Share

Menerima Nasib

Author: Winter Bride
last update Last Updated: 2024-02-15 23:05:31

Irina menghela nafas panjang tatkala ingatan-ingatan itu memenuhi isi kepala nya. Entah kenapa hatinya merasakan sakit yang dialami oleh Verona dan ia pun meneteskan air matanya ketika dimana ia mengingat kematian Verona.

Rasanya tidak adil jika Verona yang mengalami rasa sakit itu sendirian dan berakhir meregang nyawa di tangan selir dari suaminya itu. Ah!! Bajingan itu, ingin sekali Irina merobek wajah sok tampan pria dalam ingatannya itu. Benar-benar suami yang tidak bertanggungjawab! Awas saja jika mereka bertemu, Irina akan melabrak nya langsung.

Namun Irina tidak bisa menutupi kekesalannya karena sikap Verona kepada anak-anaknya!. Menurutnya itu keterlaluan, melibatkan anak dalam permasalahan rumah tangga mereka, terlebih ia sampai main tangan kepada bocah-bocah itu. Mereka tidak bersalah, mereka tidak pernah menginginkan hal ini terjadi kepada orang tua mereka.

Walaupun Irina tidak menyukai anak-anak, bukan berarti ia benci sampai ke tahap ingin menyiksa mereka. Ia adalah seorang wanita, bagaimanapun ia akan menjadi seorang ibu. Irina hanya kesal kepada anak-anak yang rewel dan nakal, ayolah ia bukan sikopat yang gemar menyiksa.

"Kau bodoh Verona, seharusnya kau keluar saja dari rumah itu sedari awal." rutuknya.

"Hah... Lalu apa yang harus aku lakukan disini? Ini gila! Aku seperti cerita tokoh novel yang sering dibaca oleh kekasih Marcus yang bercerita tentang transmigrasi. Ini sulit dipercaya!"

Irina pun mengedarkan pandangannya pada kamar tidurnya. Verona telah memberikan nya ingatan selama Verona hidup. Bahkan di mimpinya Verona mengatakan jika ia benar-benar telah mati, begitupun juga Irina. Namun jiwa Irina berpindah ke tubuh Verona entah apa alasannya, mungkin saja Irina tidak di terima di surga dan ditendang kembali ke dunia untuk hidup kembali.

Berarti tubuh Verona dan kehidupan nya adalah miliknya, jika sudah seperti itu Irina akan memanfaatkan kehidupan yang telah diberikannya dengan sebaik mungkin. Irina akan melanjutkan hidupnya di dunia yang sangat asing untuk ia tinggali. Banyak hal yang menantinya di depan sana, berbekal ingatan dari Verona, Irina akan menghadapi semuanya.

Masalah-masalah yang sebelumnya dihadapi oleh Verona akan ia selesaikan. Tapi tentu ia akan membuat perhitungan kepada mereka yang telah menyakiti Verona terutama si bunga mawar berbau bangkai itu, awas saja Irina akan mencincang tubuhnya dan membuatnya menjadi sup dan memberikan nya kepada para penyihir jika mereka ada di zaman ini. Irina menjadi emosi setiap kali mengingat manusia berwujud Medusa itu.

Yaaa, Irina akan menerima hal gila yang menimpanya ini. Termasuk ia akan berperan menjadi seorang ibu bagi anak-anak Verona, hal yang paling tidak pernah terpikirkan oleh nya. Irina merasa ini akan menjadi hal tersulit yang akan ia hadapi. Ini bahkan lebih sulit daripada ia yang harus catwalk di atas lantai yang basah.

Besok Irina akan menyusun apa saja yang akan ia lakukan untuk keberlangsungan hidup nya dan anak- anaknya kedepan. Ia tidak bisa terus diam disini menunggu hingga Alexander menceraikannya dan mengusir nya. Oh! Bisa turun harga dirinya jika seperti itu, terlebih ia tidak ingin berurusan dengan Rosella yang terus menempel seperti benalu kepada Alexander.

Irina pun kembali merebahkan tubuhnya, saat ia akan menutup matanya ia mengingat kedua orang tua nya. Oh betapa rindunya ia kepada mereka terutama ibunya yang cerewet itu, pasti ia tengah bersedih karena kehilangan putri nakalnya itu.

"Ayah, ibu aku merindukan kalian." ucapnya sendu.

**********************

Sinar mentari pun terbit dengan memancarkan cahaya nya menembus sela-sela korden yang berada di kamar tersebut. Irina pun menggeliat dan mulai membuka matanya dan hal pertama yang ia lihat adalah wanita yang kemarin ia panggil perawat itu.

