Dylan melihat Kiara terus menatap sepatu itu dengan tatapan yang sulit ia artikan.
Ia menggoyang-goyangkan kakinya seakan menguji apakah sepatu ini benar-benar sesuai untuk ukuran mungil kakinya.Benar-benar seperti anak kecil. Dylan tersenyum tanpa sadar. Ia begitu senang memperhatikan apapun yang Kiara lakukan.Hal itu sudah menjadi kebiasaan rutinnya.“Bagiamana suka tidak?” tanya Dylan memastikan.Kiara mengangguk dengan antusias. Rambut bergelombangnya ikut bergerak seirama dengan anggukan kepalanya.Astaga imut sekali, batin Dylan.Ia benar-benar menahan seluruh indra tubuhnya agar tidak langsung memeluk gadis itu. Betapa rasa rindunya seakan meluap keluar.Dylan senang Kiara sudah tidak terlalu mengacuhkannya. Walau Dylan tidak yakin ini akan bertahan lama.Terlihat jelas Kiara membuat batasan diantara mereka. Tetapi hal ini wajar wanita itu lakukan mengingat bagaimana berakhirnya hubungan mereka.Tanpa sadar ada tangan yang menarik-narik ujung jas yang Dylan kenakan yang membuat laki-laki itu tersadar dari lamunannya.Terlihat di depannya sekarang seorang gadis kecil mungkin kisaran umur 10 tahunan sedang menatapnya dengan tatapan penuh harap. Ditangan anak kecil itu Dylan melihat ada sebuket bunga matahari yang begitu indah.“Apakah paman ingin membeli bunga ini? Untuk kakak cantik ini.” tunjuk anak itu kearah Kiara yang balik menatapnya.Dylan menundukkan badannya agar dapat berbicara secara leluasa dengan anak kecil itu.“Apakah kakak ini sama cantiknya dengan bunga ini?” tanya Dylan kembali.“Tentu saja! Kakak ini cantik seperti bunga matahariku ini.”Perkataan polos anak kecil itu membuat Dylan tertawa. Ia cukup terhibur dengan jawaban anak itu.“Baiklah, karna bunga ini sangat cantik bearti aku harus menghadiakannya pada orang yang sama cantiknya bukan?”“Paman sangat tau apa yang aku maksud.” kekeh gadis kecil itu sambil mengadahkan tangannya menyerahkan langsung bunga itu ke Dylan.Dylan langsung mengambilnya dan memberikan gadis kecil itu uang sebagai gantinya.“Terima kasih paman, ini bahkan lebih. Tapi aku tidak punya kembaliannya untukmu. Bagaimana ini?” rintihnya membuat Dylan tersenyum.“Ambil saja, anggap penglaris hari ini ya.”Gadis kecil itu menatap Dylan penuh haru dan mengangguk dengan antusias.“Kakak, pacarmu ini sangat baik!” teriaknya pada Kiara sambil berlari meninggalkan Dylan dan Kiara.Kiara tertawa mendengar perkataannya, ia sama terhiburnya dengan Dylan. Gadis kecil itu benar-benar polos dan beranggapan bahwa Dylan dan Kiara memiliki hubungan.Apakah terlihat seperti itu?Tetapi Kiara menemukan sisi lain dari Dylan, ia memperlakukan gadis kecil tadi dengan begitu lembut dan hangat.Bercanda tanpa ada rasa canggung membuat Dylan terlihat berkali-kali lipat berkarisma hingga membuat Kiara sedikit takjub.Sisi Dylan yang lembut seperti ini sangat jarang ia tunjukkan pada siapapun. Dylan yang orang tahu adalah sosok yang tegas, kaku dan pendiam.Berbeda sekali dengan hal yang Kiara lihat tadi.“Ini untukmu.”Kiara ragu untuk mengambil bunga itu tetapi ia takut tindakannya akan mengecewakan Dylan.Tapi untuk apa ia mengkhawatirkan hal ini?