“Pak Raja Elvano Darmendhara, atas perintah ayah tuan, tolong kembali dan lanjutkan takhta pewaris Keluarga Darmendhara.”
Alexander, pria paruh baya itu adalah kepala pelayan Keluarga Darmendhara yang terhormat. Keluarga dengan dinasti bisnis yang bergerak di berbagai industri dan tersebar di seluruh dunia. Kekayaannya tidak berujung, ada yang berkata aset keluarga tersebut mencapai angka kuadriliun atau ribuan triliun rupiah, tapi tidak ada yang tahu jelasnya.
Yang jelas, hanya dengan satu jentikan jari kepala Keluarga Darmendhara, dunia bisa terguncang. Dan, Raja adalah pewaris tunggal keluarga tersebut.
Raja berjalan melewati Alexander, “Pulanglah, Alex! Dan jangan pernah kembali. Aku bukan lagi bagian dari keluarga Darmendhara,” ujarnya sembari membuka pintu rumah. “Keluargaku di sini.”
“Itu tidak benar! Pak Raja adalah bagian keluarga Darmendhara.” Alexander berkata penuh harap. “Ayah Bapak sangat merindukan Bapak, dia berharap Bapak bisa melupakan masa lalu dan kembali–”
“Diam!” bentak Raja sembari menoleh ke belakang dan menatap tajam Alexander, “Hentikan omong kosongmu!” imbuhnya. “Setelah menikah dengan wanita lain satu tahun selepas kematian ibuku, dia membuangku atas perkataan penyihir licik itu. Sekarang, dia berani menyuruhmu datang dan memintaku untuk kembali? Apa pria itu sudah terlalu tua sampai kehilangan kewarasannya?!”
Tangan Raja mengepal, ekspresinya diselimuti amarah mendalam.
“Sampaikan pesanku pada orang yang kamu sebutkan barusan, jangan mengganggu hidupku lagi karena aku gak punya hubungan dengannya!”
Delapan tahun yang lalu, Ayah Raja, Banara Darmendhara menikah lagi setelah kematian sang istri satu tahun sebelumnya. Awalnya, sang ayah beralasan pernikahan dengan istri keduanya itu bertujuan untuk memberikan sosok ibu bagi Raja. Namun, hanya karena hasutan istri kedua sang Ayah yang licik dan manipulatif, pria itu malah percaya bahwa Raja mempunyai niat untuk mencelakai adik kecilnya yang baru lahir untuk mengamankan takhta.
Tidak hanya dirinya mendapatkan sikap dingin dari sang ayah, Raja pun harus berjuang untuk mempertahankan nyawanya lantaran istri kedua sang ayah terus berusaha menyingkirkan dirinya. Muak dengan semua kemunafikan dan ancaman yang diterimanya, Raja memutuskan untuk kabur dan pergi dari Capitol ke Nusantara, ke negara asal sang Ibu untuk menjauh dari percekcokan keluarga.
“Delapan tahun sudah berlalu, dan selama itu dia tidak mencari diriku,” ujar Raja. “Sekarang, dia tiba-tiba memintaku untuk kembali?” Pandangan pria tersebut terlihat dingin. “Sesuatu jelas terjadi kepada anak kesayangannya itu,” tuturnya sinis.
Alexander mengatur napasnya selain berusaha mengejar Raja. Bagaimana pun juga, dia harus meyakinkan tuan mudanya itu untuk kembali pulang dan meneruskan takhta keluarga Darmendhara.
“Pak Banara sudah menyadari semua kesalahannya. Beliau sudah lama curiga ada yang aneh dengan istri keduanya itu, dan akhirnya beberapa waktu lalu, diketahuilah bahwa wanita itu berselingkuh dengan pria lain. Alhasil, Pak Banara menceraikan wanita tersebut,” jelas Alexander. Kemudian, ekspresinya terlihat sendu. “Selain itu, adik tiri Bapak telah … meninggal karena kecelakaan.”
Mendengar cerita Alexander, Raja sama sekali tidak prihatin. Itu adalah karma untuk semua kejahatan yang mereka lakukan.
