“Jika dia seorang pebisnis biasanya sibuk setiap hari, tapi entah apa yang disibukkan olehnya.”“Ada jadwal khusus yang dimiliki oleh Pak Rashid di hari minggu bermain golf bersama rekannya, termasuk ahli waris Tuan muda,” imbuh Haedar.Hans menuju meja ibu yang terdapat kalender yang menunjukkan tanggal sekarang dan harinya. Hari ini merupakan hari Jumat.Jika ia menunggu hari Minggu tiba maka kelamaan.“Ada apa, Tuan muda?”“Aku membutuhkan kartu keluarga mereka.”“Untuk apa?” tanya Abigail menekan sambil menatapnya lamat.“Ada sesuatu yang harus kulakukan untuk mengungkap semuanya, Bu.”Semua orang dalam ruangan CEO membisu dengan saling melempar pandangan. Hans tampak melupakan sesuatu dan teringat dengan sesuatu dalam sebuah acara penting yang bergengsi di luar negeri. “Tuan melupakan jadwal penting selain mengurus pekerjaan,” kata Haedar yang membuyarkan kebisuan ruangan lebar dengan desain marmer motif berwarna abu-abu semi gelap dengan garis berwarna hitam.“Jadwal penting?”
“Aku hanya menebak saja dan sering menonton film di bioskop,” kilah Hans sambil menyengir.“Kirain kamu punya hubungan dengannya atau kenal dengan Sandria.”Hans hanya tersenyum miring saat Mira membalas perkataannya.Ia tidak akan pernah mengungkapkan siapa dirinya di depan rekan kerjanya karena semua hanyalah masa lalu yang harus dilupakan tanpa harus diingat kembali. Namun, Hans tidak akan pernah melupakan perbuatan mereka kepadanya sehingga rasa membalas dendam semakin memuncak. Acara bergengsi di Paris merupakan kesempatan baginya untuk membalas dendam. Bahkan, ia berencana untuk menggunakan wajah aslinya di depan banyak orang. “Saya pulang dulu dan kalian beristirahatlah dengan tenang. Jangan gegabah dalam bertindak dan jika terjadi sesuatu hubungi saya.”“Baik, Pak Lee.”Hans merasa lega saat berdiskusi dengan timnya tentang pekerjaan untuk mengungkapkan siapa sosok Misternot. Misternot tidak hanya terlibat dalam penggelapan dana saja. Dia juga terlibat dalam kasus pembunuh
“Saya tidak pernah tidur dengan wanita mana pun, Tuan muda.”“Baiklah.”Hans mengambil satu kotak pengaman dari laci lemari lalu diberikan kepada Arman.Arman melotot saat melihat alat kontrasepsi di tangan majikannya dan diberi olehnya.“Tuan muda memakai ini?”“Selama di luar negeri, aku memakai ini untuk tidur dengan wanita yang menjadi targetku.”“Jadi, tugas khusus untukku adalah tidur dengan seorang wanita?” tanya Arman bergetar.“Apakah kamu punya seorang wanita yang hatinya harus dijaga agar bisa mendapatkan kepercayaan darinya?” Hans bertanya kembali sebelum menjawab pertanyaannya.“Dulu ada, tapi sekarang tidak ada dan masih berusaha untuk mendekat dengan salah satu wanita yang akan kujadikan istri.”Hans tersenyum lebar sambil merangkul dari Arman dan menepuk lengannya. Ia menghargai pemikiran dan perbuatannya sehingga menimbulkan banyak pertanyaan sebelum melakukan tugas khusus. Seorang wanita yang menjadi target untuknya adalah wanita yang sangat menyukai tidur dengan pr
