Beranda / Romansa / Menantu Bungsu Nyonya Devardo / Chapter 4 - Siapa Vanessa

Share

Chapter 4 - Siapa Vanessa

Penulis: Dewa Amour
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-16 10:43:05

Pagi itu Isabell masih berada di kamarnya. Karena insiden perhiasan kemarin dia menjadi malas untuk berbaur dengan penghuni Devardo House lainnya.

Wajar saja, Nyonya Devardo sudah menyita semua perhiasannya. Bahkan berlian turun temurun dari keluarganya di ambil pula oleh wanita tua itu.

Ah, Isabell mulai merasa tak nyaman tinggal di rumah suaminya itu. Terlebih Fernando justru lebih memihak pada ibu dan kakak tirinya itu daripada dirinya.

"Menyebalkan!" Isabell bangkit dari tepi ranjang yang ia duduki. Tungkai jenjangnya berjalan menuju jendela yang berseberangan dengan tempat tidurnya. Dipandanginya beberapa orang pelayan yang sedang memetik bunga di taman.

"Isabell." Fernando yang baru memasuki kamar segera memanggilnya dengan membawa wajah cemas dan heran.

Isabell yang sedang bersidekap di tepi jendela hanya menoleh.

"Sayang, kenapa kau masih di sini? Ibu dan Kak Pedra sedang menunggumu di ruang makan untuk sarapan," ucap Fernando sembari berjalan mendekat pada wanita dengan dress selutut tali kecil motif bunga di sana.

Isabell memutar tubuhnya kembali memandangi luar jendela.

"Aku tak ingin turun untuk sarapan. Aku tak lapar," tukas Isabell terdengar abai dan sedikit emosi.

Fernando segera mendekapnya dari belakang. Kedua tangannya di biarkan melingkar pada pinggang ramping istrinya itu, membuat Isabell sedikit terperanjak

"Isabell, apakah kau masih marah pada Ibu dan Kak Pedra?" bisik Fernando lalu mengecup bahu wanita itu dengan lembut.

Isabell memejamkan matanya menahan gejolak yang ada. Antara rasa kesalnya pada Nyonya Devardo dan rasa cintanya pada Fernando. Keduanya terasa imbang dan sulit untuk di bedakan.

"Isabell, aku minta maaf padamu. Tolong maafkan Ibuku dan lupakanlah semuanya," lanjut Fernando.

Kedua tangannya memegang kedua bahu Isabell, lantas memutar tubuh istrinya itu agar menghadap padanya. Isabell berbalik sembari memalingkan wajahnya ke lain arah. Dia tak ingin bertemu pandang dengan sepasang manik Fernando. Dia takut tak bisa menolaknya, apa pun permintaan suaminya itu.

"Isabell, lihat diriku." Fernando menatap Isabell dengan lembut, namun istrinya itu seperti tak mau menatapnya. Dia pun mengangkat dagu Isabell dengan telunjuknya. Isabell masih terdiam dan tak ingin menatap pendar matanya yang dipenuhi kecemasan.

"Hentikan, Fernando." Isabell menepis tangan pria itu darinya. Namun Fernando kembali dengan menangkup wajah Isabell menggunakan kedua telapak tangannya.

Mau tak mau Isabell pun menatapnya. Pendar matanya sangat jenuh dan lelah. Fernando dapat membaca isi hatinya dari sana.

"Aku minta maaf karena sudah membuatmu sedih. Tetapi aku mohon Isabell, jangan seperti ini. Ayo kita turun dan sarapan. Setelah itu aku akan mengajakmu untuk membeli perhiasan, seberapa banyak yang kau inginkan." Fernando menunjukan wajah penuh penyesalan.

Namun Isabell hanya menggelengkan kepalanya. Kenapa Fernando tak juga peka padanya, pikirnya kesal.

"Fernando, apakah perhiasan yang akan kau belikan itu dapat mengobati rasa sakitku?" Isabell menatapnya dengan manik yang sudah berkabut. Ada air mata yang ingin segera ia tumpahkan. Fernando menatapnya dalam-dalam.

