Dylan melirik Kiara yang sedari tadi masih sibuk dengan tab di depannya. Dylan tahu bahwa Kiara sedang berjuang penuh untuk investasi kali ini. Dan dia ingin berperan penting untuk menolong Kiara walau Dylan tahu bahwa ini akan berkonsekuensi tinggi untuknya. Tetapi Dylan mencoba menepis perasaan itu sekrang karna Kiara lah prioritasnya saat ini.“Ini menunya pak.” Seorang waiters menyerahkan sebuah tabel menu dan meninggalkan Dylan dan Kiara untuk memilih terlebih dahulu.Dylan yang melihat Kiara masih berkutat dengan tabnya, memilih untuk langsung memilihkan menu makan malam mereka kali ini. Rasanya akan sangat mengganggu konsentrasi Kiara jika harus menanyakan tentang hal apa yang akan dipesan.Dylan memanggil waiters itu kembali untuk mencatatkan apa saja yang akan mereka pesan untuk kali ini.“Akhirnya! Done.” teriak Kiara senang.“Hebat sekali pacarku.”Dylan mengacak rambut Kiara gemes dan sukses membuat pipi Kiara kembali merona. Tindakan kecil Dylan sungguh mampu selalu memb
Gemuruh suara tepuk tangan langsung mengisi ruangan rapat ketika Kiara selesai memaparkan presentasinya. Terlihat Pak Wahyu begitu bangga dengan apa yang telah Kiara sampaikan barusan.Kiara merasakan seluruh beban yang ia pikul tadi terasa sedikit berkurang. Jantungnya luar biasa deg-degan karna ia tidak ingin membuat kesalahan sekecil apapun untuk meeting kali ini. Kiara sudah terbiasa tampil seperti ini tetapi untuk kali ini suasananya terasa sangat berbeda.“Well done, Kiara.”Pak Wahyu menepuk pundah Kiara dengan bangga ketika Kiara dipersilahkan untuk duduk disampingnya.“Saya tadi sempat kagum beberapa saat, Kiara menampilkan semua yang menjadi pertanyaan saya.”Perkataan Radeva membuat Kiara merasa sedikit terpuji. Bagaimana tidak, Radeva lah penentu keberhasilan meeting kali ini.“Dengan adanya meeting ini saya kembali yakin bahwa SkyLine memang layak diikutsertakan pada investasi kali ini. Selamat Kiara, kau berhasil meyakinkanku.”Kiara terdiam mematung sesaat. Perkataan Ra
“Papa memilih membuang anak kandung sendiri demi anak yang bahkan baru papa temui sekali saja.”Suara Mira bergetar mengatakan hal itu. Rasanya sangat sakit untuk mengungkapkan semua perasaanya saat ini. Hatinya sangat kalut. Emosi yang dia pendam benar-benar seperti akan meledak.“Papa tidak ingin membahas ini lagi, lebih-““Karna wanita itu keluarga kita hancur! Hancur!”Mira berteriak histeris tanpa memperdulikan keaadan sekitarnya. Dia tidak peduli jika seluruh orang dikantor ini mendengar teriakannya. Dia hanya ingin meluapkan semuanya sekarang.“Mira kau sudah berlebihan. Ini tidak ada hubunganya dengan mereka!”“Papa masih saja membela mereka? Papa kira aku masih anak kecil yang dapat papa bodohi, hah?!”“Mira, diam!”Laki-laki itu sudah bangkit dari tempat duduknya dan mukanya merah padam. Tampak jelas jika dia marah besar. Tetapi hal itu tidak membuat Mira gentar sedikitpun.“Apa yang tidak papa berikan untuk semua kemauan dan kesenanganmu? Kau bisa bersenang-senang dan hidup