"Selamat pagi Duchess, apakah anda sudah merasa lebih baik? Jika ada yang masih sakit anda sebaiknya beristirahat saja kembali. Saya akan pergi untuk mengambil sarapan anda."

"Aku baik-baik saja. Untuk sarapan nanti saja, aku mau mandi. Badan ku sudah sangat lengket." Ucap Irina sembari menyibak selimut nya.

"Biar saya siapkan air hangat anda dulu. Mohon tunggu sebentar."

Irina hanya mengangguk dan membiarkan wanita itu pergi meninggalkan nya ke kamar mandi.

Tak lama kemudian wanita itu kembali dan Irina pun beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi yang ada di sebelah sudut kamarnya. Ketika ia masuk ke kamar mandi ia melihat wanita itu mengikuti nya ke dalam.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau ikut masuk?"

"Saya akan membantu anda untuk mandi, Duchess" ucap wanita itu sembari menunduk

"Aku bukan anak kecil! Aku bisa mandi sendiri tau"

"T-tapi itu sudah menjadi hal yang wajib untuk saya lakukan, Duchess "

Irina pun teringat jika ia tengah berada di kehidupan yang berbeda, dimana pemilik tubuh ini yang biasanya dilayani bahkan untuk hal mandi seperti ini.

"Kau keluarlah! Aku bisa melakukannya sendiri" ucapnya sembari mendorong wanita itu keluar

"T-tapi Duchess saya---

"Keluar atau kutendang?"

Wanita itu pun keluar setelah mendapatkan ancaman dari Irina,

Irina pun menutup pintu kamar mandi tersebut dan mulai melakukan ritual mandinya.

Beberapa menit kemudian Irina keluar dengan handuk yang melilit tubuh nya dan berjalan menuju wanita yang tengah menunggu nya di depan meja rias.

"Kenapa kau masih ada disini?" Tanya Irina

"Saya akan membantu Anda mengenakan pakaian dan berdandan, Duchess"

"Aku bisa-"

"Tolong Duchess jangan menolak! Ini sudah tugas saya sebagai pelayan anda. Dan tidak biasanya anda menolak ketika dilayani, bagaimanapun anda baru saja sembuh" ucap nya

Irina pun lebih memilih mengalah dan membiarkan wanita tersebut mengerjakan pekerjaannya.

"Duchess anda ingin memakai gaun yang mana?" Tanyanya sembari memperlihatkan gaun yang ia bawa

Melihat itu pun mata Irina membola, apa itu? Gaun? Itu lebih mirip baju festival!

"Yang benar saja kau ini?! Itu bukan gaun! Gaun apa yang kainnya seperti kain sisa kemudian di satukan dengan kain yang berwarna-warni?"

"Maaf Duchess namun ini model gaun yang anda sering pakai untuk sehari-hari" jawab wanita itu dengan rasa takut yang sudah menghampiri nya. Takut akan kemarahan sang Duchess yang bisa saja memukul nya.

Mendengar jawaban dari wanita itu Irina pun menggeleng tak percaya. Seriously Verona? Apakah selera mode mu sangat rendah?. Irina pun menyuruh wanita tersebut mengembalikan gaun itu ke tempat nya lagi dan menyuruh nya mengambil gaun yang sederhana saja.

Wanita itu pun kembali dengan gaun yang menurut Irina sudah lumayan lebih baik dari gaun yang sebelumnya. Gaun berkain satin berwarna coklat dan terlihat nyaman untuk ia kenakan.

Pelayan itu pun mulai membantu Irina untuk mengenakan pakaiannya,saat pelayanan tersebut akan memakaikannya sebuah korset Irina langsung menghentikan nya

"Jangan coba-coba kau memakaikan benda sialan itu kepada ku!" perintah nya

"Tapi Duchess anda harus mengenakannya. Anda selalu mengatakan jika mengenakan korset anda akan terlihat lebih ramping"

"Sekarang tidak lagi! Badan ku sudah ramping, jika aku memakainya selain merasa sesak tubuh ku akan terlihat seperti manusia lidi saking ramping nya."

Wanita itu pun hampir saja tertawa mendengar penuturan dari Irina, namun ia mengurungkan niatnya karena ia ingat jika Duchess nya ini manusia yang galak.

Setelah berpakaian, Irina mulai di dandani oleh pelayan tersebut. Irina meminta kepada nya untuk tidak berlebihan mendandani nya dan menyuruh agar rambutnya di gerai saja

"Kau! Siapa namamu" tanya Irina

Mendengar pertanyaan dari Irina wanita itu pun melotot kepadanya

"Apa? Kenapa kau melotot?"

