Share

Bab 252 cinta karena uang

"Gimana tadi malam?"

"Apanya yang gimana?"

"Reaksi suamimu lah, apa lagi? Jangan-jangan, pagi ini kamu tidak bisa berjalan karena dia terlalu bersemangat dan tidak ada capeknya. Iya, 'kan?"

Aku berdecak. Kepalaku menoleh ke belakang, takutnya orang yang dibicarakan ada di sana.

"Gagal, Dam."

"Hah, apa? Gagal? Kenapa bisa begitu?" tanya Damar dari sebrang telepon.

"Air yang ada larutan obatnya, diminum Dinata."

Suara tawa menggema dari sebrang sana. Damar menertawakan kesialanku yang pada akhirnya harus menelan kekecewaan.

Pagi-pagi sekali, pria buruk rupa itu sudah menelepon menanyakan tentang Aldi malam tadi. Menyebalkannya lagi, sekarang dia menertawakanku sesuka hatinya.

"Tenang, Aruna. Kan masih ada dua lagi. Masih ada waktu, bukan? Tapi ... aku lelah menunggu, Aruna. Aku ingin segera mendapatkan apa yang aku inginkan."

"Sabarlah, Dam .... Aku pun sedang berusaha untuk itu," kataku dengan diakhiri desahan panjang.

"Secepatnya, Aruna. Aku tunggu kabar darimu secepatnya. Kita
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status