“Mustahil katamu?!” Anton meninggikan suaranya. “Kutegaskan sekali lagi! Pak Raja adalah tamu terhormat perusahaan Prince Group!”Mendengar itu, Shinta seperti tersambar petir. Namun, dia segera menatap Raja dengan memasang wajah bersalah.“Pak Raja, tadi i-tu–”Raja menghiraukan wanita itu. Dia memilih menatap Anton dan berkata, “Aku heran kenapa kantor sebesar ini mempekerjakan resepsionis yang terlalu arogan.” Dia meminta secara tidak langsung pada sang direktur untuk memecat Shinta. “Kerjanya hanya meremehkan orang lain. Dia juga tidak menunjukkan rasa hormat pada orang yang lebih tua.”Mendengar kode dari Raja, sang direktur pun menatap tegas pada Shinta, “Detik ini juga, kamu dipecat! Aku tidak sudi memiliki karyawan yang tidak punya sopan santun sepertimu!” serunya, semakin lama tatapan matanya menyala-nyala. “Cepat kemasi barang-barangmu!”Mendengar itu, kedua kaki Shinta langsung terasa lemas. Dia tidak bisa membayangkan pemecatan terhadap dirinya. Dia baru 6 bulan merasakan
“Saya tidak menduga Pak Raja akan datang secepat ini. Maafkan saya … saya tidak ada persiapan sama sekali untuk menyambut kedatangan penerus Pak Banara Darmendhara.” Anton merasa tidak enak hati. “Izinkan saya terlebih dahulu untuk menyuruh beberapa karyawan untuk mempersiapkan hidangan untuk Bapak.” “Tidak Perlu.” Raja menolak dengan wajah datar. Lalu dia melangkah ke arah sofa dan mendaratkan tubuhnya di sana. “Aku datang ke sini bukan untuk makan.” Ekspresi datar yang ditunjukkan sang pewaris, membuat Anton menelan ludah. Dia ketar-ketir, mengira kalau dirinya telah berbuat kesalahan yang membuat Raja marah. “Maafkan saya, Pak Raja.” Wajah Anton mulai berkeringat dingin. “Maafkan saya jika sikap dan tindakan saya barusan kurang berkenan di hati Pak Raja. Saya siap jika Pak Raja mau menghukum saya.” “Kamu tidak punya kesalahan, hanya saja di lain hari kamu perlu hati-hati. Aku tidak ingin identitasku terbongkar.” Raja memperingati sang direktur seperti yang dia katakan pada Fara
Ayyara rasanya ingin menumpahkan kesedihannya, tetapi dia sedikit tegar ketika mengingat sang suami, 'Lagian Mas Raja udah dapet pekerjaan lagi,' batinnya menguatkan dirinya sendiri. “Dasar wanita murahan. Pasti kamu telah menggoda Pak Tanjung, 'kan?” Vega dengan terbuka menyindir Ayyara. “Udah berapa kali tubuhmu dicicipi Pak Tanjung?” Ayyyara tersengat dengan hinaan itu, sungguh sangat menyakitkan! Tetapi, dia memilih untuk memendam rasa sakit hatinya karena tidak ingin membuat masalah. Ayyara menatap pada Vega dengan memaksakan senyuman. “Maaf, Bu. Saya izin pergi ke ruangannya Pak Tanjung terlebih dahulu,” ucapnya, lalu dia berjalan dengan menunduk sopan melewati wanita itu. Vega menatap punggung Ayyara, “Lihatlah! wanita jalang mau nyetor tubuhnya,” sindirnya. “Oh ya berapa harga dirimu? Biar aku bantu mempromosikan profesi terpendammu di medsos,” ucapnya menyaringkan suaranya dengan nada sarkasme pada Ayyara yang melangkah semakin menjauh. Ayyara sekuat tenaga menghiraukan
“Kamu tidak berhak memerintah Bu Ayyara untuk melakukan apa pun!” serunya dengan suara tegas dan penuh penekanan. “Berani sekali lagi kamu bersikap kurang sopan pada Bu Ayyara, tanganku akan menampar wajah songongmu itu!”Marcel kaget bukan main. Kepalanya seakan tidak menerima apa yang telah terjadi di depan matanya. Direktur utama terlihat begitu membela Ayyara yang notabennya hanya karyawan terendah di divisi keuangan.“Sebenarnya ada apa ini? Mengapa Pak Tanjung memanggil Ayyara–”Tanpa menunggu Marcel selesai berbicara, Tanjung menyela dengan tegas, “Karena sekarang Bu Ayyara adalah manajer tim keuangan di perusahaan ACB Group menggantikan Vega yang dipecat.”Marcel sebenarnya sangat terkejut, tetapi mendengar kata 'dipecat', seketika dia teringat dengan tujuannya datang untuk menemui sang direktur utama.Marcel menatap tegas pada Tanjung, “Pak Tanjung sudah melampaui batas. Bukan hanya Vega yang Bapak pecat, tapi Bapak juga berani-beraninya memberikan surat pemecatan padaku.” di
