Tak ingin istrinya curiga lebih mendalam, Raja menatap Farah untuk memberi isyarat bahwa general manajer itu harus melakukan sesuatu.Sadar berbuat kesalahan, Farah menatap Ayyara dan menjelaskan, “Dulu Pak Raja pernah menolong saya sewaktu mobil saya mogok di jalan. Saya sempat ingin memberikan imbalan pada Pak Raja, tapi Pak Raja menolaknya. Jadi saya merasa berhutang budi pada Pak Raja,” ujarnya meyakinkan. Melihat ekspresi Raja kembali tenang, Farah menghela napas dalam hati. “Bu Ayyara beruntung memiliki suami seperti Pak Raja.”Ayyara menganggukkan-anggukkan kepalanya. Dia tahu bahwa suaminya memang orang yang sangat baik, tapi hal itu tidak menampik kenyataan kalau sikap Farah kepada Raja membuatnya cemburu. Dia langsung mengaitkan tangannya dengan tangan Raja, seakan menunjukkan bahwa pria itu adalah suaminya.Sementara itu, Radit mengepalkan kedua tangannya karena Farah malah memuji menantu tak berguna itu. Begitupun dengan Bahri dan Margareth yang tidak suka pujian dari wani
Mendengar ucapan Farah, Raja mendengus rendah. “Sudah kuduga,” dia melirik tulisan Prince Group di name tag wanita tersebut. “Alexander telah memberitahumu,” tebaknya.Raja hanya memasang wajah datarnya, tidak ada rasa bangga sedikit pun dirinya ada di posisi seperti saat ini. Tidak ada istimewanya dirinya disambut dengan penuh hormat oleh orang lain.“Ada yang bisa saya lakukan untuk Pak Raja?” tanya Farah seramah mungkin. “Keinginan Pak Raja adalah kewajiban saya.”Raja menilai sikap Farah terlalu berlebihan, dia tidak menyukai itu. Itulah mengapa dia tidak terlalu senang kembali menjadi pewaris keluarga Darmendhara. Dia ingin dihormati karena kepribadiannya, bukan karena kekayaannya!“Seharusnya Alex juga memperingatkanmu untuk tidak membocorkan identitasku kepada siapa pun, termasuk keluargaku.” Raja serius memperingati Farah. “Jangan sampai kamu salah berbicara di kali berikutnya.”Farah mengangguk. “Saya mengerti, Pak Raja.”“Apa yang Alex katakan pada kalian?”Dengan tenang, Fa
“Mas berselingkuh, ya?” Ayyara menatap dalam-dalam netra sang suami. “Apakah Farah wanita selingkuhan Mas Raja?” Ayyara mempertahankan kontak matanya dengan Raja. Dia istrinya, tentu dia akan bisa menilai jawaban dari ekspresi wajah dan gerakan tubuh sang suami.Raja mengerutkan kening, dia sangat terkejut sang istri bertanya demikian. Namun, keterkejutannya berhenti ketika dia melihat Radit mengulas senyuman jahat. Dia tahu bahwa hal ini ada hubungannya sama pria itu.Raja bersikap tenang dan mempertahan kontak matanya dengan sang istri, “Enggak. Tadi 'kan kamu sudah dengar penjelasan dari Bu Farah. Dulu aku pernah menolongnya, dan baru hari ini aku ketemu lagi dengan Bu Farah,” jawabnya sembari meraih tangan sang istri. “Lagian kamu kok punya pikiran seperti ini sih? Siapa yang ngomporin kamu?” tanyanya kemudian, setengah menyindir Radit.Radit terlihat marah karena Raja mengelak. “Suamimu berdusta. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau Bu Farah ngasih kartu namanya ke suam
“Raja!” Teriakan itu membuat Nugraha dan Ayyara terkejut. Mereka menoleh dan mendapati sosok asing menghampiri mereka. Raja yang mengenali orang tersebut pun langsung turun. “Pak Agung,” sapanya dengan wajah datar, tidak senang maupun kesal melihat mantan manajer restoran itu menghampirinya. Di benaknya, dia kira Agung ingin mencari masalah lagi. Agung berdiri di hadapan Raja. Wajahnya tampak merah padam, “Kamu ingin balas dendam padaku, hah?!” “Apa maksudnya, Pak Agung?” tanya Raja santai. Agung mengepalkan kedua tangannya, wajahnya semakin memerah karena menganggap Raja tidak langsung mengakui perbuatannya. “Dasar manusia tidak tahu diri!” Agung meninggikan suaranya. “Jangan pura-pura amnesia! Bukankah kamu yang mengadu ke Bu Farah sampai aku dipecat? Sekarang kamu harus bertanggung jawab. Temui Bu Farah dan jelaskan kebenarannya pada Bu Farah!” Raja mundur satu langkah. Bukan karena takut, tetapi menghindar dari cipratan air liur mantan manajernya itu. Raja menatap tegas pa
