“Tentu saja saya mau bukti, dong!” jawab Adnan nyolot.Hans tersenyum miring saat mendengar jawabannya yang nyolot.Hans menunjukkan sebuah website gelap yang akunnya terdiri dari Adnan dengan hak akses yang dimiliki. Hak akses dia adalah memindahkan uang dengan cara mentransfer uang ke berbagai rekening dan terdapat atas nama dari pemilik rekening tersebut. Banyak nama yang menjadi sasarannya untuk menyembunyikan uang itu.“Ini adalah bukti dari sikap liciknya. Dia sengaja membuat laporan palsu karena uang yang diterima berupa tunai bukan pengiriman dari rekening orang lain. Setelah itu, dia menyimpan uang itu ke rekening pribadinya lalu dipindahkan melalui website gelap itu dan memutar uangnya pada website gelap itu.”“Dia boh—”“Selain itu, website gelap tidak hanya berisi pemutaran uang perusahaan yang dia ambil. Dia juga melapisi website gelap itu seperti permainan daring yang bisa melakukan pengisian saldo dan mendapatkan hadiah ketika memenangkan permainan dadu.”Hans menjela
“Apa maksud Anda tidak benar?” tanya Hans dengan intonasi penekanan.Hans terkejut mendengar pernyataan dari Naufal.Naufal yang sedari setuju dengannya untuk bekerja sama malah berpindah dan mengatakan yang tidak benar. Naufal telah didatangi oleh seorang pria bertubuh besar dan kekar menggunakan topi golf berwarna cokelat dengan jaket kulit berwarna hitam tanpa sepengetahuan siapa pun. Dia diancam oleh pria itu karena sudah menculik istrinya sambil diperlihatkan video sang istri yang disiksa oleh seorang wanita berambut pendek saat mengarahkan makanan ke mulutnya dan ditolak oleh istrinya.“Se-semua bukti yang dimiliki oleh Pak Lee adalah ilegal. Dia memaksa orang lain untuk menerobos masuk ke dalam sebuah website itu.”“Apa yang Anda katakan, Pak Naufal?” tanya Hans pelan.“Pak Adnan tidak melakukan penggelapan dana perusahaan. Semua hanyalah tuduhan yang buktinya tidaklah nyata.” Naufal menyanggah semua bukti yang dimiliki oleh Hans. Hans mengernyitkan dahi sembari memperhatika
“Haaaannns!” teriak Adnan lalu melayangkan dan mendaratkan pukulan di wajahnya.Hans tersungkur ke lantai dan ditumpu oleh kedua tangannya. Ia terasa pusing saat tangan Adnan memukul wajahnya. Sontak, Hans memeriksa bagian suara pada topeng wajahnya yang dilengkapi suara aslinya secara diam-diam. Bagian suara baik-baik saja, tetapi bagian leher terdapat sedikit robekan.Adnan membangunkan tubuh Hans dengan berdiri tegap sembari mencengkeram jas hitamnya. “Sudah, Pak. Tahan dan jaga emosi masing-masing,” cegah Komar yang mencoba untuk melerai perselisihan mereka.Tangan Komar dihempiskan dengan keras oleh Adnan. “Diam kamu!” geram Adnan.Hans mengamati wajah Adnan yang memerah dengan tatapan nanar kepadanya. Dia terlihat sangat membenci Lee yang hanya karyawan baru. “Apa salah saya, Pak? Kenapa Anda membenci saya?”“Kamu masih tanya penyebab saya membencimu?”“Saya hanya karyawan baru yang berusaha bekerja keras karena pertama kali mendapatkan tugas seperti ini sehingga kinerja saya
