"Maafkan aku, Verona. Maaf." lirih Alexander masih dengan Verona yang berada di pelukannya.
"Kau jahat Alex! Aku baru saja melahirkan putra putri kita, aku baru saja kehilangan ayah ku dan sekarang? Kau menabur garam diatas luka ku Alex, kau sungguh pria yang kejam!"
Verona pun melepaskan diri nya dari Alexander dan berlari meninggalkan Alexander menuju kamar nya. Menyisakan Alexander yang menatapnya dengan rasa bersalah nya.
Setelah kejadian, itu hari demi hari bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, Alexander dan Verona seperti orang asing yang berada di dalam satu atap.
Mereka jarang berbicara, bahkan hampir tidak berbicara. Itupun mereka berbicara karena pertengkaran yang terjadi antara mereka berdua. Banyak hal telah berubah terutama dari diri Verona.
Tidak ada Verona yang lemah lembut, tidak ada Verona yang peduli dengan sekitarnya, tidak ada Verona yang selalu ceria dan tersenyum. Sekarang hanya menyisakan Verona yang pemarah, gemar memukul anak-anak nya, berteriak dan merendahkan orang lain. Semuanya lenyap ketika kejadian lima tahun yang lalu melahap habis seorang Verona Van Helsing, sang Duchess cantik nan bijaksana.
Tahun-tahun yang Verona jalani tidaklah mudah, dimulai dengan kepergian ayahnya, lalu penghianatan suaminya, meninggal nya sang ibu karena penyakitnya, tersebar berita jika selama ini ayahnya melakukan korupsi hingga ia menjadi bualan-bualan banyak orang dengan mengatainya anak seorang koruptor.
Lihatlah betapa kejamnya orang-orang yang membenci ayahnya itu, bahkan ayahnya yang sudah berada di dalam tanah masih saja mereka fitnah. Puncaknya ketika ia melihat hubungan antara Alexander dengan Rosella yang semakin dekat membuat nya hancur berkeping-keping.
Verona telah kehilangan segalanya, ia kehilangan orang-orang yang ia cintai. Ia selalu merasa sendirian di dunia ini sekarang, anak yang ia harapkan dapat mengikat Alexander agar selalu berada disisinya ternyata tidak berguna sama sekali. Kasih sayang yang Verona rasakan kepada anak-anaknya seolah lenyap dalam sekejap.
Saat melahirkan mereka, tujuan awalnya tidak pernah terpikirkan sekali pun, ia murni mencintai anak-anak nya namun, banyak hal yang membuat dunia nya terguncang membuat nya berubah.
Mulai sejak itu Verona selalu melimpahkan kekesalan nya kepada anak-anaknya, tak jarang ia kerap memukuli anak-anak nya yang masih berusia lima tahun.
Jika sudah seperti itu Alexander akan langsung menghampiri nya dan memarahi nya, setelah itu kembali pergi meninggalkan nya tanpa menanyakan keadaan nya yang terluka secara mental.
Alexander bahkan hanya sok memarahi nya padahal ia sendiri jarang meluangkan waktu untuk anak-anak mereka, yang ia perhatikan hanya anaknya dari Rosella.
Siklus nya selalu sama seperti itu,Verona akan membuat onar jika tidak, ia akan mengorbankan anak-anak mereka demi mendapatkan perhatian Alexander walaupun ia akan datang hanya untuk memarahinya saja.
Tak sedikit rakyat Lexton yang menyuruh Alexander untuk menceraikan Verona dan membuat Rosella yang naik sebagai Duchess karena Verona sudah mengabaikan tugas-tugasnya dan Rosella sendiri yang sering menggantikannya. Namun Alexander menolaknya mentah-mentah dan mengatakan Verona akan tetap menjadi istrinya.
Tetapi, kala itu mungkin Alexander sudah lelah dengan kelakuan nya, dan desakan dari beberapa petinggi yang menyuruh nya untuk menceraikan Verona. Alexander pun menyetujui nya dan akan menceraikan Verona,Verona yang mengetahui hal itu pun berlari keluar dari rumah dan menangis sejadi-jadinya.
Ia tidak ingin diceraikan oleh Alexander, ia tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Hanya Alexander yang ia miliki dan bisa melindunginya dari dunia yang kejam ini, tidak cukupkah jika ia sudah membagi Alexander? Tolong jangan pisahkan dirinya dengan cintanya.