"Duchess anda tidak mengetahui nama saya? Apa anda benar-benar mengalami hilang ingatan?. Astaga ini tidak mungkin!!" Ucapnya histeris

Wanita itu pun kembali melihat kepada Irina

"Duchess mohon tunggu sebentar! Saya akan keluar memanggil tabib untuk memeriksa anda" wanita itu pun akan pergi namun Irina lebih dahulu menarik tangan nya

"Diam! Tidak usah memanggil tabib, aku baik-baik saja oke. Aku hanya merasa terkadang aku melupakan beberapa hal karena kecelakaan itu namun ini tidak seserius itu. Kau pelayan pribadi ku bukan, jadi tugas mu sekarang untuk membantu ku mengingat beberapa hal yang aku lupakan" Jelas Irina

"Pantas saja saya merasa sedari awal anda siuman anda terlihat sedikit berbeda dari biasanya. Tapi tidak apa-apa Duchess saya akan membantu anda untuk mengingat kembali apa yang anda lupakan"

Irina pun tersenyum menanggapi hal tersebut. Untuk beberapa saat pelayan tersebut tertegun melihat sang Duchess yang tersenyum,hal yang telah lama hilang dari pandangannya.

"Sekarang jawab pertanyaan ku,siapa nama mu? Maaf jika aku melupakan nya, aku benar-benar tidak ingat"

"Tidak apa-apa Duchess, saya memakluminya. Nama saya Emma, saya adalah pelayan pribadi anda dan saya sudah bekerja dengan anda selama tujuh tahun."

"Ahh begitu, baiklah Emma sekarang kau sudah selesai mendandani ku bukan? "

"Iya Duchess sudah selesai."

"Sekarang panggilkan anak-anak, suruh mereka kemari"

Irina harus melihat dua tuyul itu terlebih dahulu, entah kenapa sebenarnya sedari tadi ia ingin bertemu dengan mereka. Apakah ini naluri dari seorang Verona yang masih tertinggal? Entahlah.

"Heumm, Duchess" ucap wanita itu seperti ingin mengatakan sesuatu namun ia terlihat takut untuk mengatakannya

"Ada apa?" Tanya Irina

"Apakah anda ingin memukul mereka lagi? Tolong Duchess kali ini saya mohon jangan memukul mereka, luka mereka bahkan belum mengering sejak terakhir kali Anda memukul mereka menggunakan sebuah pecutan. Tolong jika anda ingin melakukan nya, lakukanlah kepada saya" ucap Emma sembari berlutut di depannya

Mendengar hal itu pun tubuh Irina bergetar, astaga Irina tidak bisa membayangkan bagaimana anak berusia 5 tahun diperlakukan seperti itu. Verona kau benar-benar sialan!

"Emma aku tidak akan melakukan nya, jadi sekarang cepat pergi dan bawa mereka kemari!"

Emma pun berdiri dan pergi dari kamar Verona, Irina mendudukkan dirinya di atas ranjang sembari menunggu Emma membawa anak-anak nya.

Tak lama kemudian suara pintu diketuk terdengar dan pintu pun terbuka dengan memperlihatkan Emma yang tengah menggandeng dua bocah berbeda jenis itu masuk kedalam kamar dan menghampiri nya.

Irina pun tertegun melihat pemandangan yang berada di hadapannya, dua bocah yang terlihat kurus berantakan dengan mata sembabnya, bahkan disana sisa-sisa air mata masih terlihat di mata mereka. Namun di balik itu, wajah tampan dan cantik keduanya tidak bisa menutupi nya, mereka begitu terlihat lucu di mata Irina.

Irina pun berjongkok untuk mensejajarkan posisi nya dengan mereka, ketika Irina ingin menyentuh kedua pipi anak-anak itu spontan mereka berdua menghindar dan bersembunyi di balik punggung Emma.

Melihat itupun hati Irina merasa mencelos, apakah trauma mereka sudah sampai separah ini?. Bahkan mereka merasa harus waspada kepada ibunya sendiri. Mereka seperti merasakan bahaya ketika ibunya mendekati sehingga spontan menghindar. Alih-alih seperti anak-anak yang lain yang menganggap sentuhan dan dekapan seorang ibu yang ternyaman bagi mereka, namun untuk ke dua bocah itu merasakan hanya luka yang akan mereka dapatkan.

