Beranda / Romansa / Menantu Bungsu Nyonya Devardo / Chapter 1- Devardo Hause

Share

Menantu Bungsu Nyonya Devardo
Menantu Bungsu Nyonya Devardo
Penulis: Dewa Amour

Chapter 1- Devardo Hause

Negara Meksiko Serikat atau Meksiko (bahasa Spanyol : Estados Unidos Mexiconos atau Mexico) adalah sebuah negara yang terletak di Amerika Utara dan perbatasan dengan Amerika Serikat, Guatamala dan Belize di sebelah tenggara, Samudra Pasifik di barat Teluk Meksiko dan laut Karibia di sebelah timur.

Ia merupakan negara terbesar di Amerika Latin dan juga negara yang paling banyak berbahasa Spanyol. Nama negara ini di ambil dari nama ibu kotanya yang berasal dari nama ibu kota kuno Aztec yaitu Mexico.

***

Pagi yang cerah di musim panas. Tercium wangi roti tortela yang sedang di panggang dengan olesan margarin yang meleleh. Sepertinya seseorang sedang membuat taco dengan isian daging sapi pagi ini.

Aroma lezat itu tercium dari salah satu mansion mewah yang berada di kawasan pemukiman elit, yang hanya di huni oleh para kaum Jetset saja. Hunian mewah itu bernama Lavender Village.

Mobil BMW keluaran terbaru yang dikeluarkan musim panas tahun ini dengan edisi terbatas tampak menepi di pelataran mansion dengan bangunan menyerupai bungalow mewah. Tak lama kemudian terlihat dua orang yang keluar dari mobil itu dengan penampilan mereka yang tampak glamour.

"Ayo, Sayang," ucapan hangat lengkap dengan senyuman manisnya menyambut tangan seorang gadis yang baru saja keluar dari mobil.

Dia Fernado Devardo de Castijo, CEO sukses yang baru saja tiba di rumahnya. Tangannya terulur menyambut tangan Isabell Fernandez, model cantik yang baru saja ia nikahi dua hari yang lalu.

"Terima kasih," sambut Isabell sambil tersenyum manis. Selanjutnya ia menggapit lengan Fernando untuk berjalan menuju pintu. Keduanya berjalan bergandengan mesra layaknya sepasang pengantin baru.

Fernando dan Isabell telah menjalin hubungan asmara sejak tiga tahun lamanya, saat keduanya masih berkuliah di Malinalco ( Mexico State ) namun di universitas yang berbeda. Fernando menekuni fakultas bisnis sedangkan Isabell memilih modeling.

Keduanya tampak sangat bahagia atas pernikahan mereka, terlebih saat Fernando memboyong Isabell untuk tinggal bersamanya di Devardo Hause, begitu mereka menyebut mansion mewah itu.

Langkah anggun Isabell menjadi pusat perhatian pagi itu bagi semua orang yang menyambut mereka, dari beberapa anggota keluarga Fernando sampai para pelayan yang juga tampak berbaris rapi menyambut keduanya. Isabell sangat senang, dia merasa disambut begitu hormat bak seorang puteri raja.

Dia memang pantas mendapatkan perlakuan seperti itu. Pasalnya, Isabell Fernandez adalah puteri tunggal Alfredo Fernandez, seorang pembisnis terkenal yang memiliki kekayaan sampai puluhan milyar peso di Meksiko.

Tak ada kejanggalan di sini. Mereka sungguh pasangan yang sangat serasi, dari segi fisik maupun financial.

Sepasang manik kebiruan Isabell memindai ruangan luas dimana sepasang tungkainya berdiri saat ini. Di sana tampak tiga orang yang sedang berdiri menyambutnya. Mereka adalah Teresia Devardo, Pedra dan suaminya, Berto. Ketiganya memusatkan manik matanya pada gadis dengan balutan gaun pres body warna merah marun itu.

Rambutnya tergerai rapi seperti baru saja melakukan perawatan di salon, wajahnya sangat cantik dan tirus bak maneken di mall, dan aroma parfumnya mulai menyeruak indera penciuman mereka.

Isabell memang sangat cantik seperti para paparazi bicarakan. Dia seorang model yang sedang bersinar sepanjang musim panas ini.

"Selamat datang sayangku, Isabell. Kau sangat cantik pagi ini," sambut Teresia alias Nyonya Devardo, ibu tiri Fernando.

"Terima kasih, Ibu." Isabell membalas sambil tersenyum kepada Fernando yang berdiri di sampingnya.

Nyonya Devardo ikut tersenyum dan memperhatikan Isabell dengan intens. Gadis di depannya itu sungguh sangat anggun, pilihan Fernando patut di acungi jempol. Namun tiba-tiba maniknya terkesiap pada kalung berlian yang tergantung pada leher jenjang Isabell.