"Kau pikir aku akan baik-baik saja setelah kau belikan perhiasan yang baru untukku? Tidak, Fernando. Masalahnya bukan ada pada perhiasan yang mereka rampas dariku, tapi kau. Kau yang menjadi masalahnya," lanjut Isabell kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dengan bahunya yang bergetar hebat.

Fernando segera meraih kedua bahu mungil itu ke dalam pelukannya.

"Jangan menangis, Isabell. Kumohon," lirih Fernando semakin erat merengkuh tubuhnya.

Isabell mendongkak padanya lalu berkata, "Kenapa kau tak percaya padaku? Mereka menghinaku, mengatakan hal buruk tentang diriku. Tapi kau tetap membela mereka, dan memintaku untuk mengalah pada mereka. Aku tak ingin berada di sini. Aku ingin pulang, Fernando." Isabell memukul-mukul dada bidang suaminya itu dengan tangisnya yang menjadi-jadi.

"Dengar, Isabell. Aku tidak membela siapa pun. Kau istriku dan mereka adalah keluargaku. Aku mencintai kalian semua. Tolong jangan membuatku berada pada posisi yang sulit." Fernando melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu Isabell sembari menatapnya penuh cinta.

"Aku sangat mencintaimu, Isabell. Kau segalanya bagiku, namun Ibuku dan Kak Pedra adalah tanggung jawabku juga. Aku mohon kau bisa mengerti." Fernando kembali menarik Isabell ke dalam pelukannya.

Isabell membalas pelukan itu dengan membenamkan wajahnya pada dada bidang Fernando. Dia merasakan ada kegelisahan yang besar di dalam hati suaminya, debaran jantungnya menegaskan segalanya. Kedua tangan Isabell merengkuh punggung Fernando sangat erat. Tentram dan damai ia rasakan. Hatinya mulai merasa tenang.

 

***

Sementara itu di ruang makan yang ada di lantai dasar Devardo House. Tampak Silvester sedang melayani Nyonya Devardo, Pedra, dan Berto yang sedang menikmati sarapannya.

Silvester adalah pria berusia 47 tahun yang mendedikasikan dirinya untuk melayani keluarga Devardo setelah ayahnya yang lebih dulu menjadi juru masak di keluarga Devardo menutup usia.

Pria dengan postur tubuh tunggi dan sedikit gemuk itu sangat pandai membuat masakan. Tentu saja Silvester banyak belajar dari ayahnya. Dia sangat paham dengan selera dan makanan apa saja yang disukai oleh semua penghuni Devardo House.

"Dimana jalang itu? Aku tak melihatnya pagi ini," ucap Pedra sembari memegang sendok dan garpu yang baru saja Silvester berikan padanya.

"Mungkin dia marah pada kita dan tak berani turun dari kamarnya," jawab Nyonya Devardo sembari tersenyum tipis.

Pedra menaikan kedua alisnya sembari tersenyum miring.

"Baguslah. Kita harus membuatnya tertindas di sini, Bu. Atau kita yang akan tertindas olehnya," cetus Pedra sambil membulatkan matanya pada Nyonya Devardo.

"Kau benar, Sayang. Aku takkan membiarkan Isabell mengendalikan Fernando. Putera Armando Devardo itu adalah pionku. Aku yang memegang seluruh kendalinya," tegas Nyonya Devardo.

"Tapi, Bu. Kenapa kita tidak bunuh saja Fernando? Aku sangat muak padanya dan selalu meminta uang padanya. Jika Fernando meninggal pasti akan lebih baik karena kita memiliki seluruh hartanya, bukan?" Pedra meraih gelas air putihnya dan segera menyesapnya sampai setengah tandas.

"Bodoh. Bila Fernando meninggal lantas siapa yang akan mengurus kantor? Kau dan Berto sama sekali tak bisa diandalkan." Nyonya Devardo mencibir lalu mulai menikmati hidangan di meja.

Pedra menoleh pada Berto, dan suaminya itu hanya menaikan kedua bahunya dengan wajah bodohnya.