Kabar tentang pemecatan Marcel dan Vega tersebar secepat kilat ke seluruh karyawan perusahaan WNE Group.Semua karyawan sangat senang karena kedua orang yang suka bertindak sesuka hati terhadap bawahannya akhirnya dipecat. Mereka menganggap Ayyara sebagai pahlawan karena berani mengadu pada sang direktur utama. Namun, mereka juga merasa iri dengan pengangkatan istri Raja itu sebagai manajer tim keuangan. Sementara itu, setelah Tanjung melakukan tugasnya, dia menghubungi Anton. Sebelumnya, dia sudah diberitahu terlebih dahulu oleh Anton bahwa perintah itu permintaan dari sang pewaris keluarga Darmendhara yang telah tiba dan mengambil alih atas perusahaan Prince Group, tetapi dia masih belum tahu identitas sang pewaris.“Saya sudah menjalankan tugas sesuai dengan perintah.” Tanjung melapor. “Marcel sudah diberhentikan , dan Bu Ayyara kini sudah resmi menjadi manajer tim keuangan perusahaan ACB Group.”“Kerja yang bagus.” Anton memberikan pujian. “Aku sangat berterima kasih pada anda. A
Pramuniaga itu tersenyum sinis, “Hari ini adalah hari terburuk sepanjang hidupku. Semoga aku tidak bertemu lagi dengan orang sinting sepertimu,” sindirnya, lalu melenggang pergi meninggalkan Raja.Pramuniaga yang diketahui bernama Ulva itu memilih melayani pengunjung lainnya. Di saat bersamaan security datang menghampiri Raja.“Jika tidak ada keperluan lain, silahkan pergi dari sini.” Security itu berkata tegas sembari memainkan pentungan di tangan. “Mohon kerja samanya.”“Maaf, Pak. Aku masih belum mendapatkan perhiasan yang aku inginkan.” Raja berkata dengan sopan. “Mbak yang barusan tidak mau melayaniku.”Raja menatap ke setiap paramuniaga yang ada di sana dengan bermaksud meminta untuk dilayani, tetapi mereka memasang wajah malas dan menghindar.“Sepertinya sudah jelas.” ucap security itu dengan tersenyum mengejek pada Raja. “Tidak ada yang mau melayanimu, karena percuma saja … kamu tak akan sanggup membeli perhiasan di sini.” dia membuat gestur mengusir. “Silahkan cari di toko pe
“Kenapa ada keributan di sini?” tanya wanita itu, yang tak lain dan tak bukan adalah manajer toko perhiasaan Jewellery Royal.Ulva maju satu langkah menghadap sanga manajer, “Maaf, Bu Leli. Ini semua karena pria penipu itu,” ucapnya sembari menunjuk ke arah Raja. “dia sok mau beli kalung ini … dia ngaku-ngaku punya kartu hitam Eksklusif, padahal hanya ditempeli sticker aja.”Wanita bernama Leli itu menoleh pria yang ditunjuk Ulva. Betapa terkejutnya ketika dia melihat sebuah kartu hitam ada di genggaman pria itu.Leli menatap ramah pada Raja, “Mohon maaf, Pak. Apakah Bapak tidak keberatan jika kartunya saya cek?” Tentu sebagai manajer, dia harus bersikap profesional dan melayani setiap pengunjung yang datang tanpa melihat dari penampilannya.Raja memberikan black card miliknya pada Leli, “Silahkan.”Leli mengamati dan meraba black card yang kini sudah ada di genggaman tangannya untuk mengetahui keasliannya. 'Ini asli,' pikirnya. Dia seorang pengeloksi dan pemilik toko perhiasan, dia