Irina pun berusaha untuk tidak mengeluarkan air matanya, ia kembali melihat anak-anak nya yang masih bersembunyi di belakang Emma. Saat Irina ingin menyuruh mereka untuk mendekat tiba-tiba putra nya itu berjalan ke arahnya dengan wajah yang tertunduk

"Ibu, jika kau ingin memukul kami maka pukuli aku saja. Jangan pukul adik ku. Dia tidak bersalah, aku yang nakal dan sudah membuat ibu marah"

Lihatlah! Bocah berumur lima tahun itu mampu mengatakan hal yang orang dewasa pun bisa melakukannya, mengakui kesalahan yang sama sekali tidak di perbuat demi seseorang. Irina pun meraih tangan putranya dan mengelus nya

"Hey, ibu tidak akan memukul kalian. Ibu minta maaf untuk semua yang telah ibu lakukan kepada kalian berdua. Ibu janji! Ibu tidak akan pernah memukul atau menyakiti kalian lagi." ucap Irina dengan air matanya yang sudah berada di pelupuknya

Bagaimanapun, ia harus meminta maaf atas apa yang telah Verona lakukan terhadap anak-anak nya, sekarang ia lah yang berada di tubuh Verona, saat mereka bertemu di alam bawah sadar nya Verona mengatakan jika ia ingin meminta maaf kepada anak-anaknya, maka ini lah yang Irina lakukan.

Namun dibalik itu semua Irina juga melakukan itu karena entah kenapa ia juga merasa bersalah atas apa yang menimpa kedua anak itu .

"Apa ibu tidak berbohong?"

"Tidak sayang, ibu tidak berbohong. Kau bisa pegang janji ibu"

Mendengar itu pun putri nya keluar dari belakang punggung Emma dan berjalan menghampirinya.

"Apa ibu juga akan berjanji jika ibu tidak akan membuang kami?" Ucap putrinya itu sembari melihat nya dengan suara sendunya.

Demi Tuhan Verona! Hal laknat apa yang telah kau katakan kepada anak-anak mu?

"Tidak sayang! Ibu tidak akan pernah membuang kalian, lupakan apa yang pernah ibu katakan kepada kalian dulu. Sekarang yang perlu kalian ingat, jika ibu sangat menyayangi dan mencintai kalian." Ucap nya sembari membawa kedua tangan putra putri nya itu untuk ia genggam.

Related chapters

  • Membawa Lari Anak Duke   Bertemu Anak-anak

    Keduanya pun tersenyum dan membalas genggaman dari Irina, sudah lama mereka menginginkan hal ini tiba dimana ibu mereka akan berubah dan menyayangi mereka. Mereka ingin seperti anak-anak yang lain yang dilimpahkan kasih sayang oleh orang tuanya. Bagi mereka walaupun ibu mereka sering memukul dan memarahi mereka, mereka tetap menyayangi nya karena Emma mengatakan bahwa awalnya ibu mereka bukan wanita pemarah dan gemar memukul. Ibunya dulu sangat menyayangi mereka namun entah apa yang membuat ibunya berubah mereka tidak tahu. Emma yang melihat itu pun tak bisa lagi membendung air matanya, hal yang selama ini yang ingin ia lihat kembali setelah kejadian tersebut yang telah merenggut banyak sosok Verona. Irina membawa putra putrinya itu kedalam pelukannya, namun Irina mendengar ringisan dari mereka. Irina pun melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh keduanya kemudian menyingkap baju keduanya. Betapa terkejutnya Irina melihat beberapa bekas luka yang memang belum kering, sekali lagi

    Last Updated : 2024-02-27
  • Membawa Lari Anak Duke   Nama Yang Indah

    Lucius Van Gilbert dan Lilyan Van Gilbert. Setelah Irina membongkar kembali ingatan dari pemilik tubuh ini, akhirnya ia menemukan nama dari bocah-bocah itu. Nama yang keren! Namun Irina sempat berpikir jika ia ingin mengganti nama belakang mereka dengan nama dari Verona saja, mungkin nanti setelah ia dan Alexander berpisah ia bisa menyematkan namanya kepada anak-anaknya itu. Setelah ia mengoleskan salep dan memakaikan mereka perban, Irina kemudian menyuapi mereka makanan yang tadi dibawa oleh Emma. Di sela-sela mereka menyantap makanan sesekali Irina mengajak mereka bercanda, hitung-hitungan agar ia bisa semakin dekat dengan anak-anak nya. Ia bertekad jika ia harus menghilangkan rasa takut Lucius dan Lily terhadap nya. "Bagaimana apa makanan nya enak?" tanya Irina dan di balas anggukan oleh kedua bocah itu sembari masih mengunyah makanan yang berada di dalam mulut mereka. Sebenarnya Irina tidak punya pengalaman sama sekali soal mengurus anak, sudah ia katakan bukan bahwa ia tidak s