Kiara mengambil hairdryer diatas meja dan mulai mengeringkan rambutnya. Segar sekali rasanya setelah penat seharian mengurus semua hal tentang dokumen yang harus diserahkan segera ke PT Admir.Hari ini benar-benar sangat padat dan membuat badannya terasa sedikit lelah. Tetapi semua rasa lelah ini terbayar dengan sempurna. Perusahaannya mampu memenangkan untuk investasi kali ini.TINGBel apartemennya berbunyi menandakan adanya tamu yang datang. Kiara melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 10 malam. Siapa tamu tidak diundang yang datang sangat larut seperti ini.Kiara keluar dari kamarnya dengan malas tetapi tidak mungkin membiarkan bel itu berbunyi terus menerus. Akhirnya ia membuka pintu apartementnya dan terkejut melihat siapa yang ada dihadapannya sekarang.“Dylan?”“Aku mengganggumu ya?”Walau Kiara merasa waktu ini sudah termasuk larut malam untuk bertamu tetapi hatinya merasakan bahwa Dylan tidak mungkin datang selarut ini jika tidak ada hal yang terjadi.“Tidak kok. Ayo masuk
Kiara berjalan pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara yang mencolok. Sinar matahari pagi terlihat diseluruh ruangan dan membuat ruangan TV Kiara dipenuhi sinarnya. Kiara berniat menutupi sedikit gorden untuk membatasi akses masuknya cahaya itu. Kiara takut Dylan terbangun karna silaunya cahaya matahari pagi.Kekasihnya itu sedang tertidur dengan pulas disofa panjang abu milik Kiara. Dylan terlihat sangat lelah dan sedang kacau hingga Kiara memintanya untuk menginap saja karna waktu juga sudah sangat larut malam untuk Dylan pulang. “Nah seperti ini lebih baik.”Kiara menutup sebagian gorden tadi dan membuat cahaya silau tidak terlalu mendominasi. Ia berjalan kearah dapurnya untuk memasak sarapan mereka berdua.Kiara bernafas lega karna masih terdapat bahan makanan yang dapat dia masak untuk sarapan. Karna seingat Kiara sudah lama sekali dia tidak belanja bulanan. Kegiatan kantor akhir-akhir ini benar-benar menyita waktunya.Kiara ingin membuat sandwich dan susu cokelat untuk sarapan
Kiara terkejut bukan main mendengar perkataan Dylan. Memutuskan keluar dari perusahaan? Ini sepertinya tidak sesederhana yang Kiara pikirkan.“Apa harus dengan langkah itu? Tidakkah dibicarakan lebih dulu?” bujuk Kiara sambil terus menggenggam tangan kekasihnya itu.Dylan tersenyum getir mendengar perkataan Kiara. Andai saja watak papa tidak keras mungkin saja hal seperti ini bisa dibicarakan dengan baik-baik.“Aku dan papa sudah tidak sejalan. Kami tidak berada pada satu visi dan misi. Ini juga susah untukku tetapi memaksakannya akan lebih sulit.”Dylan tertunduk lesu setelah mengatakan hal itu. Sebenarnya hatinya terasa sangat sakit untuk mengambil langkah ini semua. Menentang papanya bukan hal yang membuatnya senang tetapi campur tangan papa dalam urusan perusahaan takutnya akan lebih menyulitkan Kiara kedepannya. Dan Dylan tidak ingin hal itu terjadi tetapi dia tidak mungkin mengatakan hal ini ke Kiara.“Impianku dari dulu juga membangun perusahan dibidang investasi dengan dasar
Kiara terkejut ketika bibir manis Dylan langsung melumat habis bibir mungilnya. Tangan kekar laki-laki itu melingkar di pinggangnya dan menariknya semakin mendekat ke pelukan Dylan. Dylan seakan mengunci Kiara untuk tidak menjauh. Sensasi aneh dan mendebarkan memacu jantung Kiara berdetak tak karuan. Demi tuhan tubuhnya serasa panas dingin menerima serangan dan sentuhan Dylan disetiap incihnya. Laki-laki itu melakukan semuanya dengan sangat perlahan membiarkan Kiara merasakan setiap hal yang ia lakukan adalah tulus. Dylan menarik tengkuk Kiara mendekat dan kembali mencium bibir itu tak berhenti. Tetapi Kiara menikmatinya, mata gadis itu terpejam dan mengikuti setiap gerakan yang Dylan berikan. Dring~~~~ Mereka berdua terkejut ketika handphone Dylan kembali berdering dan menampilkan nama Lira di display handphonenya. Karna nada dering itupun mereka berdua langsung berhenti dan tersadar bahwa keadaan tadi hampir diluar kendali. Pipi Kiara merah padam dan rambutnya sedikit acak-acak