“Iya, Tuan muda. Nyonya besar sedang berbicara dengan pemilik brand ternama di dunia untuk mewujudkan keinginan Tuan muda, tapi tidak hanya itu, mereka juga membicarakan tentang investor.”“Syukurlah.”Kebisuan seorang ibu ternyata memiliki makna yang berarti. Ibu tidak akan pernah mengatakan iya sebelum mendapatkan kepastian dari penyelenggara acara sehingga mengeluarkan kalimat penegasan untuknya.“Saya pamit menjemput ibu dulu, Tuan muda.”“Silakan, Pak.”Hans mengunci pintu kamarnya. Ia makan makanan yang telah disiapkan di dalam kamarnya sembari membuka laptop untuk membaca informasi yang didapatkan oleh Haedar terkait masa lalu dari pemilik dan pejabat tinggi di berbagai perusahaan media yang memblokir akses ibu untuk meminta keadilan.Ia membuka pintu kaca yang menampakkan pemandangan kota Paris dengan menara Eiffel yang bisa dilihat dari kamarnya. Langit kota yang cerah dengan udara yang sejuk dan dingin membuat suasana kamarnya semakin lengkap karena ia rindu dengan masa kul
Sandria berada di seberang Hans sambil berjalan bersama dengan keluarga dan suaminya yang baru. Mereka terlihat bahagia dan kedinginan bak tidak memiliki beban hidup sama sekali.“Nyonya Sandria cantik sekali, Tuan muda.”Hans hanya terdiam dan melanjutkan langkahnya sambil memasukkan kedua tangan di kantong jaket tebalnya. Hans dan Arman berbelok ke arah kiri untuk menghindari berpapasan dengannya dan perselisihan di antara mereka.“Kenapa Tuan muda diam saja?” “Jika kamu sudah melihatnya maka ubahlah senyuman itu menjadi banyak kalimat dan tangisan,” jawab Hans ketus.“Baik, Tuan muda,” balas Arman sambil menatap Hans bingung.Arman hanya menuruti perintah dari majikannya tanpa banyak bicara. “Saya boleh tanya satu hal, Tuan muda?”Hans terus melangkah seraya menikmati bangunan tinggi dengan desain klasik di sekitarnya dan dipenuhi oleh banyak orang berjalan kaki dan bersepeda.Ia disuguhkan pemandangan sepasang kekasih sedang berkecupan di pinggir jalan hingga bagian tepi Menara
Hans penasaran dengan isi handphone Adnan karena melihat notifikasi dari sebuah nomor yang memberitahu posisinya dalam penanaman saham di perusahaan ayahnya. Apakah keinginan Adnan yang sesungguhnya adalah menguasai saham perusahaan pangan ayah dan merebutnya dari itu?Jika memang benar itu keinginannya maka uang yang diambil olehnya dialihkan ke sana semua.Artinya, uang perusahaan kembali ke perusahaan, tetapi menggunakan nama Hans. Hans memiliki ide untuk menghilangkan nama Adnan dari daftar yang memiliki saham tertinggi di perusahaan ayahnya. Hans mengambil handphone lalu membeli saham di perusahaan pangan ayahnya menggunakan singkatan namanya yaitu RLH. Hans menunggu hasil dari penanaman saham di perusahaan pangan ayahnya. Hans membuka pesan pada handphone Adnan. Ia melihat nama pemilik dan pejabat tinggi tiga perusahaan media untuk meliput dan menyebarkan berita palsu yang tidak dialami olehnya.Hans mengambil bukti dari percakapan di handphone lalu mencatat semua nomor pemi
“Ya, aku bersenang-senang dan tidur dengan dua wanita sekaligus tadi malam.”Haedar melotot sambil menelan air saliva saat mendengar pengakuan dari Hans. Dia tidak percaya bahwa anak dari keluarga kaya melakukan hal itu.“Apakah ini asli dari Tuan muda?”“Apa maksudmu?”“Tidak ada, Tuan muda.”“Aku bisa melakukan apa pun yang kumau dan semua ini karena Sandria. Aku berusaha setia pada satu wanita, tapi malah dihancurkan sehingga tidak memiliki rasa cinta sama sekali terhadap wanita mana pun. Jika menginginkan kenikmatan maka aku bisa menyewa jasanya tanpa harus menikah.” Hans berkata tegas untuk keinginannya sekarang. Keinginan untuk menikah dengan seorang wanita sudah kandas dan menghilang secara perlahan sehingga melakukan sesuai dengan keinginannya untuk bercinta.Haedar mematung sambil menatap Hans yang tidak percaya bahwa ia sangat kecewa dengan cinta dan memutuskan tidak untuk mencintai seorang wanita kembali. “Apakah keinginan itu sudah bulat, Tuan muda?”“Keinginan itu sudah