"Maksud Ibu, aku dan Berto tidak becus mengurus kantor, begitu?" Pedra memasang wajah kesalnya sembari menatap tegas pada Nyonya Devardo.

"Ya. Kalian payah dan tidak bisa diandalkan. Kantor besar itu membutuhkan Fernando. Jadi biarkan saja dia tetap hidup dan menghasilkan uang untuk kita." Nyonya Devardo tersenyum licik sambil menatap Pedra.

Wanita itu membalasnya dengan senyuman licik pula.

"Wah hebat, Bu. Kau membuat Fernando seperti seekor keledai yang harus terus bekerja untuk kita sampai dia mati," ucap Pedra lalu tertawa sambil menepuk bahu Berto yang duduk di sampingnya.

Pria itu menjadi tersedak akibat ulahnya.

Nyonya Devardo pun ikut tertawa dengan puasnya sampai akhirnya sepasang matanya mendapati Isabell dan Fernando yang baru saja menuruni anak tangga. Keduanya sedang menuju pada mereka.

"Sssttt ... hentikan suaramu, Pedra." Nyonya Devardo menaruh telunjuknya di bibirnya sambil menatap Pedra dengan tajam. Puterinya itu segera menghentikan tawanya dan menikmati sarapannya dengan santai.

"Pagi, Bu." Fernando mengecup pucuk kepala Nyonya Devardo yang sedang duduk sambil tersenyum menyambutnya.

"Pagi, Tampan. Ayo duduklah, ajak Isabell untuk sarapan," ucapnya terdengar sangat manis.

Isabell memutar bola matanya jengah. Dasar ratu drama! Rutuknya dalam hati.

Fernando mengangguk dan segera menggiring Isabell untuk duduk berseberangan dengan Pedra dan Berto. Keduanya tersenyum manis pada mereka, namun Isabell segera memalingkan wajahnya, lantas mendaratkan bokongnya pada bangku di samping Fernando.

"Fernando, apa kau masih ingat dengan Vanessa?" Nyonya Devardo membuka perbincangan sambil menoleh pada pria tampan yang duduk di sebelah kirinya.

"Vanessa puterinya Paman Nigel?" Fernando berbalik bertanya.

Isabell dan yang lain hanya menyimak sembari menikmati hidangan di meja.

"Ya. Vanessa telah kembali setelah sepuluh tahun berada di Spanyol.

Dan dia terus meneleponku untuk menanyakanmu, Fernando." Nyonya Devardo mengatakannya dengan penuh semangat dan tampak sangat senang.

Isabell mulai menaruh curiga dengan arah perbincangan ini. Wanita beracun itu pasti sedang merencanakan sesuatu, pikirnya.

"Maksud Ibu? Untuk apa dia menanyakanku?" Fernando tampak acuh sembari menikmati sarapannya bersama Isabell.

Nyonya Devardo tersenyum miring lantas berkata, "Tentu saja Vanessa masih mencintaimu, dan dia ingin bertemu denganmu lagi, Fernando."

Isabell sampai terbatuk-batuk mendengar ucapan Nyonya Devardo barusan. Dia menoleh dengan tatapan tajam yang dipenuhi tanda tanya pada Fernando.

Ada hubungan apa Fernando dengan gadis bernama Vanessa itu? Isabell sungguh penasaran. Dan rasa penasarannya itu bisa saja membakar seluruh Devardo House saat ini juga.

Bab terkait

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 5 - Tamu Tak Diundang

    Isabell masih menatap Fernando, jawaban pria itu sangat ia butuhkan. Fernando mengulurkan tangannya dan mengusap pucuk kepala sampai ujung rambut Isabell yang berbau wangi bunga lavender. Dia cukup peka kali ini, dia mengerti apa yang ada di benak istrinya itu saat ini."Vanessa hanya teman masa kecilku. Ya, kami sangat dekat sewaktu kecil karena ayahnya yaitu Paman Nigel adalah teman baik Ayahku," ucap Fernando sambil tersenyum gemas pada Isabell yang sedang terbakar api cemburu.Isabell mengulas senyum lalu meneruskan sarapannya. Fernando sangat lega.Untung saja dia bisa bersikap tenang di depan Isabell. Dia tahu persis, istrinya itu sangatlah cemburuan. Seperti kejadian beberapa waktu lalu saat dirinya dan Isabell baru bertunangan. Fernando pernah datang ke lokasi pemotretan Isabell dan di sana ada seorang model wanita yang datang menghampirinya.Tak ada yang Fernando lakukan dengan wanita itu, mereka hanya berbincang-bincang saja. Namun ternyata hal

