Kiara terus saja bolak balik diarea parkiran dan seakan enggan melangkahkan kakinya untuk melangkah lebih maju.
Ia bingung sekali dengan keadaan hatinya tetapi ia tau bahwa pekerjaan adalah prioritas utamanya. Maka dengan langkah yang berat ia langkahkan kakinya keluar area parkiran menuju halaman depan gedung bertingkat di depannya.“Kau pasti bisa Kiara. Anggap saja tidak terjadi apa-apa. Bukankah semua orang pernah menangis?” kekehnya berusaha menguatkan hati dan mentalnya. Ucapan yang ia berikan untuk menghibur dirinya sendiri.Ia masuk ke dalam lift dan memencet no paling akhir yang menandakan letak ruangan yang paling atas.Berkali-kali ia menghela nafasnya. Ia benar-benar gelisah.Ting~~Pintu lift terbuka. Kiara memantapkan langkahnya menuju meja diseberang sana.“Apakah ada yang bisa saya bantu,bu?” tanya seorang wanita itu dengan ramah tanpa tau Kiara gugup luar biasa.“Saya ingin bertemu dengan Pak Dylan. Apakah beliau ada di ruangan sekarang?” tanya Kiara memastikan.“Sebentar bu, apakah ibu sudah ada janji bertemu dengan Pak Dylan?”Kiara menggelangkan kepalanya menandakan jawaban tidak. Karna bagaimana ia akan janjian? No Dylan saja dia tidak punya.“Maaf Ibu, jika belum ada janji bertemu maka saya tidak dapat memastikan Ibu untuk dapat bertemu dengan Pak Dylan”Kiara tidak kaget dengan jawaban itu tapi mau bagaimana lagi. Ia harus bertemu dengan Dylan.“Sebentar, bisakah anda pastikan sekali lagi? Saya minta tolong, bilang saja Kiara ingin bertemu. Saya ingin membicarakan kerja sama kami. Maaf mba, ini sangat mendesak. Saya mohon bantuannya ya” bujuk Kiara sekali lagi.Wanita itu memandang Kiara dan akhirnya mengangguk dan berjalan keruangan didepannya.Kiara menunggu dengan gelisah di depan meja itu berharap Dylan tetap ingin bertemu dengannya setelah kejadian kemarin. Karna sikapnyalah seakan-akan membuat Dylan harus menjauh.Tetapi keadaan malah membuat Kiara sepertinya harus bertemu terus dengan lelaki ini.“Ibu Kiara, silahkan masuk. Pak Dylan menunggu ibu didalam.” wanita tadi menggiring Kiara untuk masuk kedalam ruangan Dylan.Sekali lagi Kiara menghela nafas dan berjalan mantap memasuki ruangan Dylan.“Selamat Pagi, Kiara.”sapa Dylan dengan senyum manisnya.Kiara membalas sapaan itu dengan kaku.“Ehm, pagi.” jawabnya singkat.“Maaf jika membuatmu menunggu lama, sekretarisku tidak tahu jika kau adalah tamu penting untukku.”Perkataan Dylan membuat Kiara tersentak.Penting? Apa maksudnya?“Hah?” Suara Kiara lolos begitu saja tanpa mampu ia cegah. Ia begitu terkejut dengan perkataan Dylan“Tentu saja penting. Kau selalu penting untukku. Tidak berubah.”jawab laki-laki itu lantang dan tegas.Kiara membeku di tempatnya. Sialan. Dylan benar-benar mempermainkan hatinya. Jantung Kiara berdetak tak karuan tanpa bisa ia atur.“Berhenti menggodaku. Kau mengatakan hal yang sia-sia.” jawab Kiara malas berusaha menutupi semua yang terjadi padanya saat ini.Dylan tidak boleh tau bahwa Kiara sedang berusaha menutupi kegelisahannya.Dylan melangkah maju meninggalkan kursi yang sedari tadi ia duduki. Melangkah mendekati Kiara.“Aku mengatakan hal yang sebenarnya tanpa ada perasaan yang aku tutup-tutupi. Memangnya tidak boleh?”Dylan menunduk sedikit agar kedua matanya bisa sejajar dengan wajah Kiara. Kiara terdiam membeku ditempatnya.Jarak ia dan Dylan benar-benar dekat. Mata cokelat itu-mata yang selalu ia rindukan. Mata yang selalu menatapnya dengan teduh, seperti halnya sekarang.Kiara sedikit menahan nafas. Dengan jarak sedekat ini seluruh tubuh Kiara merasa sangat gelisah.