“Saya tidak bersalah, Bu!” sanggah Adnan nada tinggi sambil memukul meja dengan keras.4“Apakah Anda sangat yakin kalau tidak bersalah?” tanya Abigail santai.“Sangat yakin seratus persen.”Abigail menghela napas panjang sambil merapikan rambutnya. Dia terlihat menahan amarah kepada Adnan. Adnan tidak berhasil menyakinkan pemilik perusahaan.Abigail terlihat akan menunjukkan sesuatu kepada karyawan keuangan. Haedar menyingkirkan penutup proyektor.Hitungan detik, layar putih menampilkan sebuah video Adnan sedang berbincang kepada Naufal dan memberikan buah hijau seperti rambutan.Tidak hanya itu, Abigail menunjukkan banyak video Adnan berbincang dengan bagian produksi dan penjualan untuk membuat laporan palsu dengan penukaran informasi dan barang sehingga memiliki kesepakatan yang berbeda, tetapi pemberian buah hijau seperti rambutan tidaklah luput dari ciri khas Adnan.Abigail ternyata menyelidiki secara diam-diam untuk bekal ketika terjadi kerusuhan dan keributan antara dua tim keua
Enam pengawal Abigail mengeluarkan Adnan dan timnya dari perusahaan secara paksa. Pengawal lain membawa barang mereka dan diberikan kepadanya.Pemandangan Adnan bersama tim Auditnya dikeluarkan dan diusir secara tidak hormat menarik perhatian seluruh karyawan yang menunggu jawaban sosok pelaku kejahatan penggelapan dana di perusahaan pangan terbesar dan ternama di negerinya.Semua berbisik satu sama lain dengan menyipitkan mata dan memperhatikan mereka dengan sinis. “Aku gak menyangka ternyata Pak Adnan pelaku dari penggelapan dana perusahaan ini.”“Iya, padahal dia adalah anak dari keluarga pebisnis elektronik.”“Bagaimana bisa dia bisa menggelapkan dana perusahaan? Apakah dia kekurangan uang padahal orang tuanya kaya?”“Uangnya mungkin buat foya-foya atau bermain dengan perempuan.”“Ssst, dia sudah punya istri.”“Apakah istrinya tahu, ya? Kasihan istrinya.”“Wah, Wulan terlibat juga.”“Jelas, dia adalah pacarnya pasti membantu untuk melancarkan aksi yang laki.”“Aku gak sabar ada b
Rekan kerja tim Hans menggeleng cepat saat Abigail mengajukan pertanyaan tentang Misternot yang dibahas oleh Adnan dan Naufal di ruangan rapat. Hanya Hans yang mengetahui sosok Misternot untuk sementara.“Apakah tidak ada yang tahu tentang Misternot?” tanya Abigail sekali lagi.“Maaf, Bu, kami belum tahu,” jawab Mira sopan.“Yakin?”Rekan kerja tim Hans saling melempar pandangan dengan mengangkat kedua pundaknya. Mereka belum mengetahui sosok Misternot. “Mungkin Pak Lee yang tahu, Bu.”“Apakah Anda tahu sosok Misternot?”“Saya tidak tahu, Bu. Kami masih proses pencarian siapa dia.” Hans berbohong.“Ah, baiklah. Kalian harus cari tahu siapa dia karena jika tidak maka bertindak cepat untuk mengakses website gelap.”“Tenang saja, Bu. Website gelap itu sudah diblokir,” balas Hans santai yang membuat semua rekan kerjanya menoleh dengan membulatkan bola mata.Pemblokiran website gelap tidak ada dalam diskusi tadi pagi. Dia hanya menunjukkan hak akses yang dimiliki oleh Adnan dan siapa saj
“Aku tutup dulu.”Hans mengakhiri panggilan keluar kepada Carlos sambil menelan air saliva. Ia tidak percaya bahwa Adnan mengeluarkan cara pembalasan yang licik dan semuanya berupa kebohongan hingga membuat senyuman miring keluar.Adnan bukanlah pria pemberani dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Dia masih beruntung tidak dimasukkan ke dalam penjara oleh ibunya. “Apakah kalian lupa bahwa wajah Pak Adnan tidak seperti itu saat keluar dari kantor ini?” cecar Hans dengan santai.Setelah bertanya seperti itu kepada rekan kerja, ia pergi meninggalkan resepsionis menuju ruang kerjanya. Hans baru saja tiba di meja dan menarik napas didatangi oleh rekan timnya dengan bola mata yang membulat. “Ada apa? Apakah semua ini karena berita di televisi?” tanya Hans santai sambil membuka laptop.“Iya. Kita tidak terima kalau kamu difitnah seperti itu.”“Biarkan dia mau bertindak apa nanti kebenaran akan terungkap sendiri.”“Tapi, dia menggunakan media, Lee. Artinya seluruh dunia mengenal wajahmu