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 6 - Wanita Lain Di Kamar Suamiku

    Fernando dan Isabell berjalan berdampingan menuju mobil keduanya yang sedang menunggu mereka di depan teras. Hari ini Isabell ada pemotretan, dan Fernando harus berangkat ke kantor seperti biasanya. Jadi keduanya menggunakan mobil yang berbeda.Fernando melepaskan jemari Isabell perlahan sembari menghentikan langkahnya di samping mobil Limousine putih yang akan mengantarkan istrinya itu. Pria itu memandangi wajah Isabell yang sedang menatapnya. Diselipkannya anak-anak rambut Isabell ke telinga kirinya.Betapa indahnya ciptaan yang Maha Kuasa ini, Fernando mengucap syukur memiliki Isabell dalam hidupnya. Begitupun Isabell, dia sangat mencintai Fernando sebagaimana semestinya. Keduanya begitu saling menyayangi dan saling mengerti kesibukan masing-masing."Hubby, mungkin aku baru akan pulang lusa nanti. Jadwalku sangat padat minggu ini," ucap Isabell sembari menanggah pada Fernando yang jauh lebih tinggi darinya.Pria itu tersenyum manis untuknya."Aku me

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 7 - Fernando Hanya Milikku

    Fernando mulai terjaga dari tidurnya. Samar-samar telinganya menangkap suara isak tangis seseorang. Entah dirinya sedang bermimpi atau ini kenyataan, dia bergegas membuka matanya.Suara isak tangis itu terdengar semakin nyata. Fernando ingin segera bangkit, namun betapa kagetnya dia saat mendapati Vanessa yang tengah tertidur pulas sembari mendekap tubuhnya dalam selimut. Pria itu cepat-cepat bangit sembari menyingkirkan tangan Vanessa dari tubuhnya.Belum lagi Fernando meredakan rasa kagetnya, dia dikejutkan lagi dengan sosok yang tengah berdiri di seberang tempat peraduannya kini. Sepasang netranya membulat lebar."Isabell?" Fernando segera loncat dari ranjangnya dan langsung menghampiri Isabell yang tengah menangis menunggu penjelasan darinya."Isabell, kau sudah pulang? Kenapa tak mengabariku? Aku pasti akan menjemputmu," tukas Fernando sembari memegang kedua bahu mungil Isabell.Istrinya itu tak menjawab, dia menilik penampilan Fernando,

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 8 - Cinta Fernando

    Fernando berdiri di depan Isabell yang tengah terlentang pasrah di tengah ranjangnya. Sepasang nertanya menatap Fernando penuh rasa kekaguman dan gairah atas tubuh polos suaminya yang terpampang di hadapannya.Secara perlahan Fernando mulai merangkak naik ke atas ranjang. Dikecupnya lebih dulu kening istrinya itu. Keduanya saling berpandangan lebih dulu sebelum memulai percintaan dengan di awali sebuah ciuman hangat."Fernando," desah Isabell sembari merangkul punggung suaminya yang tengah berada di atas tubuh polosnya kini. Dia memberikan lebih dari apa yang Fernando inginkan darinya. Percintaan yang sangat panas, denganhasrat yang bergelora"Ahh, Isabell." Fernando mengerang saat keduanya hampir mencapi puncaknya. Tubuh keduanya pun bermandikan peluh dan menyerah lemas akan ledakkan kenikmatan yang baru saja mereka lalui.Fernando memandangi wajah lesu Isabell yang terpulai lemas di bawahnya, dikecupnya bibir istrinya itu penuh cinta. Tatapan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 9 - Perang Dingin