“Ya Tuhan, Dylan! Ayok ikut kakak dulu.” Lira menarik nafas lega ketika melihat Dylan muncul diruangan tamu milik keluarga mereka. Lira hampir frustasi karna dia tidak dapat menghubungi adiknya itu dari semalam. Lira menyeret Dylan untuk masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu itu rapat-rapat. “Kakak butuh penjelasan disini.” Lira menekankan kata itu dengan sangat jelas dan Dylan tahu bahwa kakaknya itu sedang kesal. Tetapi Dylan bisa apa? Dia benar-benar malas untuk pulang kemarin. Moodnya sedang sangat hancur. “Kakak mengharapkan aku bercerita apa? Pasti papa sudah menceritakan semuanya.” timpal Dylan dengan malas. “Hei. Sejak kapan kakak lebih mempercayai papa daripada adik kesayangan kakak ini?” Lira duduk disebelah adiknya itu dan menyadari bahwa Dylan masih terlihat kesal. Lira tahu bahwa dia tidak akan dapat membantu banyak mendamaikan papa dan Dylan karna watak mereka yang sama-sama keras. Dylan adalah perwujudan papa persis. “Apakah keputusan untuk keluar dan melepas
“Ya Tuhan, Dylan! Ayok ikut kakak dulu.” Lira menarik nafas lega ketika melihat Dylan muncul diruangan tamu milik keluarga mereka. Lira hampir frustasi karna dia tidak dapat menghubungi adiknya itu dari semalam. Lira menyeret Dylan untuk masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu itu rapat-rapat. “Kakak butuh penjelasan disini.” Lira menekankan kata itu dengan sangat jelas dan Dylan tahu bahwa kakaknya itu sedang kesal. Tetapi Dylan bisa apa? Dia benar-benar malas untuk pulang kemarin. Moodnya sedang sangat hancur. “Kakak mengharapkan aku bercerita apa? Pasti papa sudah menceritakan semuanya.” timpal Dylan dengan malas. “Hei. Sejak kapan kakak lebih mempercayai papa daripada adik kesayangan kakak ini?” Lira duduk disebelah adiknya itu dan menyadari bahwa Dylan masih terlihat kesal. Lira tahu bahwa dia tidak akan dapat membantu banyak mendamaikan papa dan Dylan karna watak mereka yang sama-sama keras. Dylan adalah perwujudan papa persis. “Apakah keputusan untuk keluar dan melepas
Kiara terkejut ketika bibir manis Dylan langsung melumat habis bibir mungilnya. Tangan kekar laki-laki itu melingkar di pinggangnya dan menariknya semakin mendekat ke pelukan Dylan. Dylan seakan mengunci Kiara untuk tidak menjauh. Sensasi aneh dan mendebarkan memacu jantung Kiara berdetak tak karuan. Demi tuhan tubuhnya serasa panas dingin menerima serangan dan sentuhan Dylan disetiap incihnya. Laki-laki itu melakukan semuanya dengan sangat perlahan membiarkan Kiara merasakan setiap hal yang ia lakukan adalah tulus. Dylan menarik tengkuk Kiara mendekat dan kembali mencium bibir itu tak berhenti. Tetapi Kiara menikmatinya, mata gadis itu terpejam dan mengikuti setiap gerakan yang Dylan berikan. Dring~~~~ Mereka berdua terkejut ketika handphone Dylan kembali berdering dan menampilkan nama Lira di display handphonenya. Karna nada dering itupun mereka berdua langsung berhenti dan tersadar bahwa keadaan tadi hampir diluar kendali. Pipi Kiara merah padam dan rambutnya sedikit acak-acak