“Kata teman kuliah saat saya berkonsultasi dengannya, dia bilang bahwa rumah sistem yang terdiri dari biodata diri itu bisa dimasukkan dua nomor identitas, tapi salah satu nomor itu bukan dijadikan utama sehingga saat orang lain memasukkan nama Sandria yang keluar nomor identitas yang sesungguhnya, tapi saat pembuatan akun sebuah website gelap, pelaku memasukkan nomor identitas yang bukan utama atau bisa disebut dengan bayangan.”Wajah rekan kerja terlihat bingung dengan penjelasannya terkait nomor identitas bayangan, tetapi bisa muncul nama yang sama. Semua bisa dilakukan dengan kecurangan ketika pelaku memesan untuk menghapus nama dari pemilik nomor identitas yang ada pada website gelap tersebut. “Tunggu, otakku masih loading,” kata Komar sambil memijat keningnya. “Apakah maksudmu adalah seseorang meminta karyawan teknologi di perusahaan itu menghapus nama yang sesungguhnya dari nomor identitas bayangan itu?” tanya Agustinus menembak tuduhan paling buruk.“Betul. Teman kuliah saya
Hans memandangi televisi yang menyuguhkan pemandangan Rashid, Ayah Adnan, Adnan, Sandria, Ryan dan ajudan Ayah Adnan tertangkap dengan kedua tangan diborgol ke belakang bersama istri Rashid yang menutupi proses penyelidikan selama ini. Otak dari kematian Raja bisnis adalah Rashid Omar Nadim karena keserakahannya sehingga mendekati istri Pak Cody Ruth untuk bisa mendapatkan kekayaannya. Tidak hanya itu, Rashid juga pemarah sehingga membunuh anak lelaki dengan cara yang sama, seperti sudah direncanakan. Beruntung, Ibu Abigail tidak tertipu dengan rayuan maut yang dilakukan olehnya karena seorang lelaki yang selalu mengingatkan dan membantu untuk menyelesaikan masalah yang tidak rampung karena permainan orang dalam pihak berwajib. Siapakah dia yang selama ini berada di sampingnya? Apakah kekasih baru atau yang lain? Kita belum tahu dan tunggu kabar selanjutnya.“Apakah bapak memberitahu rekan kerja yang membantu kita untuk menyelesaikan kasus ini?” tanya Hans datar sembari memandangi
“Kekasih pengawal pribadimu,” jawab Agustinus santai.“Di mana dia sekarang?““Dia ada di halaman belakang bersama wanita itu karena aku tadi bertanya kepada pengawal lainnya.”“Suruh mereka ke sini. Aku ingin mendengarnya secara langsung.”Agustinus menyampaikan seruan dari Hans kepada pengawal yang berjaga di ruang tamu untuk meminta mereka memasuki ruangannya. Satu menit berlalu, mereka telah tiba di ruangan diskusi dengan menatap Hans dan lainnya yang bingung dan datar. “Ada apa?”“Terima kasih untuk semuanya.”“Tidak perlu khawatir, aku melakukan semua ini demi hidupku sendiri dan masa depanku kelak jika tinggal bersama dengan kekasihku.”“Apa yang kalian inginkan dariku? Aku ingin memberi hadiah untuk kalian.”“Tidak ada.”“Kalian mendapatkan pernikahan mewah di hotel mewah. Semua ditanggung olehku, jadi katakan kapan kalian menikah,” kata Hans santai.Wanita itu dan pengawal pribadi melongo saat mendengar hadiah darinya lalu bersalaman dengannya sebagai tanda terima kasih.“T
