Home / Romansa / Menantu Bungsu Nyonya Devardo / Chapter 2 - Ibu Mertua Culas

Share

Chapter 2 - Ibu Mertua Culas

Author: Dewa Amour
last update Last Updated: 2021-09-15 14:27:39

Pagi itu sinar sang surya muncul dengan malu-malu dari upuk timur. Sinar keemasannya menerpa bangunan kokoh Devardo House, membuat bayangan panjang nan besar yang memayungi taman bunga yang ada di samping kiri bangunan. Tampak beberapa aktivitas para pelayan yang sedang mengerjakan rutinitas mereka pagi ini.

Devardo House memiliki kurang lebih 30 orang pelayan yang terdiri dari 20 orang wanita muda umuran sekitar 25 tahunan, dan sisanya pria yang bekerja dan bertugas sebagai tukang kebun dan penjaga.

Mereka mendapatkan upah yang besar dan di terimanya setiap dua kali dalam satu bulan, sesuai kebijakan pemerintah Meksiko pasal gaji para pekerja yang harus di bayar setiap dua kali dalam satu bulan penuh.

"Pagi, Nyonya Muda." seorang pelayan menyapa Isabell yang baru saja keluar dari kamar mandinya.

Gadis itu hanya mengenakan bathrobe warna putih. Wajahnya datar-datar saja, tak ada respon untuk si pelayan. Dan si pelayan hanya tersenyum lalu mulai menghampiri ranjang king size di sana yang tampak berantakan.

Isabell berjalan menuju ruang ganti sambil memindai netranya pada seisi kamar. Dia sedang mencari Fernando yang tak nampak di mana pun.

"Hei, dimana Fernando? Apakah dia sudah berangkat ke kantor? Ah, sial!" Isabell berkata sendiri sambil berjalan-jalan kecil mencari suaminya.

"Tuan Muda Devardo ada di lantai dua, Nyonya. Maaf bila saya telah lancang," ucap si pelayan dengan tangannya yang sedang membenahi ranjang Isabell, sedangkan wajahnya menoleh pada istri Tuannya itu. Isabell menoleh padanya.

"Oh, ya? Baguslah. Aku pikir dia sudah berangkat," tukas Isabell dengan wajah sinisnya kemudian dia segera berjalan menuju ruang ganti.

Si pelayan hanya tersenyum tipis menanggapi. Hal yang biasa terjadi. Penghuni Devardo House selalu menunjukan sikap yang tak bersahabat. Mungkin itu cara mereka untuk menunjukkan jarak antara seorang pelayan dan Tuannya.

Langkah Isabell menepi di depan sebuah lemari kaca nan besar dan tinggi. Di gesernya dua daun pintu lemari itu pada masing-masing sisi. Matanya mengamati beberapa gaun yang tergantung rapi dan berbau wangi di dalam sana.

Bibirnya mengulas senyum pada sehelai gaun dengan warna hitam. Tangannya yang putih dan licin segera menyambarnya.

Pilihan yang tepat, gaun musim panas warna hitam itu sangat cocok di tubuhnya. Gaun dengan bahan lembut dan nyaman di pakai, panjang selutut dengan bagian bahunya yang terbuka. Membuat kesan seksi nan glamour yang disukai Isabell.

"Waw, kau sangat cantik, Isabell Fernandez," tukasnya memuji dirinya sendiri dengan takjub di depan cermin setinggi dirinya.

Usai mematut penampilannya Isabell segera berjalan menuju lantai dua untuk mencari suaminya. Ah, entah dimana pria tampan itu berada. Isabell terus memindai matanya sambil menuruni anak tangga menuju lantai dua.

Langkahnya mulai terayun menuju balkon, mungkin Fernando ada di sana, pikir Isabell. Namun langkahnya terhenti saat Nyonya Devardo dan Pedra menghamprinya.

"Pagi, Isabell. Bagaimana tidurmu? Kurasa kau merasa nyaman di sini," ucap Nyonya Devardo dengan wajah cerahnya memandangi Isabell.