'Apa dia benar-benar membelinya?' Ulva masih tidak percaya bahwa pria itu adalah orang kaya. Dia pun memberanikan diri bertanya pada Leli. “Apakah dia benar-benar membeli kalung edisi terbatas di toko ini, Bu?” Pertanyaan itu terdengar ke telinga Raja, tentu hal itu membuat Leli geram dan merasa dipermalukan di depan pengunjung terhormat. Leli pun mengangkat tanda bukti pembayaran, “Lihat ini!” serunya dengan mata melotot. “kamu telah membuat kesalahan besar! Pak Raja adalah–” Raja berdehem keras untuk menghentikan Leli yang sepertinya ingin menceritakan identitas dirinya. Wanita itu pun menoleh dan mengerti maksud dari permintaan sang pewaris. Ulva membelalakkan mata, tenggorokannya tercekat dan tak kuasa menelan ludah, “Jadi, dia ….” dia tak mampu melanjutkan kalimatnya, wajahnya mulai berkeringat dingin setelah mengetahui fakta yang bagai mimpi buruk baginya. Semua pengunjung yang ada di sana pun takjub. Ternyata pria yang disangka orang miskin itu adalah orang yang sangat ka
Usai berkata demikian, Raja pergi begitu saja. Dia memutuskan pulang ke rumah besar Nugraha. “Sudah cukup mereka bermain-main dengan keluargaku. Waktunya sudah tiba. Aku akan menghukum semua musuh-musuhku,” gumam Raja sembari melangkahkan kakinya. Dua puluh menit kemudian, Raja tiba di rumah besar Nugraha. Dia menghampiri sang Kakek dan Ayyara yang menunggunya di ruang tengah. “Mas?” Mengerti tatapan sang istri yang mencemaskannya, Raja pun menanggapi, “Aku baik-baik saja, tidak ada luka sedikitpun di tubuhku.” Sementara, Nugraha masih mematung di tempat. Dia masih belum menyangka bahwa menantunya itu adalah putra Banara Darmendhara. “Aku sudah menyuruh Anton untuk menghukum semua orang yang berani mengganggu kebahagiaan kita, termasuk Shinta dan Kakaknya,” ucap Raja. Lalu menoleh ke arah Nugraha. “juga Marcel dan Ferdi.” Nugraha yang tidak mengerti pun bertanya, “Maksudnya?” “Sepuluh menit yang lalu Prince Group telah memutus kontrak kerja sama dengan perusahaan WNE Group.
“Malam ini juga Bagas harus menghadapiku!” seru Raja. “Aku juga akan menghukumnya!” sahut Nugraha yang tak kalah murkanya. Ayyara yang bediri di tengah-tengah mereka pun berkata, “Kakek belum sembuh total. Biarkan Mas Raja yang menanganinya.” “Tidak. Kakek mau ikut. Aku–” “Ara benar. Sebaiknya Kakek tidak perlu ikut,” potong Raja. “serahkan semua urusan ini kepadaku.” “Baiklah.” Nugraha berujung mengalah. Raja menoleh ke arah Anton, “Apakah kamu sudah merekamnya?” Anton mengangguk cepat, “Sudah, Pak.” “Kirimkan rekamannya kepadaku,” pinta Raja. *** Bagas mengetahui kalau Jamal dan teman-temannya tertangkap dan diadili. Namun, saat ini dia sama sekali tidak panik. Dia sudah memiliki rencana untuk mengantisipasinya. Bahkan di saat ini dia bermain dengan wanita jalang di sebuah kamar. Tanpa Bagas sadari, di luar sana Raja dan orang-orangnya berhasil melumpuhkan semua anak buahnya yang ditugaskan untuk menjaganya. BRAK! Bagas dan wanita jalangnya spontan menoleh ke arah pintu
“Berlatih menembak,” ucap Anton. Tubuh Jamal semakin begetar hebat, “Saya mohon, Pak. Jangan jadikan saya kelinci percobaan.” Jamal tampak begitu panik melihat tangan Anton mulai terangkat dan mengarahkan pistol ke arah apel yang berada di atasnya, “Saya akan jujur. Saya akan mengatakan siapa yang telah menyuruh saya.” Sudut bibir Anton terangkat, memang ini adalah rencananya untuk memaksa Jamal mengakui segalanya. “Saya janji,” ulang Jamal mencoba meyakinkan Anton. Jamal tak punya pilihan lain. Dia tidak bisa terus-menerus mempertahankan pendiriannya jika tidak ingin nyawanya yang melayang. “Penawaran yang sangat menarik. Tapi jika sekali saja kamu berbohong, aku tidak segan-segan membunuhmu!” seru Anton sambil menempelkan moncong pistol tepat di dahi Jamal. “bukan apel lagi, tapi peluruku akan menembus kepalamu!” “Ba-ik, Pak. Saya akan jujur.” Suara Jamal nyaris tak terdengar karena diselimuti rasa takut yang membesar. “Cepat katakan, Jamal! Jangan bertele-tele!” geram Anton.