    Pagi itu di ruang makan tampak beberapa pelayan wanita yang sedang nenata meja kristal berukuran panjang kali lebar di sana. Silvester tampak sedang memantau aktivitas para pelayan itu, mereka sedang meletakkan berbagai hidangan yang baru saja selesai ia masak.Ada banyak hidangan yang dimasaknya, diantaranya ada burittos, fajita, echilada, quesadilla, dan taco isian daging sapi kesukaan Fernando.Semua hidangan lezat itu menimbulkan aroma yang menggugah selera. Dan Silvester sangat puas jika para penghuni Devardo House menghabiskan semua hidangan yang dimasaknya."Pagi, Silvester," sapa Fernando yang baru saja tiba di ruang makan bersama Isabell yang tengah menggapit lengannya."Pagi, Tuan dan Nyonya Isabell. Apakah ada yang ingin saya buatkan untuk menu tambahan sarapan Anda, Tuan?" Silvester mendekap talam warna gold di dadanya.Fernando menoleh pada Isabell meminta pendapatnya. Isabell pun berbisik padanya. Silvester hanya terdiam menunggu jawa

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-04
  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 10 - Jebakkan Ibu Mertuaku

    Setelah selesai sarapan Isabell mengantar Fernando menuju mobil BMW hitam yang sedang menunggunya di pelataran Devardo House. Pagi ini ada meeting penting di kantor, Fernando harus segera berangkat. Isabell membantu membawakan tas kerja suaminya."Darling, mungkin aku akan pulang agak larut malam ini. Tidurlah lebih awal, jangan menungguku." Fernando mengusap pipi licin istrinya sembari menatapnya lembut.Isabell mengangguk sembari tersenyum."Hubby, boleh aku menanyakan sesuatu padamu?" tanya Isabell kemudian."Katakanlah, Sayang." Fernando memberinya senyuman manis.Isabell tampak sedikit ragu, dia menoleh ke arah pintu rumah sebelum berkata."Hubby, kenapa Kak Pedra meminta uang padamu? Bukankah dia telah memiliki suami? Sudah sepantasnya Berto yang menafkahinya, bukan?"Fernando tersenyum mendengar pertanyaan Isabell padanya."Isabell, Kak Pedra tidak meminta uang padaku, tapi uang itu memang haknya. Sudah sejak lama jauh sebel

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-05
  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 11 - Kemarahan Fernando

    Dengan perasaan bercampur aduk antara kesal dan cemas Isabell terus berusaha mengejar langkah panjang Fernando yang sedang berjalan menuju kamarnya. Isabell merutuki dirinya dalam hati, kenapa dia sangat bodoh sampai bisa masuk ke dalam perangkap yang telah Nyonya Devardo dan Pedra buat.Sekarang dia sangat kerakutan dan cemas jika Fernando tak mau mendengarkan penjelasannya. Fernando tampak sangat kecewa, itu yang dilihat Isabell pada wajah suaminya tadi.Tidak, ini tak boleh terjadi! Dia tak bisa membiarkan Fernando salah paham padanya. Dia harus menjelaskan semuanya, jika dirinya telah dijebak.Isabell tiba di kamarnya, dia melihat Fernando yang sedang berdiri menghadap jendela besar di sebelah kiri kamarnya. Pandangan pria itu tampak lurus ke depan dengan kedua tangannya yang masing-masing berada di saku celana kainnya.Jantung Isabell berdegup kencang. Fernando pasti sedang sangat marah padanya, pikirnya.Dengan tubuh gemetaran dan tangannya y

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-11
  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 12 - Pria Bajingan