"Pagi, Bu," jawab Isabell singkat karena dia sedang fokus mencari Fernando yang belum juga tertangkap oleh matanya.

Pedra tersenyum sinis memandangi penampilan Isabell yang menurutnya berlebihan.

"Aku yakin, Bu. Semalam pasti Isabell tak bisa tidur," ucapnya.

Nyonya Devardo dan Isabell terpengarah.

Pedra melanjutkan, "Kau pasti menghabiskan malam yang panas dengan Fernando, kan? Lihat saja, rambutmu saja masih tampak basah begitu," ucapnya, lantas sinis.

Nyonya Devardo mengulum senyumnya lalu tertawa kecil, sedangkan Isabell tampak terdiam kesal dengan pipinya yang merona merah.

Dasar sinting! Untuk apa dia mengatakan hal itu? Bathin Isabell. Ucapan Pedra memang benar, dirinya hanya bisa tidur pukul tiga pagi setelah membuat Fernando puas di atas ranjang semalam.

Namun tak seharusnya Pedra mengatakan hal memalukan seperti itu. Apakah sebagai seorang istri, Berto tak pernah menyentuhnya? Isabell merutuki dalam hati.

"Ah, sudahlah Pedra. Jangan menggoda Isabell. Mereka baru saja menikah, jadi wajar-wajar saja." Nyonya Devardo menghentikan tawanya lalu matanya memandangi Isabell. Matanya membulat mendapati kalung berlian Isabell sudah tak nampak lagi pada leher jenjang gadis itu.

"Isabell, dimana perhiasanmu? Kenapa kau tidak mengenakannya?" tanyanya tampak antusias.

"Aku menyimpannya dengan perhiasanku yang lain," jawab Isabell acuh.

Nyonya Devardo dan Pedra saling pandang lalu tersenyum penuh misteri.

"Isabell, bagaimana bila Ibu saja yang menyimpan semua perhiasanmu, Nak? Di sini banyak pelayan yang bisa saja mencuri perhiasan itu di kamarmu," tawaran Nyonya Devardo langsung membuat Isabell menatapnya dengan kedua alisnya yang nyaris saja menyatu.

"Apa maksudmu? Aku bisa menyimpan perhiasanku sendiri," balas Isabell mulai jengah pada wanita 50 tahun di depannya itu.

Nyonya Devardo dan Pedra saling pandang sambil tersenyum tipis.

"Isabell, bila kau tinggal di Devardo House, maka kau harus menuruti semua perintahku. Cepat berikan perhiasanmu itu padaku." Nyonya Devardo menegaskan lagi.

Isabell menatapnya dengan mulutnya yang menganga.

"Kenapa kau memaksa? Aku tak akan memberikan perhiasanku kepada siapa pun!" pungkas Isabell dan segera memutar tubuhnya untuk pergi.

"Wah, lihatlah Ibu. Gadis seperti apa yang telah Fernando nikahi ini. Dia seperti Jalang yang biasa duduk di bar untuk menanti pelanggannya," cibir Pedra menghentikan langkah Isabell.

Gadis itu menoleh dengan wajahnya yang tampak marah. Tentu saja Isabell merasa tersinggung.

"Kau benar, Sayang. Dia memang Jalang yang tak tahu sopan santun," timpal Nyonya Devardo.

Mereka memberikan tatapan jijik pada Isabell. Akibatnya Isabell menjadi murka. Gadis itu segera menghampiri keduanya, tangannya terulur dan langsung menjambak rambut kecokelatan Pedra.

"Apa katamu? Beraninya kau mengatakan itu tentangku!" pekik Isabell dengan emosinya.

"Lepaskan, Jalang sialan!" Pedra mengerang.

Nyonya Devardo berusaha melerai pertingkaian keduanya.

"Isabell, Ibu, ada apa ini?" suara Fernando menghentikan mereka.

Isabell melepaskan Pedra dengan kasar, hal itu membuat Fernando sangat terkejut melihatnya. Suasana hening sejenak. Nyonya Devardo terhuyung-huyung menghampiri Fernando yang sedang berdiri agak jauh dari mereka.

