“Dasar pelayan tolol! Kerja tuh yang bener! Saya tadi nggak pesan ini!” teriak seorang pria dengan amarah menggebu-gebu. “Kamu tuh–” Makian tamu pria itu terhenti kala melihat wajah pelayan yang sedang melayani mejanya. “Ya ampun, pantesan nggak becus, ternyata kamu Raja!”
Pelayan bernama Raja itu memasang wajah datar kala mendengar hinaan yang diarahkan padanya. Walau sebenarnya gelas anggur itu bukan disenggol olehnya, melainkan tamu pria itu sendiri, Raja tetap membungkuk hormat dan meminta maaf, “Maaf, Pak. Saya akan coba sampaikan ke dapur untuk mengonfirmasi pesanan Bapak sebelumnya.”
“Maaf, maaf, kamu kira masalah ini bisa selesai dengan kata maaf aja?” balas tamu pria itu dengan tatapan nyalang. “Aku dan teman-temanku udah nunggu hidangan dari tadi! Waktu kami tuh berharga tahu?! Kamu kira kamu bisa ganti waktu yang udah kebuang untuk nunggu pesanan dari tadi?!” hardiknya. “Sial banget aku bisa dilayani sama kamu!”
Mendengar ucapan tamu pria itu, seorang tamu wanita yang berada di sebelahnya berceletuk, “Kamu kenal pelayan ini, Radit?” Maniknya menggerayangi tubuh pria di hadapan. Kalau bukan karena nampan berisi botol bir dan gelas serta pakaian khas pelayan hotel yang membalut tubuhnya, mungkin pria itu mampu menarik hati para wanita di sekitar dengan wajah rupawan dan tubuh kekarnya yang gagah. “Kok bisa kenal, sih?”
Pria bernama Radit itu menghela napas. “Sayangnya, iya.” Dia mendecakkan lidah seraya berkata, “Dia suaminya Ayyara, pria yang sering aku bilang nggak berguna itu loh?” hinanya tanpa memedulikan keberadaan Raja di tempat tersebut.
Wanita di sebelah Radit menutup mulutnya dengan satu tangan, lalu memandang Raja seakan sedang melihat benda kotor. “Ya ampun, yang kata kamu bisanya cuma habisin duit istri?” Dia memperhatikan penampilan Raja dari atas ke bawah. “Ganteng sih, mending jadi simpanan tante-tante aja daripada jadi pelayan, kayaknya duitnya lebih banyak.”
“Saya akan mengonfirmasi pesanan Bapak terlebih dahulu dengan pihak dapur,” ujar Raja dengan wajah datar, mempertahankan sikap profesionalnya. “Mohon menunggu, saya permisi.”
Raja Elvano Darmendhara, suami dari Ayyara Anindira yang merupakan cucu pebisnis kaya di Nusantara. Karena tidak memiliki latar belakang yang baik maupun keluarga yang kaya, awalnya pernikahan Ayyara dan Raja tidak direstui. Namun, ikatan cinta yang kuat di antara keduanya serta ketulusan dan kegigihan Elvano dalam mengejar sang cucu membuat Nugraha, kakek Ayyara, berujung menyetujuinya.
Hanya saja, walau mendapat restu, keluarga besar Nugraha tetap memandang rendah Raja yang dianggap sebagai menantu tak berguna. Seperti saat ini.
“Eh, kok malah pergi? Aku belum izinin kamu pergi!” seru Radit dengan sinis.
Raja menghentikan langkahnya, lalu melihat sepupu Ayyara yang menjadi tamu terhormat di restoran tempatnya bekerja. Dengan usaha untuk bersabar, pria itu berbalik dan bertanya dengan wajah datar, “Ada lagi yang bisa saya bantu, Pak?”
“Raja, dasar gak becus kamu! Kamu tahu ‘kan tugas seorang pelayan?” sindir Radit dengan sorot mata merendahkan. “Seharusnya, kamu tenangin aku dulu!”
“Menyedihkan sekali! Aku heran kenapa Ayya mau menikah dengan seorang pelayan rendahan sepertimu,” celetuk pria yang duduk di samping wanita seksi dengan mata tajamnya bergerak menyapu penampilan Raja dari atas sampai bawah.
Dia adalah Marcel Putra Wirdoyo, seorang putra konglemerat yang juga manajer HRD di perusahaan WNE Group tempat Ayyara bekerja. Dia punya dendam pada Raja karena dulu gadis itu lebih memilih menikah dengan seorang pelayan rendahan dibandingkan dengan dirinya yang punya kekayaan melimpah.
