Kenangan buruk yang masih berbekas sekilas melintas di benak Eve.
“Menyebalkan! Kenapa aku harus bertemu lagi dengan lelaki brengsek ini. Tidak peduli dia keturunan bangsawan ... karena itu tidak pantas untukmu yang pandai menyembunyikan sisi burukmu.” Eve terus bergulat dengan pikirannya. Haha .... “Aku yakin dia pasti tidak mengenaliku,” tambahnya.Penampilan Eve dulu dan sekarang memang telah banyak berubah. Tak lagi memakai kacamata dan rambutnya yang panjang di biarkan tergerai.“Kau bisa membuat lubang di wajahku jika menatapku seperti itu.” Ucapan Isack memecah lamunan. Dia telah selesai memasang Taping.Eve tersentak menarik kakinya yang telah selesai di rawat.“Kau harus mengompres kakimu setidaknya 3 jam sehari selama 1 minggu agar nanti tidak bengkak,” ucap Isack sembari beranjak berdiri.Ghm! “Terima kasih, kalau begitu aku permisi.” Secepat mungkin Eve ingin segera dari hadapannya. Melihat wajah Isack membuka luka lama yang belum sembuh. “Menyebalkan! Kenapa dia selalu menolongku. Tidak dulu, bahkan setelah bertahun-tahun tidak bertemu ... masih saja sikapnya sok manis.” Eve menggerutu sepanjang jalan saat keluar dari lobi dengan kaki pincang.Pfffttt! Isack terkekeh melihat tingkahnya.Perhatian Noe teralihkan ke Isack. Dia tak pernah melihat Tuannya begitu ceria, anehnya lagi Isack tersenyum setelah bertemu seorang perempuan. “Tuan mengenalnya?” Neo memberanikan diri bertanya.Senyumnya langsung menghilang. Ghm! Isack berdehem menetralkan perasaan. “Aku belum yakin, tapi untuk memastikan ... aku ada pekerjaan untukmu. Noe?”“Iya, Tuan?” Noe merapat, mendekati Tuannya.Isack pun membisikkan sesuatu kepada Noe.~♤~Tok, tok, tok.Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Isack yang tengah sibuk dengan tumpukan dokumen di atas meja kerjanya.Melihat Noe melangkah masuk, Isack menutup map yang baru saja selesai di tandatangani. Kini perhatiannya tertuju ke map yang ada di tangan Neo. “Kau membawa pesananku?” ucap Isack dengan suaranya rendah dan berat.“Iya Tuan, silakan.” Noe meletakkan map di atas meja.Tanpa menunggu lama, Isack membuka map tersebut dan memeriksa dengan sangat teliti. Tertera di sana data diri dan dua buah foto perempuan dengan penampilan berbeda milik, Eve Daphni.Sebelumnya Isack memberi perintah kepada Noe untuk mencari data mengenai perempuan yang dia temui di lobi perusahaannya waktu itu.Pffftt! Isack terkekeh, merasa geli karena tidak mengira akan bertemu dengannya lagi.“Eve ... I Got You!” Senyumnya lebar.Noe terkejut, sebelumnya dia nyaris tak pernah melihat Tuannya tersenyum lepas dan ini adalah momen terlangka baginya.Menyadari sesuatu tengah mengawasi dirinya, pandangan Isack langsung tertuju ke Noe. Senyum seketika menghilang dari wajahnya tanpa bekas. Ghm! Isack sengaja berdehem menetralkan perasaan. “Kenapa kau senyum-senyum?”“T–tidak ada Tuan, Anda pasti salah lihat.” Ghm! Aneh dirinya yang senyum-senyum sejak tadi tapi malah menuduh Noe.“Jadi sekarang kau berani menyalahkanku?” Isack tertangkap basah, reaksinya sangat lucu. Kepalang tanggung akhirnya dia melempar kesalahan pada Noe.“Ti–tidak Tuan. Mana berani saya menyalahkan Anda.” Noe tertunduk.“Baiklah, kau boleh keluar,” perintah Isack.Noe kemudian mengangguk pelan, memberi hormat sebelum melangkah pergi. “Permisi Tuan.”