    Cuaca sore itu sangat cerah, angin sepoy-sepoy bertiupan di taman menerpa tangkai-tangkai Lily yang sedang bermekaran dan mengoyangkan dahan-dahan kecil Jacaranda yang sedang berbunga lebat.Benar, musim dingin telah berakhir dan musim semi telah tiba. Di Mexico City, khususnya, musim semi di tandai dengan berbunganya pohon-pohon Jacaranda yang mayoritas ditanam di sepanjang jalan-jalan utama di kota ini.Pada saat musim semi seperti sekarang ini, jalan-jalan protokol di Mexico City dipenuhi warna ungu, cantik sekali.Ketika melihat bunga-bunga Jacaranda bermekaran, mungkin yang terlintas di benak kita adalah musim bunga di Jepang yang dipenuhi dengan Sakura dimana-mana. Ya, sepintas Jacaranda memang mirip dengan Sakura.Nyonya Devardo dan Pedra sedang duduk di taman. Keduanya tampak sedang asik berbincang-bincang sembari menikmati udara sore ditemani dua gelas Tequila.Tequila adalah minuman yang berasal dari daerah Tequila, Guadalajara sebelah ba

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-13

Bab terbaru

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 65 - Akhir Hidup Nyonya Devardo [END]

    Ombak berdeburan saling berkejaran di tepi laut Karibia. Angin bertiup cukup kencang sore itu. Menyibak nyiur yang melambai-lambai di tepi pantai. Tubuh tinggi kekar itu sedang berdiri di tepi pantai. Memandangi sang surya yang hampir saja terbenam. Wajahnya tampak bersedih dengan bibirnya yang bergetar-getar seolah ingin mengatakan sesuatu. Namun tampak ada keraguan dari pendar matanya.Dua tahun sudah berlalu pasca Nyonya Devardo kabur dari rumah sakit. Namun sampai saat ini wanita tua itu tak juga diketahui dimana ribanya. Entah dimana ibu tirinya itu. Fernando sangat risau memikirkannya."Hubby, apa yang sedang kau lihat? Ayo kita pulang. Bayimu terus menendang-nendang sedari tadi. Sepertinya dia mulai bosan berada di sini."Seorang wanita dengan dress selutut motif bunga datang menghampirinya. Perut wanita itu tampak membuncit di balik dress tipisnya. Tangan kanannya menenteng sepatunya, sementara wajahnya tampak menatap heran pada pria di hadapannya itu."Oh, ya? Apakah bayiku s

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 64 - Memori

    "Paman Nigel, jangan seperti itu. Aku tak enak hati melihatnya," ucap Fernando dengan tatapannya pada pria di hadapannya saat ini.Sementara Isabell dan Tuan Alfredo hanya terdiam melihatnya. Sebenarnya Vanessa sudah sangat keterlaluan, namun melihat Nigel tampak sangat memohon akhirnya Isabell tak tega pula. Dia pun meminta Fernando untuk mencabut tuntutannya akan Vanessa."Apa kau yakin, Isabell?" tanya Fernando pada Isabell. Dia tidak yakin jika Vanessa takkan mengulangi perbuatannya lagi. Namun Isabell terus meyakinkan dirinya."Aku akan membawa Vanessa kembali ke Spanyol setelah ia keluar dari penjara. Dia takkan lagi mengusik kalian. Aku janji." Nigel berkata dengan tatapan bersungguh kali ini. Dia tahu jika Vanessa memang bersalah dan tak seharusnya puterinya itu terus terobsebi pada Fernando.Mendengar ucapan tulus Nigel, akhirnya Fernando pun mengikuti permintaan Isabell. Dia mencabut tuntutannya pada Vanessa.Nigel sangat bersyukur dan berterimakasih pada Fernando dan Isabel

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 63 - Mengingat Segalanya

    Damian sedang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Kemana kaburnya ibu tirinya itu membawa Isabell? Hatinya tak bisa tenang. Sepasang matanya memindai setiap jalan yang ia lewati guna menemukan mobil CRV putih yang tadi dikemudikan oleh Nyonya Devardo.Sampai tiba di sebuah tikungan jalan. Sepasang matanya menangkap sebuah kerumunan orang di tepi jalan itu. Sepertinya telah terjadi kecelakaan tunggal, pikirnya. Namun sepertinya ia mengenal mobil yang sedang dikerumuni oleh sekumpulan orang itu. Ya, itu mobil CRV putih yang sedang dicarinya.Apa yang terjadi? Dengan perasaan cemas luar biasa Damian segera menepi. Dia lantas keluar dari mobilnya, berlari menuju kerumunan di sana. Sepasang matanya terbelalak melihat Isabell yang masih berada di dalam mobil.Dengan dibantu beberapa orang, Damian segera mengeluarkan Isabell dari mobil. Sementara Nyonya Devardo dikeluarkan juga dari sana oleh beberapa orang pria yang membantu Damian."Isabell!" Dengan perasaan panik Damian berusah

