Dylan menatap Kiara yang sedari tadi terus menunduk. Hal ini sudah berlangsung sekitar lima menit.
Dylan menyukai pemandangan di depannya ini. Lebih dari apapun. Ia rela menghabiskan waktu berjam-jam tanpa bosan hanya untuk memandang Kiara.Ia merindukan sosok ini. Rindu sekali.Tetapi sampai kapan wanita ini akan terus bersikap acuh seperti ini kepadanya?“Kiara.” panggil Dylan lembut.Membuat wanita cantik itu menoleh dan menatapnya.Dylan tersenyum. Kiara Putri Maharani. Satu-satunya wanita yang berhasil membuat hatinya kacau tak karuan.“Apakah ada yang harus aku tau mengenai project ini? Selain yang Pak Wahyu telah sampaikan tadi?”Kiara tertegun. Seakan-akan ucapan Dylan telah menarik dia kembali ke alam sadarnya.“Sebentar.” jawabanya sambil membuka beberapa berkas yang ia bawa sedari tadi.“Aku dan timku sudah melakukan beberapa research dan hasilnya sudah aku jabarkan disini.” tunjuknya sembari melihat ke arah Dylan.“Baiklah. Akan aku baca sebentar.”Tetap sama. Kiara adalah orang yang sangat detail dan rapi. Tidak berubah.File ini tersusun rapi dan point-point penting terjabarkan dengan detail.“Tapi jika hanya mengandalkan beberapa sampling ini bukannya masih terlalu sedikit?”Kiara memandangku heran.“Apakah masih belum cukup?”“Tentu saja. Kita harus melakukan research yang lebih luas. Aku akan mengatur beberapa titik sampling yang harus kita kunjungi lagi.”“Sebentar. Apa maksudnya dengan kita?” tanya Kiara bingung“Tentu saja kau dan aku. Siapa lagi memang?” jawab Dylan cuek.“Tapi aku tidak setuju. Aku bisa meminta timku untuk melakukan research ulang. Kau tinggal tetapkan saja titik pointnya.” jawabnya ketusPenolakan. Dylan tahu bahwa Kiara masih terus saja menghindarinya.“Tidak bisa. Aku tidak bisa mempercayai ini kepada siapapun selain aku dan kau.” tantang Dylan sembari menatap Kiara tegas.“Kau tau bukan Kiara seberapa penting nilai investasi ini?”Dylan tersenyum senang melihat Kiara yang tidak memiliki opsi lain selain menyetujui apa yang Dylan sampaikan.“Besok kita akan mulai melakukan sampling.”Dylan berkata dengan penuh semangat.————-“Aku benar-benar bisa gila, Kalisha!” teriak Kiara frustasi.“Tapi ini benar-benar seperti takdir bukan? Maksudku benar-benar diluar duguan kita semua. Bagaimana kalau—““Diam!” Kiara melempar bantal kecil didepannya dan tepat mengenai wajah sahabatnya itu.“Aku tidak akan menerima teori bullshitmu itu.” jawab Kiara sembari menutup kedua telinganya dengan tanganya.“Tapi Kiara Putri Maharani, bagaimana kalau kita lihat ini dari prespektif yang lain. Hah?”Kalisha memutar tubuh Kiara menghadapnya dan meletakkan kedua tangannya di bahu Kiara“Kau masih mencintai Dylan. Dan sekarang kalian dipertemukan kembali. Bukannya itu jalan jodoh yang bagus?”“Astaga kau benar-benar sudah gila.”“Bagaimana bisa kau mengatakan aku masih mencintai Dylan?”Kalisha menggoyang-goyangkan tubuh Kiara dengan gemas.“Hei apakah kau pikir aku buta? Kau pikir aku bodoh? Bagaimana bisa seorang Kiara bahkan tidak dapat melirik pria lain yang nyaris sempurna dan terus mengeluhkan kriteria idealnya yang sangat amat persis dengan Dylan Nalendra, hah?!”Kiara terdiam. Apakah selama ini dia sempat bahkan pernah berpacaran lagi setelah dengan Dylan?Tidak pernah. Seingatnya tidak pernah sekalipun.“Jalani saja dulu. Jangan terus menghindar, oke?”“Siapa tau Dylan telah berubah.” Kalisha mengatakan hal ini dengan lirih.Membuat Kiara kembali mengingat hal yang paling tidak ingin dia ingat.“Bagaimana mungkin?”“Dia berubah? Aku rasa tidak.”Kiara sangat berharap perkataanya salah tapi fakta selalu terbuka dan menyatakan hal yang sebaliknya.————Kiara baru saja akan masuk keruangannya tetapi langkahnya terhenti oleh Ratih.