~♤~“Apa yang harus aku lakukan, Bu?” Eve Daphni berada di rumah sakit tempat ibunya di rawat. Menyandarkan kepala di sisi ranjang dan meletakkan tangan ibunya di atas kepala. “Aku sangat merindukanmu.”Semua aset rumahnya di jual, setengah untuk biaya berobat ibunya dan setengahnya lagi Eve gunakan untuk keperluan Elezar beberapa tahun lalu.Awalnya Elezar begitu baik sehingga Eve sangat percaya dan mau memberikan sebagian hasil penjualan rumah beserta aset keluarganya.“Aku butuh uang untuk melanjutkan sekolah, Eve. Aku janji ... setelah lulus dan mendapatkan pekerjaan, kita akan hidup lebih baik. Lagi pula kau juga tidak bisa bekerja karena mengurus ibumu.” Elezar berucap panjang lebar ketika merayu.Pikiran Eve saat itu kacau, namun beruntung uang hasil penjualan masih tersisa untuk beberapa bulan. Ada hal yang membuat Eve semakin percaya dan yakin bahwa Elezar tak akan mengecewakan dirinya, kekasihnya itu mengambil pekerjaan paruh waktu untuk biaya kehidupan mereka.Namun seiring berjalannya waktu perlahan mulai berubah, Elezar lulus kuliah dan diterima bekerja di perusahaan besar yang ternyata milik Isack Prhison. Sikapnya berubah kasar, egois terlalu ambisius dalam mencapai target hidupnya.Elezar rela berjudi demi mendapatkan uang lebih besar dan instan meski tahu judi hanya permainan para mafia yang hanya memberikan kemenangan di awal.Kini tak ada lagi yang tersisa, semua surat-surat penting milik Eve dikuasai oleh Elezar sehingga susah baginya mencari pekerjaan.Ibunya sakit komplikasi parah dan ini minggu terakhir dia dirawat sebelum Eve membayar tagihan rumah sakit untuk bulan ke depannya.“Ke mana aku harus mencari pinjaman sementara aku tak memiliki jaminan apa pun. Satu-satunya kalung berharga yang kumiliki telah dijual Elezar. Bu, bangunlah dan katakan apa yang harus aku lakukan saat ini?”Tiiiiiiiiiiiiiiiiiittt!Tiba-tiba saja terdengar suara mesin pendeteksi detak jantung telah berubah, bunyi itu mendadakan bahwa mesin telah kehilangan detak jantung pasien.“Ibu!!” Eve beranjak berdiri, ekspresi wajahnya tegang pucat. “Ibu?” Belum tentu pasti apa yang terjadi tapi air matanya tak bisa terbendung lagi. “Dokter!!” Tangannya refleks menekan tombol yang tersedia di sana yang terhubung dengan ruang dokter.Berkali-kali Eve menekan tombolnya tapi dokter dan perawat belum juga datang. “Kenapa mereka lama sekali!” gumamnya. “Ibu aku mohon bertahanlah!”Sementara itu di sisi lain di tempat yang sama namun di ruangan yang berbeda, Isack tengah mengunjungi karyawan pabriknya yang mengalami kecelakaan saat bekerja.“Terima kasih Tuan, telah sudi datang ke rumah sakit menjenguk anak saya.” Seorang lelaki paruh paya menundukkan kepala di depan Isack sebagai rasa berterima kasih.“Tidak perlu sungkan, ini sudah menjadi tanggung jawabku. Ke depannya kau tidak perlu khawatir ... semua biaya akan ditanggung perusahaan. Dan apa bila sampai hal buruk terjadi, aku akan sepenuhnya bertanggung jawab dengan keluargamu.” Isack sampai menundukkan kepala sebagai rasa bersalah yang bukan kesalahannya karena itu murni kecelakaan dalam bekerja.Tetapi bagaimanapun juga sebagai pemilik dari perusahaan tempat bekerja, Isack harus memperlihatkan rasa kemanusiaannya.