“Apa kau tidak suka?” tanya Dylan karna tidak mendapat respon dari Kiara.Kiara akhirnya memberanikan dirinya mengambil bunga tadi tetapi ia tidak berani menatap secara langsung kearah Dylan.Ia begitu gugup sekarang dan ia tidak ingin Dylan tau.“Apa kau sanggup untuk berjalan lagi? Lokasinya lumayan jauh darisini.”“Memang kita akan kemana?” tanya Kiara lagi.“Apa kau tidak lapar? Kita belum makan daritadi.”Kiara baru menyadari bahwa rasa tidak nyaman diperutnya daritadi adalah rasa lapar. Ia dan Dylan belum menyantap satu makanan pun dari pagi tadi.“Tapi kenapa tidak resto disekitar sini?”“Bukankah kau alergi seafood? Disekitar sini banyak resto seafood.”JLEBJawaban Dylan membuat tubuh Kiara mematung.Lagi.Dylan masih ingat jika Kiara alergi seafood.5 tahun rasanya waktu yang cukup lama untuk melupakan semua hal tentang Kiara tetapi Dylan bahkan masih bisa mengingat hal sekecil ini.“Ayok, nanti semakin lama kita bisa mati kelaparan.” ajak Dylan sambil mengulurkan tangannya untuk mengajak Kiara pergi.Tetapi Kiara malah mengabaikan tangan itu dan langsung berjalan mendahului Dylan.Diabaikan lagi. Dylan kembali merasa Kiara mengacuhkannya lagi.Dylan berjalan dibelakang Kiara mengikuti langkah kaki Kiara. Sesekali dia menatap was-was ketika wanita itu tidak sengaja seperti akan tersandung dan terjatuh.Dylan bahkan sudah memperingatinya juga tetapi memang koridor jalan ini lumayan sempit karna banyak pedagang disekitarnya.Tanpa pikir panjang lagi Dylan langsung menggandeng tangan Kiara dan menggengamnya erat.“Hei!” teriak Kiara kaget.“Kau bisa terjatuh lagi jika tidak aku genggam begini.” respon Dylan santai.“Aku bisa sendiri. Lepaskan.” titah Kiara lagi.“Tidak.”Dylan semakin mengeratkan tangan meraka dan menuntun Kiara untuk berjalan disampingnya. Kiara hanya bisa pasrah dan mengikuti langkah Dylan.Mereka berjalan berdampingan dengan tangan erat yang tergenggam.Jantung Kiara terus berdetak dengan ritme yang ia sulit atasi. Saraf dan indra tubuhnya seakan tidak berfungsi. Fokus dan kendalinya benar-benar hilang.Perasaan ini lagi batin Kiara.Sepertinya perasaan aneh ini sudah lama sekali tidak bergetar di hatinya.Tetapi kenapa dengan adanya Dylan jantung dan hati Kiara berirama dengan ritme yang sulit ia ungkapkan dengan kata.Kenapa hanya dengan Dylan ia merasakan hal ini tidak dengan yang lain.Bahkan setelah sekian lama, hati itu terasa terbuka kembali.“Astaga serius? Dylan membelikanmu bunga?” teriak Kalisha antusias.Kiara menatap sahabatnya itu sembari sedikit memijit sekitar pergelangan kakinya. Hari ini benar-benar melelahkan baginya.“Lebih baik kau bantu pijitkan kakiku ini, Kalisha. Rasanya seperti mau patah.” keluh Kiara.“Oh ini ya sepatu dari Dylan?” tanya Kalisha menggoda dengan menjinjing sepatu sepatu flat berwarna hitam.“Bahkan ukurannya tepat loh Kiara. Bagaimana bisa dia masih mengingat ukuran kakimu?”Kiara mengangkat bahunya tanda tidak tahu. Tapi hal itu juga yang terus ia pikirkan sedari tadi.Setiap tingkah laku Dylan hari ini benar-benar memberikan pandangan berbeda Kiara padanya.Hampir seharian ini mereka terus bersama.“Bagaimana kalau memang Dylan masih berharap kalian bisa kembali?” “Mana mungkin Kalisha, kau ini lucu sekali.” jawab Kiara cepat.Suatu hal yang mustahil baginya. Bagaimana mungkin?“Aku tidak mungkin langsung terbuai hanya karna perlakukan kecilnya ini, Kalisha.”“Kau ingat bukan dia dulu
