“Apa maksud Anda tidak benar?” tanya Hans dengan intonasi penekanan.Hans terkejut mendengar pernyataan dari Naufal.Naufal yang sedari setuju dengannya untuk bekerja sama malah berpindah dan mengatakan yang tidak benar. Naufal telah didatangi oleh seorang pria bertubuh besar dan kekar menggunakan topi golf berwarna cokelat dengan jaket kulit berwarna hitam tanpa sepengetahuan siapa pun. Dia diancam oleh pria itu karena sudah menculik istrinya sambil diperlihatkan video sang istri yang disiksa oleh seorang wanita berambut pendek saat mengarahkan makanan ke mulutnya dan ditolak oleh istrinya.“Se-semua bukti yang dimiliki oleh Pak Lee adalah ilegal. Dia memaksa orang lain untuk menerobos masuk ke dalam sebuah website itu.”“Apa yang Anda katakan, Pak Naufal?” tanya Hans pelan.“Pak Adnan tidak melakukan penggelapan dana perusahaan. Semua hanyalah tuduhan yang buktinya tidaklah nyata.” Naufal menyanggah semua bukti yang dimiliki oleh Hans. Hans mengernyitkan dahi sembari memperhatika
“Haaaannns!” teriak Adnan lalu melayangkan dan mendaratkan pukulan di wajahnya.Hans tersungkur ke lantai dan ditumpu oleh kedua tangannya. Ia terasa pusing saat tangan Adnan memukul wajahnya. Sontak, Hans memeriksa bagian suara pada topeng wajahnya yang dilengkapi suara aslinya secara diam-diam. Bagian suara baik-baik saja, tetapi bagian leher terdapat sedikit robekan.Adnan membangunkan tubuh Hans dengan berdiri tegap sembari mencengkeram jas hitamnya. “Sudah, Pak. Tahan dan jaga emosi masing-masing,” cegah Komar yang mencoba untuk melerai perselisihan mereka.Tangan Komar dihempiskan dengan keras oleh Adnan. “Diam kamu!” geram Adnan.Hans mengamati wajah Adnan yang memerah dengan tatapan nanar kepadanya. Dia terlihat sangat membenci Lee yang hanya karyawan baru. “Apa salah saya, Pak? Kenapa Anda membenci saya?”“Kamu masih tanya penyebab saya membencimu?”“Saya hanya karyawan baru yang berusaha bekerja keras karena pertama kali mendapatkan tugas seperti ini sehingga kinerja saya
“Saya tidak bersalah, Bu!” sanggah Adnan nada tinggi sambil memukul meja dengan keras.4“Apakah Anda sangat yakin kalau tidak bersalah?” tanya Abigail santai.“Sangat yakin seratus persen.”Abigail menghela napas panjang sambil merapikan rambutnya. Dia terlihat menahan amarah kepada Adnan. Adnan tidak berhasil menyakinkan pemilik perusahaan.Abigail terlihat akan menunjukkan sesuatu kepada karyawan keuangan. Haedar menyingkirkan penutup proyektor.Hitungan detik, layar putih menampilkan sebuah video Adnan sedang berbincang kepada Naufal dan memberikan buah hijau seperti rambutan.Tidak hanya itu, Abigail menunjukkan banyak video Adnan berbincang dengan bagian produksi dan penjualan untuk membuat laporan palsu dengan penukaran informasi dan barang sehingga memiliki kesepakatan yang berbeda, tetapi pemberian buah hijau seperti rambutan tidaklah luput dari ciri khas Adnan.Abigail ternyata menyelidiki secara diam-diam untuk bekal ketika terjadi kerusuhan dan keributan antara dua tim keua
