Awal mula Eve memang tidur lelap, namun di tak lama tidurnya terganggu karena perutnya perih.
Ya, dia belum makan dan pelayan restoran belum juga mengirim makan malamnya.Eve terbangun dari tidur karena perutnya lapar. Ugh! “Aduh ... kenapa perutku jadi perih?” Perhatian Eve beralih ke jam di dinding kemudian menyapu sekitar memastikan. “Apa dia belum kembali?”Ruangan tampak kosong, Isack belum juga selesai menemui tamu.“Ah, aku sangat lapar. Bagaimana ini?” Tak bisa lagi menahan, Eve memilih keluar dari kamar.Langkahnya ragu saat masuk ke dalam lift, tapi perutnya jauh lebih penting.Ting!Pintu lift terbuka, Eve melangkah keluar menuju lobi.~♤~“Ya, jujur saja aku senang bisa bertemu denganmu di sini, Tuan Isack.”Lhea tersenyum. “Ini sangat kebetulan karena saya juga bertemu dengan beliau tanpa sengaja di sini.”“Benarkah, Oh ya ... aku dengar kau akan menikah. Apakah rumor yang beredar itu benar?” tanya Tuan Hubert, rekan kerja ayahnya.Isack terdiam melirik ke Lhea.“Anda benar, Tuan. Rumor itu tidak salah. Tuan Isack akan menikah.”“Waah, selamat. Aku senang menjadi orang yang bisa secara langsung mendengar kabar ini. Sungguh suatu kehormatan bagiku mengetahui jika Isack akan menikah pada akhirnya.”Dari pada itu, perhatian Isack teralihkan ke luar, berbatasan dengan dinding kaca yang menjulang tinggi di depannya, Isack menatap. Terdiam memastikan bahwa apa yang baru saja dilihat bukanlah ilusi semata. Isack melihat bayangan Eve berlari keluar menuju lobi.Tangannya terangkat menatap jam yang melingkar di tangan.“Tuan?” Lhea menyentuh lengannya.Perhatian Isack seketika kembali ke meja. “Aku harap dia masih tidur di kamar,” batin Isack.Tak lama kemudian acara makan malam selesai, Isack mengantar mereka ke kamar masing-masing.“Jika kalian membutuhkan sesuatu, kalian bisa menghubungi Tuan Isack. Kebetulan beliau juga menginap di salah satu kamar hotel ini.” Lagi, entah sengaja atau tidak, Lhea berucap semaunya.Tentu saja Isack tidak bisa menolak, hanya saja kesal menggerutu dalam hati. “Hmm, aku ada di kamar x jika kalian membutuhkan sesuatu,” timpanya.~♤~Akhirnya Isack bisa kembali ke kamar menemui Eve. Tetapi dia dibuat terkejut ketika tak mendapati perempuan itu di sana.“Eve?” panggilnya. Melangkah menuju kamar mandi, memastikan. Dan ternyata Eve juga tak ada di sana. Langkah Isack terhenti, teringat akan apa yang sempat dia lihat saat di restoran. “Tidak, tidak mungkin ... itu bukan Eve, kan?”Isack berlari keluar hotel, tak peduli dengan dirinya yang seorang bangsawan. Tak peduli jika ada paparazi yang akan memberitakan dirinya esok pagi di media paling depan.Karena pada dasarnya, di kota itu seorang bangsawan lebih di sorot ketimbang artis. Tentu saja semua itu karena Isack. Padahal sebelum-sebelumnya pendahulu Isack termasuk ayahnya, Hosea tak terkenal seperti putranya.Hosh, hosh, hosh! Napas Isack memburu.“Astaga! Ke mana perginya perempuan itu?” gumamnya. Kakinya terhenti sejenak, Isack menghela napas karena dadanya sesak. Pandangannya menyapu setiap sisi ruas jalan, saat hendak melanjutkan langkahnya, Isack tiba-tiba terpaku. Matanya menangkap sosok perempuan dengan gaun sama persis yang dikenakan oleh Eve.Tak salah, dia adalah Eve Daphni. Duduk di sebuah bangku menikmati hamburger di tepi jalan.