Dengan pandangan dingin dan senyuman sinis, Raja berkata, “Aku tidak peduli, juga tidak mau tahu. Itu semua bukan urusanku.” Pria itu pun berbalik dan melanjutkan langkah untuk memasuki rumahnya.
“Pak Raja, tolong berikan Pak Banara kesempatan. Beliau benar-benar tulus menginginkan Bapak kembali,” seru Alexander. “Untuk menebus kesalahannya, Pak Banara sudah mengubah kepemilikan sebagian besar perusahaannya di seluruh dunia atas nama Bapak, termasuk semua perusahaan yang ada di Nusantara. Dia tahu bahwa situasi Bapak saat ini tidaklah baik, jadi dia melakukan semua itu dengan harapan bisa membantu Bapak.” Alexander masih berusaha untuk membujuk sang pewaris.
Raja membeku di tempatnya, dia berbalik. “Kalian memata-mataiku?” Kalau tidak, bagaimana mungkin ayahnya tahu bahwa situasinya saat ini tidak baik.
“Bapak baru saja dipecat sore tadi, bukan? Bapak juga sedang terlibat masalah dengan Marcel Putra Wirdoyo, putra dari pemilik WNE group, yang juga adalah atasan istri Bapak, Ayyara Nugraha,” papar Alexander. “Tidak hanya itu, Keluarga Nugraha terus menghina Bapak, memojokkan Bapak agar berpisah dengan istri Bapak.”
Raja terdiam sejenak untuk mencerna kalimat Alexander. Semua yang pria itu ucapkan akurat, tidak salah. Ini berarti pria tersebut telah memata-matainya dengan cukup lama. Hal tersebut membuat Raja mengepalkan tangannya–marah.
Melihat ekspresi Raja yang berubah mengerikan, Alexander bergegas mengutarakan, “Keluarga Darmendhara adalah pemilik perusahaan keuangan terbesar di Nusantara, Prince group., perusahaan yang bekerja sama dengan banyak perusahaan ternama Nusantara, yang mana salah satunya adalah WNE group.” Pria itu melihat wajah Raja menampakkan keterkejutan. “Kalau Bapak menginginkannya, hanya dengan satu kalimat, Bapak bisa menentukan nasib WNE group beserta semua perusahaan yang bekerja sama dengannya, termasuk tempat perusahaan istri Bapak bekerja sekarang.”
Raja mematung di tempatnya, mencoba menimang-nimang segalanya. Apabila dirinya menerima pemberian sang ayah, bukankah itu berarti dia menyerah untuk membuat pria itu membayar atas segala kesalahannya? Namun … menerima berarti bisa menolong dan membahagiakan istrinya.“Apa Pak Raja tidak muak dengan kehidupan Pak Raja yang sekarang?” pancing Alexander.Pandangan Raja terangkat, menatap Alexander dengan dingin. ”Kamu menghina kehidupanku sekarang?” Dia tahu dirinya miskin, tapi dia masih memiliki harga diri.Alexander menggelengkan kepalanya. “Saya juga orang biasa, Pak. Dan, itu alasan saya tahu bahwa Bapak berada di posisi sulit saat ini.” Dia menatap Raja dalam-dalam. “Bapak mungkin merasa tidak rela begitu saja memaafkan Pak Banara, maka jangan maafkan beliau semudah itu.”Ucapan Alexander membuat Raja tersentak. Bukankah pria ini berusaha membujuknya, lalu apa maksud ucapannya itu?“Jangan maafkan beliau, tapi gunakanlah dirinya,” jelas Alexander. “Terimalah apa yang Pak Banara ber