Enam pengawal Abigail mengeluarkan Adnan dan timnya dari perusahaan secara paksa. Pengawal lain membawa barang mereka dan diberikan kepadanya.Pemandangan Adnan bersama tim Auditnya dikeluarkan dan diusir secara tidak hormat menarik perhatian seluruh karyawan yang menunggu jawaban sosok pelaku kejahatan penggelapan dana di perusahaan pangan terbesar dan ternama di negerinya.Semua berbisik satu sama lain dengan menyipitkan mata dan memperhatikan mereka dengan sinis. “Aku gak menyangka ternyata Pak Adnan pelaku dari penggelapan dana perusahaan ini.”“Iya, padahal dia adalah anak dari keluarga pebisnis elektronik.”“Bagaimana bisa dia bisa menggelapkan dana perusahaan? Apakah dia kekurangan uang padahal orang tuanya kaya?”“Uangnya mungkin buat foya-foya atau bermain dengan perempuan.”“Ssst, dia sudah punya istri.”“Apakah istrinya tahu, ya? Kasihan istrinya.”“Wah, Wulan terlibat juga.”“Jelas, dia adalah pacarnya pasti membantu untuk melancarkan aksi yang laki.”“Aku gak sabar ada b
Rekan kerja tim Hans menggeleng cepat saat Abigail mengajukan pertanyaan tentang Misternot yang dibahas oleh Adnan dan Naufal di ruangan rapat. Hanya Hans yang mengetahui sosok Misternot untuk sementara.“Apakah tidak ada yang tahu tentang Misternot?” tanya Abigail sekali lagi.“Maaf, Bu, kami belum tahu,” jawab Mira sopan.“Yakin?”Rekan kerja tim Hans saling melempar pandangan dengan mengangkat kedua pundaknya. Mereka belum mengetahui sosok Misternot. “Mungkin Pak Lee yang tahu, Bu.”“Apakah Anda tahu sosok Misternot?”“Saya tidak tahu, Bu. Kami masih proses pencarian siapa dia.” Hans berbohong.“Ah, baiklah. Kalian harus cari tahu siapa dia karena jika tidak maka bertindak cepat untuk mengakses website gelap.”“Tenang saja, Bu. Website gelap itu sudah diblokir,” balas Hans santai yang membuat semua rekan kerjanya menoleh dengan membulatkan bola mata.Pemblokiran website gelap tidak ada dalam diskusi tadi pagi. Dia hanya menunjukkan hak akses yang dimiliki oleh Adnan dan siapa saj
“Aku tutup dulu.”Hans mengakhiri panggilan keluar kepada Carlos sambil menelan air saliva. Ia tidak percaya bahwa Adnan mengeluarkan cara pembalasan yang licik dan semuanya berupa kebohongan hingga membuat senyuman miring keluar.Adnan bukanlah pria pemberani dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Dia masih beruntung tidak dimasukkan ke dalam penjara oleh ibunya. “Apakah kalian lupa bahwa wajah Pak Adnan tidak seperti itu saat keluar dari kantor ini?” cecar Hans dengan santai.Setelah bertanya seperti itu kepada rekan kerja, ia pergi meninggalkan resepsionis menuju ruang kerjanya. Hans baru saja tiba di meja dan menarik napas didatangi oleh rekan timnya dengan bola mata yang membulat. “Ada apa? Apakah semua ini karena berita di televisi?” tanya Hans santai sambil membuka laptop.“Iya. Kita tidak terima kalau kamu difitnah seperti itu.”“Biarkan dia mau bertindak apa nanti kebenaran akan terungkap sendiri.”“Tapi, dia menggunakan media, Lee. Artinya seluruh dunia mengenal wajahmu
“Kata teman kuliah saat saya berkonsultasi dengannya, dia bilang bahwa rumah sistem yang terdiri dari biodata diri itu bisa dimasukkan dua nomor identitas, tapi salah satu nomor itu bukan dijadikan utama sehingga saat orang lain memasukkan nama Sandria yang keluar nomor identitas yang sesungguhnya, tapi saat pembuatan akun sebuah website gelap, pelaku memasukkan nomor identitas yang bukan utama atau bisa disebut dengan bayangan.”Wajah rekan kerja terlihat bingung dengan penjelasannya terkait nomor identitas bayangan, tetapi bisa muncul nama yang sama. Semua bisa dilakukan dengan kecurangan ketika pelaku memesan untuk menghapus nama dari pemilik nomor identitas yang ada pada website gelap tersebut. “Tunggu, otakku masih loading,” kata Komar sambil memijat keningnya. “Apakah maksudmu adalah seseorang meminta karyawan teknologi di perusahaan itu menghapus nama yang sesungguhnya dari nomor identitas bayangan itu?” tanya Agustinus menembak tuduhan paling buruk.“Betul. Teman kuliah saya