“Boleh kan aku berkata jujur? Aku benar-benar merasa kau tetap penting untuk hidupku. Dulu, sekarang dan selamanya. Camkan itu Kiara.” suara berat Dylan terdengar jelas ditelinga Kiara. Bahkan ia bisa mendengar dengan jelas nafas lelaki itu.Perkataan Dylan bagai bumerang bagi pertahanan Kiara. Bagaimana bisa ia menyerang Kiara secepat ini?Dan tepat sasaran sekali. Ia menyerang hati Kiara langsung.Dengan cepat Kiara berusaha untuk tetap tenang dan fokus. Ia harus cepat mengendalikan keadaan ini jika tidak ia benar-benar akan kehilangan kendalinya.“Berhenti membual. Aku datang kesini bukan untuk membicarakan hal ini.”Kiara mendorong tuduh Dylan menjauh dan segera melangkahkan kakinya maju meninggalkan Dylan tepat di belakangnya.Ia tidak ingin lama-lama berada dalam keadaan seperti tadi.Kondisi tadi benar-benar berbahaya untuk kesehatan hati dan jantungnya.“Baiklah. Untuk apa nona Kiara Putri Maharani datang kemari jika bukan karna Pak Wahyu yang memintamu, bukan?”Kiara memandang Dylan heran. Bagaimana ia bisa tau.“Aku tau. Karna aku yang meminta Pak Wahyu melakukan hal itu.” jawab Dylan tersenyum dengan penuh arti.“Apa?!” Kiara terkejutBisa-bisanya Dylan membuat dia melakukan hal ini.Tapi untuk apa? Untuk apa Dylan melakukan hal ini semua?Apakah Dylan ingin ia dan Kiara terus bertemu?Tidak mungkin.“Aku hanya ingin memastikan kerja sama kita berjalan dengan baik. Aku percaya padamu dan tentu saja mengandalkanmu.” ucap Dylan dengan semangat.Tanpa ia tau ucapan itu sedikit melukai hati Kiara. Ia berharap Dylan memang benar ingin terus bertemu dengannya tanpa embel-embel pekerjaan.Tetapi memangnya apa yang Kiara harapkan? Ia bahkan tau hubungan ia dan Dylan tidak mungkin lebih dari partner kerja.“Baiklah. Aku memang datang kemari untuk mendiskusikan beberapa hal denganmu.”Dylan menarik bangku berwarna hitam dan mempersilahkan Kiara untuk duduk.“Jika kau sudah tau apa maksud kedatangan aku kemari bearti aku tidak perlu menjelaskan semuanya dari awal kan?” tanya Kiara sangsiPerkataan Kiara membuat Dylan tertawa sejenak. Dan hal itu menggetarkan hati Kiara lagi.Sudah begitu lama dia tidak melihat Dylan tertawa seperti ini. Sedikit demi sedikit kerinduan hatinya terobati.“Kau selalu to do point, Kiara. Tetapi aku suka.” kekeh Dylan sambil terus tersenyum.Sialan. Dylan benar-benar menggodanya sedaritadi. Kiara meremas kedua tanganya. Tidak bisa. Tidak bisa ia termakan akan gombalan Dylan.“Jadi kita akan menambahkan beberapa titik sampling lagi sesuai permintaanmu.” tekan Kiara dibagian kalimat terakhir.“Dan kemarin kita sudah mengunjungi salah satunya, Pak Wahyu meminta agar setidaknya 5 titik sampling yang kau tambahkan tadi dapat kita kunjungi segera dan di laporkan progressnya kepada Beliau. Apakah kau keberatan?”“Tidak. Asal bersamamu aku tidak keberatan.” jawab Dylan tersenyumMembuat Kiara kembali melotot marah kearahnya.“Apa kita harus mulai hari ini? Jadwalku kosong sampai siang ini.”“Hah? Langsung hari ini? Aku belum prepare apapun.” jawab Kiara kaget“Sudahlah tidak perlu menyiapkan apapun. Ayokk.”Dylan berjalan mendekati Kiara dan segera menarik lengan wanita itu untuk ikut pergi bersamanya.Kiara terkejut karna hal yang Dylan lakukan benar-benar spontan. Tubuhnya belum mampu mencerna kejadian ini dengan baik.Dan tanpa ia sadari tangan Dylan terus menggenggam erat tangan Kiara.Kiara mereganggang kedua kakinya yang pegal akibat sudah berjalan lumayan jauh. Ia dan Dylan sudah mengunjungi beberapa toko untuk keperluan tambahan sampling mereka.Udara lumayan terik siang ini. Kiara memilih duduk disekitaran taman dekat sini karna kakinya serasa tidak mampu untuk berjalan lebih jauh lagi.Dylan benar-benar membuatnya susah. Mereka pergi tanpa prepared apapun. Tau seperti ini tidak mungkin ia akan menggunakan heels pada hari ini.“Ini. Minum dulu.”Terulur tangan Dylan dengan sekotak minuman jus berwarna merah.“Jus apel, bukankkah kau suka apel?”Kiara tersentak. Dylan masih ingat hal tentang ini. Bahkan buah kesukaannya pun ia masih ingat.Kiara melihat sedikit peluh keringat di dahi mulus Dylan. Dan laki-laki itu sedikit ngos-ngosan seperti sedang mengatur nafasnya.Apakah lelaki ini pergi tadi untuk mencari minuman ini?Apakah mungkin dia sepeduli itu untuk Kiara?“Terima kasih.” jawab Kiara sembari mengambil minuman jus yang Dylan tawarkan.“Tunggu sebentar ya
