Pagi-pagi sekali Irina sudah bangun dan bersiap-siap untuk pergi kunjungan ke salah satu Panti asuhan yang berada di sudut Kota. Sejak ia bangun ia tidak berhenti bersumpah serapah karena tidur pagi nya yang terganggu.
Ketika ia tengah bercermin untuk memoles lipstik di bibir nya, ia melirik sejenak ke arah pintu kamarnya yang terbuka dan menampilkan sosok ibunya yang sudah bersedekap dada sambil menatapnya.
"Irina, ibu harap kau tau apa yang harus kau lakukan sampai disana, jangan sampai kau semakin mengacau dan membuat citra mu semakin buruk di depan publik." ujar sang ibu, Edith.
Irina menghentikan kegiatannya kemudian berbalik menghadap sang ibu dengan raut muka masamnya
"Ibu really? Anak-anak? Tidak bisakah ibu menyuruh ku ke tempat yang lain? Misalkan panti jompo? Tidak apa-apa aku harus bertemu dengan tempat yang penuh dengan lansia bau tanah, yang penting jangan pertemukan aku dengan sekumpulan anak-anak yang nakal dan menyebalkan. Ibu tau aku tidak suka." ucap Irina dengan penuh kekesalannya.
"Kau juga sama nakal dan menyebalkan nya Irina, panti asuhan adalah tempat yang tepat untuk mengembalikan citra mu, yah mungkin tidak sekaligus, namun mereka sedikit demi sedikit akan tersentuh dengan apa yang kau lakukan,"
Edith menghela nafas sejenak,"Ingat! orang-orang cepat bersimpati jika bersangkutan dengan anak-anak. Ini sudah menjadi keputusan final ayah dan ibu juga. Sudah jangan menggerutu lagi! Cepat turun dan pergi ke panti, supir sudah menunggumu di bawah." Edith pun keluar dari kamar Irina, meninggalkan Irina yang masih kesal dengan keputusan kedua orang tua nya.
"Skandal sialan! Jika si bodoh Marcus itu tidak menjejalkan aku begitu banyak alkohol, aku tidak akan pulang dalam keadaan mabuk dan melantur yang tidak-tidak di tengah jalan. Dan aku pun tidak akan berurusan dengan hal yang merepotkan seperti ini."
Irina adalah putri seorang Menteri Kesehatan di London, selain itu Irina juga seorang model profesional yang terkenal akan kecantikan dan kepiawaian nya dalam runway
hingga banyak sekali rumah mode yang menjadikannya sebagai brand ambassador. Terlebih ia sering digosipkan kedekatan nya dengan sang Royal Prince, jadi tidak heran jika kehidupan pribadi nya kerap kali disoroti.Malam itu ia tengah berpesta dengan rekan-rekan nya setelah digelarnya Fashion Week, mereka minum dan berdansa sesuai dengan irama.
Menikmati malam yang begitu menyenangkan. Irina pun sama, ia menikmati minumannya, bukan semata-mata hanya meminum nya namun ia lakukan untuk menghilangkan pening yang melandanya dikarenakan The Royal Prince, Prince Hendrik ingin mengajukan lamaran kepadanya
Ayolah Irina adalah tipe wanita yang gemar dekat dengan laki-laki tampan dan berkuasa namun jika ia harus terlibat dan menjadi bagian dari anggota kerajaan ia tidak mau!. Ia tidak ingin hidup di kekang dengan setumpuk aturan yang akan membuat kepalanya mendidih.
Ia tengah berfikir bagaimana caranya menolak lamaran dari seorang pangeran yang berpengaruh di negaranya, salah trik saja bisa-bisa karir ayahnya lah yang akan melayang, karena sebelumnya Hendrik pernah mengancamnya jika ia menolak lamarannya maka ia akan membuat ayahnya di pecat dari jabatannya sebagai mentri.
Irina tidak ingin hal itu terjadi, maka dari itu ia tengah berpikir keras mencari jalan keluarnya untuk menolak Hendrik tanpa harus membuat ayahnya dipecat. Irina dan keluarga nya tidak akan jatuh miskin jika ayahnya dipecat karena mereka memang berasal dari keluarga kaya raya akan tetapi, Irina tidak ingin membuat perjuangan dan kerja keras ayahnya sampai menjadi seorang menteri akan berakhir dengan sia-sia.