    Last Updated : 2024-02-27
  • Membawa Lari Anak Duke   Beauty and The Beast

    Verona dan kedua anaknya itu tengah berbaring di atas ranjang, untung saja ranjang nya luas sehingga mereka bertiga pun muat untuk tidur bersama di ranjang itu. Posisinya berada di pinggir sedangkan Lily berada di tengah dengan Lucius yang berada di sampingnya. Kedua bocah itu pun belum tidur, mereka sebenarnya masih gugup dengan kedekatan mereka sendiri dengan sang ibu. "Kenapa kalian belum tidur, hmm?" tanya Verona sembari membelai rambut Lily "Heum... Ibu apakah aku boleh meminta ibu untuk membacakan sebuah dongeng sebelum kita tidur?" Lily pun mendongak ke arah sang ibu yang posisinya lebih tinggi darinya itu "Lily, biarkan ibu beristirahat. Ibu baru saja pulih dan ia harus istirahat yang banyak." ujar Lucius kepada adiknya itu. Lily pun hanya menunduk ketika kakak nya itu menegur nya.Verona yang melihat itu pun tidak bisa untuk tidak terkagum dengan Lucius lagi, betapa pengertian putra nya itu. Anak sekecil Lucius mampu untuk mengatakan hal dewasa seperti itu. "Tapi aku ing

    Last Updated : 2024-02-27
  • Membawa Lari Anak Duke   Pagi Yang Buruk

    "Duchess apa hari ini anda akan keluar untuk sarapan bersama?" tanya Emma "Iya." "Maaf jika saya lancang Duchess, apakah sebaiknya anda beristirahat saja di kamar?. Saya akan membawakan anda makanan ke sini dan untuk anak-anak." Saran Emma karena ia masih khawatir jika majikannya itu akan kembali sakit. Verona yang tengah mengikatkan rambut Lily pun menoleh ke arah Emma, pelayan nya itu memang terlalu mengkhawatirkan nya, ia senang jika ada orang yang begitu perduli dengan nya namun Emma rasanya pelayan nya itu khawatir setiap detik kepadanya. "Aku sudah baik-baik saja Emm, dua hari berdiam diri di kamar membuat ku bosan. Aku ingin berjalan-jalan di sekitar kediaman dan kau tentu akan menemaniku." "Baiklah jika itu perintah anda Duchess." ucap Emma sembari menunduk Hari ini Verona sudah memutuskan akan keluar dari kamar dan memulai aktivitas nya. Hari ini akan dimulai dengan sarapan bersama tentunya dengan suami bajingannya itu dan jalangnya. Huh Pagi yang buruk! Verona pun men

    Last Updated : 2024-02-27
  • Membawa Lari Anak Duke   Adik Ipar

    "Uncle Lucas aku merindukan mu" ucap Lily sembari melingkarkan tangannya ke leher Lucas yang tengah menggendong nya. "Aku pun sangat merindukan mu bunga Lily ku" jawab Lucas sembari mengecupi pipi Lily yang disambut kekehan olehnya Verona yang sedari tadi diam memandangi Lucas yang sekarang sudah berada di hadapannya itu pun mulai berpikir, pria ini lah yang menarik Verona saat Verona akan menghampiri Alexander dan Rosella yang berada di toko baju saat itu, pria ini lah yang di dalam ingatannya itu kerap bermain bersama Verona kecil kala itu. Mereka cukup dekat berarti Lucas adalah salah satu orang terdekatnya. Verona pun mulai meneliti wajah tampan Lucas yang sedikit terlihat mirip dengan Alexander, dari warna mata dan warna rambut mereka memiliki kesamaan namun hanya itu saja. Lucas memiliki postur tinggi namun Verona meyakini Lucas tidak lebih tinggi dari Alexander, ah kenapa pula dia membanding-bandingkan nya dengan pria itu. "Tak ada ucapan salam untuk putra mahkota ini Duche

    Last Updated : 2024-02-29
  • Membawa Lari Anak Duke   Perhitungan

    Tak terasa malam pun sudah tiba, Verona tengah menemani Lucius dan Lily di kamarnya, menunggu kedua bocah itu terlelap dengan menepuk pelan kedua bokong mereka.Mimpi indah pun sudah menghampiri keduanya, hingga Verona pun pergi meninggalkan kamar mereka. Saat ia akan berbelok menuju kamarnya tiba-tiba dia di kagetkan dengan kedatangan Alexander di hadapannya."Astaga!!!" ucap Verona sembari memegang dadanya.Ah pria ini!Setelah terdiam beberapa detik dengan pandangan yang saling terkunci,Verona pun memilih melangkah kembali menuju kamarnya dan mengabaikan Alexander yang berada di hadapannya. Ia terlalu muak melihat wajah penyebab duka dari seorang Verona itu.Namun suara dari Alexander pun menghentikan langkahnya."Apa benar kau akan memasukkan Lucius dan Lily ke akademi Serigala Putih?" tanya AlexanderVerona yang mendengar pertanyaan itu pun mengernyit bingung, darimana pria itu tau jika ia akan mendaftarkan anak-anak ke akademi Serigala Putih? Ah! Ia lupa telinga dan mata dari se