Di ruangan VVIP restoran ternama yang ada di pusat kota, terlihat sosok Ayyara duduk di samping Marcel. Penampilannya malam itu sangat cantik nan anggun, tapi senyuman terpaksa di wajahnya memperlihatkan bahwa dirinya sangat tidak nyaman dengan situasi saat itu. Sebenarnya, Ayyara tidak suka dengan pertemuan ini. Namun, dia terpaksa demi meminta maaf atas perbuatan sang suami. Dia harus menyelamatkan sang suami agar tidak ditekan lagi oleh Marcel.“Pak Marcel, saya benar-benar meminta maaf atas kesalahan suami saya pada Bapak. Saya berjanji–” Ayyara mengucapkan dengan penuh rasa bersalah.“Suamimu memang segitu nggak berguna ya?” Marcel menyela. “Dia yang bersalah, tapi kamu yang meminta maaf. Dasar suami gak tahu diri.”“Mas Raja suami saya, jadi kesalahannya adalah kesalahan saya juga. Saya–”Belum sempat Ayyara berucap, lagi-lagi Marcel menyelanya. Kali ini gesturnya menunjukkan ketidaksukaan pada Ayyara yang terlihat membela suaminya, “Jangan bikin mood-ku hancur dengan terus mem
“Beraninya kalian memperlakukan istriku seperti ini!” seru sosok tersebut. Semua orang terkejut, menatap pria yang baru saja tiba. Terlihat sosok Raja melangkah masuk dengan pandangan dingin. Auranya terlihat istimewa, bukan seperti Raja yang dikenal si suami benalu. “Ayo pulang, Ayyara,” perintah Raja seraya menatap istrinya. “Kalau kamu menginginkan semua itu, aku akan memberikannya segera.” Selama beberapa detik, tidak ada yang bersuara. Namun, sebagian besar di ruangan itu berujung tertawa terbahak-bahak karena menganggap itu adalah sebuah lelucon yang menggelikan, terkecuali Ayyara yang malu dan Nugraha yang mengerutkan kening. “Memberikannya segera? Hei, Miskin! Bangun, jangan kelamaan mimpi,” seru Marcel sembari menahan tawanya. Lalu dia mengambil kunci mobilnya dan menunjukkan pada Raja. “ Ini bukan kunci mobil-mobilan. Kamu tahu nggak harganya berapa? 1,4 miliar. Miliar! bukan goceng, bukan lima ribu!” “Otakmu kegeser, ya? Atau kamu salah minum obat?” sindir Radit deng
“Apa aku harus diam saja mengetahui istriku diperlakukan seperti wanita murahan?!” seru Raja sembari mengepalkan kedua tangannya.Lagi-lagi ucapan Raja yang tak terduga membuat semua orang tercengang.“Bayaran untuk … meniduri Ayyara?” Nugraha menatap Raja gamang selama sesaat. Kemudian, dia melemparkan pandangan mematikan kepada Radit. “Apa itu benar?”Dipandang tajam oleh sang kakek membuat Radit gelagapan. “A-aku–” Dia melirik sang kakek dengan wajah ketakutan, tapi tak berani menjawab.“Jawab!” bentak Nugraha dengan tubuh bergetar, merasakan amarahnya memuncak kala mendapati cucunya itu menjawab secara tidak langsung.Di saat ini, Raja berujar, “Dengan 1,5 miliar, Marcel berniat membeli istriku. Dan Radit, dia mendukungnya! Di mata mereka, Ayyara bisa dibeli, bukankah Itu sama saja dengan mengatakan orang di Keluarga Nugraha bisa dibeli?”Mendengar ucapan Raja yang seakan memanas-manasi sang kakek, emosi Radit terpancing. “Heh, Miskin! Diam kamu! Sudah bagus aku mau membantumu unt
“Haruskah aku merobek bibirmu, mematahkan tanganmu, atau mencungkil matamu karena berani menggerayangi istriku?” geram Raja sembari menatap Marcel lurus.Seluruh tubuh Marcel bergetar, diselimuti ketakutan. Namun, egonya yang tinggi membuat pria tersebut tidak ingin kalah dengan Raja.“B-beraninya kamu memukulku?!” balasnya, sedikit tergagap. Karena rasa sakit yang dia rasakan di wajahnya, emosi Marcel memuncak. “Akibat ulahmu, perusahaan keluarga Nugraha akan hancur tak tersisa!”Ucapan Marcel membuat semua orang di dalam ruangan menelan ludah. Walau Nugraha bersyukur Raja melampiaskan amarahnya kepada Marcel dan menyelamatkan Ayyara, tapi efek yang akan diterima keluarganya membuat pria tua itu khawatir. Bahri berjalan dua langkah ke depan, menarik kerah pakaian Raja, memaksanya menjauh dari sosok Marcel. “Hei menantu gila! Otakmu di mana? Kenapa kamu berbuat seenaknya sendiri?!” Bahri meninggikan suaranya, penuh amarah. “Cepat minta maaf dan berlutut di kaki Marcel, Bodoh!”Margar