"Fernando, Sayang. Isabell telah marah pada Ibu karena Ibu menawarkan diri untuk menyimpan semua perhiasannya. Pedra mencoba menasehati Isabell, namun dengan teganya istrimu itu menyakiti kami berdua," ucap Nyonya Devardo penuh penghayatan agar sandiwaranya terlihat sempurna.

Fernando menatap Isabell penuh tanya sedangkan Isabell hanya menggelengkan kepalanya, dia tak menyangka Ibu mertuanya itu begitu pandai berakting.

Pedra tak tinggal diam, dia segera menghampiri Nyonya Devardo dan Fernando dengan wajah sedihnya yang dibuat-buat. Keduanya bersandiwara dengan sangat bagus.

"Sudahlah, Bu. Fernando tak akan percaya pada kita, lagi pula mansion ini adalah miliknya. Lebih baik kita pergi saja sekarang," ucap Pedra sambil merangkul bahu Nyonya Devardo yang sedang bersandar pada dada bidang Fernando.

Isabell menatap Fernando dengan wajah melasnya, dia tak bersalah. Namun Fernando memberinya tatapan penuh kemarahan.

"Isabell, apa benar yang dikatakan Ibuku dan Kak Pedra?" tanya Fernando sedikit menekan.

Isabell menggelengkan kepalanya dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.

"Sudahlah, Fernando. Ibu tak ingin kau dan istrimu bertengkar karena Ibu. Apalah artinya wanita tua ini di hadapan kalian, kami hanya menumpang padamu, Nak." Nyonya Devardo menitikan air mata buayanya.

"Tidak, Bu. Jangan berkata seperti itu, kalian adalah keluargaku satu-satunya," ucapan Fernando sambil merangkul punggung ibunya.

Isabell sangat jengah melihatnya. Apa lagi wajah-wajah dua wanita itu yang menyebalkan.

"Isabell, cepat lakukan perintah Ibu. Berikan perhiasanmu padanya. Biarkan Ibu yang menyimpannya," perintah Fernando sambil menatap Isabell yang berdiri agak jauh darinya.

Wanita menggelengkan kepalanya, dia sangat kesal. Kenapa Fernando termakan oleh drama Ibu tirinya itu.

"Aku tak mau! Dan aku tak akan pernah menyerahkan perhiasanku kepada siapa pun!" pungkas Isabell segera pergi dengan wajah kesalnya dan kecewanya pada Fernando.

Leher Fernando memutar mengikuti langkah Isabell yang mulai menaiki anak tangga.

"Fernando, bujuklah Isabell. Jangan hiraukan Ibu, Nak," ucap Nyonya Devardo sambil menanggah pada Fernando.

Pria itu pun mengangguk. Dia segera melepaskan ibunya dan bergegas menyusul Isabell ke kamarnya. Nyonya Devardo segera menyeka kedua pipinya lalu tersenyum puas pada Pedra.

"Lihat saja, sebentar lagi pasti Isabell akan menyerahkan semua perhiasannya kepada kita," ucapnya.

"Kau sangat cerdik, Ibu. Aktingmu sangat bagus, kau pantas menerima piala Oscar tahun ini." Pedra menimpali sambil merangkul bahu Nyonya Devardo, kemudian keduanya tertawa penuh kemenangan.

Related chapters

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 3 - Drama Ibu Mertuaku

    Fernando tiba di depan pintu kamarnya yang masih terbuka lebar, mungkin Isabell memasuki kamar itu dengan emosi dan lupa menutup pintunya kembali. Langkah pantofel Fernando terayun cepat memasuki kamar seluas ruang meting di kantornya itu.Sepasang netranya mulai memindai seisi ruangan dan mendapati Isabell yang sedang duduk di tepi ranjang. Wajahnya di tekuk dengan punggungnya yang tampak bergetar. Fernando segera menghampirinya dengan cemas."Isabell, kau menangis?" tanya Fernando sambil berjongkok di depan gadis yang sangat di cintainya itu. Pendar matanya menatap sendu pada wajah Isabell yang tertunduk dan dibasahi bulir air matanya."Untuk apa kau menemuiku? Urusi saja Ibumu dan Kakakmu yang pandai bersandiwara itu," cetus Isabell dengan pendar matanya yang penuh kemarahan.Fernando menggelengkan kepalanya kemudian dia meraih sehelai tisue dari meja nakas, lantas digunakannya untuk menyeka kedua pipi istrinya yang basah. Namun dengan cepat Isabell me