Ditengah pusing yang melandanya, Marcus salah satu rekannya menghampiri nya dan memberikannya terus menerus minuman sambil menemaninya berbicara hingga ia sudah berbicara melantur kesana kemari
Di tengah-tengah sisa kesadaran nya ketika ia ingin pulang, Marcus sempat menawarkan diri untuk mengantarnya pulang, namun ia menolak dengan alasan ia tidak sepenuhnya mabuk. Padahal, ketika ia beranjak keluar beberapa kali ia menabrak pengunjung yang lain hingga tidak sedikit orang mengumpatinya.
Saat memasuki mobilnya dan mulai mengendara, di tengah-tengah perjalanan mendadak kepalanya begitu sakit hingga ia memutuskan untuk menepi, perutnya terasa mual hingga Irina pun keluar dari mobilnya dan muntah.
Saat Irina tengah mengeluarkan seluruh isi perutnya tiba-tiba pasangan suami istri yang kebetulan lewat menghampiri nya dan menolongnya namun, ketika mereka akan memapah Irina ke mobilnya, Irina tiba-tiba melantur tidak jelas mengucapkan sumpah serapah dengan berteriak dan sesekali mengumpati Hendrik.
Teriakannya pun mengundang orang-orang yang lewat bahkan yang berkendaraan pun menghentikan kendaraannya dikarenakan mereka mendengar suara yang familiar di telinga mereka. Ternyata benar, seorang model terkenal tengah berteriak layaknya orang gila dalam keadaan kacau, tak sedikit orang yang mengabadikan momen itu dengan memotret bahkan mengambil video
Sebelum kegilaan Irina semakin menjadi, beruntung para ajudan yang memang ditugaskan untuk mengawal Irina datang tepat waktu, mereka mendapat perintah dari sang atasan untuk menjemput Irina yang kebetulan saat Irina keluar dari Club, Marcus sempat menghubungi telpon rumah Irina dan memberitahu kan keadaan Irina yang mengendara dalam keadaan mabuk saat pulang. Ponsel Irina masih aktif sehingga memudahkan mereka untuk menemukan keberadaan Irina.
Irina pun dibawa pulang, dan keesokannya banyak berita miring yang tersebar akan ulahnya semalam, membuat ayah dan ibunya pening melihat kelakuan anak perempuan satu-satunya itu.
"Oh Tuhan, Irina apa lagi ini?" ucap Fredrik sang ayah sembari menatap putrinya yang baru saja bangun dari tidur nya sehabis mabuk semalam.
"Jangan memandangku seolah aku sering membuat onar ayah!. Semalam hanya kelepasan! Media juga terlalu melebih-lebihkan,"
Cukup sudah ia mengingat kejadian tempo hari yang membuat nya kesal setengah mati! Irina pun kembali melihat ke cermin dan memastikan penampilan nya sudah baik dan Serapi mungkin untuk pergi ke panti asuhan,setelah ia merasa sudah cukup ia pun turun untuk pergi bersama supir dan beberapa pengawalnya.
Selama perjalanan Irina hanya menghabiskan waktu dengan tidur sambil mendengarkan musik,ketika ia mendengar suara ketukan di jendela ia pun terbangun
"Nona kita sudah sampai."
Saat Irina memfokuskan pandangannya dan melihat ke depan ia pun terdiam,tubuhnya terasa kaku ketika ia melihat begitu banyak anak-anak yang tengah bermain dan berlarian di depan panti asuhan . Lama Irina terdiam hingga suara sang pengawal pun kembali membangun kannya
"Nona, apakah anda tidak ingin turun?"
Irina pun menghela nafas, dan keluar dari mobil ketika sang pengawal membukakannya pintu. Merapikan sedikit pakaiannya dengan tetap memfokuskan arah pandangnya ke arah panti
"Welcome to the hell" ucapnya sembari matanya menatap kearah panti.
**********************
"Anak-anak kemari, segera berkumpul di aula! Kita kedatangan tamu terhormat!." Intrupsi sang Ibu panti bernama, Rona.
