“Mas Raja?!” pekik Ayyara tanpa dia sadari. Dia menggeser pesan itu yang berisikan beberapa foto. Tatapannya pun semakin terbuka lebar seolah-olah bola matanya ingin keluar dari tempatnya. “Mas Raja, kamu ….” jantungnya mulai berdetak, keringat pun mulai bermunculan. Semu orang ikut terkejut. Mereka penasaran melihat perubahan ekspresi Ayyara. Padahal barusan wanita itu tampak menebarkan senyum bahagia, tetapi kini mendadak wajahnya memerah seperti menahan amarah. “Ada apa, Bu Ayya?” tanya Tanjung. “Apa ada masalah serius?” Begitu pun sebagian karyawan yang menanyakan hal yang sama. Ayyara tersadar perubahan ekspresinya membuat semua orang bertanya-tanya, “Maaf, saya ke ruangan saya dulu,” katanya dengan ekspresi datar sembari melangkahkan kakinya. Di ruangan manajer tim keuangan, Ayyara kembali melihat layar ponsel miliknya yang berisikan foto tak senonoh seorang wanita bersama sang suami di dalam taksi. “Mas Raja selingkuh?” Berulang kali Ayyara menggelengkan kepalanya. Dia t
“Nggak perlu berpura-pura lagi, Mas. Semenjak kapan Mas berselingkuh?!” tanya Ayyara masih dengan nada penuh emosi. “Siapa yang menghasutmu?” Raja balik bertanya sembari sesekali tatapannya melirik ke arah ketiga orang itu.“Begitu ya kalau orang tukang selingkuh? Udah ketangkap basah malah menuduh istrinya?” sindir Margareth.Ayyara yang sudah terlanjur dikuasai amarah, dia mengangkat ponsel miliknya tepat di depan mata sang suami, “Mas masih belum mau mengakuinya? Kakek, Paman, Tante, Radit juga mendapatkan kiriman ini.” Raja mengambil ponsel milik Ayyara. Dia terkejut, bukan hanya satu foto, melainkan beberapa foto yang menunjukkan seolah-olah dirinya bermain wanita di dalam taksi. Semua foto yang ditunjukkan itu telah di edit.Margareth, Bahri, dan Radit tersenyum puas melihat perubahan ekspresi Raja.Sementara, Nugraha sedari tadi hanya terdiam, walau sebenarnya dia menahan amarah karena Raja berani menyakiti hati Ayyara. Ayyara menatap mata sang suami dalam-dalam, “Kenapa Ma
“Kamu harus bertanggung jawab! Aku akan membawa masalah ini ke pengadilan!” seru Nugraha dengan raut wajah begitu serius. Bahri, Margareth, dan Radit tampak tersenyum puas mendengar keputusan Nugraha.Ayyara merasa dilema mendengar keputusan itu. Walau Raja ketahuan selingkuh, dia masih mencintai dan tidak ingin berpisah dari sang suami, apalagi saat ini dirinya tengah berbadan dua.Raja melihat tangisan Ayyara yang tak kunjung berhenti, dan itu membuatnya murka dalam hati. Bukan murka terhadap istrinya, tetapi kepada orang-orang yang berusaha menjebaknya untuk merusak rumah tangganya. Di sisi lain, tidak menutup fakta bahwa ada sedikit kecewa pada sang istri yang tidak mempercayainya dan langsung menghakimi tanpa mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu.“Aku menyesal, sungguh sangat menyesal! Aku tertipu! Andai waktu bisa diputar, aku tidak akan menyerahkan Ayya kepada suami macam kamu!” Nugraha tampak benar-benar marah. Dia masih tidak menyangka Raja berani mengkhianati Ayyara.
