Bahri menelan ludahnya, hal yang ditakutkan mungkin akan terjadi. Wanita selingkuhannya pasti meminta jatah, walau dia sudah menjelaskan kalau saat ini dia tidak punya pemasukan setelah dipecat Nugraha.Margareth yang melihat perubahan ekspresi sang suami, lantas bertanya, “Ada apa, Mas?”“Nggak ada apa-apa, aku cuma bingung mau minta bantuan ke siapa,” kilah Bahri sembari memainkan ponselnya supaya Margareth tidak curiga.Bahri mulai menghubungi teman-temannya satu per satu, tetapi tidak ada satu pun yang mau membantunya menyediakan tempat tinggal.Saat mereka benar-benar frustasi, ada sebuah panggilan masuk di ponsel Margareth.“Ulva?” Mengetahui siapa yang menghubunginya, perlahan sudut bibir Margareth terangkat. “aku tahu caranya biar bisa tinggal di apartemen.”***Hari berganti, Ayyara mulai bekerja kembali di perusahaan ACB Group. Begitu pun dengan Raja yang bekerja di Prince Group. Dia juga seringkali mendapatkan panggilan dari Alexander, tetapi dia masih tetap dengan pendir
Halo, teman-teman pembaca. Terima kasih karena sudah menanti karya saya. Mohon maaf, bila saya belum dapat update dan membalas komentar teman-teman dalam beberapa hari terakhir. Keluarga saya sedang dalam kondisi berduka dan tenaga saya dibutuhkan. Selain itu, kondisi saya belakangan agak drop dan berakhir terpaksa diopname karena terkena DBD. Sekali lagi, mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Mohon tetap nantikan karya ini, ya!
“Aw, nikmat.” Suara Ulva terdengar mendesah. Sebelah tangannya pun beraksi menuju ke arah paha Raja, tetapi pria itu langsung menepisnya. Raja yang mulai benar-benar kehilangan kesabaran, dia mendorong ulva dengan keras sehingga tubuhnya terbentur ke dinding mobil. “Ah … sakit!” Ulva menjerit, bahkan satu tangannya memegangi kepalanya yang terasa pusing akibat terbentur ke kaca mobil. Namun, Ulva mencoba mengabaikan rasa sakitnya dan menerbitkan senyuman menggodanya. Ketika dia menoleh ke samping, mendadak senyuman itu menghilang saat melihat tatapan Raja begitu menyeramkan bak seorang pembunuh. “Apa anda bosan hidup?!” Suara Raja begitu dingin dengan menatap tajam dan lurus pada Ulva. Ulva menelan ludahnya, tatapan itu benar-benar membuat tubuhnya gemetar. Aura mengerikan milik Raja turut dirasakan si sopir. Walau tak bersitatap secara langsung, tubuh pria itu merinding dan ketakutan. Merasa ancaman Raja tidak main-main, Ulva menoleh ke arah kemudi, “S-top, Pak.” Saking takut
“Mas Raja?!” pekik Ayyara tanpa dia sadari. Dia menggeser pesan itu yang berisikan beberapa foto. Tatapannya pun semakin terbuka lebar seolah-olah bola matanya ingin keluar dari tempatnya. “Mas Raja, kamu ….” jantungnya mulai berdetak, keringat pun mulai bermunculan. Semu orang ikut terkejut. Mereka penasaran melihat perubahan ekspresi Ayyara. Padahal barusan wanita itu tampak menebarkan senyum bahagia, tetapi kini mendadak wajahnya memerah seperti menahan amarah. “Ada apa, Bu Ayya?” tanya Tanjung. “Apa ada masalah serius?” Begitu pun sebagian karyawan yang menanyakan hal yang sama. Ayyara tersadar perubahan ekspresinya membuat semua orang bertanya-tanya, “Maaf, saya ke ruangan saya dulu,” katanya dengan ekspresi datar sembari melangkahkan kakinya. Di ruangan manajer tim keuangan, Ayyara kembali melihat layar ponsel miliknya yang berisikan foto tak senonoh seorang wanita bersama sang suami di dalam taksi. “Mas Raja selingkuh?” Berulang kali Ayyara menggelengkan kepalanya. Dia t