Mendengar hal itu anak-anak pun berkumpul dengan berbaris rapi seperti sudah terlatih jika mereka harus melakukan hal tersebut ketika orang-orang mengunjungi tempat ini. Irina pun hanya bisa menyunggingkan sedikit senyum paksaannya menanggapi.
"Maaf kami tidak tau jika anda akan berkunjung ke sini Nona Irina, sehingga kami tidak mengadakan sambutan yang layak bagi anda, kami benar-benar mendapat kabar mendadak, maafkan kami." ucap Rona
"Tidak apa-apa, tidak perlu ada sambutan, seperti ini sudah cukup. Aku tidak akan lama juga disini." jawab Irina
Irina pun menoleh ke belakang pada pengawalnya untuk cepat membagikan barang-barang yang mereka bawa.
"Aku membawa beberapa bahan makanan, pakaian dan kebutuhan lainnya, ku harap ini berguna bagi kalian. Aku sudah memastikan semua barang-barang ini adalah yang terbaik dan layak digunakan."
"Terimakasih Nona Irina, kami sangat menghargai pemberian anda. Kalau begitu silahkan nikmati waktu anda sementara aku akan membantu mereka." Tanpa menunggu jawaban Irina, Rona pun meninggalkan nya untuk menyusul mereka yang tengah membagikan dan menata barang-barang yang mereka bawa.
Irina pun hanya mendengkus melihatnya, padahal tadi ia sengaja ingin berbicara panjang lebar dengan pengurus panti itu agar ia terhindar dari anak-anak yang sedari tadi mencuri curi pandang ke arahnya seolah mereka ingin menghampiri Irina.
Betul saja, tak lama Rona meninggalkan nya sekumpulan anak-anak menghampiri nya dan mengerubunginya. Dimulai ada yang menarik mantelnya, memainkan rambutnya bahkan ada yang langsung melompat ke pangkuannya yang membuat Irina kesal, ingin sekali ia mendorong anak itu hingga ia tersungkur. Namun ia haru menelan kekesalannya itu, jika tidak hancur sudah tujuannya untuk datang kesini.
"Oh tidak! Aku benci anak-anak." umpatnya
Mendengar hal itu pun, anak kecil yang berada di pangkuan Irina pun menoleh, Irina yang dilihat pun hanya bisa menaikan alisnya
"Kata ibu panti mengumpat itu dosa loh, olang yang seling mengumpat katanya akan dikutuk mempunyai hidung sepelti babi" ucapnya polos.
Mendengar itu pun Irina melotot tak percaya, what the fuck! apa-apaan itu? dikutuk mempunyai hidung seperti babi? Irina merasa ibu panti ini tidak waras mengajar anak kecil seperti itu.
"Dengar bocah! Ibu panti mu itu berbohong, jadi apapun yang dia katakan jangan percaya! Kau sungguh terkontaminasi virus bodoh."
"Aku tidak bodoh bibi!!"
Sekali lagi Irina terkejut dengan ucapan bocah perempuan yang dipangkuan nya itu setelah babi sekarang ia di panggil bibi?
Terlebih anak yang sedari tadi memainkan rambutnya itu mulai menarik-narik rambutnya yang membuat beberapa helai rambutnya putus, sungguh itu perih tau!
Irina yang tak tahan dengan keadaan itu pun bangkit dan menurunkan anak perempuan yang berada di pangkuan nya itu kemudian pergi meninggalkan mereka menuju pengawal nya.
"Ayo kita pulang, aku tiba-tiba merasa tidak enak badan." Alibi nya pada sang pengawal
Setelah mereka berpamitan dan pergi menuju mobil untuk bergegas pulang tiba- tiba salah satu anak kecil berlari menghampiri nya dan menarik mantelnya, merasakan hal itu pun Irina melihat kebawah dan ternyata pelakunya tak lain adalah bocah yang memanggil nya bibi tadi
"Ada apa bocah?" Tanya Irina
Anak itu pun memberika bunga Krisan emas yang ia bawa kepada Irina sambil tersenyum.
"Bawalah bunga ini, aku memetiknya untuk mu."