"Waw, berlianmu sangat cantik, Isabell. Aku tebak, ini pasti koleksi Istambul yang tersohor itu, kan?" Nyonya Devardo menatap Isabell dengan wajah sumbringahnya.

Pedra ikut terpengarah dan meliarkan matanya pada leher Isabell. Benar, kalung berlian itu tampak sangat indah dan menggoda.

"Kau benar, Ibu. Berlian Isabell sangatlah indah," timpal Pedra kemudian sambil tersenyum penuh damba.

Isabell dan Fernando saling pandang sambil tersenyum.

"Bukan, ini bukan koleksi Istambul. Tapi kalung ini pemberian Ibuku. Ini adalah berlian turun temurun keluarga kami," ucap Isabell meluruskan sangkaan ibu mertua dan kakak iparnya itu.

Nyonya Devardo dan Pedra saling pandang lalu tertawa kecil.

"Astaga, ternyata tebakkanku salah. Baiklah, aku tahu kau dan Ibumu sangat hapal tentang berlian. Dan selera kalian sangatlah bagus," ucap Nyonya Devardo tanpa memadamkan senyumnya.

Pedra hanya tersenyum menimpali.

"Baiklah, ayo kita makan dahulu. Silvester sudah menyiapkan semuanya pagi ini. Terutama untuk menyambut menantu bungsu di keluarga ini," lanjut Nyonya Devardo yang segera menggiring semua orang menuju meja makan.

Berto yang berjalan paling belakang tampak tersenyum misterius memandangi Fernando dan Isabell yang sudah berjalan berdampingan dengan Nyonya Devardo dan Pedra.

Mereka menghentikan langkahnya di depan meja makan panjang nan besar yang terbuat dari kristal asli. Di atasnya tampak banyak hidangan lezat yang tersaji dengan aroma yang menggugah selera.

Isabell dan Fernando duduk di bangku yang bersisian sedangkan Pedra dan Berto pun demikian, dan mereka berempat duduk saling berhadapan. Hanya Nyonya Devardo yang duduk sendiri pada kursi khususnya yang ada di ujung meja, menengahi semua orang yang ada di sana.

"Ayo makanlah," seruan Nyonya Devardo sambil mengibarkan senyum manisnya untuk Isabell. Gadis itu membalas senyum dan mulai menikmati hidangan di meja.

Fernando tampak menunjukan perhatiannya pada Isabell, menyuapi istrinya makan di depan anggota keluarganya. Pedra dan Berto tampak jengah melihatnya. Sedangkan Nyonya Devardo hanya tersenyum sunyi melihat kemesraan mereka.

Usai makan Fernando dan Isabell berpamitan untuk beristirahat di kamar mereka yang ada di lantai tiga mansion itu.

Isabell tak banyak melakukan pendekatan dengan keluarga barunya, terlebih dirinya memang bukan tipikal orang yang mudah akrab dengan orang lain.

Baginya yang terpenting adalah Fernando, terserah dengan ibu mertuanya yang misterius itu atau kakak iparnya yang tampak matrealistis. Isabell memang sangat pandai menilai orang lain tanpa tahu kebenarannya.

"Hubby, apakah kita akan selamanya tinggal di rumah ini?" tanya Isabell yang sedang duduk di depan meja riasnya sambil menepuk kedua pipinya dengan serum safron Kasmir.

Fernando yang sedang sibuk dengan layar laptopnya sambil bersandar pada kepala ranjang langsung menoleh padanya.

"Benar, lagi pula mansion ini adalah rumahku dan rumahmu juga, Sayang." Fernando tersenyum tipis dan kembali pada layar laptopnya.

Isabell menghela napas mendengar ucapannya itu. Dia pun memutar tubuhnya, merubah posisi duduknya menghadap pada Fernando yang tampak sibuk dengan laptopnya.

"Apakah Ibu dan Kak Pedra juga akan tetap tinggal bersama kita?" tanyanya. Fernando menghentikan aktivitasnya sejenak, kemudian menoleh pada Isabell dengan wajah datarnya.

"Ya. Kau tak keberatan kan, jika mereka tinggal bersama kita di sini?" ucapnya kemudian.

Isabell memutar bola mata kebiruannya jengah. Apa-apaan ini? Jadi dia harus tinggal dengan Ibu mertua dan Kakak iparnya itu?

Astaga, akan serumit apa bahtera pernikahannya nanti? Isabell tak bisa membayangkanya. Mungkin rumah tangganya akan dipenuhi drama layaknya serial telenovela.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Irwin rogate
bagus sangat baik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status