“Jika dia seorang pebisnis biasanya sibuk setiap hari, tapi entah apa yang disibukkan olehnya.”“Ada jadwal khusus yang dimiliki oleh Pak Rashid di hari minggu bermain golf bersama rekannya, termasuk ahli waris Tuan muda,” imbuh Haedar.Hans menuju meja ibu yang terdapat kalender yang menunjukkan tanggal sekarang dan harinya. Hari ini merupakan hari Jumat.Jika ia menunggu hari Minggu tiba maka kelamaan.“Ada apa, Tuan muda?”“Aku membutuhkan kartu keluarga mereka.”“Untuk apa?” tanya Abigail menekan sambil menatapnya lamat.“Ada sesuatu yang harus kulakukan untuk mengungkap semuanya, Bu.”Semua orang dalam ruangan CEO membisu dengan saling melempar pandangan. Hans tampak melupakan sesuatu dan teringat dengan sesuatu dalam sebuah acara penting yang bergengsi di luar negeri. “Tuan melupakan jadwal penting selain mengurus pekerjaan,” kata Haedar yang membuyarkan kebisuan ruangan lebar dengan desain marmer motif berwarna abu-abu semi gelap dengan garis berwarna hitam.“Jadwal penting?”
“Pak Cody membantu ayahku untuk memberantas pengedaran dan konsumsi obat terlarang dengan bantuan Pak Haedar.”Hans membisu dengan mengingat semua kejadian padanya mulai dari masih muda menempuh pendidikan di luar negeri dan melihat ibu mendua, pengakuan ibu, hubungan pernikahan yang kandas di tengah jalan dan keserakahan Rashid dan Ayah Adnan yang diketahui olehnya. Hans mendesis sembari menyeka rambut hitam yang lurus secara perlahan sambil memejamkan mata dan menghentakkan kepalan tangan erat ke meja kayu. Tidak ada yang namanya kebetulan dalam dunia ini. Semua telah ditunjukkan oleh sang maha kuasa bahwa ada sesuatu yang diberantas dan dibersihkan. “Unggah dan sebar rekaman Rashid ke media sosial, buat kalimat yang mengajak masyarakat menganalisis,” kata Hans dengan kepala tertunduk dan tangan masih mengepal erat.“Kamu yakin mau menyebar itu sekarang?” tanya Carlos nada ragu.Hans menoleh ke arah Carlos dengan menatap tajam. “Aku sangat yakin dan tidak ada ampun untuknya.”“Ba
“Dia adalah mantan kekasih Adnan yang ditinggal demi Nyonya Sandria karena harta yang berlimpah dan mendengar akan dijadikan sebagai Raja saat orang tuanya bekerja sama dengan Pak Rashid Omar Nadim.” Pengawal pribadi Hans menjelaskan dengan lembut. Hans mengernyitkan dahi sambil menatap lamat. “Seorang wanita yang kukencani demi menipu adalah wanita yang ahli dalam hal begituan dan berpura-pura polos?”Pengawal pribadinya mengangguk pelan dengan menundukkan kepala.“Apakah dia tidak pernah berhubungan lagi dengannya?”“Tidak pernah, sejak ditinggalkan oleh Adnan dalam kondisi mengandung, ibu sakit dan dia lebih memilih menggugurkan kandungannya.”“Bagaimana bisa kamu berhubungan dengannya sampai mengetahui informasi tentang kehidupannya secara detail?” tanya Hans penasaran.Bola mata dia terbelalak saat diberi pertanyaan mudah dengan bibir mengatup. Bola mata bergerak ke arah mana pun dan mengeluarkan keringat dingin di dahi.Tatapan dan pergerakan tangan yang saling mengusap sambil