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 62 - Fakta Mengejutkan

    Mobil yang dikemudikan oleh David segera menepi agak jauh dari mobil Vanessa dan Fernando. Nyonya Devardo yang memintanya untuk menepi agak jauh dari mereka. Dia melihat Fernando yang sedang berseteru dengan Vanessa, sementara Isabell tampak sedang berjalan menuju mobilnya. Ini sangat bagus, bibir merah cabai wanita tua itu tersenyum miring.Leonard dan David segera keluar dari mobil. Mereka langsung menghampiri Isabell yang sedang berjalan seorang diri. Leonard dan David sangat lega telah menemukan Isabell. Mereka pun membujuk wanita itu untuk ikut bersama mereka kembali ke kota New York.Isabell yang sedang dilema hanya mengangguk pada dua pria di hadapannya itu. Dia menoleh sesaat pada Fernando dan Vanessa yang tampak sedang bertengkar. Isabell mengusap pipi basahnya. Sepertinya Vanessa memang lebih pantas untuk Fernando.Karena dirinya tak bisa mengingat apa pun tentang Fernando. Dia hanya jatuh cinta pada pria yang mengaku suaminya itu. Sementara dirinya juga tak tahu seperti apa

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 61 - Tamparan Keras Isabell

    Di jalan yang sama dengan jalan yang dilalui oleh mobil Vanessa. Terlihat mobil CRV putih yang sedang melaju dengan kecepatan standar. Di dalam mobil itu tampak David dan Nyonya Devardo yang sedang duduk pada bangku depan. Sementara di bangku belakang terlihat Leonard yang sedang duduk sembari melipat kedua tangannya di bawah dada.Sebenarnya Leonard tidak setuju dengan cara David yang mau saja mengikuti rencana Nyonya Devardo. Dia yakin masalah besar pasti akan segera terjadi. Wanita tua itu sedang kabur dari rumah sakit jiwa. Bisa saja Nyonya Devardo memiliki misi khusus untuk Isabell dan Damian. Lantas, bagaimana jika wanita tua itu hanya sedang memanfaatkan mereka saja.Tapi sial! David malah mau saja bekerjasama dengan wanita gila itu. Leonard sudah menasehatinya dan mengajaknya untuk kembali saja ke kota New York. Namun rekannya itu malah menolak. Bahkan David mengatakan jika dirinya tak akan kembali ke New York tanpa Senorita. Benar-benar menyebalkan! Leonard sangat kesal pada

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 60 - Kelicikan Vanessa

    Mobil Lamborghini Huracan merah yang dikemudikan oleh Fernando tampak menepi di pelataran sebuah hotel. Marvolo Hotel, tempat dimana ia akan menemui seorang Clien asal Inggris. Setelah melepaskan lingkaran seat belt dari tubuhnya, Fernando menoleh pada arloji mahal yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Rupanya sudah pukul lima sore. Hh, pasti Clien itu sudah bosan menunggu, pikirnya sembari menggelengkan kepala.Noah yang sudah berdiri di depan pelataran hotel segera menghampiri mobil Fernando. Pria itu lantas membukakan pintu mobil sport milik bosnya itu. Langkah panjang Fernando segera keluar dari pintu mobil. Noah agak membungkukkan tubuhnya pada pria itu."Silakan, Bos. Mr. Anthony sudah menunggu," ucap Noah.Fernando hanya mengangguk. Dia lantas berjalan sembari merapikan kancing jasnya. Noah dan beberapa pengawal mengapit langkah pria itu memasuki lobi hotel.Dua orang pria asal Inggris sedang berdiri di samping meja VVIP yang berada di balroom hotel. Mereka melempar sen