“Uhmm, lezatnyaa.” Sangat lahap, Eve tak peduli mulutnya belepotan saos. Dia sangat menikmati makanannya. Mmm .... “Ini sangat enak, sepertinya aku benar-benar lapar.“Kau sepertinya senang sekali membuat orang lain cemas,” gumam Isack. Mendekati Eve lalu mengeluarkan uang beberapa lembar dari dompet, memberikannya pada penjual. “Tolong bungkus dua lagi dan ambil kembaliannya.”“Waah, Tuan. Tapi ini terlalu banyak.” Penjual itu mengambil lembaran uang dari tangan Isack.“Hm, tidak apa-apa ... ambillah. Oh, ya ... bisa aku minta beberapa lembar tisu?”“Silakan, Tuan.”“Terima kasih.” Isack mengambil alih tisu. Perhatiannya kembali ke Eve, duduk tepat di sampingnya. “Makanmu belepotan.”“Eh?” Eve terkejut karena teramat menikmati makanannya sampai-sampai tak menyadari kedatangan Isack. “S–senior? Uhm, maksudku ... kapan kau datang kemari?” ucapnya, mulut penuh makanan sampai mengembang.Isack menarik dagunya, membantu Eve membersihkan sisa saus di sekitar mulut. “Jangan pedulikan aku, habiskan saja makananmu. Kau sepertinya sangat menyukai makananmu?” Isack tersenyum melihat pipi Eve seperti bakpao.“Maaf, aku keluar tanpa memberi tahu. Aku pikir pertemuanmu masih lama ... perutku lapar jadi aku keluar mencari makan.”Keningnya berkerut. “Apa pelayan hotel tidak mengirim makan malam?”“Aku tidak tahu ... tapi saat aku bangun, aku tidak menemukan makanan di mana pun.”“Astaga!” Isack tertunduk menyentuh keningnya. “Aku yang seharusnya minta maaf, meninggalkanmu tanpa memastikan kau dalam keadaan baik. Aku tidak akan mengulangi hal itu.”Perasaan hangat seketika muncul memenuhi dada. Eve tak mengira kalau Isack akan memperlakukan dirinya sampai seperti itu. “Jangan bodoh, dia melakukan itu karena kau akan menjadi istrinya!” batin Eve menyadarkan diri sendiri.“Kenapa?” ucap Isack setelah melihat ekspresi Eve berubah murung.“Tidak apa-apa.”“Tuan, pesanan Anda sudah jadi,” sahut penjual memberikan bungkusan berisi hamburger kepada Isack.“Terima kasih.”“Kau juga pesan?” Eve penasaran.“Uhm, semua ini untukmu. Aku pikir kau sangat menyukainya ... jadi aku sengaja memesan dua sekaligus.”“Tapi, aku sudah kenyang. Ini juga belum habis.”“Tidak apa-apa, kau tidak perlu menghabiskannya jika sudah kenyang.” Isack melirik jam di tangan. “Apa kau tidak apa-apa jika kita kembali ke hotel sekarang?”“Uhm!” Eve mengangguk.“Baiklah, ayo.”Eve terdiam menatap tangan Isack yang terulur.“Kenapa ... bukankah kau juga harus mulai terbiasa dengan ini? Menggenggam dan bergandengan tangan denganku saat kita sedang berdua.”Deg!Dada Eve berdebar tak karuan. “Kuatkan dirimu Eve, lelaki ini hanya sedang memainkan perannya. Kau juga harus mengimbangi.”“Ayo, ini sudah malam.” Isack meraih tangannya, membawa Eve kembali ke hotel.“Hei, apa kau tahu siapa lelaki yang baru saja pergi itu?” tanya istri dari penjual hamburger kepada suaminya.“Kenapa memangnya, apa karena dia tampan?”