“Benda berwarna hijau yang kamu lihat di atas mesin bergerak menuju mesin besar adalah buah hijau yang berbentuk seperti rambutan,” jelas Hans pelan.“Lalu?”“Buah itu mengandung zat adiktif yang bisa membuat pengguna atau siapa pun yang pernah memakannya menjadi ketergantungan. Buah itu dimanfaatkan oleh mereka dan dimanfaatkan sebagai sumber cuan dengan dalil obat penyembuh setres.” Hans menerangkan kepada Carlos secara perlahan.Hans melangkah dengan penglihatan waspada di sekitarnya untuk melindungi diri dari serangan berbagai arah dan memastikan bahwa identitasnya aman.Ia tidak luput mengambil cara kerja di sebuah laboratorium milik Rashid dan Ayah Adnan dari awal hingga proses produksi. “Siapa kalian?!” sentak nada bariton di belakang Hans.Hans belum selesai merekam semua aktivitas di dalam laboratorium telah kedatangan seorang pria bernada bariton keras dan berat. Sontak, ia mematikan dan menyimpan rekaman itu lalu handphone dimasukkan ke bagian kantong jaket. Hans dan Car
Semua menoleh ke arah Alan sambil menunggu jawabannya. Hans berharap semua yang dikatakan mereka adalah benar.“Mereka adalah salah satu orang yang menghampiriku dengan meminta bukti yang kumiliki. Perkataan Adnan benar, Ajudan dia hendak membunuhku, tetapi niat itu diurungkan dan memilih melanggar perintah dari atasannya dengan membuat perjanjian di antara mereka.”“Perjanjian apa itu?” tanya Hans menekan.“Aku juga tidak tahu perjanjian apa yang mereka bicarakan karena bicara di luar rumahku.”Hans mengalihkan pandangannya ke arah lantai dengan mengingat rekaman yang dijeda olehnya. Adnan berkata bahwa Ajudannya yang menghentikan pembunuhan terhadap Alan, apakah dia memiliki sisi sadar dalam membunuh seseorang atau ada sesuatu di balik itu semua?Semua berkaitan dengan kematian Cody Ruth dan adiknya. Ajudan dan Adnan menemui Alan dengan meminta bukti dimiliki oleh Alan. Hans mendapat titik terang berupa petunjuk dari rekaman video. Ia memutar rekaman itu kembali dan mendengarkan
Abigail terdiam saat ditembak pertanyaan tentang Rashid dirawat di rumah sakit. Hans tersenyum miring sambil menghela napas dan menggeleng pelan. “Ibu tahu.”Hans hendak membuka pintu ruangan Abigail terhenti dengan tangan mungil yang sudah tidak muda lagi dan jemari dipenuhi oleh perhiasan yang melingkar di sana.Bola mata Hans merayap perlahan ke arah ibunya. Ia menatap lamat dengan mulut tertutup lalu menyingkirkan tangan ibunya perlahan. “Aku tidak ingin membahas dia lagi.” Hans menolak secara halus.Tatapan Abigail menunjukkan ada sebuah rahasia yang harus diberitahu kepadanya. Namun, jika itu membahas Rashid maka tidak ingin lagi mendengar dan memperhatikannya.Kedua kali hendak membuka pintu, lagi dan lagi pandangannya teralihkan dengan perkataan ibunya.“Penyakit ibu tidak sembuh.”Hans menyingkirkan tangan dari pegangan pintu. “Apa maksudnya?”“Operasi kemarin berjalan lancar, tapi tidak bisa mengangkat akarnya karena sudah menyebar di beberapa anggota tubuh ibu. Ibu memin
“Kenapa terkejut seperti itu, Pak? Apakah bapak mengenal saya?” tanya Hans meledek dengan senyuman iblisnya yang memperhatikan tubuh Rashid yang tampak sehat bugar.“Tidak. Saya tidak mengenalmu.” Rashid terbata-bata dan berusaha menghindar kontak mata darinya. Lagi dan lagi, kebiasaan keluarga Rashid ketika berbuat salah atau menyembunyikan sesuatu maka berpaling dari lawan bicaranya dan berusaha menutupi apa pun yang diketahui olehnya. Ciri khas itu sudah dipelajari olehnya, sama halnya ketika dia menyuntikkan benda cair ke dalam tubuhnya lalu kolaps hingga dipanggil oleh Dokter yang menanganinya. Dokter yang menangani Rashid adalah dokter yang bekerja di rumah sakit Internasional dan telah berbicara yang sesungguhnya bahwa dia kecanduan obat terlarang sehingga membuka bisnis demi melancarkan pengedaran obat terlarang.“Sungguh? Bukankah Anda mengenal saya, Pak Rashid Omar Nadim?” tanya Hans santai sambil melangkah mendekatinya. Rashid menjauh perlahan dengan kedua tangan yang m