Kecurigaan Nugraha berhenti ketika dia mengingat perlakuan Marcel terhadap keluarganya. Dia menebak kalau Raja berbohong supaya Ayyara berhenti bekerja dari perusahaan ACB Group– yang notabenenya satu kantor dengan Marcel.Nugraha berkata pada Ayyara, “Suamimu benar. Aku sarankan kamu berhenti bekerja lantaran situasi dengan Marcel sangatlah buruk.” Dia mengkhawatirkan cucunya. “Kalau memang diperlukan, Kakek bisa mengirimkan uang untuk membantu kebutuhan kalian.Ayyara mengatur napasnya. Dia senang karena suaminya tidak jadi pengangguran, tetapi di sisi lain dia merasa keputusan berhenti dari perusahaan ACB Group bukanlah ide yang bagus.“Mas … Kakek …” Ayyara bergantian menatap kedua orang itu. “Aku nggak ingin berhenti begitu saja karena karirku sedang menanjak.” Walau desakan sang suami dan Kakeknya, dia tetap menolak. “Aku yakin Pak Marcel nggak akan berani melakukan apa pun. Benar begitu 'kan, Mas?” tanyanya pada sang suami.“Baiklah jika itu keinginanmu, tapi kalau ada apa-apa
“Cepat seret dia ke luar!” titah wanita itu dengan wajah murka. Security sadar hal ini akan terjadi, lantas dia pun menjelaskan pada wanita itu, “Maaf, Bu Shinta. Katanya, dia sudah membuat janji dengan Pak Anton.”Anton adalah nama direktur Prince Group cabang Nusantara.Wanita bernama Shinta itu mengernyit dan tidak percaya pada tujuan Raja, kentara dari tatapannya sedang meremehkan pria itu.“Dasar bodoh!” bentak Shinta pada sang security sembari berjalan dan berdiri di depan meja resepsionis. “Bisakah kamu bekerja dengan benar? Pake mata kepalamu! Masa begini saja kamu nggak becus? Lihat orang itu! Mana mungkin Pak Anton ingin bertemu dengan orang rendahan kayak gitu, hah?!” dia memaki security.Shinta menatap Raja, dan seketika dia ingin muntah karena seolah-olah melihat benda yang sangat menjijikkan ada di hadapannya.“Cepat usir orang ini, aku sudah nggak tahan lagi melihatnya. Bisa-bisanya dia masuk ke kantor besar kayak gini dengan pakaian murah kayak gitu. Bikin nggak enak
“Mustahil katamu?!” Anton meninggikan suaranya. “Kutegaskan sekali lagi! Pak Raja adalah tamu terhormat perusahaan Prince Group!”Mendengar itu, Shinta seperti tersambar petir. Namun, dia segera menatap Raja dengan memasang wajah bersalah.“Pak Raja, tadi i-tu–”Raja menghiraukan wanita itu. Dia memilih menatap Anton dan berkata, “Aku heran kenapa kantor sebesar ini mempekerjakan resepsionis yang terlalu arogan.” Dia meminta secara tidak langsung pada sang direktur untuk memecat Shinta. “Kerjanya hanya meremehkan orang lain. Dia juga tidak menunjukkan rasa hormat pada orang yang lebih tua.”Mendengar kode dari Raja, sang direktur pun menatap tegas pada Shinta, “Detik ini juga, kamu dipecat! Aku tidak sudi memiliki karyawan yang tidak punya sopan santun sepertimu!” serunya, semakin lama tatapan matanya menyala-nyala. “Cepat kemasi barang-barangmu!”Mendengar itu, kedua kaki Shinta langsung terasa lemas. Dia tidak bisa membayangkan pemecatan terhadap dirinya. Dia baru 6 bulan merasakan