“Halo, Pak Raja … Saya sudah berhasil menjalankan tugas dari Pak Raja,” ucap Anton di seberang telepon. Nugraha yang mendengarnya pun merasa terheran-heran. Raja yang sedari tadi mengintip di balik pintu, dia pun masuk kembali dan menghampiri Nugraha. “Lakukan sesuai rencana, Anton,” ucap Raja yang sudah berdiri di samping Nugraha. “Baik, Pak,” jawab Anton, dan setelahnya telepon terputus. Nugraha yang kebingungan pun menatap Raja dengan ekspresi yang begitu serius, “Siapa kamu?” “Aku suami Ayyara, menantu Kakek,” jawab Raja. “Jawab yang jujur. Siapa kamu sebenarnya?” tanya Nugraha. “Aku Raja Elvano Darmendhara. Putra Banara Darmendhara,” jawab Raja serius. “Kamu jangan bercanda.” Raut wajah Nugraha memerah. “Mas Raja nggak bohong, Kek,” sahut Ayyara yang muncul dari luar dan berjalan mendekat. “Mas Raja adalah putra Ayah Banara Darmendhara, pemilik Darmendhara Group.” Nugraha tercengang mendengarnya, tetapi dia masih menganggap Raja dan Ayyara telah berbohong. “Candaan ka
“Siapa kamu?” tanya Nugraha.Ayyara merasa heran dengan pertanyaan Nugraha, karena pria itu tak lain dan tak bukan adalah Raja. Dia takut sang Kakek lupa ingatan.“Apa Kakek saya baik-baik saja?” tanya Ayyara kepada si perawat yang sudah berdiri di sampingnya.Si perawat itu menatap Nugraha dengan senyuman ramah, “Maaf, Pak. Nama Bapak siapa?”“Nugraha.”“Dan mereka siapa?” Perawat itu menunjuk ke arah pasangan suami-istri.“Ayyara dan Raja, menantuku,” jawab Nugraha.Ayyara tersenyum, merasa tidak ada masalah dengan ingatan Nugraha. Sementara, perawat itu memeriksa keadaan sang Kakek secara keseluruhan.“Kepala Bapak terluka. Jadi jangan banyak bergerak dulu,” ucap perawat itu setelah selesai melakukan pemeriksaan.“Terima kasih,” balas Nugraha, dan perawat itu pergi dari ruangan setelah berpamitan.Usai kepergian si perawat, Nugraha menatap Raja yang berdiri di samping Ayyara.“Raja? Jujurlah kepada Kakek. Kenapa kamu bersama dengan Pak Anton waktu menyelamatkanku?” tanya Nugraha.“
Raja dan Anton segera masuk ke mobil. Hanya memerlukan waktu kurang dari 10 menit, mereka sudah sampai di sebuah aprtemen, tempat Nugraha dibawa.Raja langsung turun dari mobil, diikuti Anton dan anak buahnya.Sementara, di dalam apartemen Jamal dan teman-temannya tampak terlihat panik bukan main. Pasalnya mereka tahu kalau orang-orangnya Nugraha sedang menuju ke tempatnya.Tak ingin celaka, mereka pun menggunakan Nugraha sebagai tameng untuk menyelamatkan diri.BRAK!Sontak semua mata menoleh ke arah pintu yang di dobrak. Jamal pun langsung menempelkan pistol ke pelipis Nugraha yang terikat tak sadarkan diri di kursi.Raja yang melihat wajah Nugraha yang dipenuhi darah, seketika aura mengerikan begitu kental menguar dari dirinya.“Jangan berani mendekat! Atau kalian akan melihat Nugraha mati di tanganku!” ancam Jamal penuh mengintimidasi, walau dia sendiri sebenarnya agak gentar menghadapi Raja dan anton beserta anak buahnya.“Kamu telah melakukan kesalahan besar, Jamal!” seru Anton
