Isabell masih menatap Fernando, jawaban pria itu sangat ia butuhkan. Fernando mengulurkan tangannya dan mengusap pucuk kepala sampai ujung rambut Isabell yang berbau wangi bunga lavender. Dia cukup peka kali ini, dia mengerti apa yang ada di benak istrinya itu saat ini.
"Vanessa hanya teman masa kecilku. Ya, kami sangat dekat sewaktu kecil karena ayahnya yaitu Paman Nigel adalah teman baik Ayahku," ucap Fernando sambil tersenyum gemas pada Isabell yang sedang terbakar api cemburu.Isabell mengulas senyum lalu meneruskan sarapannya. Fernando sangat lega.Untung saja dia bisa bersikap tenang di depan Isabell. Dia tahu persis, istrinya itu sangatlah cemburuan. Seperti kejadian beberapa waktu lalu saat dirinya dan Isabell baru bertunangan. Fernando pernah datang ke lokasi pemotretan Isabell dan di sana ada seorang model wanita yang datang menghampirinya.Tak ada yang Fernando lakukan dengan wanita itu, mereka hanya berbincang-bincang saja. Namun ternyata hal itu membuat Isabell sangat marah. Bahkan Isabell sampai menyerang Model itu dengan emosinya. Bukan hanya itu, Fernando sampai mati-matian membujuk Isabell kemudian.Sejak itu Fernando tak mau lagi mencari masalah dengan melakukan sesuatu yang bisa memicu kecemburuan Isabell. Namun hal itu tidak membuatnya merasa terkekam atau sebagainya, justru dirinya semakin mencintai Isabell, dan merasa sangat dicintai olehnya pula."Hanya teman kecil? Ho, apakah kau lupa, Fernando. Jika kau dan Vanessa pernah menjalin hubungan cinta sewaktu kalian masih duduk di bangku SMU. Bahkan kalian pernah bermalam bersama di peternakan Ayah, bukan?" Pedra tiba-tiba menyela dengan niatnya untuk memanas-manasi hati Isabell.Mendengar hal itu Isabell sangat kaget dan langsung menoleh tegas pada Fernando. Dan pria itu segera menggelengkan kepalanya."Kak Pedra, apa yang kau bicarakan? Aku dan Vanessa hanya berteman, dan hubungan yang pernah kami jalani hanya ikatan yang terjalin karena persahabatan saja," jelas Fernando yang mulai cemas jika Isabell termakan oleh ucapan Kakak tirinya itu."Oh, iya?" cibir Pedra sambil tersenyum remeh dan kembali menikmati sarapannya."Ya," pungkas Fernando kemudian beralih pada Isabell,"aku dan Vanessa hanya teman kecil, tak lebih. Percayalah, Isabell." Fernando meraih jemari Isabell yang ada di meja lantas mengecupnya lembut. Namun Isabell tak mudah percaya begitu saja. Itu dapat dilihat Fernando dari pendar mata istrinya itu."Ya, kalian memang hanya teman kecil. Namun Vanessa sangat mengharapkanmu, Fernando." Nyonya Devardo mulai memantik api lagi. Fernando menatapnya bosan lantas berkata, "Hentikan, Bu. Kumohon,"Nyonya Devardo mengangguk sambil tersenyum tipis. Dia kembali menikmati sarapannya. Pedra tersenyum sinis menatap Isabell yang sedang dibujuk oleh Fernando.Pria itu tampak sangat memanjakan istrinya itu. Pedra sangat muak melihatnya. Pagi ini rencananya sudah gagal, tapi mungkin dia bisa mencobanya lagi, pikirnya sembari menaikan sudut bibirnya."Pagi, semuanya." suara seorang wanita mengagetkan semuanya.Fernando yang menoleh lebih dulu sampai membulatkan pupil netranya mengetahui siapa yang datang. Sedangkan Isabell hanya mengamati wanita yang sedang memasang senyumnya sembari berjalan menuju meja makan. Semuanya pun berdiri."Vanessa? Astaga. Aku sangat senang kau datang ke Devardo House." Nyonya Devardo segera lengser dari kursinya dan gegas menghampiri wanita yang bernama Vanessa itu."Astaga, Vanessa! Kau sangat cantik sekarang!" Pedra yang tak ingin ketinggalan segera menyusul Nyonya Devardo untuk menghampiri Vanessa. Hanya Isabell yang masih terdiam lalu menoleh pada Fernando. Pendar matanya dipenuhi tanda tanya yang menyudutkan suaminya itu. Namun Fernando hanya memberinya sebuah senyuman manis."Fernando, ayo kemarilah, Nak. Vanessa pasti sangat ingin bertemu