“Saya tidak menduga Pak Raja akan datang secepat ini. Maafkan saya … saya tidak ada persiapan sama sekali untuk menyambut kedatangan penerus Pak Banara Darmendhara.” Anton merasa tidak enak hati. “Izinkan saya terlebih dahulu untuk menyuruh beberapa karyawan untuk mempersiapkan hidangan untuk Bapak.” “Tidak Perlu.” Raja menolak dengan wajah datar. Lalu dia melangkah ke arah sofa dan mendaratkan tubuhnya di sana. “Aku datang ke sini bukan untuk makan.” Ekspresi datar yang ditunjukkan sang pewaris, membuat Anton menelan ludah. Dia ketar-ketir, mengira kalau dirinya telah berbuat kesalahan yang membuat Raja marah. “Maafkan saya, Pak Raja.” Wajah Anton mulai berkeringat dingin. “Maafkan saya jika sikap dan tindakan saya barusan kurang berkenan di hati Pak Raja. Saya siap jika Pak Raja mau menghukum saya.” “Kamu tidak punya kesalahan, hanya saja di lain hari kamu perlu hati-hati. Aku tidak ingin identitasku terbongkar.” Raja memperingati sang direktur seperti yang dia katakan pada Fara
Usai berkata demikian, Raja pergi begitu saja. Dia memutuskan pulang ke rumah besar Nugraha. “Sudah cukup mereka bermain-main dengan keluargaku. Waktunya sudah tiba. Aku akan menghukum semua musuh-musuhku,” gumam Raja sembari melangkahkan kakinya. Dua puluh menit kemudian, Raja tiba di rumah besar Nugraha. Dia menghampiri sang Kakek dan Ayyara yang menunggunya di ruang tengah. “Mas?” Mengerti tatapan sang istri yang mencemaskannya, Raja pun menanggapi, “Aku baik-baik saja, tidak ada luka sedikitpun di tubuhku.” Sementara, Nugraha masih mematung di tempat. Dia masih belum menyangka bahwa menantunya itu adalah putra Banara Darmendhara. “Aku sudah menyuruh Anton untuk menghukum semua orang yang berani mengganggu kebahagiaan kita, termasuk Shinta dan Kakaknya,” ucap Raja. Lalu menoleh ke arah Nugraha. “juga Marcel dan Ferdi.” Nugraha yang tidak mengerti pun bertanya, “Maksudnya?” “Sepuluh menit yang lalu Prince Group telah memutus kontrak kerja sama dengan perusahaan WNE Group.
“Malam ini juga Bagas harus menghadapiku!” seru Raja. “Aku juga akan menghukumnya!” sahut Nugraha yang tak kalah murkanya. Ayyara yang bediri di tengah-tengah mereka pun berkata, “Kakek belum sembuh total. Biarkan Mas Raja yang menanganinya.” “Tidak. Kakek mau ikut. Aku–” “Ara benar. Sebaiknya Kakek tidak perlu ikut,” potong Raja. “serahkan semua urusan ini kepadaku.” “Baiklah.” Nugraha berujung mengalah. Raja menoleh ke arah Anton, “Apakah kamu sudah merekamnya?” Anton mengangguk cepat, “Sudah, Pak.” “Kirimkan rekamannya kepadaku,” pinta Raja. *** Bagas mengetahui kalau Jamal dan teman-temannya tertangkap dan diadili. Namun, saat ini dia sama sekali tidak panik. Dia sudah memiliki rencana untuk mengantisipasinya. Bahkan di saat ini dia bermain dengan wanita jalang di sebuah kamar. Tanpa Bagas sadari, di luar sana Raja dan orang-orangnya berhasil melumpuhkan semua anak buahnya yang ditugaskan untuk menjaganya. BRAK! Bagas dan wanita jalangnya spontan menoleh ke arah pintu
“Berlatih menembak,” ucap Anton. Tubuh Jamal semakin begetar hebat, “Saya mohon, Pak. Jangan jadikan saya kelinci percobaan.” Jamal tampak begitu panik melihat tangan Anton mulai terangkat dan mengarahkan pistol ke arah apel yang berada di atasnya, “Saya akan jujur. Saya akan mengatakan siapa yang telah menyuruh saya.” Sudut bibir Anton terangkat, memang ini adalah rencananya untuk memaksa Jamal mengakui segalanya. “Saya janji,” ulang Jamal mencoba meyakinkan Anton. Jamal tak punya pilihan lain. Dia tidak bisa terus-menerus mempertahankan pendiriannya jika tidak ingin nyawanya yang melayang. “Penawaran yang sangat menarik. Tapi jika sekali saja kamu berbohong, aku tidak segan-segan membunuhmu!” seru Anton sambil menempelkan moncong pistol tepat di dahi Jamal. “bukan apel lagi, tapi peluruku akan menembus kepalamu!” “Ba-ik, Pak. Saya akan jujur.” Suara Jamal nyaris tak terdengar karena diselimuti rasa takut yang membesar. “Cepat katakan, Jamal! Jangan bertele-tele!” geram Anton.