Hans duduk di depan kamar VIP yang jaraknya dua dari kamar Rashid Omar Nadim. Ia bersandar di dinding sambil bermain handphone dan mendengarkan pembicaraan mereka. Sandria tertawa dengan seorang pria yang terlihat seperti Ryan. Ia berusaha fokus terhadap pembicaraan mereka yang terdengar samar.“Ayah sungguh luar biasa.”“Saat mengetahui liputan dari Alan seorang Jurnalis handal yang terpercaya di negara ini, langsung bertindak,” kata Sandria sambil menepuk pundak pria itu. Hans terus menundukkan kepala dengan sibuk di layar handphone sembari berpura-pura menghubungi keluarga yang berada di dalam kamar itu. Mata Hans tidak luput dari pandangan ke arah Sandria dan pria itu. Senyuman Sandria masih terlihat sumringah dan tidak menunjukkan kesedihan sama sekali. Hans perlahan mengarahkan handphone ke Sandria dan pria itu untuk merekam kegiatan dan pembicaraannya. Namun, Sandria menyadari aktivitas Hans yang sengaja merekam perkataan dan aktivitasnya. Ia menggerakkan handphone ke sega
“Saya masih berpegang teguh dengan pendirian apa pun itu. Walaupun pernah memiliki hubungan dengan saya.”“Lalu, apa penilaian bapak terkait hal ini? apakah semuanya akan berhubungan secara kebetulan atau sudah direncanakan oleh mereka hingga tidak menyelidiki kasus kematian Pak Cody, Raja bisnis. Semua dunia akan membicarakan berita ini.” Agustinus menekan.Hans membisu lalu meminum minum kopi dingin sambil menghela napas panjang.Ia tidak bisa menilai sebelum mengamati, mengetahui dan menganalisis hasil yang didapatkan dari usahanya bersama rekan tim. Musuh yang dihadapi oleh Hans bukanlah musuh kelas bawah, melainkan mereka adalah musuh kelas kakap. Musuh yang memiliki banyak orang yang digunakan untuk menghabisi nyawa seseorang.Semua yang didapat olehnya seperti kebetulan dan atau bisa dikatakan dengan satu kata, yaitu takdir. Takdir yang mempertemukan Hans dengan keluarga Rashid dan Adnan yang memiliki niat buruk kepada keluarganya saat bertemu dengan seorang pria di London y
Tono mengangguk sambil tersenyum lebar. Semua menatap khawatir ke Tono yang berkorban untuk mencari tahu informasi penembak jitu ke dalam kandang yang berbahaya.“Maaf, Pak, Pak Tono lebih baik datang ke rumah Adnan saat saya melakukan liputan dengan alat yang dipasang karena ingin tahu ekspresi mereka ketika membahas malam tragis dan menyebut nama mereka.” Alan memberi saran kepada Pak Tono. Tono menoleh ke arah Hans dengan menatap lamat lalu Hans mengangguk. “Baiklah. Semangat,” kata Tono sambil mengepalkan tangan erat dan menggerakkannya dari atas ke bawah dengan senyuman lebar.Semua rekan tim mengikuti gerakan dia dengan senyuman lebar. “Aku sela,” potong Carlos.“Ada apa?” tanya Hans santai.“Kamu tadi bilang kalau ibu Abigail dan Pak Haedar mengawasi Alan yang meliput di depan hotel mewah, kan?” tanya Carlos menekan sambil mengusap dagu.“Iya. Kenapa?”“Sebaiknya, jangan. Jangan membawa ibumu ke hotel mewah karena mereka akan tahu keberadaannya.”“Lalu?” tanya Hans dengan in