Dring~~~~Terdengar bunyi ponsel Dylan berdering kencang memecah keheningan diruangannya. Sekilas Dylan melihat no asing yang tertera di layar handphone.Awalnya Dylan ragu untuk mengangkat tetapi handphone itu berdering terus dan sedikit mengusiknya.“Halo.” sapa Dylan ragu.Tak lama terdengar suara wanita yang ia hafal betul.Kiara, batinnya.“Apakah kita bisa bertemu sekarang?”Dylan terdiam sejenak. Dylan agak tersentak kaget mendengar wanita ini mengatakan hal itu. Jika mengingat bagaimana acuhnya Kiara terhadap Dylan.Terasa sangat aneh Kiara bahkan menelfonnya lebih dulu dan mengajak bertemu.Kiara bearti menyimpan info kontaknya. Terbesit sedikit rasa senang di hati Dylan.“Sekarang? Kenapa tiba-tiba sekali?” tanya Dylan langsung.“Hmm, aku ingin membicarakan mengenai hasil kunjungan kita kemarin.” sambung Kiara lagi.Oh masalah pekerjaan. Dylan merasakan dirinya sedikit kecewa.Lagian memang apa yang Dylan harapkan? Kiara dan ia memang sebatas partner kerja.“Oh harus sekarang
“Apakah kau ingin pergi bersamaku sabtu nanti?”Perkataan Kiara membuat tubuh Dylan membeku. Dylan terkejut dengan perkataan wanita itu.DEGApa yang membuat Kiara bisa tiba-tiba saja ingin mereka pergi berdua? Terlebih di hari weekend, bukan masalah pekerjaan pastinya. Ini lebih terkesan seperti kencan.Namun tiba-tiba saja handphone Dylan berdering keras menandakan panggilan masuk. Dylan mengeceknya dan melihat nama Mira tertera di layar handphonenya.“Halo, Mira.”Dylan melihat ekspresi Kiara yang terkejut ketika Dylan mengatakan nama itu tetapi dia cepat-cepat menutupi keterkejutannya dan bersikap seperti biasa saja. Tetapi Dylan tau, Kiara dan Mira memang rival sejak dulu.“Baiklah, nanti aku kabari.” jawab Dylan menutup pembicaaran ia dan Mira.“Mira ya tadi? Kenapa dia menelfon?”Kiara langsung mencerca Dylan dengan cepat. Terlihat sekali Kiara sangat ingin tahu pembicaraan mereka tadi. Tapi untuk apa?“Dia mengajakku ke acara launching investasi sabtu nanti-““Oh Mira juga d
“Satu kosong. Senang sekali melihatmu kalah lagi.”Kiara meninggalkan Mira yang terdiam memandang Kiara marah.Kiara tersenyum puas melihat ekpresi itu. Karna hal inilah yang memang dia ingingkan.Terbesit rasa senang luar biasa jika dia bisa mengalahkan Mira dengan mudah.“Kau tidak papa jika aku tinggal? Aku harus presentasi sebentar lagi.” Kiara mengangguk mendengar perkataan Dylan. Rasanya ia bukan anak kecil yang harus dipantau oleh Dylan setiap saat.“Good Luck.” Kiara coba menyemangati Dylan. Dan dibalas dengan Dylan dengan mengelus kepala Kiara lembut.“Terima kasih.” jawab Dylan sambil tersenyum.DEGHati Kiara berdetak kembali. Perlakuan kecil Dylan membuat Kiara hati Kiara kembali bergetar.Kiara memandang laki-laki itu berjalan kedepan dan memaparkan materi yang telah ia siapkan sedari tadi.Dylan terlihat begitu bersinar malam ini. Laki-laki berkacamata itu terlihat berkali-kali lipat meningkat ketampanannya, countur wajah tegas, hidung mancung, alis yang terukir sempur