denganmu, Sayang!" Nyonya Devardo menoleh pada Fernando setelah melepaskan pelukannya dari Vanessa.Isabell sangat jengah mendengar suara manis Ibu mertuanya itu. Dasar sinting! Rutuknya dalam hati."Hai, Vanessa. Apa kabar?" Fernando menyapa Vanessa dengan sedikit senyuman.Isabell segera mendekat pada suaminya itu dan segera meremas jemari kirinya dengan erat. Fernando hanya menoleh sembari memberinya senyuman gemas."Fernando, kabarku baik. Bagaimana denganmu? Apa kau bahagia setelah menikahi seorang model majalah dewasa?" Vanessa berkata sambil berdiri di depan Fernando dan Isabell. Netranya menatap jijik pada wanita cantik di hadapannya."Apa maksudmu?" Isabell yang merasa tersinggung segera naik pitam.Vanessa hanya tersenyum sinis menanggapinya."Bukan apa-apa? Selamat atas pernikahan kalian. Aku hanya kasihan pada Fernando saja. Apa yang dia dapatkan dengan menikahi seorang model sepertimu. Ya, kau memang cantik dan menarik, bahkan menggairahkan. Itu yang kudengar dari mulut para pria yang membicarakan dirimu di night club." Vanessa mengatakannya dengan lugas, tanpa takut sedikit pun.Dia sengaja ingin memancing emosi Isabell di depan Fernando dengan cara merendahkannya. Walaupun dirinya mengerahui jika Isabell adalah puteri dari keluarga yang terhormat.Dia bisa saja terjerat masalah besar karena lisannya barusan. Namun rasa kesalnya karena gagal mendapatkan Fernando telah membuatnya kalap dan tak perduli dengan apa pun lagi."Tutup mulutmu, Vanessa!" Fernando yang sangat murka mendengar ocehan Vanessa tadi segera memasang emosinya. Wajah tampannya memerah padam dengan bola matanya yang tajam seolah ingin menelan Vanessa hidup-hidup. Sedangkan Isabell pun tak kalah kesalnya."Waw, lihatlah. Kau sangat marah, Fernando. Padahal aku hanya bercanda saja," ucap Vanessa sembari tertawa kecil, dia mencoba meralat ucapannya tadi. Namun Fernando sudah terlanjur kesal."Aku tak suka ada yang bicara buruk tentang Isabell. Dan bila itu kau lakukan lagi, aku tak segan-segan menampar wajahmu itu," balas Fernando masih dengan wajah kesalnya.Vanessa hanya memutar bola matanya lalu menoleh pada Nyonya Devardo dan Pedra yang memberinya senyuman kagum."Ayo, Isabell." Fernando segera meraih lengan Isabell dan mengajaknya meninggalkan ruang makan.Vanessa hanya terdiam sembari memandangi kepergian mereka. Nyonya Devardo dan Pedra segera menghampirinya"Wah, wah, kau sangat hebat, Vanessa!" Nyonya Devardo berkata setelah tungkainya berdiri sejajar dengan Vanessa."Benar, kau berhasil membuat gadis sombong itu terdiam bagai orang bodoh," timpal Pedra sembari merangkul bahu Vanessa dan menatapnya kagum.Vanessa hanya tersenyum tipis lantas berkata, "Seekor berang berang saja bisa menerkam seekor chetah jika mangsanya telah dicuri. Apa lagi seekor singa sepertiku.""Waw, ungkapan yang sangat bagus sekali. Benarkan, Sayangku?" Pedra tersenyum kagum pada Vanessa kemudian menepuk bahu Berto yang baru saja berdiri di sampingnya.Pria itu hanya mengerutkan dahinya tanda tak mengerti."Bagus, Vanessa. Kau harus memenangkan hati Fernando agar dia segera meninggalkan Isabell. Aku hanya ingin Fernando memiliki istri yang memiliki visi dan misi yang sama denganku," timpal Nyonya Devardo sembari menghidupkan api rokoknya.Vanessa tampak memantapkan dirinya karena merasa mendapatkan dukungan."Tentu saja, Nyonya Devardo. Sebentar lagi Fernando Devardo de Castijo pasti akan bertekuk lutut di hadapanku," ucapnya dengan nada penuh tekad.Nyonya Devardo dan Pedra saling pandang sambil tersenyum puas. Hanya Berto saja yang kurang paham dengan arah pembicaraan mereka.Dia hanya menggaruk kepalanya lalu menoleh pada Pedra. Dan Pedra hanya memutar bola matanya bosan. Sial! Pria bodoh Meksiko mana yang telah dia nikahi ini? Dasar bodoh! Rutuknya.Fernando dan Isabell berjalan berdampingan