Tak sadar jika ia sudah berlari terlalu jauh sampai memasuki hutan dan di depannya terdapat sungai yang airnya tengah mengalir deras, Verona pun ketakutan melihat nya karena ia membayangkan bagaimana jika ia jatuh ke sungai sedangkan ia tidak bisa berenang, pasti ia akan mati hanyut disana.
Saat ia akan berbalik tiba-tiba ia merasakan tubuhnya didorong dan ia pun terjatuh ke dalam sungai. Ia pun berteriak meminta tolong, Verona pun melihat disana ada Rosella yang tertawa melihatnya tenggelam, ternyata iblis jalang itu yang telah mendorong nya. Sudah ia duga wanita itu hanya membawa petaka bagi hidupnya dan Alexander.
Verona pun berusaha menarik apapun yang dapat ia jangkau, namun arus sungai terlalu deras sehingga ia pun terseret dan tenggelam.
Di tengah nafasnya yang tersengal karena air yang terus memasuki tubuhnya, ia memikirkan anak-anak, bagaimana nasib anak-anak nanti jika ia mati? Siapa yang akan mengurusnya? Siapa yang akan melindungi mereka? Bagaimana jika ayahnya tidak memperhatikan mereka? Bagaimana jika jalang itu menyiksa anak-anaknya? Bagaimana jika jalang itu juga berniat membunuh anak-anak nya? Tidak! Ia tidak ingin anak-anaknya menderita lagi.
Verona sudah tidak bisa bertahan lagi, ia sudah pasrah jika ia harus meregang nyawa seperti ini, namun ia berdoa di akhir hayatnya, ia meminta jika anak-anak nya dapat hidup dengan bahagia tanpa merasakan
kuranganya kasih sayang, ia ingin anak-anaknya hidup bahagia.Bagaimanapum mereka tidak bersalah, mereka hanya korban dari keegoisan orang tua mereka.
Irina menghela nafas panjang tatkala ingatan-ingatan itu memenuhi isi kepala nya. Entah kenapa hatinya merasakan sakit yang dialami oleh Verona dan ia pun meneteskan air matanya ketika dimana ia mengingat kematian Verona. Rasanya tidak adil jika Verona yang mengalami rasa sakit itu sendirian dan berakhir meregang nyawa di tangan selir dari suaminya itu. Ah!! Bajingan itu, ingin sekali Irina merobek wajah sok tampan pria dalam ingatannya itu. Benar-benar suami yang tidak bertanggungjawab! Awas saja jika mereka bertemu, Irina akan melabrak nya langsung. Namun Irina tidak bisa menutupi kekesalannya karena sikap Verona kepada anak-anaknya!. Menurutnya itu keterlaluan, melibatkan anak dalam permasalahan rumah tangga mereka, terlebih ia sampai main tangan kepada bocah-bocah itu. Mereka tidak bersalah, mereka tidak pernah menginginkan hal ini terjadi kepada orang tua mereka. Walaupun Irina tidak menyukai anak-anak, bukan berarti ia benci sampai ke tahap ingin menyiksa mereka. Ia adalah se
Keduanya pun tersenyum dan membalas genggaman dari Irina, sudah lama mereka menginginkan hal ini tiba dimana ibu mereka akan berubah dan menyayangi mereka. Mereka ingin seperti anak-anak yang lain yang dilimpahkan kasih sayang oleh orang tuanya. Bagi mereka walaupun ibu mereka sering memukul dan memarahi mereka, mereka tetap menyayangi nya karena Emma mengatakan bahwa awalnya ibu mereka bukan wanita pemarah dan gemar memukul. Ibunya dulu sangat menyayangi mereka namun entah apa yang membuat ibunya berubah mereka tidak tahu. Emma yang melihat itu pun tak bisa lagi membendung air matanya, hal yang selama ini yang ingin ia lihat kembali setelah kejadian tersebut yang telah merenggut banyak sosok Verona. Irina membawa putra putrinya itu kedalam pelukannya, namun Irina mendengar ringisan dari mereka. Irina pun melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh keduanya kemudian menyingkap baju keduanya. Betapa terkejutnya Irina melihat beberapa bekas luka yang memang belum kering, sekali lagi