“Permisi bu. Sudah ada tamu di dalam yang menunggu ibu.” perkataan Ratih membuat Kiara bingung. Dia sepertinya tidak ada janji dengan client manapun.“Tamu? Apakah saya ada janji baru, Ratih?”“Tidak ada bu. Tetapi Pak Dylan mengatakan bahwa dia sudah ada jadwal untuk bertemu Ibu pagi ini.”Perkataan Ratih membuat badan Kiara membeku. Dylan? Untuk apa dia kesini?.Kiara segera membuka pintu ruangannya dan lelaki itu sudah duduk di seberang kursinya.“Selamat Pagi.” dia menyapa Kiara“Aku tidak ingat bahwa kita ada janji untuk bertemu hari ini.”Dylan tertawa dan berjalan menghampiri Kiara dan membuat Kiara refleks mundur beberapa langkah.“Apakah aku harus membuat janji untuk bertemu denganmu?”“Tentu saja.” jawab Kiara tegas.Laki-laki ini masih sama. Sering kali seenaknya bertindak. Tidakkah dia tau kalau keberadaanya ini sangat berbahaya bagi kesehatan hati dan tubuh Kiara.“Baiklah, nona Kiara Putri Maharani. Apakah kau lupa bahwa kita akan melakukan sampling bersama?”Kiara mencoba mengingat percakapannya dengan Dylan di restoran tempo hari.“Tapi aku belum mengatakan bahwa aku setuju untuk melakukannya hari ini.”“Bagaimana jika aku memaksa?”Dylan memajukan badannya dan menundukkan wajahnya agar sejajar dengan Kiara. Benar-benar sejajar dan berada sangat dekat satu sama lain.Kiara membeku. Jantungnya berdetak tak karuan.“Baiklah.” jawabnya lemas sembari mendorong tubuh Dylan agar menjauh darinya.Benar-benar berbahaya jika terus berada diposisi tadi untuk waktu lama.“Aku akan menunggumu dimobil.”Dylan berjalan santai sambil meninggalkan ruangan tanpa tau Kiara mati-matian mengatur hati dan pikiran untuk tetap fokus.Bagaimana mungkin hari-harinya terasa sangat berat sejak kedatangan Dylan kembali.“Jadi kita akan kemana lebih dulu?” tanya Dylan membuat Kiara heran.“Bukankah kau sudah mengatur jadwal ini sedemikian rupa?” sindir Kiara“Aku baru kembali ke Indonesia belum sebulan ini nona Kiara. Bagaimana mungkin aku paham jalan di kota ini?”Kiara mendengus mendengar jawaban Dylan.“Jika begitu kenapa kau percaya diri sekali untuk mengajak aku keluar melakukan sampling?!”“Aku hanya ingin menghabiskan banyak waktu bersamamu.”JLEBJawaban Dylan membuat Kiara terkejut. Telinganya masih sangat jelas dapat mendengar apa yang Dylan katakan dan otaknya masih mampu merekam perkataan itu dengan baik tanpa satu kata tertinggal.“Apa tidak boleh?” tanya Dylan memastikan melihat reaksi Kiara yang terdiam.Kiara masih diam dan terus menatap Dylan dengan bingung.“Apa kau sudah punya pacar?” tanya Dylan sekali lagi untuk memastikan.Kiara melirik laki-laki itu dengan tatapan tidak percaya. Untuk apa Dylan menanyakan hal semacam itu.Tetapi tatapan laki-laki itu sekarang sangat sulit untuk Kiara tangkap maksudnya.Tatapan berharap?Tidak mungkin. Pasti tidak.“Apa urusanmu.” jawab Kiara ketus.Akhirnya hanya kata-kata itu yang mampu keluar dari mulutnya.Dylan malah tertawa dan mengangkat bahunya menyatakan bahwa dia tidak peduli.Laki-laki ini benar-benar membuat Kiara kehabisan kata-kata.“Aku belum melihat hasil research ditempat ini di file yang kau berikan padaku kemarin.”Kami tiba di daerah pasar tradisional kisaran Jalan Surabaya di daerah Menteng.Memang betul Pak Rahman belum mencantumkan tempat ini sebagai salah satu samplingnya.Dylan selalu saja mendahuluinya dalam hal sepele yang dia lewatkan.“Aku masih melihat sedikit sekali kerajinan seni dan barang antik dijual secara online di berbagai platform daring.” jelas DylanKagum. Dylan memang selalu dapat membuat Kiara terkesan.“Ayok.” ajaknya dengan semangatKiara hanya mengekor di belakang Dylan yang terus berjalan didepannya.Sepanjang jalan kami disuguhkan berbagai macam pemandangan menyejukkan mata. Bagaiman tidak barang-barang antik ini berjejer sepanjang jalan dengan keunikan dan kekhasannya masing-masing.“Mau coba masuk?” tawar Dylan.Kiara berajalan masuk ke salah satu kios yang ramai dikerumbuni orang.Banyak sekali barang-barang unik disini. Kiara sesekali memegang dan mengamati dengan seksama bara