“Tuan, Anda tidak perlu sampai menunduk seperti itu.” Lelaki paruh baya itu merasa bersalah.“Baiklah, kalau begitu aku pamit undur diri.”Noe yang setia berada di sana telah membuka pintu untuk Isack. “Silakan Tuan.”Mereka melangkah keluar dari ruangan, berjalan penuh wibawa membuat setiap orang yang lewat merasa segan.Saat melewati lobi perhatian Isack teralihkan ke suara riuh dari sisi lain.“Siapkan ruang ICU!” seru Dokter.Klatak-klatak!Ranjang di mana ibu Eve berada di dorong cepat seolah tergesa-gesa melewati Isack.Langkahnya terhenti, semula Isack memberi kesempatan pada Perawat dan Dokter yang sedang terburu-buru untuk lewat terlebih dulu. Akan tetapi salah satu dari mereka menarik perhatian hingga Isack terpaku dan benar-benar tak melanjutkan langkahnya.“Ibu aku mohon! Ibu bertahanlah!” Perempuan itu adalah Eve. Sambil terpincang-pincang dia berusaha mengimbangi kecepatan ranjang ibunya yang di dorong menuju ruang ICU.Noe ikut terdiam, melihat Eve tengah menangis. Akhirnya dia mengetahui apa yang membuat Isack mematung di lobi rumah sakit.“Maaf Nona, Anda tidak boleh masuk,” ucap seorang perawat kepada Eve.“Tapi bagaimana dengan ibuku? Dia membutuhkanku. Keadaannya kritis! Kenapa kalian tidak mengizinkanku masuk.” Eve menaikkan nada bicaranya, tak peduli sekitar.“Nona tenangkan dirimu, di dalam sudah ada dokter jadi kau harus tetap tenang dan berdoa agar kondisi ibumu baik-baik saja.” Perawat meninggalkannya sendiri masuk ke ruang ICU.Eve jatuh duduk di kursi ruang tunggu yang tersedia tepat di depan ruangan. Terdiam menikmati kesedihan yang menimpa dirinya secara bergantian.Setelah hubungannya dengan Elezard kandas, ditambah kakinya terkilir dan lagi dirinya tak bisa mencari pekerjaan lalu yang paling menyesakkan dada adalah kondisi ibunya yang memburuk.Hik!Kepalanya tertunduk, membiarkan air matanya menetes. Berharap kepedihan akan ikut menghilang seiring dengan isakan tangisnya.Melihat Eve menangis, dada Isack terasa sesak dan pilu.Tak, tak, tak!Isack melangkahkan kakinya mendekat dan berhenti tepat di depan Eve yang tengah tertunduk.Hiks!Melihat sepasang sepatu pantofel, Eve kemudian mendongakkan kepala. Guna memastikan siapa pemilik dari sepasang kaki jenjang di depannya itu.Dalam tangisnya, dengan kedua mata digenangi air, Eve melihat sosok Isack dengan penampilan seperti saat pertama kali mereka bertemu beberapa tahun silam. Bukan seorang Isack yang jahat dan pembohong tapi sebagai senior di sekolahnya yang selalu tersenyum dan menjadi orang terdepan yang selalu menolong.Hiks, tangisnya semakin kencang. “S–senior?” Eve beranjak dari kursi, melompat ke dalam pelukan Isack yang berdiri tegap di depannya.Deg!Deg!Dadanya berdebar ketika mendengar Eve memanggilnya dengan sebutan senior. Sempat ragu ingin membalas pelukan darinya. Tangannya terangkat, belum sempat membalas pelukan dari Eve tapi seketika saja perempuan itu melepaskan pelukannya.“Astaga! Aku pasti sudah gila!” ucap Eve dalam hati. Setelah sadar bahwa lelaki yang dia peluk adalah lelaki yang dia benci seketika saja Eve mendorong dadanya kasar. “Maaf.”Noe terkejut, tidak menyangka melihat seorang perempuan memperlakukan Tuannya dengan kasar setelah memeluknya sesaat. Padahal jika mengingat ke belakang, bahkan semua perempuan yang mengenal Isack akan saling berebut untuk bisa mendekatinya. Pfftt! Tak mampu menahan geli, Noe nyaris tertawa di depan Isack.Seketika saja, Noe mendapat lirikan tajam yang mampu membuat bulu kuduknya merinding. “Kau ingin pensiun dini?” gumam Isack.“E– maaf Tuan.” Noe menundukkan kepala. Ghm! Berdehem menetralkan suasana.Perhatian Isack kembali ke Eve Daphni. Tangannya bergerak mengambil kain kecil