Sembari berucap, Nugraha memperhatikan ketiga orang itu. Dan benar saja, raut wajah mereka tampak memucat. Dia pun semakin curiga kalau mereka terlibat dalam ini.Tak ingin rahasianya terbongkar, Margareth pun menghampiri Nugraha, “Pa, ngapain sih buang-buang waktu? Seharusnya kita mengurus masalah ini ke kantor polisi.”Bahri menambahkan, “Iya, Pa. Semuanya sudah jelas –”“Tidak ada ruginya memeriksa foto-foto ini.” Suara bariton Nugraha menyela ucapan Bahri. “Tapi, Kek, Apa yang mau dibuktikan lagi?” ucap Radit sembari menghampiri Nugraha. “aku takut itu cuma akal-akalannya Raja biar dia punya waktu memikirkan cara buat menghapus semua bukti perselingkuhannya.”“Radit benar, Pa. Sudah cukup kita tertipu–”“Kenapa kalian ngotot melarangku?” Nugraha menyela ucapan Margareth. Dia lalu mengangkat ponsel miliknya. “aku sudah mengirim foto-foto ini ke temanku. Kita tinggal menunggu hasilnya saja.”“Aku juga. Aku akan meminta bantuan temanku,” sambung Ayyara dengan sesegukan tangisan. Dal
“Aku pastikan kasus ini diselidiki sampai ke akar-akarnya,” tegas Nugraha. Nugraha melihat ketiga orang itu semakin menunjukkan kecemasan, dan itu menguatkan kecurigaannya bahwa mereka memang benar terlibat dalam hal ini. Bahri, Margareth, dan Radit merasa terancam. Rencana awal untuk menghancurkan Raja, kini justru menjadi senjata makan tuan. Nugraha tiba-tiba melemparkan tatapan mematikan pada Radit, “Termasuk kamu. Jika kamu terbukti terlibat, Kakek tidak akan menganggapmu sebagai cucuku lagi. Ini janji Kakek!” Walau hanya Radit yang mendapatkan peringatan, Bahri dan Margareth merasa peringatan itu juga ditujukan pada mereka bertiga. Dipandang tajam oleh sang kakek membuat Radit gelagapan. “A-apa maksud, Kakek?” Dia melirik sang kakek dengan wajah gugup sesaat, kemudian dia tersenyum senormal mungkin. “aku nggak mungkin melakukan perbuatan sejahat itu.” kemudian ekspresinya berganti tatapan geram ke arah lain. “justru aku nggak sabar ingin menghajar pelakunya!” Tubuh Nugrah
“Kami dari kepolisan,” ucap Alexander sembari menyuruh Ulva untuk masuk ke dalam dengan gestur tangannya. “kami rasa anda sudah tahu alasan kami menemui anda,” imbuhnya dengan tatapan mematikan.Ulva terdiam di tempat, seolah-olah tubuhnya tidak bisa digerakkan. Barulah dia spontan melangkah mundur saking terkejutnya mendengar bentakan pria itu, “Masuk!”Ulva langsung merobohkan tubuhnya di hadapan Alexander dan mengadahkan kepala dengan tatapan semelas-melasnya. “Pak, tolong maafkan saya. Saya terpaksa melakukannya karena saya disuruh.” Tak ada pilihan lain, dia berkata demikian untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari jeratan hukum. “sumpah saya juga korban.”Alexander bukan orang sembarangan. Dia berpengalaman dalam menghadapi orang licik seperti Ulva. Dia justru akan memanfaatkan kebohongan wanita itu.“Baiklah. Jika anda ingin terbebas dari hukuman, tolong kerja samanya. Jangan mempersulit kami dalam proses penyelidikan.” Alexander bersikap baik agar wanita itu masuk dalam perang
“Tidak ada kejahatan yang sempurna,” sindir Raja.Mereka gelisah karena menganggap sindiran itu adalah sebuah ancaman. Mereka takut pria itu sudah melakukan rencana di luar sana untuk mengungkap kasus ini.Namun, mereka berusaha untuk tidak terpancing.“Apa maksudmu, Raja? Kamu menuduh kami? Kami memang bersalah, tapi bukan kami pelakunya.” Margareth membela diri dengan berpura-pura menangis tanpa air mata.Radit menambahkan, “Sumpah kami tidak terlibat dalam hal ini. Percayalah, kami–”“Kebenaran sebentar lagi pasti terungkap.” suara tegas Nugraha memotong ucapan Radit. “Aku akan ke kantor polisi sekarang juga.”Bahri, Margareth, dan Radit sekilas membuka mata lebar-lebar. Walau mereka berusaha bersikap sesantai mungkin, tetapi kegelisahan semakin tampak di raut wajahnya.Melihat ekspresi mereka, Nugraha semakin tidak sabar untuk mengusut tuntas kasus ini. Dia mengingat bagaimana awalnya mereka datang ke rumahnya walau mereka masih menjalani hukuman darinya. Mereka menemuinya dalam
Ulva yang masih belum mengerti pun bertanya, “Apa maksud Tante?”“Papaku sekarang berada di kantor polisi untuk melaporkan masalah ini. Itu artinya mereka yang menemui adalah orang-orang suruhan Raja yang menyamar jadi polisi,” jawab Margareth panik.“Apa?!” pekik Ulva.“Sial!” Saking paniknya, Margareth berteriak tanpa dia sadari. “bodoh sekali kamu!”“Tante nyalahin aku? Ingat ya, Tante, ini semua rencana Tante!” Ulva juga meninggikan suaranya.“Apa saja yang kamu katakan pada mereka?” tanya Margareth serius.“Semuanya.” Walau dijawab singkat, tetapi sudah cukup membuat Margareth seperti cacing kepanasan. Dia sungguh tidak menduga, tadinya dia ingin menghubungi Ulva untuk membicarakan skenario kebohongan dalam kasus ini supaya terhindar dari jeratan hukum, tetapi keadaannya sekarang justru jauh lebih buruk “Ahhhhh … Sialan!” umpat Margareth sembari memutus sambungan telepon sepihak. “gimana ini, gimana kalau bukti-bukti itu sampai ke tangan Papa?”Margareth semakin panik, “aku har