“Nggak perlu berpura-pura lagi, Mas. Semenjak kapan Mas berselingkuh?!” tanya Ayyara masih dengan nada penuh emosi. “Siapa yang menghasutmu?” Raja balik bertanya sembari sesekali tatapannya melirik ke arah ketiga orang itu.“Begitu ya kalau orang tukang selingkuh? Udah ketangkap basah malah menuduh istrinya?” sindir Margareth.Ayyara yang sudah terlanjur dikuasai amarah, dia mengangkat ponsel miliknya tepat di depan mata sang suami, “Mas masih belum mau mengakuinya? Kakek, Paman, Tante, Radit juga mendapatkan kiriman ini.” Raja mengambil ponsel milik Ayyara. Dia terkejut, bukan hanya satu foto, melainkan beberapa foto yang menunjukkan seolah-olah dirinya bermain wanita di dalam taksi. Semua foto yang ditunjukkan itu telah di edit.Margareth, Bahri, dan Radit tersenyum puas melihat perubahan ekspresi Raja.Sementara, Nugraha sedari tadi hanya terdiam, walau sebenarnya dia menahan amarah karena Raja berani menyakiti hati Ayyara. Ayyara menatap mata sang suami dalam-dalam, “Kenapa Ma
“Kamu harus bertanggung jawab! Aku akan membawa masalah ini ke pengadilan!” seru Nugraha dengan raut wajah begitu serius. Bahri, Margareth, dan Radit tampak tersenyum puas mendengar keputusan Nugraha.Ayyara merasa dilema mendengar keputusan itu. Walau Raja ketahuan selingkuh, dia masih mencintai dan tidak ingin berpisah dari sang suami, apalagi saat ini dirinya tengah berbadan dua.Raja melihat tangisan Ayyara yang tak kunjung berhenti, dan itu membuatnya murka dalam hati. Bukan murka terhadap istrinya, tetapi kepada orang-orang yang berusaha menjebaknya untuk merusak rumah tangganya. Di sisi lain, tidak menutup fakta bahwa ada sedikit kecewa pada sang istri yang tidak mempercayainya dan langsung menghakimi tanpa mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu.“Aku menyesal, sungguh sangat menyesal! Aku tertipu! Andai waktu bisa diputar, aku tidak akan menyerahkan Ayya kepada suami macam kamu!” Nugraha tampak benar-benar marah. Dia masih tidak menyangka Raja berani mengkhianati Ayyara.
Sembari berucap, Nugraha memperhatikan ketiga orang itu. Dan benar saja, raut wajah mereka tampak memucat. Dia pun semakin curiga kalau mereka terlibat dalam ini.Tak ingin rahasianya terbongkar, Margareth pun menghampiri Nugraha, “Pa, ngapain sih buang-buang waktu? Seharusnya kita mengurus masalah ini ke kantor polisi.”Bahri menambahkan, “Iya, Pa. Semuanya sudah jelas –”“Tidak ada ruginya memeriksa foto-foto ini.” Suara bariton Nugraha menyela ucapan Bahri. “Tapi, Kek, Apa yang mau dibuktikan lagi?” ucap Radit sembari menghampiri Nugraha. “aku takut itu cuma akal-akalannya Raja biar dia punya waktu memikirkan cara buat menghapus semua bukti perselingkuhannya.”“Radit benar, Pa. Sudah cukup kita tertipu–”“Kenapa kalian ngotot melarangku?” Nugraha menyela ucapan Margareth. Dia lalu mengangkat ponsel miliknya. “aku sudah mengirim foto-foto ini ke temanku. Kita tinggal menunggu hasilnya saja.”“Aku juga. Aku akan meminta bantuan temanku,” sambung Ayyara dengan sesegukan tangisan. Dal
“Aku pastikan kasus ini diselidiki sampai ke akar-akarnya,” tegas Nugraha. Nugraha melihat ketiga orang itu semakin menunjukkan kecemasan, dan itu menguatkan kecurigaannya bahwa mereka memang benar terlibat dalam hal ini. Bahri, Margareth, dan Radit merasa terancam. Rencana awal untuk menghancurkan Raja, kini justru menjadi senjata makan tuan. Nugraha tiba-tiba melemparkan tatapan mematikan pada Radit, “Termasuk kamu. Jika kamu terbukti terlibat, Kakek tidak akan menganggapmu sebagai cucuku lagi. Ini janji Kakek!” Walau hanya Radit yang mendapatkan peringatan, Bahri dan Margareth merasa peringatan itu juga ditujukan pada mereka bertiga. Dipandang tajam oleh sang kakek membuat Radit gelagapan. “A-apa maksud, Kakek?” Dia melirik sang kakek dengan wajah gugup sesaat, kemudian dia tersenyum senormal mungkin. “aku nggak mungkin melakukan perbuatan sejahat itu.” kemudian ekspresinya berganti tatapan geram ke arah lain. “justru aku nggak sabar ingin menghajar pelakunya!” Tubuh Nugrah