“Jadwal?” tanya Eve penasaran. Hmm! Isack tersenyum seolah telah menyiapkan sesuatu yang akan membaut Eve kewalahan. “Noe akan mengatur semua jadwalmu mulai besok. Dan segala sesuatunya kau tidak perlu lagi bingung. Apa pun yang kau butuhkan dan kau inginkan ... Noe akan menyiapkan semuanya untukmu. Kau hanya perlu memberitahukan semuanya kepada Noe.” “Jadi, di sini sebenarnya aku akan menikah denganmu atau dengan Noe?” Tatapan Eve terlihat kesal, merasa seakan-akan Isack lepas tangan dengan tanggung jawabnya. “Menurutmu?” Salah satu alisnya terangkat, Isack tersenyum geli. “Jadi, kau ingin kalau aku yang mengurus semuanya untukmu?” “Aku tidak bilang seperti itu!” sahut Eve. “Tapi aku melihatnya di matamu, tenang ... aku tidak keberatan sama sekali. Aku akan mengatur semuanya untukmu, jika itu yang kau inginkan.” “Lagi-lagi seperti ini, kenapa dia selalu tersenyum!” batin Eve kesal. “Sejak dulu hingga sekarang kenapa lelaki ini tak berubah sedikit pun. Sikapnya membuatku luluh ..
Mobil Mercedez-Benz yang ditumpangi oleh Isack berhenti di lampu merah. Raut wajahnya sangat cerah, sejak tadi senyum tak pernah hilang dari wajahnya.Teramat senang hingga lupa tanggal pernikahan tinggal beberapa minggu lagi.Dreeeet!Mendengar suara getaran ponsel, perhatian Isack langsung beralih. Menyadari bukan ponselnya yang bergetar, segera Isack mengedarkan pandangannya, memfokuskan pendengarannya mencari sumber getaran itu berasal.Sampai pada akhirnya, terlihat sebuah cahaya menyorot berasal dari bawah kursi. Isack segera mengambil untuk memastikan.Elezar memanggil.Namanya tertera di layar ponsel. Isack bisa memastikan bahwa ponsel tersebut milik Eve.Sorot matanya menajam, ekspresi wajahnya berubah malas. Isack terlihat kesal. Membuang ponsel ke kursi di samping. Setelah lampu hijau menyala, segera dia memutar balik mobilnya kembali menuju ke rumah Eve Daphni.~♤~Sesampainya di sana, setelah melepas sabuk pengaman dan mengambil ponselnya, Isack segera turun dari mobil.S
Jantungnya serasa mau meledak, Isack tak pernah berada di situasi seperti ini. Berada di hotel dan berhadap-hadapan dengan seorang wanita yang hanya mengenakan handuk untuk menutupi tubuhnya.Penampilan Eve sungguh menggoda, handuk yang dia kenakan hanya menutupi dada sampai ke paha sementara rambutnya yang basah berantakan dibiarkan tergerai.Ghm! Isack berdehem mencairkan suara canggung. “Aku membawakanmu pakaian ganti. Kau bisa memakainya.” Setelah mengambil paperbag di ranjang, Isack berjalan mendekati Eve lalu memberikan paperbag tersebut.“Terima kasih.” Eve mengambil alih paperbag dari tangannya. Selalu tertunduk tak berani mengangkat wajahnya membalas tatapan Isack.“Tunggu!” Isack menahan lengannya saat melihat Eve hendak memutar tubuhnya masuk ke kamar mandi.Glek! Isack menelan saliva melihat buliran air sisa mandi di wajah Eve yang mengalir turun ke leher menuju ke dada dan berakhir di handuk. Isack benar-benar dihadapkan dengan cobaan yang menggetarkan iman.Belum lagi di