Hans menoleh ke arah Rashid dan istrinya yang terlihat tidak senang saat mengetahui bahwa dirinya sedang memperagakan busana dan produk terbaru dari brand ternama yang terkenal di dunia.Ia tersenyum lebar dengan pandangan ke seluruh penonton hingga membuat banyak penonton yang menggemari produk baru ini tersenyum kepadanya sambil memuji ketampanan yang dimilikinya yang dipancarkan dari senyuman dan matanya.“Tampan sekali dia.”“Benar. Walaupun wajahnya dipenuhi dengan luka, senyuman lebar yang memancarkan sinar matanya membuatku jadi penggemarnya. Siapa dia?”“Sepertinya dia adalah model baru yang masuk kriteria mereka.”“Aku tidak menyangka ternyata dunia model tidak memandang keindahan fisik dan ... sepertinya dia adalah pria yang cerdas dan memiliki pemikiran yang dewasa dan luas.”Kalimat pujian untuknya tak berhenti sampai menebar kemana-mana dan memenuhi ruangan itu. Bahkan, pakaian dan produk apa pun yang dikenakan oleh Hans laku banyak hingga tak tersisa satu pun. Acara mem
“Pak Cody membantu ayahku untuk memberantas pengedaran dan konsumsi obat terlarang dengan bantuan Pak Haedar.”Hans membisu dengan mengingat semua kejadian padanya mulai dari masih muda menempuh pendidikan di luar negeri dan melihat ibu mendua, pengakuan ibu, hubungan pernikahan yang kandas di tengah jalan dan keserakahan Rashid dan Ayah Adnan yang diketahui olehnya. Hans mendesis sembari menyeka rambut hitam yang lurus secara perlahan sambil memejamkan mata dan menghentakkan kepalan tangan erat ke meja kayu. Tidak ada yang namanya kebetulan dalam dunia ini. Semua telah ditunjukkan oleh sang maha kuasa bahwa ada sesuatu yang diberantas dan dibersihkan. “Unggah dan sebar rekaman Rashid ke media sosial, buat kalimat yang mengajak masyarakat menganalisis,” kata Hans dengan kepala tertunduk dan tangan masih mengepal erat.“Kamu yakin mau menyebar itu sekarang?” tanya Carlos nada ragu.Hans menoleh ke arah Carlos dengan menatap tajam. “Aku sangat yakin dan tidak ada ampun untuknya.”“Ba
“Dia adalah mantan kekasih Adnan yang ditinggal demi Nyonya Sandria karena harta yang berlimpah dan mendengar akan dijadikan sebagai Raja saat orang tuanya bekerja sama dengan Pak Rashid Omar Nadim.” Pengawal pribadi Hans menjelaskan dengan lembut. Hans mengernyitkan dahi sambil menatap lamat. “Seorang wanita yang kukencani demi menipu adalah wanita yang ahli dalam hal begituan dan berpura-pura polos?”Pengawal pribadinya mengangguk pelan dengan menundukkan kepala.“Apakah dia tidak pernah berhubungan lagi dengannya?”“Tidak pernah, sejak ditinggalkan oleh Adnan dalam kondisi mengandung, ibu sakit dan dia lebih memilih menggugurkan kandungannya.”“Bagaimana bisa kamu berhubungan dengannya sampai mengetahui informasi tentang kehidupannya secara detail?” tanya Hans penasaran.Bola mata dia terbelalak saat diberi pertanyaan mudah dengan bibir mengatup. Bola mata bergerak ke arah mana pun dan mengeluarkan keringat dingin di dahi.Tatapan dan pergerakan tangan yang saling mengusap sambil