Dylan melihat Kiara terus menatap sepatu itu dengan tatapan yang sulit ia artikan.Ia menggoyang-goyangkan kakinya seakan menguji apakah sepatu ini benar-benar sesuai untuk ukuran mungil kakinya.Benar-benar seperti anak kecil. Dylan tersenyum tanpa sadar. Ia begitu senang memperhatikan apapun yang Kiara lakukan.Hal itu sudah menjadi kebiasaan rutinnya.“Bagiamana suka tidak?” tanya Dylan memastikan.Kiara mengangguk dengan antusias. Rambut bergelombangnya ikut bergerak seirama dengan anggukan kepalanya.Astaga imut sekali, batin Dylan.Ia benar-benar menahan seluruh indra tubuhnya agar tidak langsung memeluk gadis itu. Betapa rasa rindunya seakan meluap keluar.Dylan senang Kiara sudah tidak terlalu mengacuhkannya. Walau Dylan tidak yakin ini akan bertahan lama.Terlihat jelas Kiara membuat batasan diantara mereka. Tetapi hal ini wajar wanita itu lakukan mengingat bagaimana berakhirnya hubungan mereka.Tanpa sadar ada tangan yang menarik-narik ujung jas yang Dylan kenakan yang membu
“Astaga serius? Dylan membelikanmu bunga?” teriak Kalisha antusias.Kiara menatap sahabatnya itu sembari sedikit memijit sekitar pergelangan kakinya. Hari ini benar-benar melelahkan baginya.“Lebih baik kau bantu pijitkan kakiku ini, Kalisha. Rasanya seperti mau patah.” keluh Kiara.“Oh ini ya sepatu dari Dylan?” tanya Kalisha menggoda dengan menjinjing sepatu sepatu flat berwarna hitam.“Bahkan ukurannya tepat loh Kiara. Bagaimana bisa dia masih mengingat ukuran kakimu?”Kiara mengangkat bahunya tanda tidak tahu. Tapi hal itu juga yang terus ia pikirkan sedari tadi.Setiap tingkah laku Dylan hari ini benar-benar memberikan pandangan berbeda Kiara padanya.Hampir seharian ini mereka terus bersama.“Bagaimana kalau memang Dylan masih berharap kalian bisa kembali?” “Mana mungkin Kalisha, kau ini lucu sekali.” jawab Kiara cepat.Suatu hal yang mustahil baginya. Bagaimana mungkin?“Aku tidak mungkin langsung terbuai hanya karna perlakukan kecilnya ini, Kalisha.”“Kau ingat bukan dia dulu
Dring~~~~Terdengar bunyi ponsel Dylan berdering kencang memecah keheningan diruangannya. Sekilas Dylan melihat no asing yang tertera di layar handphone.Awalnya Dylan ragu untuk mengangkat tetapi handphone itu berdering terus dan sedikit mengusiknya.“Halo.” sapa Dylan ragu.Tak lama terdengar suara wanita yang ia hafal betul.Kiara, batinnya.“Apakah kita bisa bertemu sekarang?”Dylan terdiam sejenak. Dylan agak tersentak kaget mendengar wanita ini mengatakan hal itu. Jika mengingat bagaimana acuhnya Kiara terhadap Dylan.Terasa sangat aneh Kiara bahkan menelfonnya lebih dulu dan mengajak bertemu.Kiara bearti menyimpan info kontaknya. Terbesit sedikit rasa senang di hati Dylan.“Sekarang? Kenapa tiba-tiba sekali?” tanya Dylan langsung.“Hmm, aku ingin membicarakan mengenai hasil kunjungan kita kemarin.” sambung Kiara lagi.Oh masalah pekerjaan. Dylan merasakan dirinya sedikit kecewa.Lagian memang apa yang Dylan harapkan? Kiara dan ia memang sebatas partner kerja.“Oh harus sekarang