Kiara melangkahkah kakinya cepat menelurusi lorong rumah sakit yang memang cukup padat malam ini.Nafasnya terengah-engah karna langkah kakinya yang kian cepat.Dia menuju ruangan IGD dan mengecek satu persatu bed diruangan IGD.“Kalisha!” teriaknya legaKalisha memangdang Kiara heran. Dia tidak memberitahu temannya kalau ia ada disini.“Bagaimana bisa kau tau aku ada disini?”“Bagian mana yang terluka?” Kiara balik bertanya kepada Kalisha khawatir.“Tenang Kiara, aku tidak apa-apa. Lenganku hanya sedikit tergores dengan pecahan kaca ini.”“Sedikit katamu?” Kiara mendelik mendengar jawaban Kalisha.“Ini sudah yang kedua kalinya Kevin melakukan hal ini. Ini sudah tindak kekerasan kau tau?”Kalisha hanya tersenyum memandang Kiara yang terus menatapnya marah.“Ayo duduk disini dulu. Aku ceritakan dengan jelas ya?”“Kevin hanya diluar kendalinya saja dan tidak sengaja terdorong aku yang berdiri membelakangi meja kaca ini sehingga badanku membentur meja ini. Ini hanya luka lecet sedikit. T
Kiara terus saja bolak balik diarea parkiran dan seakan enggan melangkahkan kakinya untuk melangkah lebih maju.Ia bingung sekali dengan keadaan hatinya tetapi ia tau bahwa pekerjaan adalah prioritas utamanya. Maka dengan langkah yang berat ia langkahkan kakinya keluar area parkiran menuju halaman depan gedung bertingkat di depannya.“Kau pasti bisa Kiara. Anggap saja tidak terjadi apa-apa. Bukankah semua orang pernah menangis?” kekehnya berusaha menguatkan hati dan mentalnya. Ucapan yang ia berikan untuk menghibur dirinya sendiri.Ia masuk ke dalam lift dan memencet no paling akhir yang menandakan letak ruangan yang paling atas.Berkali-kali ia menghela nafasnya. Ia benar-benar gelisah.Ting~~Pintu lift terbuka. Kiara memantapkan langkahnya menuju meja diseberang sana.“Apakah ada yang bisa saya bantu,bu?” tanya seorang wanita itu dengan ramah tanpa tau Kiara gugup luar biasa.“Saya ingin bertemu dengan Pak Dylan. Apakah beliau ada di ruangan sekarang?” tanya Kiara memastikan.“Sebe
Kiara mereganggang kedua kakinya yang pegal akibat sudah berjalan lumayan jauh. Ia dan Dylan sudah mengunjungi beberapa toko untuk keperluan tambahan sampling mereka.Udara lumayan terik siang ini. Kiara memilih duduk disekitaran taman dekat sini karna kakinya serasa tidak mampu untuk berjalan lebih jauh lagi.Dylan benar-benar membuatnya susah. Mereka pergi tanpa prepared apapun. Tau seperti ini tidak mungkin ia akan menggunakan heels pada hari ini.“Ini. Minum dulu.”Terulur tangan Dylan dengan sekotak minuman jus berwarna merah.“Jus apel, bukankkah kau suka apel?”Kiara tersentak. Dylan masih ingat hal tentang ini. Bahkan buah kesukaannya pun ia masih ingat.Kiara melihat sedikit peluh keringat di dahi mulus Dylan. Dan laki-laki itu sedikit ngos-ngosan seperti sedang mengatur nafasnya.Apakah lelaki ini pergi tadi untuk mencari minuman ini?Apakah mungkin dia sepeduli itu untuk Kiara?“Terima kasih.” jawab Kiara sembari mengambil minuman jus yang Dylan tawarkan.“Tunggu sebentar ya