    Last Updated : 2021-09-15
  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 4 - Siapa Vanessa

    Pagi itu Isabell masih berada di kamarnya. Karena insiden perhiasan kemarin dia menjadi malas untuk berbaur dengan penghuni Devardo House lainnya.Wajar saja, Nyonya Devardo sudah menyita semua perhiasannya. Bahkan berlian turun temurun dari keluarganya di ambil pula oleh wanita tua itu.Ah, Isabell mulai merasa tak nyaman tinggal di rumah suaminya itu. Terlebih Fernando justru lebih memihak pada ibu dan kakak tirinya itu daripada dirinya."Menyebalkan!" Isabell bangkit dari tepi ranjang yang ia duduki. Tungkai jenjangnya berjalan menuju jendela yang berseberangan dengan tempat tidurnya. Dipandanginya beberapa orang pelayan yang sedang memetik bunga di taman."Isabell." Fernando yang baru memasuki kamar segera memanggilnya dengan membawa wajah cemas dan heran.Isabell yang sedang bersidekap di tepi jendela hanya menoleh."Sayang, kenapa kau masih di sini? Ibu dan Kak Pedra sedang menunggumu di ruang makan untuk sarapan," ucap Fernando sembar

    Last Updated : 2021-09-16
  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 5 - Tamu Tak Diundang

    Isabell masih menatap Fernando, jawaban pria itu sangat ia butuhkan. Fernando mengulurkan tangannya dan mengusap pucuk kepala sampai ujung rambut Isabell yang berbau wangi bunga lavender. Dia cukup peka kali ini, dia mengerti apa yang ada di benak istrinya itu saat ini."Vanessa hanya teman masa kecilku. Ya, kami sangat dekat sewaktu kecil karena ayahnya yaitu Paman Nigel adalah teman baik Ayahku," ucap Fernando sambil tersenyum gemas pada Isabell yang sedang terbakar api cemburu.Isabell mengulas senyum lalu meneruskan sarapannya. Fernando sangat lega.Untung saja dia bisa bersikap tenang di depan Isabell. Dia tahu persis, istrinya itu sangatlah cemburuan. Seperti kejadian beberapa waktu lalu saat dirinya dan Isabell baru bertunangan. Fernando pernah datang ke lokasi pemotretan Isabell dan di sana ada seorang model wanita yang datang menghampirinya.Tak ada yang Fernando lakukan dengan wanita itu, mereka hanya berbincang-bincang saja. Namun ternyata hal

    Last Updated : 2021-09-16
  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 6 - Wanita Lain Di Kamar Suamiku

    Fernando dan Isabell berjalan berdampingan menuju mobil keduanya yang sedang menunggu mereka di depan teras. Hari ini Isabell ada pemotretan, dan Fernando harus berangkat ke kantor seperti biasanya. Jadi keduanya menggunakan mobil yang berbeda.Fernando melepaskan jemari Isabell perlahan sembari menghentikan langkahnya di samping mobil Limousine putih yang akan mengantarkan istrinya itu. Pria itu memandangi wajah Isabell yang sedang menatapnya. Diselipkannya anak-anak rambut Isabell ke telinga kirinya.Betapa indahnya ciptaan yang Maha Kuasa ini, Fernando mengucap syukur memiliki Isabell dalam hidupnya. Begitupun Isabell, dia sangat mencintai Fernando sebagaimana semestinya. Keduanya begitu saling menyayangi dan saling mengerti kesibukan masing-masing."Hubby, mungkin aku baru akan pulang lusa nanti. Jadwalku sangat padat minggu ini," ucap Isabell sembari menanggah pada Fernando yang jauh lebih tinggi darinya.Pria itu tersenyum manis untuknya."Aku me