Isack mempercepat langkahnya, takut Eve keburu membuka pintu. “Tunggu!” Isack meraih tangan Eve, menahannya hingga pintu yang belum sempat terbuka kembali tertutup. Eve terkejut, saat memutar tubuhnya justru membentur dada Isack Brugh! “Aduh!” Mata Eve terkena tetesan air yang mengalir dari rambut Isack sisa cuci muka. “Tunggu, jangan di usap terlalu keras. Matamu bisa merah.” Isack mencengkeram lembut kedua pergelangan tangan Eve. “Tapi mataku pedih.” Eve masih menutup matanya. “Aku akan membantu mengusapnya.” Perlahan tangannya bergerak menyelusup ke sela leher dan rambut. Tangannya yang besar sangat mudah untuk memegang wajah Eve bahkan ketika ibu jarinya mengusap lembut matanya. Namun tak serta merta dia fokus dengan mata Eve, karena kini perhatian Isack tertuju lada bibirnya. Bibir mungil, merah jambu dan basah itu seolah melambai minta disentuh. Kepala Eve semakin menengadah karena tarikan tangan Isack. Membuat bibir Eve semakin terlihat jelas. Tanpa Isack sadari, kep
Awal mula Eve memang tidur lelap, namun di tak lama tidurnya terganggu karena perutnya perih. Ya, dia belum makan dan pelayan restoran belum juga mengirim makan malamnya.Eve terbangun dari tidur karena perutnya lapar. Ugh! “Aduh ... kenapa perutku jadi perih?” Perhatian Eve beralih ke jam di dinding kemudian menyapu sekitar memastikan. “Apa dia belum kembali?”Ruangan tampak kosong, Isack belum juga selesai menemui tamu.“Ah, aku sangat lapar. Bagaimana ini?” Tak bisa lagi menahan, Eve memilih keluar dari kamar.Langkahnya ragu saat masuk ke dalam lift, tapi perutnya jauh lebih penting. Ting!Pintu lift terbuka, Eve melangkah keluar menuju lobi.~♤~“Ya, jujur saja aku senang bisa bertemu denganmu di sini, Tuan Isack.”Lhea tersenyum. “Ini sangat kebetulan karena saya juga bertemu dengan beliau tanpa sengaja di sini.”“Benarkah, Oh ya ... aku dengar kau akan menikah. Apakah rumor yang beredar itu benar?” tanya Tuan Hubert, rekan kerja ayahnya.Isack terdiam melirik ke Lhea.“Anda b
“Kenapa?” Isack bertanya sembari menoleh. Eve yang jauh lebih pendek terpaksa mendongak saat menatap wajahnya. Tangan mereka masih bergandengan. Bahkan Isack menggenggamnya semakin erat, Eve bisa merasakan hangatnya tangan Isack. “Tidak, tidak apa-apa.” Eve tak berani mengatakan kalimat yang sempat terucap di dalam hatinya. “Hei, kau kedinginan?” Isack melepas jas, menggunakannya untuk menutupi tubuh Eve yang terlihat menggigil. “Tidak perlu, aku–“ Mau tak mau Eve menerima jas yang dikenakan oleh Isack padanya. “Ayo, di luar semakin dingin.” “Aduh, sebentar.” Langkah mereka terhenti, Isack lagi-lagi menoleh tapi kini perhatiannya tertuju ke bawah sana. Keduanya menatap kaki mungil telanjang Eve tanpa mengenakan alas kaki. “Kau–“ Isack terpaku, tak habis pikir dengan apa yang Eve lalukan malam itu. “Kau ceroboh.” “Aku terburu-buru keluar dari kamar. Jadi ... aku lupa mengenakan alas kaki.” “Bagaimana perempuan sepertimu bisa sampai ceroboh seperti ini? Kau harus bisa menjaga d