“Dasar suami tak berguna! Coba kalau dulu Ayya mau menikah denganku, pasti hidupnya gak menderita seperti sekarang. Gak perlu capek-capek kerja. Tinggal duduk manis, belanja, jalan-jalan ngabisin uang.” Marcel melihat Raja sembil menaik-turunkan alisnya, menghina!
“Itu karena Ayya terkena pelet,” sindir Radit dengan tatapan sinis. “Dia pikir aku enggak tahu isi kepala orang-orang miskin sepertinya? Dia memanfaatkan Ayya untuk mengincar harta keluarga besar Nugraha. Enggak usah mimpi!”
Raja mengerutkan kening mendengar ucapan Radit. Menyakitkan! Tuduhan itu sangat menyakitkan baginya! Apalagi Marcel dan semua orang juga ikut-ikutan mengutuknya dengan kata-kata sampah.
Namun, dia berusaha sabar dan membalas dengan senyuman. Percuma meladeni orang-orang itu, semua jawaban pasti salah dan berakhir dengan sebuah penghinaan yang menyakitkan.
“Lihatlah gembel itu! Dia malah senyam-senyum seperti orang gila,” ujar Marcel dengan nada mengejek.
Raja tetap menerbitkan senyuman, sebisa mungkin menahan diri supaya tidak emosi, “Mohon maaf, Pak. Jika tidak ada keperluan lain, izinkan saya ke luar. Saya harus mengonfirmasi pesanan Bapak, bukan begitu?”
“Hei, Gembel! Kami tamu terhormat di sini. Kamu harus melayani kami. Paham, gak sih? Atau mau aku laporkan biar kamu dipecat?” bentak Radit sembari menggebrak meja pelan. Kesempatan baginya untuk mengerjai Raja habis-habisan.
Di titik ini, tiba-tiba Marcel mengeluarkan kartu bank berwarna emas di dalam kantong saku, “Hei Sampah! Kamu tahu gak ini apa?”
Melihat Raja tidak berbicara, pria itu mendecakkan lidahnya, “Ah lupakan saja. Orang miskin sepertimu pasti baru melihatnya. Di dalamnya ada uang 1,5 milyar. Bahkan uang 1,5 milyar ini menjadi milikmu jika kamu suruh istrimu tidur melayaniku satu malam saja. Dengan uang sebanyak ini kamu bisa mengakhiri penderitaanmu.”
Beberapa saat semuanya terhening, sebelum akhirnya mereka tertawa mendengar candaan itu. Namun, tidak dengan Raja.
“Terima aja tawaran Marcel. Kamu jangan sia-siakan uang sebanyak ini. Susah loh dapetnya, seumur hidupmu gak bakalan punya uang 1,5 milyar. Cuma perlu suruh istrimu tidur dengan Marcel satu malam saja, terus selesai!” Radit seolah-olah membujuk. Kedengarannya memberi saran, tetapi itu sangat menyakitkan hati Raja.
Mendengar itu, api di dalam diri Raja semakin membara. Dia bisa diam menerima segala penghinaan terhadap dirinya, tetapi tidak dengan istrinya, “Cukup!”
“Kenapa kamu marah? Padahal kamu bakalan mendapatkan uang 1,5 milyar jika kamu menerima tawaranku. Biarkan aku mencicipi tubuh Ayyara satu malam saja, urusan selesai,” ledek Marcel sembari memainkan lidahnya.
Mendengar itu, wajah Raja memerah dan otot-otot di lehernya menyembul di atas permukaan kulitnya. Kemarahan tak lagi terbendung, dia melangkah menghampiri ke tempat Marcel duduk dengan tatapan mata berkilat iblis, “Aku tidak peduli bagaimana kalian menghinaku, tapi jangan kalian hina istriku!”
Melihat Raja yang sepertinya akan berbuat macam-macam pada sang direktur HRD, Radit bangkit dari duduknya. “Hei, Curut! Mau apa kamu?”
“Berani sama aku?” Marcel menatap dengan mata melotot pada Raja yang melangkah semakin dekat ke arahnya.
Tanpa mengatakan apa pun lagi, Raja mengangkat tangan kanannya dan melayangkan kepalan tangannya ke arah wajah pria yang telah menghina istrinya.