Kiara terkejut bukan main mendengar perkataan Dylan. Memutuskan keluar dari perusahaan? Ini sepertinya tidak sesederhana yang Kiara pikirkan.“Apa harus dengan langkah itu? Tidakkah dibicarakan lebih dulu?” bujuk Kiara sambil terus menggenggam tangan kekasihnya itu.Dylan tersenyum getir mendengar perkataan Kiara. Andai saja watak papa tidak keras mungkin saja hal seperti ini bisa dibicarakan dengan baik-baik.“Aku dan papa sudah tidak sejalan. Kami tidak berada pada satu visi dan misi. Ini juga susah untukku tetapi memaksakannya akan lebih sulit.”Dylan tertunduk lesu setelah mengatakan hal itu. Sebenarnya hatinya terasa sangat sakit untuk mengambil langkah ini semua. Menentang papanya bukan hal yang membuatnya senang tetapi campur tangan papa dalam urusan perusahaan takutnya akan lebih menyulitkan Kiara kedepannya. Dan Dylan tidak ingin hal itu terjadi tetapi dia tidak mungkin mengatakan hal ini ke Kiara.“Impianku dari dulu juga membangun perusahan dibidang investasi dengan dasar
Kiara berjalan pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara yang mencolok. Sinar matahari pagi terlihat diseluruh ruangan dan membuat ruangan TV Kiara dipenuhi sinarnya. Kiara berniat menutupi sedikit gorden untuk membatasi akses masuknya cahaya itu. Kiara takut Dylan terbangun karna silaunya cahaya matahari pagi.Kekasihnya itu sedang tertidur dengan pulas disofa panjang abu milik Kiara. Dylan terlihat sangat lelah dan sedang kacau hingga Kiara memintanya untuk menginap saja karna waktu juga sudah sangat larut malam untuk Dylan pulang. “Nah seperti ini lebih baik.”Kiara menutup sebagian gorden tadi dan membuat cahaya silau tidak terlalu mendominasi. Ia berjalan kearah dapurnya untuk memasak sarapan mereka berdua.Kiara bernafas lega karna masih terdapat bahan makanan yang dapat dia masak untuk sarapan. Karna seingat Kiara sudah lama sekali dia tidak belanja bulanan. Kegiatan kantor akhir-akhir ini benar-benar menyita waktunya.Kiara ingin membuat sandwich dan susu cokelat untuk sarapan
Kiara mengambil hairdryer diatas meja dan mulai mengeringkan rambutnya. Segar sekali rasanya setelah penat seharian mengurus semua hal tentang dokumen yang harus diserahkan segera ke PT Admir.Hari ini benar-benar sangat padat dan membuat badannya terasa sedikit lelah. Tetapi semua rasa lelah ini terbayar dengan sempurna. Perusahaannya mampu memenangkan untuk investasi kali ini.TINGBel apartemennya berbunyi menandakan adanya tamu yang datang. Kiara melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 10 malam. Siapa tamu tidak diundang yang datang sangat larut seperti ini.Kiara keluar dari kamarnya dengan malas tetapi tidak mungkin membiarkan bel itu berbunyi terus menerus. Akhirnya ia membuka pintu apartementnya dan terkejut melihat siapa yang ada dihadapannya sekarang.“Dylan?”“Aku mengganggumu ya?”Walau Kiara merasa waktu ini sudah termasuk larut malam untuk bertamu tetapi hatinya merasakan bahwa Dylan tidak mungkin datang selarut ini jika tidak ada hal yang terjadi.“Tidak kok. Ayo masuk
“Papa memilih membuang anak kandung sendiri demi anak yang bahkan baru papa temui sekali saja.”Suara Mira bergetar mengatakan hal itu. Rasanya sangat sakit untuk mengungkapkan semua perasaanya saat ini. Hatinya sangat kalut. Emosi yang dia pendam benar-benar seperti akan meledak.“Papa tidak ingin membahas ini lagi, lebih-““Karna wanita itu keluarga kita hancur! Hancur!”Mira berteriak histeris tanpa memperdulikan keaadan sekitarnya. Dia tidak peduli jika seluruh orang dikantor ini mendengar teriakannya. Dia hanya ingin meluapkan semuanya sekarang.“Mira kau sudah berlebihan. Ini tidak ada hubunganya dengan mereka!”“Papa masih saja membela mereka? Papa kira aku masih anak kecil yang dapat papa bodohi, hah?!”“Mira, diam!”Laki-laki itu sudah bangkit dari tempat duduknya dan mukanya merah padam. Tampak jelas jika dia marah besar. Tetapi hal itu tidak membuat Mira gentar sedikitpun.“Apa yang tidak papa berikan untuk semua kemauan dan kesenanganmu? Kau bisa bersenang-senang dan hidup