    Last Updated : 2024-03-13
  • Membawa Lari Anak Duke   Janda

    "ibu mau pergi kemana?" Ucap Lily ketika melihat ibunya itu yang tengah bersiap pergi bersama Emma."Ibu akan ke pusat kota untuk berbelanja"Mendengar jawaban dari sang ibu membuat Lily dan Lucas saling pandang beberapa detik, kemudian Lily pun kembali menatap Verona ."Ibu apa kami boleh ikut? Kami tidak pernah pergi ke pusat kota. Aku mendengar disana sangat seru, kita bisa melihat banyak hal dan aku ingin sekali melihatnya" pinta LilyVerona tengah berpikir,benar juga kedua anaknya itu kerjaannya hanya terkurung di Dukedom, mereka jarang sekali keluar layaknya terisolasi. Jika pun mereka keluar bermain itu pun masih disekitar kediaman ini.Mereka terlalu takut untuk keluar,selain karena keberingasan Verona mereka pun kerap mendapat ejekan dari anak-anak seusianya sehingga Lucius dan Lily memilih untuk tidak keluar.Ah malang sekali anak-anak nya!"Tentu saja! Kalian boleh ikut." Ucapnya membuat Lucius dan Lily kegirangan"Kalau begitu mari berangkat!" Tukasnya kemudian meraih tang

    Last Updated : 2024-03-13
  • Membawa Lari Anak Duke   Leonard

    Setibanya mereka di kediaman Gilbert, Verona dan yang lainnya bergegas masuk ke dalam begitu pula dengan Alexander yang mengekor di belakang. Verona berjalan sembari memegang tangan Lucius dan Lily, saat mereka akan berjalan menuju kamar masing-masing di depan sana terlihat wanita yang tengah berdiri dengan raut wajah khawatir nya."Alexander!" ucap Rosella sembari berjalan ke arah Alexander yang berdiri di belakang Verona"Kau kemana saja hingga tiba di kediaman sore hari?. Aku sungguh khawatir Alex, yang ku tahu kau tidak ada panggilan kemanapun hari ini" ucapnya dengan meraih pipi AlexanderBaru juga keluar sampe sore tapi wanita itu justru bertingkah seolah-olah suaminya itu keluar bertahun-tahun.Verona pun berdecih kemudian kembali mengambil langkah bersama kedua anaknya untuk pergi ke kamar mereka, terlalu muak jika ia harus melihat drama suami istri haram itu .Alexander pun menatap kepergian Verona dan anak-anak nya, atensinya pun kembali teralih kepada wanita yang berada di

    Last Updated : 2024-03-13

Latest chapter

  • Membawa Lari Anak Duke   Eksekusi

    Felix dan Christof bersimpuh di hadapan sang raja dengan wajah babak belur. Seperti nya keduanya mendapatkan luka baru karena di beberapa sudut terlihat luka lain namun sudah mengeringRaja bersama para menterinya duduk tenang setelah sebelumnya dikejutkan dengan bukti korupsi dari Baron Quill, meski beberapa menteri kerajaan ada yang bersikap biasa-biasa saja karena sudah mengira suatu saat kejadian itu akan terjadi, mengingat hampir seluruh orang tahu jika Baron Quill berhasil menjabat sebagai anggota menteri karena bantuan dari AlexanderTak lama kemudian Alexander datang bersama Rosella, pria itu menyeret Rosella dengan mendorong kepala wanita itu. Rosella dalam keadaan menangis pasrah begitu Alexander menghempaskan tubuhnya agar ikut bersimpuh seperti kedua pria itu.Verona dengan wajah datarnya menatap para pelaku yang menjadi dalang di balik kesakitannya, tak terkecuali matanya menatap kearah Alexander juga"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya raja Edward, bingung ketika