BUGH!Suara gedebuk keras membuat semua orang terkesiap mendengarnya. Namun, pukulan itu justru Radit yang merasakannya karena berusaha menghentikan Raja. Saking kerasnya, wajah sepupu Ayyara itu memerah dan ada sedikit darah ke luar dari mulutnya.Raja tak tinggal diam, dia memberikan pukulan keras yang mengenai perut Marcel hingga terpental jatuh tak tertahan. Semua orang melongo tak percaya dengan semua yang Raja lakukan. Orang gila macam apa yang berani memukul Direktur HRD perusahaan ternama di Indonesia? Kini suami Ayyara itu bukan hanya pekerjaannya saja yang terancam, melainkan sama saja mencari kematian.“Bangsat! Berani-beraninya kamu ...” Radit melayangkan sebuah pukulan, tetapi dengan santai Raja menangkapnya di udara dan menghempaskannya.“Kamu juga pantas menerimanya!” Aura kemarahan Raja, membuat nyali Radit menciut untuk kembali melayangkan pukulan.“Raja! Kamu gila, ya? Dia ini Marcel Putra Wirdoyo, anak dari pemilik perusahaan WNE Group. Kamu sudah bosan hidup, hah?
"Ini saya, Pak, Alexander. Sudah lama Ayah Bapak mencari Bapak selama bertahun-tahun. Pulanglah, Pak!"Raja langsung mematikan sambungan telepon sepihak dan menonaktifkan nomor ponselnya.“Dari mana Alex dapat nomorku? Apa Alex sudah tahu keberadaanku?” tanyanya penasaran. “Aku harus ganti nomor lagi.”Melihat langit sudah mulai gelap, Raja memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang. Lebih baik dia segera menyusun rencana berikutnya dibandingkan diam termenung tidak berguna seperti ini.Setiba di rumah sewa yang ditempati, Raja langsung menuju kamar dan mengambil salep antiseptik untuk mengobati luka kecil di tangannya. Belum sempat Raja memolesi tangannya dengan salep, ada gadis cantik yang masuk ke kamar dan menyapanya, “Mas?”Raja menoleh dan mendapati istrinya yang mendadak pulang kerja lebih cepat, “Hei udah pulang?” tanyanya dengan segurat senyuman pada Ayyara yang berjalan menghampirinya.Ayyara tak menjawab, raut wajahnya tampak kelelahan. Dia mendaratkan tubuh di samping
“Datang juga kamu, menantu nggak berguna!” geram seorang pria paruh baya yang menatap nyalang ke arah Raja.Ayyara menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan diri mendengar makian sang paman kepada suaminya. “Paman Bahri,” sapanya. Dia pun melirik pemuda yang terduduk di samping sang paman. “R-Radit?” Mata Ayyara membelalak melihat penampilan sepupunya yang babak belur.Sebelumnya, Ayyara menduga Radit hanya terkena pukulan biasa dari Raja. Namun, setelah melihat wajah sepupunya yang tampak merah lebam, kini dirinya semakin gelisah dan serba salah.Paman Ayyara, Bahri, seketika berdiri dari tempat duduknya dan mengamuk, “Lihatlah kelakuan suami yang kamu bangga-banggakan itu,” serunya sembari menunjuk ke arah Radit, tetapi tatapan tajamnya tertuju pada Raja. “Di balik wajah polosnya, dia sangat beringas. Dia berani memukuli anakku sampai terluka kayak gini!”“Dasar menantu gak tau diri! Udah kere, kelakuannya kayak binatang.” Kali ini yang berbicara adalah seorang wanita yang berdiri
“Pak Raja Elvano Darmendhara, atas perintah ayah tuan, tolong kembali dan lanjutkan takhta pewaris Keluarga Darmendhara.” Alexander, pria paruh baya itu adalah kepala pelayan Keluarga Darmendhara yang terhormat. Keluarga dengan dinasti bisnis yang bergerak di berbagai industri dan tersebar di seluruh dunia. Kekayaannya tidak berujung, ada yang berkata aset keluarga tersebut mencapai angka kuadriliun atau ribuan triliun rupiah, tapi tidak ada yang tahu jelasnya. Yang jelas, hanya dengan satu jentikan jari kepala Keluarga Darmendhara, dunia bisa terguncang. Dan, Raja adalah pewaris tunggal keluarga tersebut. Raja berjalan melewati Alexander, “Pulanglah, Alex! Dan jangan pernah kembali. Aku bukan lagi bagian dari keluarga Darmendhara,” ujarnya sembari membuka pintu rumah. “Keluargaku di sini.” “Itu tidak benar! Pak Raja adalah bagian keluarga Darmendhara.” Alexander berkata penuh harap. “Ayah Bapak sangat merindukan Bapak, dia berharap Bapak bisa melupakan masa lalu dan kembali–” “D