"Bunga Krisan?. Bukan kah ini bunga Keberuntungan?" Ucap Irina sambil menatap bocah itu
Yang ditatap pun hanya tersenyum dan pergi meninggalkan Irina dan kembali ke panti. Melihat hal itu pun Irina hanya mengedikan bahunya dan berjalan kembali menuju mobilnya sembari menggenggam bunga Krisan emas tersebut
Saat perjalanan pulang, dengan Irina yang senantiasa menghadap jendela untuk melihat pemandangan di luar sembari menggenggam bunga Krisan tersebut, tiba-tiba mobil yang dikendarai supirnya oleng dan menghantam pembatas jalan dengan begitu keras hingga mobil tersebut berguling dan hancur.
Seketika kerumunan mulai menghampiri mobil tersebut untuk melihat keadaan korban. Irina yang tengah terjepit dengan tubuh yang terasa luar biasa sakit, seakan akan ia merasa tubuhnya remuk dan hancur berkeping-keping pun samar-samar mendengar suara teriakan dan gaduh diluar sana.
Dengan nafas yang tersengal-sengal di detik nafas terakhir nya ia melihat sebuah cahaya yang menariknya sehingga ia merasakan tubuhnya dibawa melayang oleh sesuatu dan ia pun perlahan menutup mata nya.
Irina mengerjapkan matanya perlahan, kepalanya terus menerus berdenyut nyeri. Sesekali ia meringis sembari menyesuaikan Indra pengelihatan nya sebelum ia telah sadar sepenuhnya. "Duchess anda sudah sadar? Syukurlah ya Tuhan! Apakah tubuh anda masih sakit?" tanya seorang wanita sembari memegang tangan Irina Irina pun mengerenyit bingung sembari menatap wanita yang berada di sampingnya itu, ia masih belum bisa mencerna apa yang terjadi karena kepalanya masih sangat pusing. Irina pun kembali menutup matanya sejenak dan kembali membuka nya, kenapa plafon yang berada di atasnya terlihat sangat kuno? Namun tak dapat dipungkiri itu sangat cantik dengan ornamen yang menghiasi nya, tapi tunggu!! Bukankah ia mengalami kecelakaan ketika pulang dari panti asuhan? Bukankah seharusnya ia sudah mati? Namun kenapa dia masih hidup? Apakah ia selamat dari maut? Jika ia selamat pasti ia dirawat di rumah sakit, namun ruangan ini tidak sama sekali menyerupai rumah sakit. Irina pun mencoba duduk dan me
Irina duduk termenung menghadap jendela besar yang berada di hadapannya sembari melihat gelapnya malam. Ia masih berusaha mencerna hal gila yang tengah ia hadapi, begitu ia sadar kembali banyak memori-memori ingatan pemilik tubuh ini yang masuk kedalam otaknya, walaupun ia yakin itu belum semuanya dari ingatan sang pemilik tubuh yang ia temui dalam alam bawah sadarnya tadi. Pemilik tubuh ini bernama Verona Van Helsing, ia adalah putri dari seorang Marquess dan Marchioness kaya raya yang berada di Kerajaan Lexton. Kedua orang tuanya adalah orang penting di kerajaan ini. Ayahnya, Franz menjabat sebagai seorang menteri, sedangkan ibunya Belinda menjalankan bisnis perhiasan. Franz dan Belinda hanya mempunyai satu orang anak yaitu Verona, yang membuat mereka selalu memanjakan nya. Apapun yang Verona inginkan akan selalu dipenuhi oleh ayah dan ibunya sehingga menjadikan Verona anak yang manja. Verona tumbuh dengan kasih sayang yang melimpah dari orang tua nya, ia tidak pernah dituntut a
Kabar bahagia pun menyelimuti mansion dengan hamilnya Verona. Semua menyambut gembira akan kabar baik tersebut tak terkecuali orang tua Verona yang telah lama menantikan cucu, mereka bahkan menangis mendengar kabar jika putrinya itu mengandung anak kembar. Verona pun tak hentinya mengucap syukur kepada Tuhan karena mengabulkan keinginan nya, Alexander pun senang akan berita tersebut dan mulai protektif terhadap Verona. Hingga tiba di hari kelahiran bayi kembarnya, Verona berhasil melahirkan bayi kembar berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Verona pun menangis bahagia begitu ia mendengar tangisan dari bayi-bayi nya itu. Mereka begitu tampan dan cantik seperti kedua orang tua nya, sekarang ia akan menjadi seorang ibu dan Alexander akan menjadi seorang ayah yang hebat untuk mereka. Verona pun mengambil salah satu bayi laki-laki nya dan menimangnya sembari memberikan nya asi kemudian bergantian dengan bayi perempuan nya. Di tengah kebahagiaan nya ia pun tidak melihat Alexander yan