“Mungkin, kalau saya sebarkan ke media, publik juga akan tahu nama Bapak dan kemampuan Pak Ferdi di pemerintahan, bukan begitu?”Tidak perlu orang cerdas untuk sadar bahwa Farah sedang melontarkan sebuah ancaman kepada Marcel. Namun, hal tersebut semakin membuat mereka kaget dan seisi ruangan hening. Tidak ada yang menyangka kalau general manager restoran hotel itu mengusir tamu terhormat seperti Marcel.“Bu Farah bercanda, 'kan?” Marcel masih bisa mengatakan itu dengan senyuman di wajah. “Jangan bercanda sekarang, Bu. Waktunya kurang tepat.”Farah menatap Marcel tegas, menandakan kalau dia benar-benar serius, “Silakan Bapak ke luar dari sini sebelum saya menyuruh security untuk menyeret paksa Bapak.”Senyuman Marcel menghilang dan ekspresinya berubah kesal. “Aku Marcel Putra Wirdoyo, manager HRD WNE Group, pelanggan setia di restoran ini,” ujarnya sembari menunjuk dirinya sendiri. “Bu Farah pasti sedang bingung dan salah mengusir orang.” sambungnya, lalu menatap tajam ke arah Raja. “
Tak ingin istrinya curiga lebih mendalam, Raja menatap Farah untuk memberi isyarat bahwa general manajer itu harus melakukan sesuatu.Sadar berbuat kesalahan, Farah menatap Ayyara dan menjelaskan, “Dulu Pak Raja pernah menolong saya sewaktu mobil saya mogok di jalan. Saya sempat ingin memberikan imbalan pada Pak Raja, tapi Pak Raja menolaknya. Jadi saya merasa berhutang budi pada Pak Raja,” ujarnya meyakinkan. Melihat ekspresi Raja kembali tenang, Farah menghela napas dalam hati. “Bu Ayyara beruntung memiliki suami seperti Pak Raja.”Ayyara menganggukkan-anggukkan kepalanya. Dia tahu bahwa suaminya memang orang yang sangat baik, tapi hal itu tidak menampik kenyataan kalau sikap Farah kepada Raja membuatnya cemburu. Dia langsung mengaitkan tangannya dengan tangan Raja, seakan menunjukkan bahwa pria itu adalah suaminya.Sementara itu, Radit mengepalkan kedua tangannya karena Farah malah memuji menantu tak berguna itu. Begitupun dengan Bahri dan Margareth yang tidak suka pujian dari wani
Mendengar ucapan Farah, Raja mendengus rendah. “Sudah kuduga,” dia melirik tulisan Prince Group di name tag wanita tersebut. “Alexander telah memberitahumu,” tebaknya.Raja hanya memasang wajah datarnya, tidak ada rasa bangga sedikit pun dirinya ada di posisi seperti saat ini. Tidak ada istimewanya dirinya disambut dengan penuh hormat oleh orang lain.“Ada yang bisa saya lakukan untuk Pak Raja?” tanya Farah seramah mungkin. “Keinginan Pak Raja adalah kewajiban saya.”Raja menilai sikap Farah terlalu berlebihan, dia tidak menyukai itu. Itulah mengapa dia tidak terlalu senang kembali menjadi pewaris keluarga Darmendhara. Dia ingin dihormati karena kepribadiannya, bukan karena kekayaannya!“Seharusnya Alex juga memperingatkanmu untuk tidak membocorkan identitasku kepada siapa pun, termasuk keluargaku.” Raja serius memperingati Farah. “Jangan sampai kamu salah berbicara di kali berikutnya.”Farah mengangguk. “Saya mengerti, Pak Raja.”“Apa yang Alex katakan pada kalian?”Dengan tenang, Fa