“Dasar pelayan tolol! Kerja tuh yang bener! Saya tadi nggak pesan ini!” teriak seorang pria dengan amarah menggebu-gebu. “Kamu tuh–” Makian tamu pria itu terhenti kala melihat wajah pelayan yang sedang melayani mejanya. “Ya ampun, pantesan nggak becus, ternyata kamu Raja!”Pelayan bernama Raja itu memasang wajah datar kala mendengar hinaan yang diarahkan padanya. Walau sebenarnya gelas anggur itu bukan disenggol olehnya, melainkan tamu pria itu sendiri, Raja tetap membungkuk hormat dan meminta maaf, “Maaf, Pak. Saya akan coba sampaikan ke dapur untuk mengonfirmasi pesanan Bapak sebelumnya.”“Maaf, maaf, kamu kira masalah ini bisa selesai dengan kata maaf aja?” balas tamu pria itu dengan tatapan nyalang. “Aku dan teman-temanku udah nunggu hidangan dari tadi! Waktu kami tuh berharga tahu?! Kamu kira kamu bisa ganti waktu yang udah kebuang untuk nunggu pesanan dari tadi?!” hardiknya. “Sial banget aku bisa dilayani sama kamu!”Mendengar ucapan tamu pria itu, seorang tamu wanita yang berad
BUGH!Suara gedebuk keras membuat semua orang terkesiap mendengarnya. Namun, pukulan itu justru Radit yang merasakannya karena berusaha menghentikan Raja. Saking kerasnya, wajah sepupu Ayyara itu memerah dan ada sedikit darah ke luar dari mulutnya.Raja tak tinggal diam, dia memberikan pukulan keras yang mengenai perut Marcel hingga terpental jatuh tak tertahan. Semua orang melongo tak percaya dengan semua yang Raja lakukan. Orang gila macam apa yang berani memukul Direktur HRD perusahaan ternama di Indonesia? Kini suami Ayyara itu bukan hanya pekerjaannya saja yang terancam, melainkan sama saja mencari kematian.“Bangsat! Berani-beraninya kamu ...” Radit melayangkan sebuah pukulan, tetapi dengan santai Raja menangkapnya di udara dan menghempaskannya.“Kamu juga pantas menerimanya!” Aura kemarahan Raja, membuat nyali Radit menciut untuk kembali melayangkan pukulan.“Raja! Kamu gila, ya? Dia ini Marcel Putra Wirdoyo, anak dari pemilik perusahaan WNE Group. Kamu sudah bosan hidup, hah?
"Ini saya, Pak, Alexander. Sudah lama Ayah Bapak mencari Bapak selama bertahun-tahun. Pulanglah, Pak!"Raja langsung mematikan sambungan telepon sepihak dan menonaktifkan nomor ponselnya.“Dari mana Alex dapat nomorku? Apa Alex sudah tahu keberadaanku?” tanyanya penasaran. “Aku harus ganti nomor lagi.”Melihat langit sudah mulai gelap, Raja memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang. Lebih baik dia segera menyusun rencana berikutnya dibandingkan diam termenung tidak berguna seperti ini.Setiba di rumah sewa yang ditempati, Raja langsung menuju kamar dan mengambil salep antiseptik untuk mengobati luka kecil di tangannya. Belum sempat Raja memolesi tangannya dengan salep, ada gadis cantik yang masuk ke kamar dan menyapanya, “Mas?”Raja menoleh dan mendapati istrinya yang mendadak pulang kerja lebih cepat, “Hei udah pulang?” tanyanya dengan segurat senyuman pada Ayyara yang berjalan menghampirinya.Ayyara tak menjawab, raut wajahnya tampak kelelahan. Dia mendaratkan tubuh di samping
“Datang juga kamu, menantu nggak berguna!” geram seorang pria paruh baya yang menatap nyalang ke arah Raja.Ayyara menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan diri mendengar makian sang paman kepada suaminya. “Paman Bahri,” sapanya. Dia pun melirik pemuda yang terduduk di samping sang paman. “R-Radit?” Mata Ayyara membelalak melihat penampilan sepupunya yang babak belur.Sebelumnya, Ayyara menduga Radit hanya terkena pukulan biasa dari Raja. Namun, setelah melihat wajah sepupunya yang tampak merah lebam, kini dirinya semakin gelisah dan serba salah.Paman Ayyara, Bahri, seketika berdiri dari tempat duduknya dan mengamuk, “Lihatlah kelakuan suami yang kamu bangga-banggakan itu,” serunya sembari menunjuk ke arah Radit, tetapi tatapan tajamnya tertuju pada Raja. “Di balik wajah polosnya, dia sangat beringas. Dia berani memukuli anakku sampai terluka kayak gini!”“Dasar menantu gak tau diri! Udah kere, kelakuannya kayak binatang.” Kali ini yang berbicara adalah seorang wanita yang berdiri