Mmmh~Rintihan Eve semakin kuat kala Isack tak memberinya kesempatan untuk bernapas.“Mmh~ snn ... sen–nioor, hah.”Ting tong!Mata Isack terbuka lebar, ciuman terhenti. “Sial! Hampir saja ...,” gumamnya dalam hati.Napas mereka memburu saling bersahutan.Isack menjaga jarak tapi posisinya masih berada di atas tubuh Eve.Ting tong!“Tetaplah di sini,” perintah Isack sembari beranjak dari ranjang.Eve menggunakan kesempatan itu untuk bangkit dan duduk seperti semula. Tangannya sibuk merapikan rambut serta pakaiannya yang berantakan.Deg-deg!Detak jantungnya masih belum bisa normal seperti semula. “K–kenapa jadi seperti ini. Eve, kau harus bisa menahan diri. Kautkan hatimu ... Senior telah memiliki perempuan yang dia cintai. Kau tidak boleh jatuh cinta padanya untuk yang kedua kali ... kecuali kau ingin kejadian dulu terulang lagi.” Pikiran Eve terus meracau, karena sikap Isack membuatnya bingung dan goyah.Beberapa tahun silam saat mereka masih duduk di bangku sekolah, Eve menjadi sis
Drrrt!Perhatian Isack beralih ke layar ponselnya yang menyala. Matanya sempat terbelalak melihat nominal uang yang tertera di layar dalam notif transaksi m-banking.“Apa yang dia lakukan dengan uang sebanyak itu?” gumamnya dalam hati. “Noe?” panggilnya.Noe yang berdiri di seberang meja pun mendekat. “Iya, Tuan?”“Bagaimana mengenai perkembangan ibunya Eve?”“Sampai saat ini masih tetap sama, saya belum mendapat laporan jika perkembangannya lebih baik.”“Mengenai administrasi?” Ekspresi Isack terlalu datar menunggu jawaban Noe, tapi dia sangat berharap apa yang dipikirkan saat itu mengenai Eve adalah salah.“Saya sudah membayar selama beberapa bulan ke depan, tetapi sampai saat ini dari pihak rumah sakit belum memberi kabar mengenai biaya tambahan.”Isack terdiam. “Mungkinkah dia menggunakan uang itu untuk keperluan ibunya?” tanyanya dalam hati. “Mengenai kebutuhan Eve, bagaimana?”“Saya sudah menyiapkan semua seperti yang Anda minta, tanpa ada yang terlewat sedikit pun, Tuan.”Lagi-
Eve terperanjat melihat Isack tersenyum kala menjawab panggilan. “Wajahnya terlihat sangat bahagia, apakah kekasihnya yang sedang menelepon?” batinnya. “Uhm, kapan kau pulang?” Bahkan suara Isack sangat lembut. “Iya, aku merindukanmu. Cepatlah pilang.” Entah mengapa Eve sangat kesal mendengar percakapan mereka. Meski belum jelas hubungan Isack dengan seseorang yang meneleponnya tapi Eve yakin jika dia seorang perempuan. Tak bisa lagi mendengar kemesraan mereka, Eve memilih pergi. Tapi Isack sengaja meraih tangannya. Deg! Langkah Eve terpaku, hanya bisa diam tak berani menatap matanya. Sementara itu Isack masih sibuk dengan ponselnya. Matanya melirik mengamati ekspresi Eve. “Hmm, aku akan menjemputmu nanti saat kau sudah sampai di bandara.” Mata Isack bergerak turun ke tangan Eve yang mengepal. Bibirnya lalu tersenyum tipis. “Lepas!” lirih Eve. Isack terdiam, beralih menatap wajahnya. “Kau sedang bersama seseorang?” Suara perempuan itu terdengar meski samar-samar. “Hmm,” gumam