  • Membawa Lari Anak Duke   Sidang

    Verona mematut dirinya di depan cermin. Dress merah pekat membalut tubuh indahnya, rambutnya cokelat nya ia biarkan tergerai menjuntai, lalu wajahnya dipoles sedikit riasan sebagai penyempurna penampilan nya pagi ini.Tak terasa sudah tiba hari dimana Verona akan menyelesaikan masalah yang membelenggunya. Verona berharap, setelah hari ini tidak ada lagi kekhwatiran yang akan menggangu hidupnya lagi, Verona saat ini hanya ingin hidup tenang bersama kedua anaknya.Verona memantapkan hati pada pilihan nya. Tidak ada lagi alasannya untuk mundur, Verona sudah terlalu takut untuk menoleh kebelakang lagi, takut pada keputusannya yang bisa berubah kapan saja. Sekali lagi Verona menatap pantulannya, berbicara pada dirinya sendiri kalau apa yang ia pilih adalah jalan terbaik bagi hidup nya.Verona berbalik begitu seseorang masuk kedalam kamarnya"Semuanya sudah siap, Duchess" kata Jarvis"Kalau begitu kita berangkat sekarang"Verona bersama rombongannya pergi menuju halaman rumahnya, sebelum it

  • Membawa Lari Anak Duke   Hukuman

    Mata itu terbuka seiring ringisan keluar dari bibir keringnya. Kepalanya sakit, tak kalah dengan fisik dan batinnya. Rosella secara perlahan bangkit untuk mendudukkan dirinya, berusaha sekuat tenaga bersandar pada tembok dingin di belakang nya.Rasa perih dirasakan nya saat punggung yang penuh dengan luka cambukan itu menyentuh tembok kasar di belakang. Rosella kembali meringis, tubuhnya benar-benar remuk redam oleh Felix. Rosella mengumpati pria itu di dalam hatinya, Rosella akan memberi Felix pelajaran jika ia berhasil keluar dari tempat ini. Ia akan memberikan rasa sakit yang berkali lipat kepada Felix karena telah berani menyiksa seorang Duchess seperti dirinya, oh tak lupa ia harus membuat perhitungan kepada anak kurang ajarnya itu karena membeberkan rahasianya kepada Felix.Karena sibuk dengan isi kepalanya sendiri, Rosella tidak menyadari kehadiran orang lain di ruangan ini. Tubuhnya terhenyak begitu suara dingin yang amat Rosella kenali mengalun"Sudah sadar...?" Alexander ma

  • Membawa Lari Anak Duke   Penyesalan

    Verona sedang sarapan bersama dengan kedua anaknya, tak lupa beberapa pelayan dan pengawal pribadinya ikut duduk di meja makan bersama nya. Semenjak kepindahan Verona, Verona memberi perintah jika mereka harus makan bersama kalau bisa menyempatkan waktu. Verona merasa tak keberatan harus berada di meja yang sama dengan bawahannya, mereka sudah Verona anggap sebagai teman dan keluarga nya saat ini, tanpa mereka Verona juga tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Lucius dan Lily.Tentang Lucius dan Lily. Saat malam dimana Verona menumpahkan kesedihannya kepada Lucius, keesokan harinya kedua anaknya sudah berlaku manis kembali kepadanya, begitupula dengan Verona yang sudah tidak lagi menghindari si kembar.Kesalahpahaman diantara mereka sudah diluruskan, ternyata yang membuat si kembar menangis kala itu adalah karena mereka takut dan berpikir ketika melihat Verona menangis, ibunya itu akan kembali terluka kemudian berubah seperti dahulu seperti saat ibunya bertengkar dengan ayahnya. Bukan

  • Membawa Lari Anak Duke   Surat

    Verona dengan langkah pelan berjalan menuju kamarnya. Kamarnya terletak bersebelahan dengan si kembar, mencoba membuka pintu sepelan mungkin agar tidur mereka berdua tak terganggu dengan suara tersebut, namun suara panggilan menyapa rungunyaTangan Verona masih berada pada gagang pintu kamarnya, badannya enggan menoleh ke asal suara"Ibu..." Panggil Lucius sekali lagiVerona menarik nafas sebelum berbalik menghadap putranya, Verona dengan sekuat tenaga menghalau air matanya. Verona tak sanggup setiap melihat wajah Lucius dan Lily, rasa bersalah menggerogotinya ketika mengingat bagaimana si kembar menangis kala itu"Apa Lucius butuh sesuatu?" Tanya Verona pelan, matanya melirik ke sebelahnya dimana Verona dapat melihat Lily yang tengah terlelap dari celah pintu yang terbukaLucius memandang lamat wajah ibunya yang selama ini jarang ia lihat. Lucius merasa bahwa ibunya tengah menghindarinya dan Lily, Lucius bertanya-tanya apakah dirinya melakukan kesalahan sehingga ibunya tidak mau lagi

