Kenapa terkejut seperti itu, Pak? Apakah bapak mengenal saya?” tanya Hans meledek dengan senyuman iblisnya yang memperhatikan tubuh Rashid yang tampak sehat bugar.“Tidak. Saya tidak mengenalmu.” Rashid terbata-bata dan berusaha menghindar kontak mata darinya. Lagi dan lagi, kebiasaan keluarga Rashid ketika berbuat salah atau menyembunyikan sesuatu maka berpaling dari lawan bicaranya dan berusaha menutupi apa pun yang diketahui olehnya. Ciri khas itu sudah dipelajari olehnya, sama halnya ketika dia menyuntikkan benda cair ke dalam tubuhnya lalu kolaps hingga dipanggil oleh Dokter yang menanganinya. Dokter yang menangani Rashid adalah dokter yang bekerja di rumah sakit Internasional dan telah berbicara yang sesungguhnya bahwa dia kecanduan obat terlarang sehingga membuka bisnis demi melancarkan pengedaran obat terlarang.“Sungguh? Bukankah Anda mengenal saya, Pak Rashid Omar Nadim?” tanya Hans santai sambil melangkah mendekatinya. Rashid menjauh perlahan dengan kedua tangan yang m
Hans duduk di depan kamar VIP yang jaraknya dua dari kamar Rashid Omar Nadim. Ia bersandar di dinding sambil bermain handphone dan mendengarkan pembicaraan mereka. Sandria tertawa dengan seorang pria yang terlihat seperti Ryan. Ia berusaha fokus terhadap pembicaraan mereka yang terdengar samar.“Ayah sungguh luar biasa.”“Saat mengetahui liputan dari Alan seorang Jurnalis handal yang terpercaya di negara ini, langsung bertindak,” kata Sandria sambil menepuk pundak pria itu. Hans terus menundukkan kepala dengan sibuk di layar handphone sembari berpura-pura menghubungi keluarga yang berada di dalam kamar itu. Mata Hans tidak luput dari pandangan ke arah Sandria dan pria itu. Senyuman Sandria masih terlihat sumringah dan tidak menunjukkan kesedihan sama sekali. Hans perlahan mengarahkan handphone ke Sandria dan pria itu untuk merekam kegiatan dan pembicaraannya. Namun, Sandria menyadari aktivitas Hans yang sengaja merekam perkataan dan aktivitasnya. Ia menggerakkan handphone ke sega
“Saya masih berpegang teguh dengan pendirian apa pun itu. Walaupun pernah memiliki hubungan dengan saya.”“Lalu, apa penilaian bapak terkait hal ini? apakah semuanya akan berhubungan secara kebetulan atau sudah direncanakan oleh mereka hingga tidak menyelidiki kasus kematian Pak Cody, Raja bisnis. Semua dunia akan membicarakan berita ini.” Agustinus menekan.Hans membisu lalu meminum minum kopi dingin sambil menghela napas panjang.Ia tidak bisa menilai sebelum mengamati, mengetahui dan menganalisis hasil yang didapatkan dari usahanya bersama rekan tim. Musuh yang dihadapi oleh Hans bukanlah musuh kelas bawah, melainkan mereka adalah musuh kelas kakap. Musuh yang memiliki banyak orang yang digunakan untuk menghabisi nyawa seseorang.Semua yang didapat olehnya seperti kebetulan dan atau bisa dikatakan dengan satu kata, yaitu takdir. Takdir yang mempertemukan Hans dengan keluarga Rashid dan Adnan yang memiliki niat buruk kepada keluarganya saat bertemu dengan seorang pria di London y