"Maafkan aku, Verona. Maaf." lirih Alexander masih dengan Verona yang berada di pelukannya. "Kau jahat Alex! Aku baru saja melahirkan putra putri kita, aku baru saja kehilangan ayah ku dan sekarang? Kau menabur garam diatas luka ku Alex, kau sungguh pria yang kejam!" Verona pun melepaskan diri nya dari Alexander dan berlari meninggalkan Alexander menuju kamar nya. Menyisakan Alexander yang menatapnya dengan rasa bersalah nya. Setelah kejadian, itu hari demi hari bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, Alexander dan Verona seperti orang asing yang berada di dalam satu atap. Mereka jarang berbicara, bahkan hampir tidak berbicara. Itupun mereka berbicara karena pertengkaran yang terjadi antara mereka berdua. Banyak hal telah berubah terutama dari diri Verona. Tidak ada Verona yang lemah lembut, tidak ada Verona yang peduli dengan sekitarnya, tidak ada Verona yang selalu ceria dan tersenyum. Sekarang hanya menyisakan Verona yang pemarah, gemar memukul anak-anak nya, berteriak
Irina menghela nafas panjang tatkala ingatan-ingatan itu memenuhi isi kepala nya. Entah kenapa hatinya merasakan sakit yang dialami oleh Verona dan ia pun meneteskan air matanya ketika dimana ia mengingat kematian Verona. Rasanya tidak adil jika Verona yang mengalami rasa sakit itu sendirian dan berakhir meregang nyawa di tangan selir dari suaminya itu. Ah!! Bajingan itu, ingin sekali Irina merobek wajah sok tampan pria dalam ingatannya itu. Benar-benar suami yang tidak bertanggungjawab! Awas saja jika mereka bertemu, Irina akan melabrak nya langsung. Namun Irina tidak bisa menutupi kekesalannya karena sikap Verona kepada anak-anaknya!. Menurutnya itu keterlaluan, melibatkan anak dalam permasalahan rumah tangga mereka, terlebih ia sampai main tangan kepada bocah-bocah itu. Mereka tidak bersalah, mereka tidak pernah menginginkan hal ini terjadi kepada orang tua mereka. Walaupun Irina tidak menyukai anak-anak, bukan berarti ia benci sampai ke tahap ingin menyiksa mereka. Ia adalah se
Keduanya pun tersenyum dan membalas genggaman dari Irina, sudah lama mereka menginginkan hal ini tiba dimana ibu mereka akan berubah dan menyayangi mereka. Mereka ingin seperti anak-anak yang lain yang dilimpahkan kasih sayang oleh orang tuanya. Bagi mereka walaupun ibu mereka sering memukul dan memarahi mereka, mereka tetap menyayangi nya karena Emma mengatakan bahwa awalnya ibu mereka bukan wanita pemarah dan gemar memukul. Ibunya dulu sangat menyayangi mereka namun entah apa yang membuat ibunya berubah mereka tidak tahu. Emma yang melihat itu pun tak bisa lagi membendung air matanya, hal yang selama ini yang ingin ia lihat kembali setelah kejadian tersebut yang telah merenggut banyak sosok Verona. Irina membawa putra putrinya itu kedalam pelukannya, namun Irina mendengar ringisan dari mereka. Irina pun melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh keduanya kemudian menyingkap baju keduanya. Betapa terkejutnya Irina melihat beberapa bekas luka yang memang belum kering, sekali lagi