Hans tiba di ruang diskusi di rumahnya dengan melepas jaket kulit dan diletakkan di sofa dengan tangan dan dada bagian kiri yang masih terasa nyeri dan sakit sehingga duduk perlahan.Semua rekan tim dan Haedar berada dalam ruangan itu sembari memperhatikannya yang tidak bisa dilarang ketika keinginan menggebu dalam dirinya.“Apakah anak buah dari Rashid dan Adnan masih ada dalam ruangan di rumah ini?” tanya Hans pelan.Lima pria bertato bulan dan bintang dan kepala tengkorak pernah ditangkap olehnya saat melakukan penyelidikan di sebuah gudang tua samping laboratorium mereka.“Masih ada, Tuan muda. Saya pindahkan ke ruang bawah tanah karena mereka berisik dan mengancam membunuh kami semua setelah mendengar kabar Tuan muda ditembak oleh anak dari tuannya dan menganggap mati.”“Aku dianggap mati oleh mereka?”Haedar dan seluruh rekan tim membisu saat ia menanyakan perihal kematian dirinya. Ada sesuatu yang tidak disampaikan oleh mereka kepadanya.Semua rekan tim dan Haedar dua bulan la
“Anak dari pengusaha elektronik bebas dari jeratan hukum setelah dalam penjara dalam kasus penembakan wanita berambut pendek yang diduga wanita simpanan Rashid Omar Nadim.”Suara berita yang menggelegar berasal dari televisi merasuki telinga Hans yang mengalami koma selama dua bulan lamanya setelah kejadian penembakan di pemakaman ibunya. Hans mengalami peristiwa yang mengerikan demi mengungkapkan pelaku kejahatan penembakan dan penghilangan nyawa Raja bisnis dan anak laki-laki yang diduga tidak memiliki identitas. Hans membuka mata perlahan saat mengingat kejadian kematian ibunya yang tidak ada di sampingnya saat dibutuhkan dengan meneteskan air mata. Sesak sekali rasanya.Napas Hans terengah-engah dengan pemandangan langit kamar rumah sakit berwarna putih tanpa bersuara. Pandangan lurus ke atas dan tidak menyadari seseorang di sampingnya. “Hans.” Carlos memanggil namanya pelan. Haedar mendekati Hans dengan memegang tangan dan mengusap kepalanya sembari berkata, “Tuan muda, syuku
“Aku tidak mendua!” bentak Rashid sambil melotot ke arah Hans.Hans dan semua rekan tim memakai kacamata hitam dan pakaian serba hitam mulai dari atasan hingga sepatu sehingga tidak mengetahui sosok yang berada di balik kacamata hitam.“Sungguh? Apakah kamu bisa membuktikannya?” tanya Hans menantang. Rashid mengalihkan pandangan dengan menggerakkan tangan di depan dada sembari meremas dan mengeluarkan banyak keringat. Semua orang terpaku pada Hans hingga kamera perusahaan media menyorotinya tanpa membuka kacamata. Rashid terdiam.Hans mengeluarkan semua foto yang sudah dicetak olehnya sebelum berbicara dengan rekan tim lalu membuang semua foto yang terdiri dari lima belas lembar di depan wajah Rashid, Istri dan wanita berambut pendek. Hans pergi dari hadapan banyak wartawan dan keluarga cemara yang sedang dipermalukan oleh kepala keluarga yang dipandang hebat dan cinta kepada keluarga. “Ma, maafkan aku. Semua ini bukan karena aku.”“Halah, hidung belang. Kamu juga bilang bahwa ak
“Mohon maaf, ibu Abigail sudah mengembuskan napas terakhirnya. Beliau menyerah selama operasi berjalan.” Dokter menyampaikan berita duka dengan lembut.Sontak, Hans melotot dan kaki terasa lemah untuk berdiri setelah mendengar kabar duka dari ibunya. Pandangan Hans yang sedari tadi samar menjadi buram dan mengalirkan butiran bening dengan deras di pipi. Ia tidak percaya mendengar kabar duka sebelum menangkap pelaku kejahatan. Abigail melanggar janji yang dibuat bersama dengan Hans. Tangan Hans mengepal dengan erat sembari menenangkan diri di kursi besi panjang yang dingin.Hans terpukul mendengar kepergian sang ibu yang terakhir kali sempat berdebat dan kesal dengannya. Ia tidak akan berbuat seperti itu jika mengetahui semua sakit yang dirasakan oleh Abigail.Tuhan menghukum Hans dengan cara yang sangat menyakitkan. Tidak ada hukuman yang menyakitkan, seperti yang dialami olehnya saat ini.Hans masih terduduk di kursi besi yang panjang saat banyak orang berlalu lalang di depannya. B