menuju mobil keduanya yang sedang menunggu mereka di depan teras. Hari ini Isabell ada pemotretan, dan Fernando harus berangkat ke kantor seperti biasanya. Jadi keduanya menggunakan mobil yang berbeda.Fernando melepaskan jemari Isabell perlahan sembari menghentikan langkahnya di samping mobil Limousine putih yang akan mengantarkan istrinya itu. Pria itu memandangi wajah Isabell yang sedang menatapnya. Diselipkannya anak-anak rambut Isabell ke telinga kirinya.Betapa indahnya ciptaan yang Maha Kuasa ini, Fernando mengucap syukur memiliki Isabell dalam hidupnya. Begitupun Isabell, dia sangat mencintai Fernando sebagaimana semestinya. Keduanya begitu saling menyayangi dan saling mengerti kesibukan masing-masing."Hubby, mungkin aku baru akan pulang lusa nanti. Jadwalku sangat padat minggu ini," ucap Isabell sembari menanggah pada Fernando yang jauh lebih tinggi darinya.Pria itu tersenyum manis untuknya."Aku me
Fernando mulai terjaga dari tidurnya. Samar-samar telinganya menangkap suara isak tangis seseorang. Entah dirinya sedang bermimpi atau ini kenyataan, dia bergegas membuka matanya.Suara isak tangis itu terdengar semakin nyata. Fernando ingin segera bangkit, namun betapa kagetnya dia saat mendapati Vanessa yang tengah tertidur pulas sembari mendekap tubuhnya dalam selimut. Pria itu cepat-cepat bangit sembari menyingkirkan tangan Vanessa dari tubuhnya.Belum lagi Fernando meredakan rasa kagetnya, dia dikejutkan lagi dengan sosok yang tengah berdiri di seberang tempat peraduannya kini. Sepasang netranya membulat lebar."Isabell?" Fernando segera loncat dari ranjangnya dan langsung menghampiri Isabell yang tengah menangis menunggu penjelasan darinya."Isabell, kau sudah pulang? Kenapa tak mengabariku? Aku pasti akan menjemputmu," tukas Fernando sembari memegang kedua bahu mungil Isabell.Istrinya itu tak menjawab, dia menilik penampilan Fernando,
Fernando berdiri di depan Isabell yang tengah terlentang pasrah di tengah ranjangnya. Sepasang nertanya menatap Fernando penuh rasa kekaguman dan gairah atas tubuh polos suaminya yang terpampang di hadapannya.Secara perlahan Fernando mulai merangkak naik ke atas ranjang. Dikecupnya lebih dulu kening istrinya itu. Keduanya saling berpandangan lebih dulu sebelum memulai percintaan dengan di awali sebuah ciuman hangat."Fernando," desah Isabell sembari merangkul punggung suaminya yang tengah berada di atas tubuh polosnya kini. Dia memberikan lebih dari apa yang Fernando inginkan darinya. Percintaan yang sangat panas, denganhasrat yang bergelora"Ahh, Isabell." Fernando mengerang saat keduanya hampir mencapi puncaknya. Tubuh keduanya pun bermandikan peluh dan menyerah lemas akan ledakkan kenikmatan yang baru saja mereka lalui.Fernando memandangi wajah lesu Isabell yang terpulai lemas di bawahnya, dikecupnya bibir istrinya itu penuh cinta. Tatapan
Pagi itu di ruang makan tampak beberapa pelayan wanita yang sedang nenata meja kristal berukuran panjang kali lebar di sana. Silvester tampak sedang memantau aktivitas para pelayan itu, mereka sedang meletakkan berbagai hidangan yang baru saja selesai ia masak.Ada banyak hidangan yang dimasaknya, diantaranya ada burittos, fajita, echilada, quesadilla, dan taco isian daging sapi kesukaan Fernando.Semua hidangan lezat itu menimbulkan aroma yang menggugah selera. Dan Silvester sangat puas jika para penghuni Devardo House menghabiskan semua hidangan yang dimasaknya."Pagi, Silvester," sapa Fernando yang baru saja tiba di ruang makan bersama Isabell yang tengah menggapit lengannya."Pagi, Tuan dan Nyonya Isabell. Apakah ada yang ingin saya buatkan untuk menu tambahan sarapan Anda, Tuan?" Silvester mendekap talam warna gold di dadanya.Fernando menoleh pada Isabell meminta pendapatnya. Isabell pun berbisik padanya. Silvester hanya terdiam menunggu jawa