Lucius Van Gilbert dan Lilyan Van Gilbert. Setelah Irina membongkar kembali ingatan dari pemilik tubuh ini, akhirnya ia menemukan nama dari bocah-bocah itu. Nama yang keren! Namun Irina sempat berpikir jika ia ingin mengganti nama belakang mereka dengan nama dari Verona saja, mungkin nanti setelah ia dan Alexander berpisah ia bisa menyematkan namanya kepada anak-anaknya itu. Setelah ia mengoleskan salep dan memakaikan mereka perban, Irina kemudian menyuapi mereka makanan yang tadi dibawa oleh Emma. Di sela-sela mereka menyantap makanan sesekali Irina mengajak mereka bercanda, hitung-hitungan agar ia bisa semakin dekat dengan anak-anak nya. Ia bertekad jika ia harus menghilangkan rasa takut Lucius dan Lily terhadap nya. "Bagaimana apa makanan nya enak?" tanya Irina dan di balas anggukan oleh kedua bocah itu sembari masih mengunyah makanan yang berada di dalam mulut mereka. Sebenarnya Irina tidak punya pengalaman sama sekali soal mengurus anak, sudah ia katakan bukan bahwa ia tidak s
Verona dan kedua anaknya itu tengah berbaring di atas ranjang, untung saja ranjang nya luas sehingga mereka bertiga pun muat untuk tidur bersama di ranjang itu. Posisinya berada di pinggir sedangkan Lily berada di tengah dengan Lucius yang berada di sampingnya. Kedua bocah itu pun belum tidur, mereka sebenarnya masih gugup dengan kedekatan mereka sendiri dengan sang ibu. "Kenapa kalian belum tidur, hmm?" tanya Verona sembari membelai rambut Lily "Heum... Ibu apakah aku boleh meminta ibu untuk membacakan sebuah dongeng sebelum kita tidur?" Lily pun mendongak ke arah sang ibu yang posisinya lebih tinggi darinya itu "Lily, biarkan ibu beristirahat. Ibu baru saja pulih dan ia harus istirahat yang banyak." ujar Lucius kepada adiknya itu. Lily pun hanya menunduk ketika kakak nya itu menegur nya.Verona yang melihat itu pun tidak bisa untuk tidak terkagum dengan Lucius lagi, betapa pengertian putra nya itu. Anak sekecil Lucius mampu untuk mengatakan hal dewasa seperti itu. "Tapi aku ing
"Duchess apa hari ini anda akan keluar untuk sarapan bersama?" tanya Emma "Iya." "Maaf jika saya lancang Duchess, apakah sebaiknya anda beristirahat saja di kamar?. Saya akan membawakan anda makanan ke sini dan untuk anak-anak." Saran Emma karena ia masih khawatir jika majikannya itu akan kembali sakit. Verona yang tengah mengikatkan rambut Lily pun menoleh ke arah Emma, pelayan nya itu memang terlalu mengkhawatirkan nya, ia senang jika ada orang yang begitu perduli dengan nya namun Emma rasanya pelayan nya itu khawatir setiap detik kepadanya. "Aku sudah baik-baik saja Emm, dua hari berdiam diri di kamar membuat ku bosan. Aku ingin berjalan-jalan di sekitar kediaman dan kau tentu akan menemaniku." "Baiklah jika itu perintah anda Duchess." ucap Emma sembari menunduk Hari ini Verona sudah memutuskan akan keluar dari kamar dan memulai aktivitas nya. Hari ini akan dimulai dengan sarapan bersama tentunya dengan suami bajingannya itu dan jalangnya. Huh Pagi yang buruk! Verona pun men
"Uncle Lucas aku merindukan mu" ucap Lily sembari melingkarkan tangannya ke leher Lucas yang tengah menggendong nya. "Aku pun sangat merindukan mu bunga Lily ku" jawab Lucas sembari mengecupi pipi Lily yang disambut kekehan olehnya Verona yang sedari tadi diam memandangi Lucas yang sekarang sudah berada di hadapannya itu pun mulai berpikir, pria ini lah yang menarik Verona saat Verona akan menghampiri Alexander dan Rosella yang berada di toko baju saat itu, pria ini lah yang di dalam ingatannya itu kerap bermain bersama Verona kecil kala itu. Mereka cukup dekat berarti Lucas adalah salah satu orang terdekatnya. Verona pun mulai meneliti wajah tampan Lucas yang sedikit terlihat mirip dengan Alexander, dari warna mata dan warna rambut mereka memiliki kesamaan namun hanya itu saja. Lucas memiliki postur tinggi namun Verona meyakini Lucas tidak lebih tinggi dari Alexander, ah kenapa pula dia membanding-bandingkan nya dengan pria itu. "Tak ada ucapan salam untuk putra mahkota ini Duche