“Tidak. Tetap menggunakan nomor itu karena tidak akan bisa mendeteksi lokasi dari pemilik nomor ponsel dan identitasnya.”Semua terdiam dengan ide gila yang keluar dari mulutnya. Mereka terlihat tidak percaya bahwa Hans memiliki ide yang berdampak besar untuknya jika ketahuan identitas yang sesungguhnya. “Apakah kamu lupa dengan misimu hingga akhir sebelum pelaku pembunuh Pak Cody dan adikmu tertangkap?” Komar bertanya dengan nada peringatan. “Aku tidak lupa.”“Lalu?”“Kalian takut akan identitasku terbongkar sebelum waktunya dan mengira aku gegabah dalam mengambil keputusan saat punya ide seperti itu?” tanya Hans dengan intonasi penekanan sambil menatap semua rekan tim.“Buk—”“Semua sudah terpikirkan olehku.”“Baiklah. Kalau kamu ingin seperti itu.”Hans duduk sambil memperhatikan laptop yang terbuka di meja kerjanya. Ia teringat dengan ibu yang berada di ruangan yang paling aman untuk sementara waktu lalu menelepon Haedar.Hans menunggu Haedar untuk menjawab panggilan keluarnya.
Hans meletakkan botol di meja balkon dengan santai dan bersandar di kursi santai yang terbuat dari kayu, berlubang dan bantal putih sebagai tempat duduk.Mira dan Alan mendekatinya setelah saling melempar tatapan. Hans masih mengendalikan emosi dan tidak memiliki gairah untuk menyelesaikan masalah yang ditugaskan dan diamanahkan oleh Abigail.“Kamu tidak ingin tahu beritanya?” tanya Mira nada pelan sembari sedikit membungkuk dan memegang bahunya. “Apakah kamu tidak tahu kalau saya ingin masih menyendiri di kamar ini sambil mengamati pemandangan kota besar di sore hari yang mendung dan terasa nyaman, tapi banyak penjahat yang berkeliaran di luar sana?”“Maaf,” balas Mira lalu menoleh ke arah Alan.Hans mendengar helaan napas Alan dan bertukar posisi dengan Mira. “Sampai kapan kamu begini? Sampai ibumu mati karena dipermalukan di sosial media?” cecar Alan nada pedas. Hans terbangun dari duduk dengan menghadap ke arah Alan sembari melotot dan tangan mengepal erat. Mira terkejut meliha
“Pak Cody membantu ayahku untuk memberantas pengedaran dan konsumsi obat terlarang dengan bantuan Pak Haedar.”Hans membisu dengan mengingat semua kejadian padanya mulai dari masih muda menempuh pendidikan di luar negeri dan melihat ibu mendua, pengakuan ibu, hubungan pernikahan yang kandas di tengah jalan dan keserakahan Rashid dan Ayah Adnan yang diketahui olehnya. Hans mendesis sembari menyeka rambut hitam yang lurus secara perlahan sambil memejamkan mata dan menghentakkan kepalan tangan erat ke meja kayu. Tidak ada yang namanya kebetulan dalam dunia ini. Semua telah ditunjukkan oleh sang maha kuasa bahwa ada sesuatu yang diberantas dan dibersihkan. “Unggah dan sebar rekaman Rashid ke media sosial, buat kalimat yang mengajak masyarakat menganalisis,” kata Hans dengan kepala tertunduk dan tangan masih mengepal erat.“Kamu yakin mau menyebar itu sekarang?” tanya Carlos nada ragu.Hans menoleh ke arah Carlos dengan menatap tajam. “Aku sangat yakin dan tidak ada ampun untuknya.”“Ba