    Last Updated : 2021-09-16
  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 7 - Fernando Hanya Milikku

    Fernando mulai terjaga dari tidurnya. Samar-samar telinganya menangkap suara isak tangis seseorang. Entah dirinya sedang bermimpi atau ini kenyataan, dia bergegas membuka matanya.Suara isak tangis itu terdengar semakin nyata. Fernando ingin segera bangkit, namun betapa kagetnya dia saat mendapati Vanessa yang tengah tertidur pulas sembari mendekap tubuhnya dalam selimut. Pria itu cepat-cepat bangit sembari menyingkirkan tangan Vanessa dari tubuhnya.Belum lagi Fernando meredakan rasa kagetnya, dia dikejutkan lagi dengan sosok yang tengah berdiri di seberang tempat peraduannya kini. Sepasang netranya membulat lebar."Isabell?" Fernando segera loncat dari ranjangnya dan langsung menghampiri Isabell yang tengah menangis menunggu penjelasan darinya."Isabell, kau sudah pulang? Kenapa tak mengabariku? Aku pasti akan menjemputmu," tukas Fernando sembari memegang kedua bahu mungil Isabell.Istrinya itu tak menjawab, dia menilik penampilan Fernando,

    Last Updated : 2021-09-17
  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 8 - Cinta Fernando

    Fernando berdiri di depan Isabell yang tengah terlentang pasrah di tengah ranjangnya. Sepasang nertanya menatap Fernando penuh rasa kekaguman dan gairah atas tubuh polos suaminya yang terpampang di hadapannya.Secara perlahan Fernando mulai merangkak naik ke atas ranjang. Dikecupnya lebih dulu kening istrinya itu. Keduanya saling berpandangan lebih dulu sebelum memulai percintaan dengan di awali sebuah ciuman hangat."Fernando," desah Isabell sembari merangkul punggung suaminya yang tengah berada di atas tubuh polosnya kini. Dia memberikan lebih dari apa yang Fernando inginkan darinya. Percintaan yang sangat panas, denganhasrat yang bergelora"Ahh, Isabell." Fernando mengerang saat keduanya hampir mencapi puncaknya. Tubuh keduanya pun bermandikan peluh dan menyerah lemas akan ledakkan kenikmatan yang baru saja mereka lalui.Fernando memandangi wajah lesu Isabell yang terpulai lemas di bawahnya, dikecupnya bibir istrinya itu penuh cinta. Tatapan

    Last Updated : 2021-09-17
  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 9 - Perang Dingin

    Pagi itu di ruang makan tampak beberapa pelayan wanita yang sedang nenata meja kristal berukuran panjang kali lebar di sana. Silvester tampak sedang memantau aktivitas para pelayan itu, mereka sedang meletakkan berbagai hidangan yang baru saja selesai ia masak.Ada banyak hidangan yang dimasaknya, diantaranya ada burittos, fajita, echilada, quesadilla, dan taco isian daging sapi kesukaan Fernando.Semua hidangan lezat itu menimbulkan aroma yang menggugah selera. Dan Silvester sangat puas jika para penghuni Devardo House menghabiskan semua hidangan yang dimasaknya."Pagi, Silvester," sapa Fernando yang baru saja tiba di ruang makan bersama Isabell yang tengah menggapit lengannya."Pagi, Tuan dan Nyonya Isabell. Apakah ada yang ingin saya buatkan untuk menu tambahan sarapan Anda, Tuan?" Silvester mendekap talam warna gold di dadanya.Fernando menoleh pada Isabell meminta pendapatnya. Isabell pun berbisik padanya. Silvester hanya terdiam menunggu jawa

    Last Updated : 2021-10-04
  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 10 - Jebakkan Ibu Mertuaku