“Kau?” Eve terpaku, kedua tangannya meremas gaun yang dikenakan setelah melihat keberadaan Elezar di sana.“Kenapa terkejut seperti itu? Padahal kita belum lama memiliki hubungan yang sangat baik. Eve, kenapa harus seperti ini?”“E, Elezar ... maaf, tapi aku harus pergi!” Tak ingin mendapat masalah dengan Elezar, Eve memilih pergi begitu saja. Dia berjalan melewati Elezar yang berdiri di depannya begitu saja.Namun langkah Eve terhenti karena Elezar mencengkeram tangannya. “Tunggu!” bisiknya tepat di telinga saat Elezar berhasil menghentikan Eve. “Hmm, apa kau sudah tidur dengannya ... aku bisa mencium aroma sampo yang tak biasa dari rambutmu.”Matanya membulat, cepat-cepat Eve menjauh sembari menepis kasar tangan Elezar. “Itu bukan urusanmu, hubungan kita sudah berakhir. Jadi aku mohon, jangan pernah lagi datang dan mengganggu hidupku!”Cih! Elezar tersenyum sinis. “Sayangnya ... aku justru akan terus mengejarmu.”“Elezar!” geram Eve tertahan karena sadar posisi mereka berada di ruma
Hening, Isack masih terdiam menatap Eve yang berdiri di tengah pintu.Ghm! Dia berdehem, menetralkan perasaan. Mengalihkan perhatian ke puding di tangan. “Duduklah dan habiskan pudingmu.”Eve pun merasa malu karena penampilannya sangat minum, sebagian pahanya terlihat. Dia duduk di kursi yang berseberangan dengan Isack.“Aku sudah meminta Noe menyiapkan semua kebutuhanmu. Jika ada yang kurang kau bisa meminta pada Noe untuk membelikannya.” Isack memulai pembicaraan.“Uhm, terima kasih.” Eve mulai menikmati puding buatan Isack. “Hmm, ini sangat enak. Aku tidak menyangka Senior bisa membuat puding seperti ini,” batin Eve.“Apa ada berkas penting yang tertinggal di rumahmu? Aku akan meminta Noe untuk mengambilnya jadi ... kau tidak perlu kembali ke sana.” Jelas, Isack tak ingin Eve bertemu lagi dengan Elezar. Dia takut lelaki itu akan berbuat hal yang tak diinginkan ketika Eve tidak dalam pengawasannya.“Tidak ada,” jawab Eve pendek, karena semua berkas penting miliknya telah di ambil al
Tok, tok, tok!Deg!Dada Eve berdebar kencang kala mendengar ketukan di pintu. Namun sayangnya Isack masih belum melepaskan ciumannya.Bibirnya masih aktif, melumat dan memainkan bibir Eve.Tok, tok, tok!“Tuan, ini saya ... Emili.” Kepala pelayan di rumah itu tengah menunggu di luar.“Bagaimana ini? Bagaimana jika pelayan itu masuk ke dalam?” racau Eve dalam hati, sementara fokusnya terbagi karena cumbuan Isack membuatnya terbuai. “Aku ingin menghentikannya, tapi kenapa aku tidak bisa?”Ciuman terhenti. “Tenang, Emili tidak akan masuk jika aku tidak mengizinkannya,” bisik Isack sebelum melanjutkan lagi pagutan bibir mereka.“Eh, tidak! Ini sangat bahaya.” Eve semakin kalang kabut ketika Isack menjunjung tubuhnya, membawanya ke sebuah ruangan dan memaksa Eve duduk di atas meja.Deg-deg!Mmh~Tok, tok, tok!“Tuan, mobil sudah siap.”Ngh~Tak peduli seruan Emili, Isack terus mencumbu bibir Eve.Beberapa kali setelah mendapat tepukan di bahu, Isack segera membuka mata dan menghentikan ci
“Bagaimana pun juga ... kau tidak bisa membiarkan hal ini. Isack harus dihentikan!” Percakapan antara dua lelaki terdengar samar-samar. Eve yang semakin penasaran segera mendekat. “Hosea mungkin akan mengumumkan pernikahan putranya, jadi ... kau harus mencari cara lain untuk menghentikan Isack.” Deg! Eve terkejut, mencoba memastikan siapa dua lelaki yang tengah berbicara di dalam ruangan itu. Namun, belum juga melihat wajah mereka, Eve dikejutkan dengan suara dari dalam. “Siapa itu?” sahut salah satu lelaki ketika melihat bayangan Eve di sela pintu. “Astaga!” Eve segera beranjak pergi, mencari tempat untuk bersembunyi. Ceklek! Perlahan Eve menutup pintu agar tidak menarik perhatian. Hah, hah .... Napasnya memburu, takut setengah mati. Niat hati ingin ke toilet malah terjebak di salah satu ruangan yang tak dia ketahui. “Eh, di mana ini?” Perhatiannya menyapu sekitar. Sesekali menoleh ke pintu memastikan. Eve terdiam kala melihat lukisan seorang perempuan terpampang di atas ran