Tak terasa malam pun sudah tiba, Verona tengah menemani Lucius dan Lily di kamarnya, menunggu kedua bocah itu terlelap dengan menepuk pelan kedua bokong mereka.Mimpi indah pun sudah menghampiri keduanya, hingga Verona pun pergi meninggalkan kamar mereka. Saat ia akan berbelok menuju kamarnya tiba-tiba dia di kagetkan dengan kedatangan Alexander di hadapannya."Astaga!!!" ucap Verona sembari memegang dadanya.Ah pria ini!Setelah terdiam beberapa detik dengan pandangan yang saling terkunci,Verona pun memilih melangkah kembali menuju kamarnya dan mengabaikan Alexander yang berada di hadapannya. Ia terlalu muak melihat wajah penyebab duka dari seorang Verona itu.Namun suara dari Alexander pun menghentikan langkahnya."Apa benar kau akan memasukkan Lucius dan Lily ke akademi Serigala Putih?" tanya AlexanderVerona yang mendengar pertanyaan itu pun mengernyit bingung, darimana pria itu tau jika ia akan mendaftarkan anak-anak ke akademi Serigala Putih? Ah! Ia lupa telinga dan mata dari se
"ibu mau pergi kemana?" Ucap Lily ketika melihat ibunya itu yang tengah bersiap pergi bersama Emma."Ibu akan ke pusat kota untuk berbelanja"Mendengar jawaban dari sang ibu membuat Lily dan Lucas saling pandang beberapa detik, kemudian Lily pun kembali menatap Verona ."Ibu apa kami boleh ikut? Kami tidak pernah pergi ke pusat kota. Aku mendengar disana sangat seru, kita bisa melihat banyak hal dan aku ingin sekali melihatnya" pinta LilyVerona tengah berpikir,benar juga kedua anaknya itu kerjaannya hanya terkurung di Dukedom, mereka jarang sekali keluar layaknya terisolasi. Jika pun mereka keluar bermain itu pun masih disekitar kediaman ini.Mereka terlalu takut untuk keluar,selain karena keberingasan Verona mereka pun kerap mendapat ejekan dari anak-anak seusianya sehingga Lucius dan Lily memilih untuk tidak keluar.Ah malang sekali anak-anak nya!"Tentu saja! Kalian boleh ikut." Ucapnya membuat Lucius dan Lily kegirangan"Kalau begitu mari berangkat!" Tukasnya kemudian meraih tang
Felix dan Christof bersimpuh di hadapan sang raja dengan wajah babak belur. Seperti nya keduanya mendapatkan luka baru karena di beberapa sudut terlihat luka lain namun sudah mengeringRaja bersama para menterinya duduk tenang setelah sebelumnya dikejutkan dengan bukti korupsi dari Baron Quill, meski beberapa menteri kerajaan ada yang bersikap biasa-biasa saja karena sudah mengira suatu saat kejadian itu akan terjadi, mengingat hampir seluruh orang tahu jika Baron Quill berhasil menjabat sebagai anggota menteri karena bantuan dari AlexanderTak lama kemudian Alexander datang bersama Rosella, pria itu menyeret Rosella dengan mendorong kepala wanita itu. Rosella dalam keadaan menangis pasrah begitu Alexander menghempaskan tubuhnya agar ikut bersimpuh seperti kedua pria itu.Verona dengan wajah datarnya menatap para pelaku yang menjadi dalang di balik kesakitannya, tak terkecuali matanya menatap kearah Alexander juga"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya raja Edward, bingung ketika
Verona mematut dirinya di depan cermin. Dress merah pekat membalut tubuh indahnya, rambutnya cokelat nya ia biarkan tergerai menjuntai, lalu wajahnya dipoles sedikit riasan sebagai penyempurna penampilan nya pagi ini.Tak terasa sudah tiba hari dimana Verona akan menyelesaikan masalah yang membelenggunya. Verona berharap, setelah hari ini tidak ada lagi kekhwatiran yang akan menggangu hidupnya lagi, Verona saat ini hanya ingin hidup tenang bersama kedua anaknya.Verona memantapkan hati pada pilihan nya. Tidak ada lagi alasannya untuk mundur, Verona sudah terlalu takut untuk menoleh kebelakang lagi, takut pada keputusannya yang bisa berubah kapan saja. Sekali lagi Verona menatap pantulannya, berbicara pada dirinya sendiri kalau apa yang ia pilih adalah jalan terbaik bagi hidup nya.Verona berbalik begitu seseorang masuk kedalam kamarnya"Semuanya sudah siap, Duchess" kata Jarvis"Kalau begitu kita berangkat sekarang"Verona bersama rombongannya pergi menuju halaman rumahnya, sebelum it