“Halo, Pak Raja … Saya sudah berhasil menjalankan tugas dari Pak Raja,” ucap Anton di seberang telepon. Nugraha yang mendengarnya pun merasa terheran-heran. Raja yang sedari tadi mengintip di balik pintu, dia pun masuk kembali dan menghampiri Nugraha. “Lakukan sesuai rencana, Anton,” ucap Raja yang sudah berdiri di samping Nugraha. “Baik, Pak,” jawab Anton, dan setelahnya telepon terputus. Nugraha yang kebingungan pun menatap Raja dengan ekspresi yang begitu serius, “Siapa kamu?” “Aku suami Ayyara, menantu Kakek,” jawab Raja. “Jawab yang jujur. Siapa kamu sebenarnya?” tanya Nugraha. “Aku Raja Elvano Darmendhara. Putra Banara Darmendhara,” jawab Raja serius. “Kamu jangan bercanda.” Raut wajah Nugraha memerah. “Mas Raja nggak bohong, Kek,” sahut Ayyara yang muncul dari luar dan berjalan mendekat. “Mas Raja adalah putra Ayah Banara Darmendhara, pemilik Darmendhara Group.” Nugraha tercengang mendengarnya, tetapi dia masih menganggap Raja dan Ayyara telah berbohong. “Candaan ka
“Siapa kamu?” tanya Nugraha.Ayyara merasa heran dengan pertanyaan Nugraha, karena pria itu tak lain dan tak bukan adalah Raja. Dia takut sang Kakek lupa ingatan.“Apa Kakek saya baik-baik saja?” tanya Ayyara kepada si perawat yang sudah berdiri di sampingnya.Si perawat itu menatap Nugraha dengan senyuman ramah, “Maaf, Pak. Nama Bapak siapa?”“Nugraha.”“Dan mereka siapa?” Perawat itu menunjuk ke arah pasangan suami-istri.“Ayyara dan Raja, menantuku,” jawab Nugraha.Ayyara tersenyum, merasa tidak ada masalah dengan ingatan Nugraha. Sementara, perawat itu memeriksa keadaan sang Kakek secara keseluruhan.“Kepala Bapak terluka. Jadi jangan banyak bergerak dulu,” ucap perawat itu setelah selesai melakukan pemeriksaan.“Terima kasih,” balas Nugraha, dan perawat itu pergi dari ruangan setelah berpamitan.Usai kepergian si perawat, Nugraha menatap Raja yang berdiri di samping Ayyara.“Raja? Jujurlah kepada Kakek. Kenapa kamu bersama dengan Pak Anton waktu menyelamatkanku?” tanya Nugraha.“
Raja dan Anton segera masuk ke mobil. Hanya memerlukan waktu kurang dari 10 menit, mereka sudah sampai di sebuah aprtemen, tempat Nugraha dibawa.Raja langsung turun dari mobil, diikuti Anton dan anak buahnya.Sementara, di dalam apartemen Jamal dan teman-temannya tampak terlihat panik bukan main. Pasalnya mereka tahu kalau orang-orangnya Nugraha sedang menuju ke tempatnya.Tak ingin celaka, mereka pun menggunakan Nugraha sebagai tameng untuk menyelamatkan diri.BRAK!Sontak semua mata menoleh ke arah pintu yang di dobrak. Jamal pun langsung menempelkan pistol ke pelipis Nugraha yang terikat tak sadarkan diri di kursi.Raja yang melihat wajah Nugraha yang dipenuhi darah, seketika aura mengerikan begitu kental menguar dari dirinya.“Jangan berani mendekat! Atau kalian akan melihat Nugraha mati di tanganku!” ancam Jamal penuh mengintimidasi, walau dia sendiri sebenarnya agak gentar menghadapi Raja dan anton beserta anak buahnya.“Kamu telah melakukan kesalahan besar, Jamal!” seru Anton