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 59 - Rencana Busuk Vanessa

    Setelah dirinya dan Nyonya Devardo memasuki mobil, Vanessa segera mengemudikan mobilnya meninggalkan area rumah sakit jiwa itu. Keduanya saling pandang lantas tertawa begitu puasnya. Bagaimana tidak? Karena rencana mereka akhirnya berjalan dengan mulus.Nyonya Devardo bersandar pada sandaran bangku mobil. Wanita tua itu akhirnya bisa bernapas lega sekarang. Dia memang cerdik, pikirnya memuji diri sendiri. Ekor matanya melirik pada Vanessa yang sedang mengemudikan mobil. Bibir wanita itu tersenyum miring. Hebat sekali. Vanessa mau saja membantunya untuk kabur.Nyonya Devardo menaikan sudut bibirnya tanpa memalingkan sepasang netranya dari wanita di sampingnya itu. Vanessa membantunya semata karena menginginkan Fernando. Namun dirinya takkan bisa mendapatkan pria itu. Karena Nyonya Devardo akan melenyapkan Fernando juga. Dia sangat senang karena Vanessa bodoh dan percaya saja padanya. Padahal wanita itu takkan mendapatkan apa-apa dari usahanya ini. "Kita akan ke mana, Vanessa?" tanya N

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 58 - Kabur Dari Rumah Sakit Jiwa

    Petang itu Vanessa mengunjungi Nyonya Devardo di rumah sakit jiwa. Seorang pelayan setia wanita tua itu yang mengabarinya, jika Nyonya Devardo kini telah dipindahkan ke rumah sakit jiwa yang berada di tepi puncak, tak jauh dari mansion Tuan Alfredo.Setibanya di rumah sakit jiwa yang dirinya tuju, Vanessa bergegas menemui Dokter Mirae yang menurut si pelayan adalah dokter yang menangani Nyonya Devardo pada rumah sakit tersebut.Dokter Mirae mengatakan, jika kondisi Nyonya Devardo baik-baik saja. Meski terkadang wanita itu kedapati sedang bicara sendiri, bahkan tertawa dan menangis tanpa alasan. Sebagai seorang dokter kejiwaan, Dokter Mirae cukup pandai dan mengetahui bahwasannya Nyonya Devardo hanya berpura-pura gila saja.Namun pihak kepolisian tetap saja memintanya untuk memulihkan kondisi kejiwaan wanita tua itu. Sementara Vanessa mengatakan, jika Nyonya Devardo sudah banyak mengalami guncangan jiwa selama hidupnya. Tak tanggung-tanggung wanita asal Spanyol itu membual dan mengatak

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 57 - Ancaman David

    Siang itu di kota New York, Amerika Serikat. Tuan Alfredo sedang duduk bertumpang kaki pada kursi kebesarannya. Batang cerutu terselip di antara jari tengah dan telunjuknya. Pandangannya tampak lurus pada jendela besar di hadapannya, dimana menampilkan pemandangan kota dari ketingian 20 meter dimana ruangannya berada saat ini.Batang cerutu itu mengepulkan asap tipis ke udara. Gaston dan beberapa bodyguard masih berdiri di hadapan meja kerja Tuan Alfredo. Namun pria 50 tahun itu tak juga memutar kursinya guna menghadap pada mereka, setelah kabar kurang baik yang baru saja dirinya sampaikan.Sepertinya Tuan Alfredo sangat kecewa saat ini. Bagaimana tidak, mereka sudah jauh-jauh datang dari Meksiko untuk meringkus David dan Leonard, namun ternyata rencana mereka gagal begitu saja.Benar, David dan Leonard tak ditemukan pada unit apartemennya saat Gaston dan beberapa bodyguard menyatroni tempat itu. Entah kemana dua bajingan itu kabur. Dan siapa yang sudah membantunya? Ini merupakan hal

DMCA.com Protection Status