Raja mematung di tempatnya, mencoba menimang-nimang segalanya. Apabila dirinya menerima pemberian sang ayah, bukankah itu berarti dia menyerah untuk membuat pria itu membayar atas segala kesalahannya? Namun … menerima berarti bisa menolong dan membahagiakan istrinya.“Apa Pak Raja tidak muak dengan kehidupan Pak Raja yang sekarang?” pancing Alexander.Pandangan Raja terangkat, menatap Alexander dengan dingin. ”Kamu menghina kehidupanku sekarang?” Dia tahu dirinya miskin, tapi dia masih memiliki harga diri.Alexander menggelengkan kepalanya. “Saya juga orang biasa, Pak. Dan, itu alasan saya tahu bahwa Bapak berada di posisi sulit saat ini.” Dia menatap Raja dalam-dalam. “Bapak mungkin merasa tidak rela begitu saja memaafkan Pak Banara, maka jangan maafkan beliau semudah itu.”Ucapan Alexander membuat Raja tersentak. Bukankah pria ini berusaha membujuknya, lalu apa maksud ucapannya itu?“Jangan maafkan beliau, tapi gunakanlah dirinya,” jelas Alexander. “Terimalah apa yang Pak Banara ber
Di ruangan VVIP restoran ternama yang ada di pusat kota, terlihat sosok Ayyara duduk di samping Marcel. Penampilannya malam itu sangat cantik nan anggun, tapi senyuman terpaksa di wajahnya memperlihatkan bahwa dirinya sangat tidak nyaman dengan situasi saat itu. Sebenarnya, Ayyara tidak suka dengan pertemuan ini. Namun, dia terpaksa demi meminta maaf atas perbuatan sang suami. Dia harus menyelamatkan sang suami agar tidak ditekan lagi oleh Marcel.“Pak Marcel, saya benar-benar meminta maaf atas kesalahan suami saya pada Bapak. Saya berjanji–” Ayyara mengucapkan dengan penuh rasa bersalah.“Suamimu memang segitu nggak berguna ya?” Marcel menyela. “Dia yang bersalah, tapi kamu yang meminta maaf. Dasar suami gak tahu diri.”“Mas Raja suami saya, jadi kesalahannya adalah kesalahan saya juga. Saya–”Belum sempat Ayyara berucap, lagi-lagi Marcel menyelanya. Kali ini gesturnya menunjukkan ketidaksukaan pada Ayyara yang terlihat membela suaminya, “Jangan bikin mood-ku hancur dengan terus mem
“Beraninya kalian memperlakukan istriku seperti ini!” seru sosok tersebut. Semua orang terkejut, menatap pria yang baru saja tiba. Terlihat sosok Raja melangkah masuk dengan pandangan dingin. Auranya terlihat istimewa, bukan seperti Raja yang dikenal si suami benalu. “Ayo pulang, Ayyara,” perintah Raja seraya menatap istrinya. “Kalau kamu menginginkan semua itu, aku akan memberikannya segera.” Selama beberapa detik, tidak ada yang bersuara. Namun, sebagian besar di ruangan itu berujung tertawa terbahak-bahak karena menganggap itu adalah sebuah lelucon yang menggelikan, terkecuali Ayyara yang malu dan Nugraha yang mengerutkan kening. “Memberikannya segera? Hei, Miskin! Bangun, jangan kelamaan mimpi,” seru Marcel sembari menahan tawanya. Lalu dia mengambil kunci mobilnya dan menunjukkan pada Raja. “ Ini bukan kunci mobil-mobilan. Kamu tahu nggak harganya berapa? 1,4 miliar. Miliar! bukan goceng, bukan lima ribu!” “Otakmu kegeser, ya? Atau kamu salah minum obat?” sindir Radit deng
“Apa aku harus diam saja mengetahui istriku diperlakukan seperti wanita murahan?!” seru Raja sembari mengepalkan kedua tangannya.Lagi-lagi ucapan Raja yang tak terduga membuat semua orang tercengang.“Bayaran untuk … meniduri Ayyara?” Nugraha menatap Raja gamang selama sesaat. Kemudian, dia melemparkan pandangan mematikan kepada Radit. “Apa itu benar?”Dipandang tajam oleh sang kakek membuat Radit gelagapan. “A-aku–” Dia melirik sang kakek dengan wajah ketakutan, tapi tak berani menjawab.“Jawab!” bentak Nugraha dengan tubuh bergetar, merasakan amarahnya memuncak kala mendapati cucunya itu menjawab secara tidak langsung.Di saat ini, Raja berujar, “Dengan 1,5 miliar, Marcel berniat membeli istriku. Dan Radit, dia mendukungnya! Di mata mereka, Ayyara bisa dibeli, bukankah Itu sama saja dengan mengatakan orang di Keluarga Nugraha bisa dibeli?”Mendengar ucapan Raja yang seakan memanas-manasi sang kakek, emosi Radit terpancing. “Heh, Miskin! Diam kamu! Sudah bagus aku mau membantumu unt