“Kurang ajar!” pekik Jamal tanpa dia sadari belum memutus sambungan telepon. “Anda mau mati, hah?!” Tentu saja di seberang sana Ayyara yang mendengarnya seketika berteriak, “Kakek?! Siapa kalian?!” Jamal kaget dan baru menyadari kecerobohannya, tetapi karena terlanjur dia pun berterus terang, “Kakekmu akan mati di tanganku!” Usai mengatakan itu, Jamal seketika memutus sambungan telepon sepihak. Dia lalu menatap Nugraha dengan tatapan penuh amarah. “Aku tidak sekedar berbual! Malam ini anda harus mati!” Nugraha malah membalasnya dengan cengiran lebar. Dia sama sekali tidak terlihat takut. Dia tahu setelah ini Ayyara akan meminta bantuan Anton untuk melacak keberadaannya, entah itu dirinya dalam keadaan selamat ataupun mati. “Kamu ingin membunuhku? Silahkan. Tapi nyawa dibayar nyawa. Aku mati, kalian juga pasti akan mati! Cucuku punya hubungan dekat dengan Pak Anton,” ucap Nugraha. Situasinya kini berubah, justru sekarang Jamal dan teman-temannya yang terlihat panik-sepaniknya. “
“Kali ini kamu menang. Tapi ilmu wing chungku akan mematahkan tulangmu!” seru pria itu sambil menggerak-gerakkan tangannya. Melihat Raja hanya terdiam, pria itu mulai maju menyerangnya. “Kamu tidak akan bisa menahan gempuran pukulanku!” Raja menangkis serangan demi serangan yang mengandalkan teknik kecepatan tangan. Awalnya dia kewalahan, tetapi akhirnya dia dapat mengimbanginya. Raja yang tak ingin bermain-main, ketika ada kesempatan dia langsung menyarangkan pukulan di dada lawannya hingga terpental ke belakang. Para penjahat lagi-lagi dibuat terkejut. Mereka berulang kali menggeleng-geleng tak percaya melihat Raja juga memiliki ilmu whing chung. Bahkan pergerakannya lebih cepat dan gesit. “Tidak masuk akal,” gumam pimpinan penjahat tanpa disadari. Sementara, Ayyara berhasil membuka pintu mobil dan mengambil ponselnya. Dia lalu cepat menjauh dan berdiri di tempat asalnya agar mereka tidak curiga. Secara diam-diam, dia pun mengirim pesan kepada Anton untuk meminta bantuan. “B
Ancaman pria itu tampak tidak main-main, membuat Ayyara yang mendengarnya semakin mengkhawatirkan keselamatan Raja. Dia berulang kali menarik tangan sang suami untuk cepat-cepat berlari masuk ke dalam mobil. Namun, suamimya malah merespon dengan segurat senyuman sembari menggelengkan kepalanya. “Kalau lari, mereka justru akan menembak kita,” bisik Raja. Ayyara baru menyadari kebodohannya. Dia pun akhirnya menatap tajam kepada para penjahat. “Pergi! Jangan sakiti suamiku!” Teriaknya, walaupun keringat dingin mulai membasahi dahi. Teriakan Ayyara mulai menarik perhatian beberapa orang. Namun, pimpinan penajahat itu dengan mudah mengatasinya. Dia tersenyum kepada orang-orang yang berada di sekitar sana, “Maaf menganggu. Kami hanya berakting buat film pendek.” Benar saja, semua orang percaya dan hanya berlalu lalang tanpa curiga lagi. Selepas itu, pimpinan penjahat kembali menatap Ayyara, “Gampang sih. Kalau suamimu tidak ingin disakiti, ikutlah dengan kami,” ucapnya sambil sesekal