“Apakah kau ingin pergi bersamaku sabtu nanti?”Perkataan Kiara membuat tubuh Dylan membeku. Dylan terkejut dengan perkataan wanita itu.DEGApa yang membuat Kiara bisa tiba-tiba saja ingin mereka pergi berdua? Terlebih di hari weekend, bukan masalah pekerjaan pastinya. Ini lebih terkesan seperti kencan.Namun tiba-tiba saja handphone Dylan berdering keras menandakan panggilan masuk. Dylan mengeceknya dan melihat nama Mira tertera di layar handphonenya.“Halo, Mira.”Dylan melihat ekspresi Kiara yang terkejut ketika Dylan mengatakan nama itu tetapi dia cepat-cepat menutupi keterkejutannya dan bersikap seperti biasa saja. Tetapi Dylan tau, Kiara dan Mira memang rival sejak dulu.“Baiklah, nanti aku kabari.” jawab Dylan menutup pembicaaran ia dan Mira.“Mira ya tadi? Kenapa dia menelfon?”Kiara langsung mencerca Dylan dengan cepat. Terlihat sekali Kiara sangat ingin tahu pembicaraan mereka tadi. Tapi untuk apa?“Dia mengajakku ke acara launching investasi sabtu nanti-““Oh Mira juga d
“Satu kosong. Senang sekali melihatmu kalah lagi.”Kiara meninggalkan Mira yang terdiam memandang Kiara marah.Kiara tersenyum puas melihat ekpresi itu. Karna hal inilah yang memang dia ingingkan.Terbesit rasa senang luar biasa jika dia bisa mengalahkan Mira dengan mudah.“Kau tidak papa jika aku tinggal? Aku harus presentasi sebentar lagi.” Kiara mengangguk mendengar perkataan Dylan. Rasanya ia bukan anak kecil yang harus dipantau oleh Dylan setiap saat.“Good Luck.” Kiara coba menyemangati Dylan. Dan dibalas dengan Dylan dengan mengelus kepala Kiara lembut.“Terima kasih.” jawab Dylan sambil tersenyum.DEGHati Kiara berdetak kembali. Perlakuan kecil Dylan membuat Kiara hati Kiara kembali bergetar.Kiara memandang laki-laki itu berjalan kedepan dan memaparkan materi yang telah ia siapkan sedari tadi.Dylan terlihat begitu bersinar malam ini. Laki-laki berkacamata itu terlihat berkali-kali lipat meningkat ketampanannya, countur wajah tegas, hidung mancung, alis yang terukir sempur
“Dia mengatakan bahwa kau kembali bukan untukku.”Perkataan Kiara tersebut sukses membuat Dylan dengan refleks menekan pedal gas dengan cepat membuat mobil terhenti mendadak.Dylan dengan sigap langsung menahan tubuh Kiara yang terdorong kedepan dengan tangannya.“Maaf. Tapi ini benar-benar membuat aku terkejut.”Dylan dengan buru-buru memarkirkan mobilnya pelan kepinggir jalan raya agar tidak menyebabkan kekacauan. Cukup dengan hal tadi saja, karna itu bisa membahayakan nyawa mereka berdua.Dylan mengambil tangan Kiara pelan dan menggenggamnya.“Aku akan menjelaskan semuanya, Kiara. Beri aku waktu ya?”Kiara mengangguk dan hal itu membuat Dylan lega.Dylan memutar setir mobilnya dan melajukan pelan.Kiara menghabiskan suapan terakhir steak didepannya dengan lahap. Ia benar-benar merasa lapar. Energinya ternyata terkuras habis karna Mira.“Sepertinya kita harus menambah porsinya.” kekeh Dylan yang langsung disambut dengan cemberut oleh Kiara.Astaga imut sekali, batin Dylan tidak taha
Kiara terdiam dan hanya bisa memandang tidak percaya dengan apa yang ada di depannya.Sosok yang paling tidak ingin dia lihat sekarang malah berdiri angkuh menatapnya.“Mira?” Perkataan Kiara membuat mama dan teman laki-lakinya itu menoleh melihat Kiara dan Mira saling bergantian.“Kalian saling kenal?” tanya Mama Kiara senang tanpa tahu bahwa Kiara mati-matian menahan emosinya.“Aku pulang ma.” lirih Kiara pelan.Kiara memutar badannya hendak berbalik tapi langkahnya terhenti ketika tangan mamanya menggapai tangan Kiara dengan cepat.“Hei kenapa sayang? Ada yang salah?” tanyanya khawatir.“Ternyata kita akan menjadi saudara ya? Haha lucu sekali!” suara tawa Mira menggema sekeliling ruangan.Kiara menatap Mira dengan tajam. Ia benar-benar mungkin akan kehilangan kontrolnya jika Mira terus bersikap seperti ini.“Kiara, kalian saling kenal? Kenapa ini, Nak?” Terlihat raut khawatir dari mamanya membuat hati Kiara semakin miris.“Tante-ups apakah aku harus memanggilmu mama?” sindir Mira