    Setelah selesai sarapan Isabell mengantar Fernando menuju mobil BMW hitam yang sedang menunggunya di pelataran Devardo House. Pagi ini ada meeting penting di kantor, Fernando harus segera berangkat. Isabell membantu membawakan tas kerja suaminya."Darling, mungkin aku akan pulang agak larut malam ini. Tidurlah lebih awal, jangan menungguku." Fernando mengusap pipi licin istrinya sembari menatapnya lembut.Isabell mengangguk sembari tersenyum."Hubby, boleh aku menanyakan sesuatu padamu?" tanya Isabell kemudian."Katakanlah, Sayang." Fernando memberinya senyuman manis.Isabell tampak sedikit ragu, dia menoleh ke arah pintu rumah sebelum berkata."Hubby, kenapa Kak Pedra meminta uang padamu? Bukankah dia telah memiliki suami? Sudah sepantasnya Berto yang menafkahinya, bukan?"Fernando tersenyum mendengar pertanyaan Isabell padanya."Isabell, Kak Pedra tidak meminta uang padaku, tapi uang itu memang haknya. Sudah sejak lama jauh sebel

    Last Updated : 2021-10-05

Latest chapter

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 65 - Akhir Hidup Nyonya Devardo [END]

    Ombak berdeburan saling berkejaran di tepi laut Karibia. Angin bertiup cukup kencang sore itu. Menyibak nyiur yang melambai-lambai di tepi pantai. Tubuh tinggi kekar itu sedang berdiri di tepi pantai. Memandangi sang surya yang hampir saja terbenam. Wajahnya tampak bersedih dengan bibirnya yang bergetar-getar seolah ingin mengatakan sesuatu. Namun tampak ada keraguan dari pendar matanya.Dua tahun sudah berlalu pasca Nyonya Devardo kabur dari rumah sakit. Namun sampai saat ini wanita tua itu tak juga diketahui dimana ribanya. Entah dimana ibu tirinya itu. Fernando sangat risau memikirkannya."Hubby, apa yang sedang kau lihat? Ayo kita pulang. Bayimu terus menendang-nendang sedari tadi. Sepertinya dia mulai bosan berada di sini."Seorang wanita dengan dress selutut motif bunga datang menghampirinya. Perut wanita itu tampak membuncit di balik dress tipisnya. Tangan kanannya menenteng sepatunya, sementara wajahnya tampak menatap heran pada pria di hadapannya itu."Oh, ya? Apakah bayiku s

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 64 - Memori

    "Paman Nigel, jangan seperti itu. Aku tak enak hati melihatnya," ucap Fernando dengan tatapannya pada pria di hadapannya saat ini.Sementara Isabell dan Tuan Alfredo hanya terdiam melihatnya. Sebenarnya Vanessa sudah sangat keterlaluan, namun melihat Nigel tampak sangat memohon akhirnya Isabell tak tega pula. Dia pun meminta Fernando untuk mencabut tuntutannya akan Vanessa."Apa kau yakin, Isabell?" tanya Fernando pada Isabell. Dia tidak yakin jika Vanessa takkan mengulangi perbuatannya lagi. Namun Isabell terus meyakinkan dirinya."Aku akan membawa Vanessa kembali ke Spanyol setelah ia keluar dari penjara. Dia takkan lagi mengusik kalian. Aku janji." Nigel berkata dengan tatapan bersungguh kali ini. Dia tahu jika Vanessa memang bersalah dan tak seharusnya puterinya itu terus terobsebi pada Fernando.Mendengar ucapan tulus Nigel, akhirnya Fernando pun mengikuti permintaan Isabell. Dia mencabut tuntutannya pada Vanessa.Nigel sangat bersyukur dan berterimakasih pada Fernando dan Isabel