“Eve, tunggu!” Isack berlari menghampiri. Menarik lembut lengan Eve yang hendak melarikan diri.Isack terdiam saat Eve menoleh, memperlihatkan wajahnya yang murung. “Hei, kenapa denganmu. Sebelumnya kau terlihat baik-baik saja.”“Sangat tinggi dan tebal dinding di antara kita, derajat kita sangat berbeda. Bukan aku seharusnya yang berdiri di sini saat ini. Senior ... kenapa kau tidak menikahi wanita itu. Wanita yang kau cintai. Kenapa kau membawaku masuk ke dalam kehidupanmu lagi? Aku benci jika harus membuka hatiku lagi untukmu. Sementara aku tahu kau memiliki wanita lain dihatimu.”“Eve, katakan ... ada denganmu?”“Maaf, tapi ... aku tidak bisa melakukan ini.”“Apa maksudmu kau tidak bisa melakukan ini?” Matanya menyipit.“Aku ....” Eve tersentak saat hangatnya tangan Isack menyentuh pipi. Wajahnya terangkat menatap ragu.“Katakan, kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran?”Drrrrt!Ponsel Eve bergetar, mendapat panggilan dari Elezar.Isack terdiam melihat namanya terpampang di layar pon
Lhea menutup panggilan. Setelah selesai membereskan kekacauan yang dilakukan oleh Eve, dia segera menghampiri mereka berdua, duduk di sofa.“Jangan panik, santai saja.” Setelah berbisik lembut, Isack menyandarkan punggung ke sofa. Merentangkan satu tangan ke belakang punggung Eve.Ghm! Dehem Lhea, menatap Isack dan Eve secara bergantian. “Tuan ... maaf jika saya mengganggu dengan tiba-tiba datang kemari. Tetapi, Anda harus lebih hati-hati dengan ala yang Anda lakukan.”“Apa maksudmu?” Isack penasaran.“Tadi, saya melihat seseorang mengikuti Anda.” Lhea tersenyum tipis. “Saya senang melihat Anda berdua dengan seorang perempuan, tapi ... saya hanya ingin memperingatkan Anda jika ada banyak pihak yang ingin menjatuhkan Anda.”Tak bisa diungkiri, meski Isack sering berucap kepada Eve jika dia tidak peduli dengan sikapnya didepan umum akan menjadi daya tarik para pencari berita, tapi jujur dia sangat mengkhawatirkan hal itu.“Lalu?” “Tuan Prishon pasti akan melakukan segala upaya untuk me
“Hei, kalian sudah dengar?” Langkah Eve terhenti ketika ingin keluar dari toilet, Eve mengurungkan niatnya keluar dari sana setelah nama Isack disebut. “Ada gosip apa?” sahut murid lainnya. “Aku dengar Jean akan membuat pesta kejutan untuk Isack. Lusa ulang tahunnya, kan?” “Serius?” “Hmm, aku juga dengar katanya banyak yang diundang ke pesta.” “Senior ulang tahun?” batin Eve. ~♤~ Mendengar kabar bahwa Isack sebentar lagi ulang tahun, Eve sengaja menyiapkan hadiah. Meski tidak berharap di undang saat pesta nanti, Eve ingin memberikan kado sekaligus sebagai ucapan terima kasih karena telah bersikap baik padanya selama ini. Beberapa hari sebelum pesta di mulai, Eve menemui Isack saat istirahat jam makan siang. “Apa aku terlambat?” Suara Isack sangat lembut dan sopan ketika masuk ke telinga. “Ah, tidak. Kau tidak terlambat, Senior.” Eve menundukkan kepala, teramat malu membalas tatapan Isack yang mampu membuatnya jatuh hati. “Apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan, kenapa men