“Benda berwarna hijau yang kamu lihat di atas mesin bergerak menuju mesin besar adalah buah hijau yang berbentuk seperti rambutan,” jelas Hans pelan.“Lalu?”“Buah itu mengandung zat adiktif yang bisa membuat pengguna atau siapa pun yang pernah memakannya menjadi ketergantungan. Buah itu dimanfaatkan oleh mereka dan dimanfaatkan sebagai sumber cuan dengan dalil obat penyembuh setres.” Hans menerangkan kepada Carlos secara perlahan.Hans melangkah dengan penglihatan waspada di sekitarnya untuk melindungi diri dari serangan berbagai arah dan memastikan bahwa identitasnya aman.Ia tidak luput mengambil cara kerja di sebuah laboratorium milik Rashid dan Ayah Adnan dari awal hingga proses produksi. “Siapa kalian?!” sentak nada bariton di belakang Hans.Hans belum selesai merekam semua aktivitas di dalam laboratorium telah kedatangan seorang pria bernada bariton keras dan berat. Sontak, ia mematikan dan menyimpan rekaman itu lalu handphone dimasukkan ke bagian kantong jaket. Hans dan Car
Semua menoleh ke arah Alan sambil menunggu jawabannya. Hans berharap semua yang dikatakan mereka adalah benar.“Mereka adalah salah satu orang yang menghampiriku dengan meminta bukti yang kumiliki. Perkataan Adnan benar, Ajudan dia hendak membunuhku, tetapi niat itu diurungkan dan memilih melanggar perintah dari atasannya dengan membuat perjanjian di antara mereka.”“Perjanjian apa itu?” tanya Hans menekan.“Aku juga tidak tahu perjanjian apa yang mereka bicarakan karena bicara di luar rumahku.”Hans mengalihkan pandangannya ke arah lantai dengan mengingat rekaman yang dijeda olehnya. Adnan berkata bahwa Ajudannya yang menghentikan pembunuhan terhadap Alan, apakah dia memiliki sisi sadar dalam membunuh seseorang atau ada sesuatu di balik itu semua?Semua berkaitan dengan kematian Cody Ruth dan adiknya. Ajudan dan Adnan menemui Alan dengan meminta bukti dimiliki oleh Alan. Hans mendapat titik terang berupa petunjuk dari rekaman video. Ia memutar rekaman itu kembali dan mendengarkan
Abigail terdiam saat ditembak pertanyaan tentang Rashid dirawat di rumah sakit. Hans tersenyum miring sambil menghela napas dan menggeleng pelan. “Ibu tahu.”Hans hendak membuka pintu ruangan Abigail terhenti dengan tangan mungil yang sudah tidak muda lagi dan jemari dipenuhi oleh perhiasan yang melingkar di sana.Bola mata Hans merayap perlahan ke arah ibunya. Ia menatap lamat dengan mulut tertutup lalu menyingkirkan tangan ibunya perlahan. “Aku tidak ingin membahas dia lagi.” Hans menolak secara halus.Tatapan Abigail menunjukkan ada sebuah rahasia yang harus diberitahu kepadanya. Namun, jika itu membahas Rashid maka tidak ingin lagi mendengar dan memperhatikannya.Kedua kali hendak membuka pintu, lagi dan lagi pandangannya teralihkan dengan perkataan ibunya.“Penyakit ibu tidak sembuh.”Hans menyingkirkan tangan dari pegangan pintu. “Apa maksudnya?”“Operasi kemarin berjalan lancar, tapi tidak bisa mengangkat akarnya karena sudah menyebar di beberapa anggota tubuh ibu. Ibu memin
“Kenapa terkejut seperti itu, Pak? Apakah bapak mengenal saya?” tanya Hans meledek dengan senyuman iblisnya yang memperhatikan tubuh Rashid yang tampak sehat bugar.“Tidak. Saya tidak mengenalmu.” Rashid terbata-bata dan berusaha menghindar kontak mata darinya. Lagi dan lagi, kebiasaan keluarga Rashid ketika berbuat salah atau menyembunyikan sesuatu maka berpaling dari lawan bicaranya dan berusaha menutupi apa pun yang diketahui olehnya. Ciri khas itu sudah dipelajari olehnya, sama halnya ketika dia menyuntikkan benda cair ke dalam tubuhnya lalu kolaps hingga dipanggil oleh Dokter yang menanganinya. Dokter yang menangani Rashid adalah dokter yang bekerja di rumah sakit Internasional dan telah berbicara yang sesungguhnya bahwa dia kecanduan obat terlarang sehingga membuka bisnis demi melancarkan pengedaran obat terlarang.“Sungguh? Bukankah Anda mengenal saya, Pak Rashid Omar Nadim?” tanya Hans santai sambil melangkah mendekatinya. Rashid menjauh perlahan dengan kedua tangan yang m