Dylan melihat Kiara terus menatap sepatu itu dengan tatapan yang sulit ia artikan.Ia menggoyang-goyangkan kakinya seakan menguji apakah sepatu ini benar-benar sesuai untuk ukuran mungil kakinya.Benar-benar seperti anak kecil. Dylan tersenyum tanpa sadar. Ia begitu senang memperhatikan apapun yang Kiara lakukan.Hal itu sudah menjadi kebiasaan rutinnya.“Bagiamana suka tidak?” tanya Dylan memastikan.Kiara mengangguk dengan antusias. Rambut bergelombangnya ikut bergerak seirama dengan anggukan kepalanya.Astaga imut sekali, batin Dylan.Ia benar-benar menahan seluruh indra tubuhnya agar tidak langsung memeluk gadis itu. Betapa rasa rindunya seakan meluap keluar.Dylan senang Kiara sudah tidak terlalu mengacuhkannya. Walau Dylan tidak yakin ini akan bertahan lama.Terlihat jelas Kiara membuat batasan diantara mereka. Tetapi hal ini wajar wanita itu lakukan mengingat bagaimana berakhirnya hubungan mereka.Tanpa sadar ada tangan yang menarik-narik ujung jas yang Dylan kenakan yang membu
“Astaga serius? Dylan membelikanmu bunga?” teriak Kalisha antusias.Kiara menatap sahabatnya itu sembari sedikit memijit sekitar pergelangan kakinya. Hari ini benar-benar melelahkan baginya.“Lebih baik kau bantu pijitkan kakiku ini, Kalisha. Rasanya seperti mau patah.” keluh Kiara.“Oh ini ya sepatu dari Dylan?” tanya Kalisha menggoda dengan menjinjing sepatu sepatu flat berwarna hitam.“Bahkan ukurannya tepat loh Kiara. Bagaimana bisa dia masih mengingat ukuran kakimu?”Kiara mengangkat bahunya tanda tidak tahu. Tapi hal itu juga yang terus ia pikirkan sedari tadi.Setiap tingkah laku Dylan hari ini benar-benar memberikan pandangan berbeda Kiara padanya.Hampir seharian ini mereka terus bersama.“Bagaimana kalau memang Dylan masih berharap kalian bisa kembali?” “Mana mungkin Kalisha, kau ini lucu sekali.” jawab Kiara cepat.Suatu hal yang mustahil baginya. Bagaimana mungkin?“Aku tidak mungkin langsung terbuai hanya karna perlakukan kecilnya ini, Kalisha.”“Kau ingat bukan dia dulu
Dring~~~~Terdengar bunyi ponsel Dylan berdering kencang memecah keheningan diruangannya. Sekilas Dylan melihat no asing yang tertera di layar handphone.Awalnya Dylan ragu untuk mengangkat tetapi handphone itu berdering terus dan sedikit mengusiknya.“Halo.” sapa Dylan ragu.Tak lama terdengar suara wanita yang ia hafal betul.Kiara, batinnya.“Apakah kita bisa bertemu sekarang?”Dylan terdiam sejenak. Dylan agak tersentak kaget mendengar wanita ini mengatakan hal itu. Jika mengingat bagaimana acuhnya Kiara terhadap Dylan.Terasa sangat aneh Kiara bahkan menelfonnya lebih dulu dan mengajak bertemu.Kiara bearti menyimpan info kontaknya. Terbesit sedikit rasa senang di hati Dylan.“Sekarang? Kenapa tiba-tiba sekali?” tanya Dylan langsung.“Hmm, aku ingin membicarakan mengenai hasil kunjungan kita kemarin.” sambung Kiara lagi.Oh masalah pekerjaan. Dylan merasakan dirinya sedikit kecewa.Lagian memang apa yang Dylan harapkan? Kiara dan ia memang sebatas partner kerja.“Oh harus sekarang
“Apakah kau ingin pergi bersamaku sabtu nanti?”Perkataan Kiara membuat tubuh Dylan membeku. Dylan terkejut dengan perkataan wanita itu.DEGApa yang membuat Kiara bisa tiba-tiba saja ingin mereka pergi berdua? Terlebih di hari weekend, bukan masalah pekerjaan pastinya. Ini lebih terkesan seperti kencan.Namun tiba-tiba saja handphone Dylan berdering keras menandakan panggilan masuk. Dylan mengeceknya dan melihat nama Mira tertera di layar handphonenya.“Halo, Mira.”Dylan melihat ekspresi Kiara yang terkejut ketika Dylan mengatakan nama itu tetapi dia cepat-cepat menutupi keterkejutannya dan bersikap seperti biasa saja. Tetapi Dylan tau, Kiara dan Mira memang rival sejak dulu.“Baiklah, nanti aku kabari.” jawab Dylan menutup pembicaaran ia dan Mira.“Mira ya tadi? Kenapa dia menelfon?”Kiara langsung mencerca Dylan dengan cepat. Terlihat sekali Kiara sangat ingin tahu pembicaraan mereka tadi. Tapi untuk apa?“Dia mengajakku ke acara launching investasi sabtu nanti-““Oh Mira juga d