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 63 - Mengingat Segalanya

    Damian sedang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Kemana kaburnya ibu tirinya itu membawa Isabell? Hatinya tak bisa tenang. Sepasang matanya memindai setiap jalan yang ia lewati guna menemukan mobil CRV putih yang tadi dikemudikan oleh Nyonya Devardo.Sampai tiba di sebuah tikungan jalan. Sepasang matanya menangkap sebuah kerumunan orang di tepi jalan itu. Sepertinya telah terjadi kecelakaan tunggal, pikirnya. Namun sepertinya ia mengenal mobil yang sedang dikerumuni oleh sekumpulan orang itu. Ya, itu mobil CRV putih yang sedang dicarinya.Apa yang terjadi? Dengan perasaan cemas luar biasa Damian segera menepi. Dia lantas keluar dari mobilnya, berlari menuju kerumunan di sana. Sepasang matanya terbelalak melihat Isabell yang masih berada di dalam mobil.Dengan dibantu beberapa orang, Damian segera mengeluarkan Isabell dari mobil. Sementara Nyonya Devardo dikeluarkan juga dari sana oleh beberapa orang pria yang membantu Damian."Isabell!" Dengan perasaan panik Damian berusah

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 62 - Fakta Mengejutkan

    Mobil yang dikemudikan oleh David segera menepi agak jauh dari mobil Vanessa dan Fernando. Nyonya Devardo yang memintanya untuk menepi agak jauh dari mereka. Dia melihat Fernando yang sedang berseteru dengan Vanessa, sementara Isabell tampak sedang berjalan menuju mobilnya. Ini sangat bagus, bibir merah cabai wanita tua itu tersenyum miring.Leonard dan David segera keluar dari mobil. Mereka langsung menghampiri Isabell yang sedang berjalan seorang diri. Leonard dan David sangat lega telah menemukan Isabell. Mereka pun membujuk wanita itu untuk ikut bersama mereka kembali ke kota New York.Isabell yang sedang dilema hanya mengangguk pada dua pria di hadapannya itu. Dia menoleh sesaat pada Fernando dan Vanessa yang tampak sedang bertengkar. Isabell mengusap pipi basahnya. Sepertinya Vanessa memang lebih pantas untuk Fernando.Karena dirinya tak bisa mengingat apa pun tentang Fernando. Dia hanya jatuh cinta pada pria yang mengaku suaminya itu. Sementara dirinya juga tak tahu seperti apa

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 61 - Tamparan Keras Isabell

    Di jalan yang sama dengan jalan yang dilalui oleh mobil Vanessa. Terlihat mobil CRV putih yang sedang melaju dengan kecepatan standar. Di dalam mobil itu tampak David dan Nyonya Devardo yang sedang duduk pada bangku depan. Sementara di bangku belakang terlihat Leonard yang sedang duduk sembari melipat kedua tangannya di bawah dada.Sebenarnya Leonard tidak setuju dengan cara David yang mau saja mengikuti rencana Nyonya Devardo. Dia yakin masalah besar pasti akan segera terjadi. Wanita tua itu sedang kabur dari rumah sakit jiwa. Bisa saja Nyonya Devardo memiliki misi khusus untuk Isabell dan Damian. Lantas, bagaimana jika wanita tua itu hanya sedang memanfaatkan mereka saja.Tapi sial! David malah mau saja bekerjasama dengan wanita gila itu. Leonard sudah menasehatinya dan mengajaknya untuk kembali saja ke kota New York. Namun rekannya itu malah menolak. Bahkan David mengatakan jika dirinya tak akan kembali ke New York tanpa Senorita. Benar-benar menyebalkan! Leonard sangat kesal pada

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 60 - Kelicikan Vanessa

    Mobil Lamborghini Huracan merah yang dikemudikan oleh Fernando tampak menepi di pelataran sebuah hotel. Marvolo Hotel, tempat dimana ia akan menemui seorang Clien asal Inggris. Setelah melepaskan lingkaran seat belt dari tubuhnya, Fernando menoleh pada arloji mahal yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Rupanya sudah pukul lima sore. Hh, pasti Clien itu sudah bosan menunggu, pikirnya sembari menggelengkan kepala.Noah yang sudah berdiri di depan pelataran hotel segera menghampiri mobil Fernando. Pria itu lantas membukakan pintu mobil sport milik bosnya itu. Langkah panjang Fernando segera keluar dari pintu mobil. Noah agak membungkukkan tubuhnya pada pria itu."Silakan, Bos. Mr. Anthony sudah menunggu," ucap Noah.Fernando hanya mengangguk. Dia lantas berjalan sembari merapikan kancing jasnya. Noah dan beberapa pengawal mengapit langkah pria itu memasuki lobi hotel.Dua orang pria asal Inggris sedang berdiri di samping meja VVIP yang berada di balroom hotel. Mereka melempar sen