Mata itu terbuka seiring ringisan keluar dari bibir keringnya. Kepalanya sakit, tak kalah dengan fisik dan batinnya. Rosella secara perlahan bangkit untuk mendudukkan dirinya, berusaha sekuat tenaga bersandar pada tembok dingin di belakang nya.Rasa perih dirasakan nya saat punggung yang penuh dengan luka cambukan itu menyentuh tembok kasar di belakang. Rosella kembali meringis, tubuhnya benar-benar remuk redam oleh Felix. Rosella mengumpati pria itu di dalam hatinya, Rosella akan memberi Felix pelajaran jika ia berhasil keluar dari tempat ini. Ia akan memberikan rasa sakit yang berkali lipat kepada Felix karena telah berani menyiksa seorang Duchess seperti dirinya, oh tak lupa ia harus membuat perhitungan kepada anak kurang ajarnya itu karena membeberkan rahasianya kepada Felix.Karena sibuk dengan isi kepalanya sendiri, Rosella tidak menyadari kehadiran orang lain di ruangan ini. Tubuhnya terhenyak begitu suara dingin yang amat Rosella kenali mengalun"Sudah sadar...?" Alexander ma
Verona sedang sarapan bersama dengan kedua anaknya, tak lupa beberapa pelayan dan pengawal pribadinya ikut duduk di meja makan bersama nya. Semenjak kepindahan Verona, Verona memberi perintah jika mereka harus makan bersama kalau bisa menyempatkan waktu. Verona merasa tak keberatan harus berada di meja yang sama dengan bawahannya, mereka sudah Verona anggap sebagai teman dan keluarga nya saat ini, tanpa mereka Verona juga tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Lucius dan Lily.Tentang Lucius dan Lily. Saat malam dimana Verona menumpahkan kesedihannya kepada Lucius, keesokan harinya kedua anaknya sudah berlaku manis kembali kepadanya, begitupula dengan Verona yang sudah tidak lagi menghindari si kembar.Kesalahpahaman diantara mereka sudah diluruskan, ternyata yang membuat si kembar menangis kala itu adalah karena mereka takut dan berpikir ketika melihat Verona menangis, ibunya itu akan kembali terluka kemudian berubah seperti dahulu seperti saat ibunya bertengkar dengan ayahnya. Bukan
Verona dengan langkah pelan berjalan menuju kamarnya. Kamarnya terletak bersebelahan dengan si kembar, mencoba membuka pintu sepelan mungkin agar tidur mereka berdua tak terganggu dengan suara tersebut, namun suara panggilan menyapa rungunyaTangan Verona masih berada pada gagang pintu kamarnya, badannya enggan menoleh ke asal suara"Ibu..." Panggil Lucius sekali lagiVerona menarik nafas sebelum berbalik menghadap putranya, Verona dengan sekuat tenaga menghalau air matanya. Verona tak sanggup setiap melihat wajah Lucius dan Lily, rasa bersalah menggerogotinya ketika mengingat bagaimana si kembar menangis kala itu"Apa Lucius butuh sesuatu?" Tanya Verona pelan, matanya melirik ke sebelahnya dimana Verona dapat melihat Lily yang tengah terlelap dari celah pintu yang terbukaLucius memandang lamat wajah ibunya yang selama ini jarang ia lihat. Lucius merasa bahwa ibunya tengah menghindarinya dan Lily, Lucius bertanya-tanya apakah dirinya melakukan kesalahan sehingga ibunya tidak mau lagi