“Dia mengatakan bahwa kau kembali bukan untukku.”Perkataan Kiara tersebut sukses membuat Dylan dengan refleks menekan pedal gas dengan cepat membuat mobil terhenti mendadak.Dylan dengan sigap langsung menahan tubuh Kiara yang terdorong kedepan dengan tangannya.“Maaf. Tapi ini benar-benar membuat aku terkejut.”Dylan dengan buru-buru memarkirkan mobilnya pelan kepinggir jalan raya agar tidak menyebabkan kekacauan. Cukup dengan hal tadi saja, karna itu bisa membahayakan nyawa mereka berdua.Dylan mengambil tangan Kiara pelan dan menggenggamnya.“Aku akan menjelaskan semuanya, Kiara. Beri aku waktu ya?”Kiara mengangguk dan hal itu membuat Dylan lega.Dylan memutar setir mobilnya dan melajukan pelan.Kiara menghabiskan suapan terakhir steak didepannya dengan lahap. Ia benar-benar merasa lapar. Energinya ternyata terkuras habis karna Mira.“Sepertinya kita harus menambah porsinya.” kekeh Dylan yang langsung disambut dengan cemberut oleh Kiara.Astaga imut sekali, batin Dylan tidak taha
Kiara terdiam dan hanya bisa memandang tidak percaya dengan apa yang ada di depannya.Sosok yang paling tidak ingin dia lihat sekarang malah berdiri angkuh menatapnya.“Mira?” Perkataan Kiara membuat mama dan teman laki-lakinya itu menoleh melihat Kiara dan Mira saling bergantian.“Kalian saling kenal?” tanya Mama Kiara senang tanpa tahu bahwa Kiara mati-matian menahan emosinya.“Aku pulang ma.” lirih Kiara pelan.Kiara memutar badannya hendak berbalik tapi langkahnya terhenti ketika tangan mamanya menggapai tangan Kiara dengan cepat.“Hei kenapa sayang? Ada yang salah?” tanyanya khawatir.“Ternyata kita akan menjadi saudara ya? Haha lucu sekali!” suara tawa Mira menggema sekeliling ruangan.Kiara menatap Mira dengan tajam. Ia benar-benar mungkin akan kehilangan kontrolnya jika Mira terus bersikap seperti ini.“Kiara, kalian saling kenal? Kenapa ini, Nak?” Terlihat raut khawatir dari mamanya membuat hati Kiara semakin miris.“Tante-ups apakah aku harus memanggilmu mama?” sindir Mira
Dylan terus menatap Kiara yang masih tertidur pulas dibahunya.Wanita itu tertidur karna lelah menangis. Dan Dylan tidak tega untuk membangunkannya, alhasil ia hanya menunggu Kiara tertidur sambil bersandar dibahunya di dalam mobil.Ia ingin mengantarkan gadis itu pulang tapi ia belum tau alamat Kiara. Ia rela menunggu sampai semalaman pun jika memang Kiara tidak terbangun juga.Ia memandang wajah Kiara dengan jarak yang sangat dekat. Ia melihat setiap inchi dari wajah favoritenya ini. Dan Dylan perlahan mengelus pelan wajah itu dengan lembut.Ia merasa gagal untuk menghibur Kiara. Gadis itu menangis tanpa henti seakan-akan hatinya benar-benar hancur.Terbesit rasa bersalah di diri Dylan jika mengingat apakah pada saat perpisahan mereka kemarin juga membuat Kiara menangis seperti ini?Jika tepat 5 tahun orang tua Kiara telah berpisah maka hal itu juga waktu yang sama dengan perpisahan mereka.Membayangkan gadis ini menghadapi semua luka ini sendiri membuat Dylan benar-benar merasa bah