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 59 - Rencana Busuk Vanessa

    Setelah dirinya dan Nyonya Devardo memasuki mobil, Vanessa segera mengemudikan mobilnya meninggalkan area rumah sakit jiwa itu. Keduanya saling pandang lantas tertawa begitu puasnya. Bagaimana tidak? Karena rencana mereka akhirnya berjalan dengan mulus.Nyonya Devardo bersandar pada sandaran bangku mobil. Wanita tua itu akhirnya bisa bernapas lega sekarang. Dia memang cerdik, pikirnya memuji diri sendiri. Ekor matanya melirik pada Vanessa yang sedang mengemudikan mobil. Bibir wanita itu tersenyum miring. Hebat sekali. Vanessa mau saja membantunya untuk kabur.Nyonya Devardo menaikan sudut bibirnya tanpa memalingkan sepasang netranya dari wanita di sampingnya itu. Vanessa membantunya semata karena menginginkan Fernando. Namun dirinya takkan bisa mendapatkan pria itu. Karena Nyonya Devardo akan melenyapkan Fernando juga. Dia sangat senang karena Vanessa bodoh dan percaya saja padanya. Padahal wanita itu takkan mendapatkan apa-apa dari usahanya ini. "Kita akan ke mana, Vanessa?" tanya N

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 58 - Kabur Dari Rumah Sakit Jiwa

    Petang itu Vanessa mengunjungi Nyonya Devardo di rumah sakit jiwa. Seorang pelayan setia wanita tua itu yang mengabarinya, jika Nyonya Devardo kini telah dipindahkan ke rumah sakit jiwa yang berada di tepi puncak, tak jauh dari mansion Tuan Alfredo.Setibanya di rumah sakit jiwa yang dirinya tuju, Vanessa bergegas menemui Dokter Mirae yang menurut si pelayan adalah dokter yang menangani Nyonya Devardo pada rumah sakit tersebut.Dokter Mirae mengatakan, jika kondisi Nyonya Devardo baik-baik saja. Meski terkadang wanita itu kedapati sedang bicara sendiri, bahkan tertawa dan menangis tanpa alasan. Sebagai seorang dokter kejiwaan, Dokter Mirae cukup pandai dan mengetahui bahwasannya Nyonya Devardo hanya berpura-pura gila saja.Namun pihak kepolisian tetap saja memintanya untuk memulihkan kondisi kejiwaan wanita tua itu. Sementara Vanessa mengatakan, jika Nyonya Devardo sudah banyak mengalami guncangan jiwa selama hidupnya. Tak tanggung-tanggung wanita asal Spanyol itu membual dan mengatak

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 57 - Ancaman David

    Siang itu di kota New York, Amerika Serikat. Tuan Alfredo sedang duduk bertumpang kaki pada kursi kebesarannya. Batang cerutu terselip di antara jari tengah dan telunjuknya. Pandangannya tampak lurus pada jendela besar di hadapannya, dimana menampilkan pemandangan kota dari ketingian 20 meter dimana ruangannya berada saat ini.Batang cerutu itu mengepulkan asap tipis ke udara. Gaston dan beberapa bodyguard masih berdiri di hadapan meja kerja Tuan Alfredo. Namun pria 50 tahun itu tak juga memutar kursinya guna menghadap pada mereka, setelah kabar kurang baik yang baru saja dirinya sampaikan.Sepertinya Tuan Alfredo sangat kecewa saat ini. Bagaimana tidak, mereka sudah jauh-jauh datang dari Meksiko untuk meringkus David dan Leonard, namun ternyata rencana mereka gagal begitu saja.Benar, David dan Leonard tak ditemukan pada unit apartemennya saat Gaston dan beberapa bodyguard menyatroni tempat itu. Entah kemana dua bajingan itu kabur. Dan siapa yang sudah membantunya? Ini merupakan hal

DMCA.com Protection Status