Hans duduk di depan kamar VIP yang jaraknya dua dari kamar Rashid Omar Nadim. Ia bersandar di dinding sambil bermain handphone dan mendengarkan pembicaraan mereka. Sandria tertawa dengan seorang pria yang terlihat seperti Ryan. Ia berusaha fokus terhadap pembicaraan mereka yang terdengar samar.“Ayah sungguh luar biasa.”“Saat mengetahui liputan dari Alan seorang Jurnalis handal yang terpercaya di negara ini, langsung bertindak,” kata Sandria sambil menepuk pundak pria itu. Hans terus menundukkan kepala dengan sibuk di layar handphone sembari berpura-pura menghubungi keluarga yang berada di dalam kamar itu. Mata Hans tidak luput dari pandangan ke arah Sandria dan pria itu. Senyuman Sandria masih terlihat sumringah dan tidak menunjukkan kesedihan sama sekali. Hans perlahan mengarahkan handphone ke Sandria dan pria itu untuk merekam kegiatan dan pembicaraannya. Namun, Sandria menyadari aktivitas Hans yang sengaja merekam perkataan dan aktivitasnya. Ia menggerakkan handphone ke sega
“Saya masih berpegang teguh dengan pendirian apa pun itu. Walaupun pernah memiliki hubungan dengan saya.”“Lalu, apa penilaian bapak terkait hal ini? apakah semuanya akan berhubungan secara kebetulan atau sudah direncanakan oleh mereka hingga tidak menyelidiki kasus kematian Pak Cody, Raja bisnis. Semua dunia akan membicarakan berita ini.” Agustinus menekan.Hans membisu lalu meminum minum kopi dingin sambil menghela napas panjang.Ia tidak bisa menilai sebelum mengamati, mengetahui dan menganalisis hasil yang didapatkan dari usahanya bersama rekan tim. Musuh yang dihadapi oleh Hans bukanlah musuh kelas bawah, melainkan mereka adalah musuh kelas kakap. Musuh yang memiliki banyak orang yang digunakan untuk menghabisi nyawa seseorang.Semua yang didapat olehnya seperti kebetulan dan atau bisa dikatakan dengan satu kata, yaitu takdir. Takdir yang mempertemukan Hans dengan keluarga Rashid dan Adnan yang memiliki niat buruk kepada keluarganya saat bertemu dengan seorang pria di London y
Tono mengangguk sambil tersenyum lebar. Semua menatap khawatir ke Tono yang berkorban untuk mencari tahu informasi penembak jitu ke dalam kandang yang berbahaya.“Maaf, Pak, Pak Tono lebih baik datang ke rumah Adnan saat saya melakukan liputan dengan alat yang dipasang karena ingin tahu ekspresi mereka ketika membahas malam tragis dan menyebut nama mereka.” Alan memberi saran kepada Pak Tono. Tono menoleh ke arah Hans dengan menatap lamat lalu Hans mengangguk. “Baiklah. Semangat,” kata Tono sambil mengepalkan tangan erat dan menggerakkannya dari atas ke bawah dengan senyuman lebar.Semua rekan tim mengikuti gerakan dia dengan senyuman lebar. “Aku sela,” potong Carlos.“Ada apa?” tanya Hans santai.“Kamu tadi bilang kalau ibu Abigail dan Pak Haedar mengawasi Alan yang meliput di depan hotel mewah, kan?” tanya Carlos menekan sambil mengusap dagu.“Iya. Kenapa?”“Sebaiknya, jangan. Jangan membawa ibumu ke hotel mewah karena mereka akan tahu keberadaannya.”“Lalu?” tanya Hans dengan in