“Papa!” Kiara berlari menghampiri laki-laki bertopi hitam yang baru saja keluar dari arrival gate dan langsung memeluknya erat.Kiara begitu rindu dengan papanya karna sudah 6 bulan kurang lebih mereka belum bertemu.“Papa tampak lebih gendut.” kekeh Kiara sambil memukul pelan perut papanya yang disambut dengan gelak tawa dari papanya.“Putri papa semakin cantik saja. Papa hampir tidak mengenalinya tadi.” godanya.Kiara tersenyum penuh bangga dan langsung saja menggandeng lengan papanya untuk keluar dari bandara.“Papa saja yang menyetir. Hari ini kita quality time sepuasanya, oke?”Kiara mengacungkan jempolnya sambil tersenyum senang.“Papa memang yang terbaik!”Mereka berdua masuk kedalam mobil Kiara dan melaju meninggalkan bandara.“Papa disini berapa hari?” tanya Kiara memulai obrolan.“Maaf sayang papa tidak bisa lama. Tapi papa usahakan untuk izin lebih lama jika-““Nope. Tidak perlu papa, aku baik-baik saja.” jawab Kiara langsung dengan lantang.Kiara tau papanya pasti sibuk,
“Ya Tuhan, Dylan! Ayok ikut kakak dulu.” Lira menarik nafas lega ketika melihat Dylan muncul diruangan tamu milik keluarga mereka. Lira hampir frustasi karna dia tidak dapat menghubungi adiknya itu dari semalam. Lira menyeret Dylan untuk masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu itu rapat-rapat. “Kakak butuh penjelasan disini.” Lira menekankan kata itu dengan sangat jelas dan Dylan tahu bahwa kakaknya itu sedang kesal. Tetapi Dylan bisa apa? Dia benar-benar malas untuk pulang kemarin. Moodnya sedang sangat hancur. “Kakak mengharapkan aku bercerita apa? Pasti papa sudah menceritakan semuanya.” timpal Dylan dengan malas. “Hei. Sejak kapan kakak lebih mempercayai papa daripada adik kesayangan kakak ini?” Lira duduk disebelah adiknya itu dan menyadari bahwa Dylan masih terlihat kesal. Lira tahu bahwa dia tidak akan dapat membantu banyak mendamaikan papa dan Dylan karna watak mereka yang sama-sama keras. Dylan adalah perwujudan papa persis. “Apakah keputusan untuk keluar dan melepas
Kiara terkejut ketika bibir manis Dylan langsung melumat habis bibir mungilnya. Tangan kekar laki-laki itu melingkar di pinggangnya dan menariknya semakin mendekat ke pelukan Dylan. Dylan seakan mengunci Kiara untuk tidak menjauh. Sensasi aneh dan mendebarkan memacu jantung Kiara berdetak tak karuan. Demi tuhan tubuhnya serasa panas dingin menerima serangan dan sentuhan Dylan disetiap incihnya. Laki-laki itu melakukan semuanya dengan sangat perlahan membiarkan Kiara merasakan setiap hal yang ia lakukan adalah tulus. Dylan menarik tengkuk Kiara mendekat dan kembali mencium bibir itu tak berhenti. Tetapi Kiara menikmatinya, mata gadis itu terpejam dan mengikuti setiap gerakan yang Dylan berikan. Dring~~~~ Mereka berdua terkejut ketika handphone Dylan kembali berdering dan menampilkan nama Lira di display handphonenya. Karna nada dering itupun mereka berdua langsung berhenti dan tersadar bahwa keadaan tadi hampir diluar kendali. Pipi Kiara merah padam dan rambutnya sedikit acak-acak
Kiara terkejut bukan main mendengar perkataan Dylan. Memutuskan keluar dari perusahaan? Ini sepertinya tidak sesederhana yang Kiara pikirkan.“Apa harus dengan langkah itu? Tidakkah dibicarakan lebih dulu?” bujuk Kiara sambil terus menggenggam tangan kekasihnya itu.Dylan tersenyum getir mendengar perkataan Kiara. Andai saja watak papa tidak keras mungkin saja hal seperti ini bisa dibicarakan dengan baik-baik.“Aku dan papa sudah tidak sejalan. Kami tidak berada pada satu visi dan misi. Ini juga susah untukku tetapi memaksakannya akan lebih sulit.”Dylan tertunduk lesu setelah mengatakan hal itu. Sebenarnya hatinya terasa sangat sakit untuk mengambil langkah ini semua. Menentang papanya bukan hal yang membuatnya senang tetapi campur tangan papa dalam urusan perusahaan takutnya akan lebih menyulitkan Kiara kedepannya. Dan Dylan tidak ingin hal itu terjadi tetapi dia tidak mungkin mengatakan hal ini ke Kiara.“Impianku dari dulu juga membangun perusahan dibidang investasi dengan dasar