“Pak Raja Elvano Darmendhara, atas perintah ayah tuan, tolong kembali dan lanjutkan takhta pewaris Keluarga Darmendhara.” Alexander, pria paruh baya itu adalah kepala pelayan Keluarga Darmendhara yang terhormat. Keluarga dengan dinasti bisnis yang bergerak di berbagai industri dan tersebar di seluruh dunia. Kekayaannya tidak berujung, ada yang berkata aset keluarga tersebut mencapai angka kuadriliun atau ribuan triliun rupiah, tapi tidak ada yang tahu jelasnya. Yang jelas, hanya dengan satu jentikan jari kepala Keluarga Darmendhara, dunia bisa terguncang. Dan, Raja adalah pewaris tunggal keluarga tersebut. Raja berjalan melewati Alexander, “Pulanglah, Alex! Dan jangan pernah kembali. Aku bukan lagi bagian dari keluarga Darmendhara,” ujarnya sembari membuka pintu rumah. “Keluargaku di sini.” “Itu tidak benar! Pak Raja adalah bagian keluarga Darmendhara.” Alexander berkata penuh harap. “Ayah Bapak sangat merindukan Bapak, dia berharap Bapak bisa melupakan masa lalu dan kembali–” “D
Raja mematung di tempatnya, mencoba menimang-nimang segalanya. Apabila dirinya menerima pemberian sang ayah, bukankah itu berarti dia menyerah untuk membuat pria itu membayar atas segala kesalahannya? Namun … menerima berarti bisa menolong dan membahagiakan istrinya.“Apa Pak Raja tidak muak dengan kehidupan Pak Raja yang sekarang?” pancing Alexander.Pandangan Raja terangkat, menatap Alexander dengan dingin. ”Kamu menghina kehidupanku sekarang?” Dia tahu dirinya miskin, tapi dia masih memiliki harga diri.Alexander menggelengkan kepalanya. “Saya juga orang biasa, Pak. Dan, itu alasan saya tahu bahwa Bapak berada di posisi sulit saat ini.” Dia menatap Raja dalam-dalam. “Bapak mungkin merasa tidak rela begitu saja memaafkan Pak Banara, maka jangan maafkan beliau semudah itu.”Ucapan Alexander membuat Raja tersentak. Bukankah pria ini berusaha membujuknya, lalu apa maksud ucapannya itu?“Jangan maafkan beliau, tapi gunakanlah dirinya,” jelas Alexander. “Terimalah apa yang Pak Banara ber
Di ruangan VVIP restoran ternama yang ada di pusat kota, terlihat sosok Ayyara duduk di samping Marcel. Penampilannya malam itu sangat cantik nan anggun, tapi senyuman terpaksa di wajahnya memperlihatkan bahwa dirinya sangat tidak nyaman dengan situasi saat itu. Sebenarnya, Ayyara tidak suka dengan pertemuan ini. Namun, dia terpaksa demi meminta maaf atas perbuatan sang suami. Dia harus menyelamatkan sang suami agar tidak ditekan lagi oleh Marcel.“Pak Marcel, saya benar-benar meminta maaf atas kesalahan suami saya pada Bapak. Saya berjanji–” Ayyara mengucapkan dengan penuh rasa bersalah.“Suamimu memang segitu nggak berguna ya?” Marcel menyela. “Dia yang bersalah, tapi kamu yang meminta maaf. Dasar suami gak tahu diri.”“Mas Raja suami saya, jadi kesalahannya adalah kesalahan saya juga. Saya–”Belum sempat Ayyara berucap, lagi-lagi Marcel menyelanya. Kali ini gesturnya menunjukkan ketidaksukaan pada Ayyara yang terlihat membela suaminya, “Jangan bikin mood-ku hancur dengan terus mem
“Beraninya kalian memperlakukan istriku seperti ini!” seru sosok tersebut. Semua orang terkejut, menatap pria yang baru saja tiba. Terlihat sosok Raja melangkah masuk dengan pandangan dingin. Auranya terlihat istimewa, bukan seperti Raja yang dikenal si suami benalu. “Ayo pulang, Ayyara,” perintah Raja seraya menatap istrinya. “Kalau kamu menginginkan semua itu, aku akan memberikannya segera.” Selama beberapa detik, tidak ada yang bersuara. Namun, sebagian besar di ruangan itu berujung tertawa terbahak-bahak karena menganggap itu adalah sebuah lelucon yang menggelikan, terkecuali Ayyara yang malu dan Nugraha yang mengerutkan kening. “Memberikannya segera? Hei, Miskin! Bangun, jangan kelamaan mimpi,” seru Marcel sembari menahan tawanya. Lalu dia mengambil kunci mobilnya dan menunjukkan pada Raja. “ Ini bukan kunci mobil-mobilan. Kamu tahu nggak harganya berapa? 1,4 miliar. Miliar! bukan goceng, bukan lima ribu!” “Otakmu kegeser, ya? Atau kamu salah minum obat?” sindir Radit deng