Lucius Van Gilbert dan Lilyan Van Gilbert. Setelah Irina membongkar kembali ingatan dari pemilik tubuh ini, akhirnya ia menemukan nama dari bocah-bocah itu. Nama yang keren! Namun Irina sempat berpikir jika ia ingin mengganti nama belakang mereka dengan nama dari Verona saja, mungkin nanti setelah ia dan Alexander berpisah ia bisa menyematkan namanya kepada anak-anaknya itu. Setelah ia mengoleskan salep dan memakaikan mereka perban, Irina kemudian menyuapi mereka makanan yang tadi dibawa oleh Emma. Di sela-sela mereka menyantap makanan sesekali Irina mengajak mereka bercanda, hitung-hitungan agar ia bisa semakin dekat dengan anak-anak nya. Ia bertekad jika ia harus menghilangkan rasa takut Lucius dan Lily terhadap nya. "Bagaimana apa makanan nya enak?" tanya Irina dan di balas anggukan oleh kedua bocah itu sembari masih mengunyah makanan yang berada di dalam mulut mereka. Sebenarnya Irina tidak punya pengalaman sama sekali soal mengurus anak, sudah ia katakan bukan bahwa ia tidak s
Verona dan kedua anaknya itu tengah berbaring di atas ranjang, untung saja ranjang nya luas sehingga mereka bertiga pun muat untuk tidur bersama di ranjang itu. Posisinya berada di pinggir sedangkan Lily berada di tengah dengan Lucius yang berada di sampingnya. Kedua bocah itu pun belum tidur, mereka sebenarnya masih gugup dengan kedekatan mereka sendiri dengan sang ibu. "Kenapa kalian belum tidur, hmm?" tanya Verona sembari membelai rambut Lily "Heum... Ibu apakah aku boleh meminta ibu untuk membacakan sebuah dongeng sebelum kita tidur?" Lily pun mendongak ke arah sang ibu yang posisinya lebih tinggi darinya itu "Lily, biarkan ibu beristirahat. Ibu baru saja pulih dan ia harus istirahat yang banyak." ujar Lucius kepada adiknya itu. Lily pun hanya menunduk ketika kakak nya itu menegur nya.Verona yang melihat itu pun tidak bisa untuk tidak terkagum dengan Lucius lagi, betapa pengertian putra nya itu. Anak sekecil Lucius mampu untuk mengatakan hal dewasa seperti itu. "Tapi aku ing
Mata itu terbuka seiring ringisan keluar dari bibir keringnya. Kepalanya sakit, tak kalah dengan fisik dan batinnya. Rosella secara perlahan bangkit untuk mendudukkan dirinya, berusaha sekuat tenaga bersandar pada tembok dingin di belakang nya.Rasa perih dirasakan nya saat punggung yang penuh dengan luka cambukan itu menyentuh tembok kasar di belakang. Rosella kembali meringis, tubuhnya benar-benar remuk redam oleh Felix. Rosella mengumpati pria itu di dalam hatinya, Rosella akan memberi Felix pelajaran jika ia berhasil keluar dari tempat ini. Ia akan memberikan rasa sakit yang berkali lipat kepada Felix karena telah berani menyiksa seorang Duchess seperti dirinya, oh tak lupa ia harus membuat perhitungan kepada anak kurang ajarnya itu karena membeberkan rahasianya kepada Felix.Karena sibuk dengan isi kepalanya sendiri, Rosella tidak menyadari kehadiran orang lain di ruangan ini. Tubuhnya terhenyak begitu suara dingin yang amat Rosella kenali mengalun"Sudah sadar...?" Alexander ma
Verona sedang sarapan bersama dengan kedua anaknya, tak lupa beberapa pelayan dan pengawal pribadinya ikut duduk di meja makan bersama nya. Semenjak kepindahan Verona, Verona memberi perintah jika mereka harus makan bersama kalau bisa menyempatkan waktu. Verona merasa tak keberatan harus berada di meja yang sama dengan bawahannya, mereka sudah Verona anggap sebagai teman dan keluarga nya saat ini, tanpa mereka Verona juga tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Lucius dan Lily.Tentang Lucius dan Lily. Saat malam dimana Verona menumpahkan kesedihannya kepada Lucius, keesokan harinya kedua anaknya sudah berlaku manis kembali kepadanya, begitupula dengan Verona yang sudah tidak lagi menghindari si kembar.Kesalahpahaman diantara mereka sudah diluruskan, ternyata yang membuat si kembar menangis kala itu adalah karena mereka takut dan berpikir ketika melihat Verona menangis, ibunya itu akan kembali terluka kemudian berubah seperti dahulu seperti saat ibunya bertengkar dengan ayahnya. Bukan