“Kurang ajar!” pekik Jamal tanpa dia sadari belum memutus sambungan telepon. “Anda mau mati, hah?!” Tentu saja di seberang sana Ayyara yang mendengarnya seketika berteriak, “Kakek?! Siapa kalian?!” Jamal kaget dan baru menyadari kecerobohannya, tetapi karena terlanjur dia pun berterus terang, “Kakekmu akan mati di tanganku!” Usai mengatakan itu, Jamal seketika memutus sambungan telepon sepihak. Dia lalu menatap Nugraha dengan tatapan penuh amarah. “Aku tidak sekedar berbual! Malam ini anda harus mati!” Nugraha malah membalasnya dengan cengiran lebar. Dia sama sekali tidak terlihat takut. Dia tahu setelah ini Ayyara akan meminta bantuan Anton untuk melacak keberadaannya, entah itu dirinya dalam keadaan selamat ataupun mati. “Kamu ingin membunuhku? Silahkan. Tapi nyawa dibayar nyawa. Aku mati, kalian juga pasti akan mati! Cucuku punya hubungan dekat dengan Pak Anton,” ucap Nugraha. Situasinya kini berubah, justru sekarang Jamal dan teman-temannya yang terlihat panik-sepaniknya. “
“Kali ini kamu menang. Tapi ilmu wing chungku akan mematahkan tulangmu!” seru pria itu sambil menggerak-gerakkan tangannya. Melihat Raja hanya terdiam, pria itu mulai maju menyerangnya. “Kamu tidak akan bisa menahan gempuran pukulanku!” Raja menangkis serangan demi serangan yang mengandalkan teknik kecepatan tangan. Awalnya dia kewalahan, tetapi akhirnya dia dapat mengimbanginya. Raja yang tak ingin bermain-main, ketika ada kesempatan dia langsung menyarangkan pukulan di dada lawannya hingga terpental ke belakang. Para penjahat lagi-lagi dibuat terkejut. Mereka berulang kali menggeleng-geleng tak percaya melihat Raja juga memiliki ilmu whing chung. Bahkan pergerakannya lebih cepat dan gesit. “Tidak masuk akal,” gumam pimpinan penjahat tanpa disadari. Sementara, Ayyara berhasil membuka pintu mobil dan mengambil ponselnya. Dia lalu cepat menjauh dan berdiri di tempat asalnya agar mereka tidak curiga. Secara diam-diam, dia pun mengirim pesan kepada Anton untuk meminta bantuan. “B
Ancaman pria itu tampak tidak main-main, membuat Ayyara yang mendengarnya semakin mengkhawatirkan keselamatan Raja. Dia berulang kali menarik tangan sang suami untuk cepat-cepat berlari masuk ke dalam mobil. Namun, suamimya malah merespon dengan segurat senyuman sembari menggelengkan kepalanya. “Kalau lari, mereka justru akan menembak kita,” bisik Raja. Ayyara baru menyadari kebodohannya. Dia pun akhirnya menatap tajam kepada para penjahat. “Pergi! Jangan sakiti suamiku!” Teriaknya, walaupun keringat dingin mulai membasahi dahi. Teriakan Ayyara mulai menarik perhatian beberapa orang. Namun, pimpinan penajahat itu dengan mudah mengatasinya. Dia tersenyum kepada orang-orang yang berada di sekitar sana, “Maaf menganggu. Kami hanya berakting buat film pendek.” Benar saja, semua orang percaya dan hanya berlalu lalang tanpa curiga lagi. Selepas itu, pimpinan penjahat kembali menatap Ayyara, “Gampang sih. Kalau suamimu tidak ingin disakiti, ikutlah dengan kami,” ucapnya sambil sesekal