Kiara berjalan pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara yang mencolok. Sinar matahari pagi terlihat diseluruh ruangan dan membuat ruangan TV Kiara dipenuhi sinarnya. Kiara berniat menutupi sedikit gorden untuk membatasi akses masuknya cahaya itu. Kiara takut Dylan terbangun karna silaunya cahaya matahari pagi.Kekasihnya itu sedang tertidur dengan pulas disofa panjang abu milik Kiara. Dylan terlihat sangat lelah dan sedang kacau hingga Kiara memintanya untuk menginap saja karna waktu juga sudah sangat larut malam untuk Dylan pulang. “Nah seperti ini lebih baik.”Kiara menutup sebagian gorden tadi dan membuat cahaya silau tidak terlalu mendominasi. Ia berjalan kearah dapurnya untuk memasak sarapan mereka berdua.Kiara bernafas lega karna masih terdapat bahan makanan yang dapat dia masak untuk sarapan. Karna seingat Kiara sudah lama sekali dia tidak belanja bulanan. Kegiatan kantor akhir-akhir ini benar-benar menyita waktunya.Kiara ingin membuat sandwich dan susu cokelat untuk sarapan
Kiara mengambil hairdryer diatas meja dan mulai mengeringkan rambutnya. Segar sekali rasanya setelah penat seharian mengurus semua hal tentang dokumen yang harus diserahkan segera ke PT Admir.Hari ini benar-benar sangat padat dan membuat badannya terasa sedikit lelah. Tetapi semua rasa lelah ini terbayar dengan sempurna. Perusahaannya mampu memenangkan untuk investasi kali ini.TINGBel apartemennya berbunyi menandakan adanya tamu yang datang. Kiara melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 10 malam. Siapa tamu tidak diundang yang datang sangat larut seperti ini.Kiara keluar dari kamarnya dengan malas tetapi tidak mungkin membiarkan bel itu berbunyi terus menerus. Akhirnya ia membuka pintu apartementnya dan terkejut melihat siapa yang ada dihadapannya sekarang.“Dylan?”“Aku mengganggumu ya?”Walau Kiara merasa waktu ini sudah termasuk larut malam untuk bertamu tetapi hatinya merasakan bahwa Dylan tidak mungkin datang selarut ini jika tidak ada hal yang terjadi.“Tidak kok. Ayo masuk
“Papa memilih membuang anak kandung sendiri demi anak yang bahkan baru papa temui sekali saja.”Suara Mira bergetar mengatakan hal itu. Rasanya sangat sakit untuk mengungkapkan semua perasaanya saat ini. Hatinya sangat kalut. Emosi yang dia pendam benar-benar seperti akan meledak.“Papa tidak ingin membahas ini lagi, lebih-““Karna wanita itu keluarga kita hancur! Hancur!”Mira berteriak histeris tanpa memperdulikan keaadan sekitarnya. Dia tidak peduli jika seluruh orang dikantor ini mendengar teriakannya. Dia hanya ingin meluapkan semuanya sekarang.“Mira kau sudah berlebihan. Ini tidak ada hubunganya dengan mereka!”“Papa masih saja membela mereka? Papa kira aku masih anak kecil yang dapat papa bodohi, hah?!”“Mira, diam!”Laki-laki itu sudah bangkit dari tempat duduknya dan mukanya merah padam. Tampak jelas jika dia marah besar. Tetapi hal itu tidak membuat Mira gentar sedikitpun.“Apa yang tidak papa berikan untuk semua kemauan dan kesenanganmu? Kau bisa bersenang-senang dan hidup