Verona dengan langkah pelan berjalan menuju kamarnya. Kamarnya terletak bersebelahan dengan si kembar, mencoba membuka pintu sepelan mungkin agar tidur mereka berdua tak terganggu dengan suara tersebut, namun suara panggilan menyapa rungunyaTangan Verona masih berada pada gagang pintu kamarnya, badannya enggan menoleh ke asal suara"Ibu..." Panggil Lucius sekali lagiVerona menarik nafas sebelum berbalik menghadap putranya, Verona dengan sekuat tenaga menghalau air matanya. Verona tak sanggup setiap melihat wajah Lucius dan Lily, rasa bersalah menggerogotinya ketika mengingat bagaimana si kembar menangis kala itu"Apa Lucius butuh sesuatu?" Tanya Verona pelan, matanya melirik ke sebelahnya dimana Verona dapat melihat Lily yang tengah terlelap dari celah pintu yang terbukaLucius memandang lamat wajah ibunya yang selama ini jarang ia lihat. Lucius merasa bahwa ibunya tengah menghindarinya dan Lily, Lucius bertanya-tanya apakah dirinya melakukan kesalahan sehingga ibunya tidak mau lagi
Rosella tengah berjalan pulang menuju kediamannya. Ia baru saja selesai berbelanja di pusat perbelanjaan, Berta dan beberapa pelayan di belakangnya setia mengikutinya dengan barang belanjaan di kedua tangan merekaSaat ingin menaiki kereta kudanya tiba-tiba sang kusir mengatakan jika roda kereta menghilang, dan terpaksa Rosella harus menunggu sang kusir pergi untuk membeli roda kereta, Rosella sangat kesal, kenapa juga harus ada kejadian yang merusak harinya lagi.Ditengah kegiatan menunggu kusirnya kembali, Rosella di datangi oleh seseorang kemudian memberikannya sebuah surat. Rosella menerima dan langsung membacanya, ia menghela nafas bosan sejenak kemudian merobek surat tersebutFelix, pria itu tak henti-hentinya mengiriminya surat. Meminta nya datang untuk menemuinya karena alasan merindukannya, Rosella tentu tidak punya waktu untuk meladeni pria itu, masih banyak pekerjaan yang harus ia lakukan daripada harus mengunjungi pria yang sudah tidak berguna lagi baginya. Saat ini Rosell
Verona masuk kedalam Guild Informasi begitu salah satu petugas mempersilahkannya. Verona duduk sembari menunggu seseorang yang akan menjadi narasumber nyaDitemani oleh Hagrid, Verona duduk setia menunggu dengan wajah datarnya. Tak lama kemudian seorang pria datang menghampiri nya dan duduk berhadapan dengannya.Verona langsung menyodorkan suratnya lalu segera diterima oleh pria berjanggut tebal itu"Hmmm, ini bayarannya akan sangat mahal" ujar pria itu setelah membaca surat Verona"Aku tak peduli berapa pun harga yang harus ku bayar, yang penting aku bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaan ku yang sudah tertera di kertas itu" Veron dengan tegas menjawabPria itu berdeham sejenak, kemudian mengeluarkan sebuah dokumen pada lacinya,"Ini adalah surat yang berisi informasi dimana anak itu lahir dan orang yang membantu selir itu melahirkan. Kau bisa datang ke alamat itu dan meminta kesaksiannya, dan yang perlu kau tahu, anak laki-laki itu bukan anak dari Duke Alexander, melainkan anak sah