  • Membawa Lari Anak Duke   Felix dan Rosella

    Rosella tengah berjalan pulang menuju kediamannya. Ia baru saja selesai berbelanja di pusat perbelanjaan, Berta dan beberapa pelayan di belakangnya setia mengikutinya dengan barang belanjaan di kedua tangan merekaSaat ingin menaiki kereta kudanya tiba-tiba sang kusir mengatakan jika roda kereta menghilang, dan terpaksa Rosella harus menunggu sang kusir pergi untuk membeli roda kereta, Rosella sangat kesal, kenapa juga harus ada kejadian yang merusak harinya lagi.Ditengah kegiatan menunggu kusirnya kembali, Rosella di datangi oleh seseorang kemudian memberikannya sebuah surat. Rosella menerima dan langsung membacanya, ia menghela nafas bosan sejenak kemudian merobek surat tersebutFelix, pria itu tak henti-hentinya mengiriminya surat. Meminta nya datang untuk menemuinya karena alasan merindukannya, Rosella tentu tidak punya waktu untuk meladeni pria itu, masih banyak pekerjaan yang harus ia lakukan daripada harus mengunjungi pria yang sudah tidak berguna lagi baginya. Saat ini Rosell

  • Membawa Lari Anak Duke   Teror

    Verona masuk kedalam Guild Informasi begitu salah satu petugas mempersilahkannya. Verona duduk sembari menunggu seseorang yang akan menjadi narasumber nyaDitemani oleh Hagrid, Verona duduk setia menunggu dengan wajah datarnya. Tak lama kemudian seorang pria datang menghampiri nya dan duduk berhadapan dengannya.Verona langsung menyodorkan suratnya lalu segera diterima oleh pria berjanggut tebal itu"Hmmm, ini bayarannya akan sangat mahal" ujar pria itu setelah membaca surat Verona"Aku tak peduli berapa pun harga yang harus ku bayar, yang penting aku bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaan ku yang sudah tertera di kertas itu" Veron dengan tegas menjawabPria itu berdeham sejenak, kemudian mengeluarkan sebuah dokumen pada lacinya,"Ini adalah surat yang berisi informasi dimana anak itu lahir dan orang yang membantu selir itu melahirkan. Kau bisa datang ke alamat itu dan meminta kesaksiannya, dan yang perlu kau tahu, anak laki-laki itu bukan anak dari Duke Alexander, melainkan anak sah

  • Membawa Lari Anak Duke   Dimana kepercayaan itu?

    Verona mengambil nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Dua prajurit masih setia menunggunya untuk dibawa kehadapan Alexander, entah kali ini apa kesalahannya, apalagi yang dituduhkan kepadanya? Baru juga sembuh sudah dihadapkan lagi dengan masalah yang lain.Dan disinilah Verona berada, tepat dihadapan Alexander, sang Duke yang terkenal karena keberaniannya dan kecerdasan nya tetapi bodoh dalam menilai sesuatu jika itu sudah berhubungan dengan orang yang ia cintai.Verona bisa melihat wajah memerah Alexander dan tak lupa dengan wanita lembek itu yang menangis disisinya. Di ruangan itu ia tak didampingi oleh siapapun, sedangkan Alexander bersama Rosella dan juga Howard"Apa kau mengakui kesalahan mu?" Alexander mulai bertanya"Tidak.""Semua bukti mengarah padamu, jadi mengaku lah!" Kali ini Rosella yang berbicara"Diam!" Perintah Alexander pada Rosella, ia tidak ingin mendengar suara siapapun saat ini selain wanita yang berada dihadapannya, setelah itu, ia menyuruh Rosella kelu

  • Membawa Lari Anak Duke   Lucius

    Howard, begitu pria itu diperintahkan Alexander untuk membebaskan Verona, Howard tidak mengulur waktu lagi untuk menjemput Verona ke ruang bawah tanah. Howard tidak ingin kalau sampai tiba-tiba Alexander berubah pikiran, sebelum itu ia telah membawa Emma dan Hagrid untuk membantu Verona.Pintu besi itu terbuka, terlihat seorang wanita meringkuk seperti janin dengan gaun merah yang masih ia kenakan. Hati Howard mendadak pilu melihatnya, ia segera melangkah kemudian berjongkok meraih pundak Verona"Duchess..." Panggil Howard pelan"Enghhh...." Verona bergumam dalam tidurnyaHoward jadi tak tega membangunkan Verona. Mungkin wanita itu begitu lemah karena tak ada asupan makanan selama ia dikurung selain beberapa kali diberi air untuk melepas dahaganya, namun itu sama sekali tidak membantu menyelamatkan perut melilit Verona.Howard ingin mengangkat tubuh ringkih itu, namun tangan seseorang hinggap di lengannya,"Mau kau bawa kemana aku?" Tanya Verona pelan"Kembali ke kamar anda, Duchess"K

DMCA.com Protection Status