Rosella tengah berjalan pulang menuju kediamannya. Ia baru saja selesai berbelanja di pusat perbelanjaan, Berta dan beberapa pelayan di belakangnya setia mengikutinya dengan barang belanjaan di kedua tangan merekaSaat ingin menaiki kereta kudanya tiba-tiba sang kusir mengatakan jika roda kereta menghilang, dan terpaksa Rosella harus menunggu sang kusir pergi untuk membeli roda kereta, Rosella sangat kesal, kenapa juga harus ada kejadian yang merusak harinya lagi.Ditengah kegiatan menunggu kusirnya kembali, Rosella di datangi oleh seseorang kemudian memberikannya sebuah surat. Rosella menerima dan langsung membacanya, ia menghela nafas bosan sejenak kemudian merobek surat tersebutFelix, pria itu tak henti-hentinya mengiriminya surat. Meminta nya datang untuk menemuinya karena alasan merindukannya, Rosella tentu tidak punya waktu untuk meladeni pria itu, masih banyak pekerjaan yang harus ia lakukan daripada harus mengunjungi pria yang sudah tidak berguna lagi baginya. Saat ini Rosell
Verona masuk kedalam Guild Informasi begitu salah satu petugas mempersilahkannya. Verona duduk sembari menunggu seseorang yang akan menjadi narasumber nyaDitemani oleh Hagrid, Verona duduk setia menunggu dengan wajah datarnya. Tak lama kemudian seorang pria datang menghampiri nya dan duduk berhadapan dengannya.Verona langsung menyodorkan suratnya lalu segera diterima oleh pria berjanggut tebal itu"Hmmm, ini bayarannya akan sangat mahal" ujar pria itu setelah membaca surat Verona"Aku tak peduli berapa pun harga yang harus ku bayar, yang penting aku bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaan ku yang sudah tertera di kertas itu" Veron dengan tegas menjawabPria itu berdeham sejenak, kemudian mengeluarkan sebuah dokumen pada lacinya,"Ini adalah surat yang berisi informasi dimana anak itu lahir dan orang yang membantu selir itu melahirkan. Kau bisa datang ke alamat itu dan meminta kesaksiannya, dan yang perlu kau tahu, anak laki-laki itu bukan anak dari Duke Alexander, melainkan anak sah
Verona mengambil nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Dua prajurit masih setia menunggunya untuk dibawa kehadapan Alexander, entah kali ini apa kesalahannya, apalagi yang dituduhkan kepadanya? Baru juga sembuh sudah dihadapkan lagi dengan masalah yang lain.Dan disinilah Verona berada, tepat dihadapan Alexander, sang Duke yang terkenal karena keberaniannya dan kecerdasan nya tetapi bodoh dalam menilai sesuatu jika itu sudah berhubungan dengan orang yang ia cintai.Verona bisa melihat wajah memerah Alexander dan tak lupa dengan wanita lembek itu yang menangis disisinya. Di ruangan itu ia tak didampingi oleh siapapun, sedangkan Alexander bersama Rosella dan juga Howard"Apa kau mengakui kesalahan mu?" Alexander mulai bertanya"Tidak.""Semua bukti mengarah padamu, jadi mengaku lah!" Kali ini Rosella yang berbicara"Diam!" Perintah Alexander pada Rosella, ia tidak ingin mendengar suara siapapun saat ini selain wanita yang berada dihadapannya, setelah itu, ia menyuruh Rosella kelu
Howard, begitu pria itu diperintahkan Alexander untuk membebaskan Verona, Howard tidak mengulur waktu lagi untuk menjemput Verona ke ruang bawah tanah. Howard tidak ingin kalau sampai tiba-tiba Alexander berubah pikiran, sebelum itu ia telah membawa Emma dan Hagrid untuk membantu Verona.Pintu besi itu terbuka, terlihat seorang wanita meringkuk seperti janin dengan gaun merah yang masih ia kenakan. Hati Howard mendadak pilu melihatnya, ia segera melangkah kemudian berjongkok meraih pundak Verona"Duchess..." Panggil Howard pelan"Enghhh...." Verona bergumam dalam tidurnyaHoward jadi tak tega membangunkan Verona. Mungkin wanita itu begitu lemah karena tak ada asupan makanan selama ia dikurung selain beberapa kali diberi air untuk melepas dahaganya, namun itu sama sekali tidak membantu menyelamatkan perut melilit Verona.Howard ingin mengangkat tubuh ringkih itu, namun tangan seseorang hinggap di lengannya,"Mau kau bawa kemana aku?" Tanya Verona pelan"Kembali ke kamar anda, Duchess"K