Verona mengambil nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Dua prajurit masih setia menunggunya untuk dibawa kehadapan Alexander, entah kali ini apa kesalahannya, apalagi yang dituduhkan kepadanya? Baru juga sembuh sudah dihadapkan lagi dengan masalah yang lain.Dan disinilah Verona berada, tepat dihadapan Alexander, sang Duke yang terkenal karena keberaniannya dan kecerdasan nya tetapi bodoh dalam menilai sesuatu jika itu sudah berhubungan dengan orang yang ia cintai.Verona bisa melihat wajah memerah Alexander dan tak lupa dengan wanita lembek itu yang menangis disisinya. Di ruangan itu ia tak didampingi oleh siapapun, sedangkan Alexander bersama Rosella dan juga Howard"Apa kau mengakui kesalahan mu?" Alexander mulai bertanya"Tidak.""Semua bukti mengarah padamu, jadi mengaku lah!" Kali ini Rosella yang berbicara"Diam!" Perintah Alexander pada Rosella, ia tidak ingin mendengar suara siapapun saat ini selain wanita yang berada dihadapannya, setelah itu, ia menyuruh Rosella kelu
Howard, begitu pria itu diperintahkan Alexander untuk membebaskan Verona, Howard tidak mengulur waktu lagi untuk menjemput Verona ke ruang bawah tanah. Howard tidak ingin kalau sampai tiba-tiba Alexander berubah pikiran, sebelum itu ia telah membawa Emma dan Hagrid untuk membantu Verona.Pintu besi itu terbuka, terlihat seorang wanita meringkuk seperti janin dengan gaun merah yang masih ia kenakan. Hati Howard mendadak pilu melihatnya, ia segera melangkah kemudian berjongkok meraih pundak Verona"Duchess..." Panggil Howard pelan"Enghhh...." Verona bergumam dalam tidurnyaHoward jadi tak tega membangunkan Verona. Mungkin wanita itu begitu lemah karena tak ada asupan makanan selama ia dikurung selain beberapa kali diberi air untuk melepas dahaganya, namun itu sama sekali tidak membantu menyelamatkan perut melilit Verona.Howard ingin mengangkat tubuh ringkih itu, namun tangan seseorang hinggap di lengannya,"Mau kau bawa kemana aku?" Tanya Verona pelan"Kembali ke kamar anda, Duchess"K
Sudah dua hari berlalu sejak kejadian yang menggemparkan mansion terjadi. Kini Alexander sedang berada di kerajaan, ia diundang rapat untuk mendiskusikan terkait penyerangan yang terjadi di salah satu wilayah kerajaan.Kerajaan Lexton memilik rival yang sampai saat ini kedua kerajaan tersebut masih bersitegang terkait perluasan wilayah. Kerajaan Tryell yang terletak di sebelah timur kerajaan Lexton kembali melakukan gerakan untuk mendapatkan kekuasaan terhadap kerajaan Lexton."Walau pasukan Tryell masih menyerang pada wilayah-wilayah kecil saat ini, tak memungkinkan jika mereka akan segera melakukan pergerakan ke wilayah yang lain yang mulia" ucap sang perdana menteriRaja Edward duduk di singgasana nya sembari menopang dagu, mata dan telinganya terfokus pada ucapan-ucapan para menteri kerajaan"Kita harus segera bergerak menghentikan penyerangan ini. Untuk sementara, berita ini jangan sampai keluar ke masyarakat yang berada di pusat Lexton, atau mereka akan resah dan terjadi keribut
Alexander bersama pasukannya menyusuri gelapnya malam untuk mencari keberadaan sang Duchess. Alexander masih bertanya pada dirinya sendiri, kenapa wanita itu begitu ceroboh pergi dari kediaman tanpa memberitahu kepada siapapun kemana ia pergi. Alexander berdecak kesal, tidak habis pikir dengan istrinyaTiba-tiba beberapa prajurit berkuda yang berada di depannya berhenti, keningnya mengerut begitu melihat sosok yang ia kenal"Apa yang kau lakukan malam hari disini, Viscount Christof?" Tanya AlexanderChristof bersama dengan ajudannya memberi hormat sejenak kemudian menjawab,"Saya baru kembali dari Brilla untuk urusan pekerjaan, Duke. Duke Alexander sendiri sedang apa ditengah malam seperti ini?""Aku mencari Duchess Verona""Duchess Verona?"Alexander mengangguk,"Ia belum kembali ke kediaman sejak pergi pagi tadi""Tadi pagi saya berpapasan dengannya" bohong ChristofAlexander lekas turun dari kereta kudanya dan menghampiri Christof"Dimana?...""Saya sempat bertemu dengan Duchess di B