Gemuruh suara tepuk tangan langsung mengisi ruangan rapat ketika Kiara selesai memaparkan presentasinya. Terlihat Pak Wahyu begitu bangga dengan apa yang telah Kiara sampaikan barusan.Kiara merasakan seluruh beban yang ia pikul tadi terasa sedikit berkurang. Jantungnya luar biasa deg-degan karna ia tidak ingin membuat kesalahan sekecil apapun untuk meeting kali ini. Kiara sudah terbiasa tampil seperti ini tetapi untuk kali ini suasananya terasa sangat berbeda.“Well done, Kiara.”Pak Wahyu menepuk pundah Kiara dengan bangga ketika Kiara dipersilahkan untuk duduk disampingnya.“Saya tadi sempat kagum beberapa saat, Kiara menampilkan semua yang menjadi pertanyaan saya.”Perkataan Radeva membuat Kiara merasa sedikit terpuji. Bagaimana tidak, Radeva lah penentu keberhasilan meeting kali ini.“Dengan adanya meeting ini saya kembali yakin bahwa SkyLine memang layak diikutsertakan pada investasi kali ini. Selamat Kiara, kau berhasil meyakinkanku.”Kiara terdiam mematung sesaat. Perkataan Ra
Dylan melirik Kiara yang sedari tadi masih sibuk dengan tab di depannya. Dylan tahu bahwa Kiara sedang berjuang penuh untuk investasi kali ini. Dan dia ingin berperan penting untuk menolong Kiara walau Dylan tahu bahwa ini akan berkonsekuensi tinggi untuknya. Tetapi Dylan mencoba menepis perasaan itu sekrang karna Kiara lah prioritasnya saat ini.“Ini menunya pak.” Seorang waiters menyerahkan sebuah tabel menu dan meninggalkan Dylan dan Kiara untuk memilih terlebih dahulu.Dylan yang melihat Kiara masih berkutat dengan tabnya, memilih untuk langsung memilihkan menu makan malam mereka kali ini. Rasanya akan sangat mengganggu konsentrasi Kiara jika harus menanyakan tentang hal apa yang akan dipesan.Dylan memanggil waiters itu kembali untuk mencatatkan apa saja yang akan mereka pesan untuk kali ini.“Akhirnya! Done.” teriak Kiara senang.“Hebat sekali pacarku.”Dylan mengacak rambut Kiara gemes dan sukses membuat pipi Kiara kembali merona. Tindakan kecil Dylan sungguh mampu selalu memb
Kiara mencatat point-point penting dari Pak Wahyu yang akan mereka sampaikan nanti saat meeting dengan Radeva.Radeva telah mengundang Pak Wahyu dan Kiara untuk berbicara lebih lanjut tentang impact apa yang akan perusahan SkyLine berikan jika ikut andil kedalam investasi kali ini.“Talent yang kita telah siapkan sudah sejauh mana perkembangannya?”“Mereka telah memasuki tahap final untuk uji hasil Pak Wahyu, semoga hasil yang didapatkan akan sesuai ekspektasi kita.”“Semoga saja, karna ini adalah penentu keberhasilan kita untuk membujuk PT Admire bekerja sama.”“Noted Pak. Akan saya follow up terus dan beritau perkembangannya ke bapak.”“Terima kasih banyak Kiara untuk tidak menyerah.”“Sama-sama Pak, terima kasih juga untuk selalu mempercayai saya.”Kiara merasa sangat lega karna Pak Wahyu sudah memberikan respon yang positif atas kinerjanya kemarin. Kiara sempat merasa sangat bersalah karna hampir saja gagal dan mengecewakan beliau.****“Ratih tolong saya untuk memberikan hasil ev