Setelah selesai sarapan Isabell mengantar Fernando menuju mobil BMW hitam yang sedang menunggunya di pelataran Devardo House. Pagi ini ada meeting penting di kantor, Fernando harus segera berangkat. Isabell membantu membawakan tas kerja suaminya."Darling, mungkin aku akan pulang agak larut malam ini. Tidurlah lebih awal, jangan menungguku." Fernando mengusap pipi licin istrinya sembari menatapnya lembut.Isabell mengangguk sembari tersenyum."Hubby, boleh aku menanyakan sesuatu padamu?" tanya Isabell kemudian."Katakanlah, Sayang." Fernando memberinya senyuman manis.Isabell tampak sedikit ragu, dia menoleh ke arah pintu rumah sebelum berkata."Hubby, kenapa Kak Pedra meminta uang padamu? Bukankah dia telah memiliki suami? Sudah sepantasnya Berto yang menafkahinya, bukan?"Fernando tersenyum mendengar pertanyaan Isabell padanya."Isabell, Kak Pedra tidak meminta uang padaku, tapi uang itu memang haknya. Sudah sejak lama jauh sebel
Dengan perasaan bercampur aduk antara kesal dan cemas Isabell terus berusaha mengejar langkah panjang Fernando yang sedang berjalan menuju kamarnya. Isabell merutuki dirinya dalam hati, kenapa dia sangat bodoh sampai bisa masuk ke dalam perangkap yang telah Nyonya Devardo dan Pedra buat.Sekarang dia sangat kerakutan dan cemas jika Fernando tak mau mendengarkan penjelasannya. Fernando tampak sangat kecewa, itu yang dilihat Isabell pada wajah suaminya tadi.Tidak, ini tak boleh terjadi! Dia tak bisa membiarkan Fernando salah paham padanya. Dia harus menjelaskan semuanya, jika dirinya telah dijebak.Isabell tiba di kamarnya, dia melihat Fernando yang sedang berdiri menghadap jendela besar di sebelah kiri kamarnya. Pandangan pria itu tampak lurus ke depan dengan kedua tangannya yang masing-masing berada di saku celana kainnya.Jantung Isabell berdegup kencang. Fernando pasti sedang sangat marah padanya, pikirnya.Dengan tubuh gemetaran dan tangannya y
Cuaca sore itu sangat cerah, angin sepoy-sepoy bertiupan di taman menerpa tangkai-tangkai Lily yang sedang bermekaran dan mengoyangkan dahan-dahan kecil Jacaranda yang sedang berbunga lebat.Benar, musim dingin telah berakhir dan musim semi telah tiba. Di Mexico City, khususnya, musim semi di tandai dengan berbunganya pohon-pohon Jacaranda yang mayoritas ditanam di sepanjang jalan-jalan utama di kota ini.Pada saat musim semi seperti sekarang ini, jalan-jalan protokol di Mexico City dipenuhi warna ungu, cantik sekali.Ketika melihat bunga-bunga Jacaranda bermekaran, mungkin yang terlintas di benak kita adalah musim bunga di Jepang yang dipenuhi dengan Sakura dimana-mana. Ya, sepintas Jacaranda memang mirip dengan Sakura.Nyonya Devardo dan Pedra sedang duduk di taman. Keduanya tampak sedang asik berbincang-bincang sembari menikmati udara sore ditemani dua gelas Tequila.Tequila adalah minuman yang berasal dari daerah Tequila, Guadalajara sebelah ba
Berto membabi buta memaksa Isabell di atas ranjang. Hasratnya tak bisa menunda lagi, dia ingin segera merasakan Isabell yang selama ini terus menari-nari di angan-angannya.Isabell berusaha keras untuk berontak. Namun tenaganya sungguh tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Berto. Isabell mulai menangis, dia takut tak bisa mempertahankan milik Fernando."Lepaskan, Berto! Bajingan kau!" Isabell berusaha berontak sembari memalingkan wajahnya ke kanan dan ke kiri. Dia tak ingin Berto sampai berhasil mendapatkan ciumannya."Diamlah, Isabell. Nikmati saja," tukas Berto berusaha meraih ciumannya sembari mencengkeram kedua tangan Isabell di atas kasur.Isabell menjerit-jerit, sedangkan Berto terus tertawa puas melihatnya. Pria itu bersiap untuk merasakan Isabell, namun tiba-tiba saja ada tangan kekar yang memegang bahunya dan menariknya dengan kasar.Berto terjengkang ke lantai, sepasang netranya terbelalak melihat siapa yang datang."Fernando