Gemuruh suara tepuk tangan langsung mengisi ruangan rapat ketika Kiara selesai memaparkan presentasinya. Terlihat Pak Wahyu begitu bangga dengan apa yang telah Kiara sampaikan barusan.Kiara merasakan seluruh beban yang ia pikul tadi terasa sedikit berkurang. Jantungnya luar biasa deg-degan karna ia tidak ingin membuat kesalahan sekecil apapun untuk meeting kali ini. Kiara sudah terbiasa tampil seperti ini tetapi untuk kali ini suasananya terasa sangat berbeda.“Well done, Kiara.”Pak Wahyu menepuk pundah Kiara dengan bangga ketika Kiara dipersilahkan untuk duduk disampingnya.“Saya tadi sempat kagum beberapa saat, Kiara menampilkan semua yang menjadi pertanyaan saya.”Perkataan Radeva membuat Kiara merasa sedikit terpuji. Bagaimana tidak, Radeva lah penentu keberhasilan meeting kali ini.“Dengan adanya meeting ini saya kembali yakin bahwa SkyLine memang layak diikutsertakan pada investasi kali ini. Selamat Kiara, kau berhasil meyakinkanku.”Kiara terdiam mematung sesaat. Perkataan Ra
Dylan melirik Kiara yang sedari tadi masih sibuk dengan tab di depannya. Dylan tahu bahwa Kiara sedang berjuang penuh untuk investasi kali ini. Dan dia ingin berperan penting untuk menolong Kiara walau Dylan tahu bahwa ini akan berkonsekuensi tinggi untuknya. Tetapi Dylan mencoba menepis perasaan itu sekrang karna Kiara lah prioritasnya saat ini.“Ini menunya pak.” Seorang waiters menyerahkan sebuah tabel menu dan meninggalkan Dylan dan Kiara untuk memilih terlebih dahulu.Dylan yang melihat Kiara masih berkutat dengan tabnya, memilih untuk langsung memilihkan menu makan malam mereka kali ini. Rasanya akan sangat mengganggu konsentrasi Kiara jika harus menanyakan tentang hal apa yang akan dipesan.Dylan memanggil waiters itu kembali untuk mencatatkan apa saja yang akan mereka pesan untuk kali ini.“Akhirnya! Done.” teriak Kiara senang.“Hebat sekali pacarku.”Dylan mengacak rambut Kiara gemes dan sukses membuat pipi Kiara kembali merona. Tindakan kecil Dylan sungguh mampu selalu memb
Kiara mencatat point-point penting dari Pak Wahyu yang akan mereka sampaikan nanti saat meeting dengan Radeva.Radeva telah mengundang Pak Wahyu dan Kiara untuk berbicara lebih lanjut tentang impact apa yang akan perusahan SkyLine berikan jika ikut andil kedalam investasi kali ini.“Talent yang kita telah siapkan sudah sejauh mana perkembangannya?”“Mereka telah memasuki tahap final untuk uji hasil Pak Wahyu, semoga hasil yang didapatkan akan sesuai ekspektasi kita.”“Semoga saja, karna ini adalah penentu keberhasilan kita untuk membujuk PT Admire bekerja sama.”“Noted Pak. Akan saya follow up terus dan beritau perkembangannya ke bapak.”“Terima kasih banyak Kiara untuk tidak menyerah.”“Sama-sama Pak, terima kasih juga untuk selalu mempercayai saya.”Kiara merasa sangat lega karna Pak Wahyu sudah memberikan respon yang positif atas kinerjanya kemarin. Kiara sempat merasa sangat bersalah karna hampir saja gagal dan mengecewakan beliau.****“Ratih tolong saya untuk memberikan hasil ev