“Bukan itu, aku merasa tidak asing dengan wajahnya. Di mana aku pernah melihat lelaki itu?”“Heleh, semua lelaki tampan selalu kau bilang seperti itu.”“Kau cemburu?”“Tidak, kenapa aku harus cemburu.”~♤~Isack menggandeng tangannya, erat seolah tak ingin dilepas.“Uhm ... kau yakin kita tidak apa-apa berjalan seperti ini?” tanya Eve penuh khawatir.“Apa maksudmu?”“Bagaimana jika seseorang melihat?”“Aku tidak peduli ... setelah aku pikir-pikir, kita juga akan menikah. Biarkan rumor menyebar, toh itu akan jauh lebih baik. Karena orang-orang berpikir kalau pernikahan ini bukan pernikahan palsu.”Eve teridam, ingatan tentang foto di layar ponsel Isack kembali melintas. “Bukankah kau memiliki seseorang yang kau sukai?” Pertanyaan Eve seketika membuat Isack terpaku.Langkahnya terhenti, menoleh menatap lekat mata Eve. “Ya ... selama ini aku berusaha keras mencari perempuan itu.”Mendengarnya saja membuat dada Eve terasa ngilu. Kepalanya tertunduk, murung. “Lalu, bagaimana kabarnya sekarang?”“Aku sudah menemukannya.”Deg!Rasa ngilu semakin menjadi, perih dan sakit menjalar di dada. “Jika kau sudah menemukannya ... kenapa kau justru memintaku menikah denganmu dan bukan menikahi perempuan yang kau cintai?”“Kenapa?” Isack bertanya sembari menoleh. Eve yang jauh lebih pendek terpaksa mendongak saat menatap wajahnya. Tangan mereka masih bergandengan. Bahkan Isack menggenggamnya semakin erat, Eve bisa merasakan hangatnya tangan Isack. “Tidak, tidak apa-apa.” Eve tak berani mengatakan kalimat yang sempat terucap di dalam hatinya. “Hei, kau kedinginan?” Isack melepas jas, menggunakannya untuk menutupi tubuh Eve yang terlihat menggigil. “Tidak perlu, aku–“ Mau tak mau Eve menerima jas yang dikenakan oleh Isack padanya. “Ayo, di luar semakin dingin.” “Aduh, sebentar.” Langkah mereka terhenti, Isack lagi-lagi menoleh tapi kini perhatiannya tertuju ke bawah sana. Keduanya menatap kaki mungil telanjang Eve tanpa mengenakan alas kaki. “Kau–“ Isack terpaku, tak habis pikir dengan apa yang Eve lalukan malam itu. “Kau ceroboh.” “Aku terburu-buru keluar dari kamar. Jadi ... aku lupa mengenakan alas kaki.” “Bagaimana perempuan sepertimu bisa sampai ceroboh seperti ini? Kau harus bisa menjaga d
Mmmh~Rintihan Eve semakin kuat kala Isack tak memberinya kesempatan untuk bernapas.“Mmh~ snn ... sen–nioor, hah.”Ting tong!Mata Isack terbuka lebar, ciuman terhenti. “Sial! Hampir saja ...,” gumamnya dalam hati.Napas mereka memburu saling bersahutan.Isack menjaga jarak tapi posisinya masih berada di atas tubuh Eve.Ting tong!“Tetaplah di sini,” perintah Isack sembari beranjak dari ranjang.Eve menggunakan kesempatan itu untuk bangkit dan duduk seperti semula. Tangannya sibuk merapikan rambut serta pakaiannya yang berantakan.Deg-deg!Detak jantungnya masih belum bisa normal seperti semula. “K–kenapa jadi seperti ini. Eve, kau harus bisa menahan diri. Kautkan hatimu ... Senior telah memiliki perempuan yang dia cintai. Kau tidak boleh jatuh cinta padanya untuk yang kedua kali ... kecuali kau ingin kejadian dulu terulang lagi.” Pikiran Eve terus meracau, karena sikap Isack membuatnya bingung dan goyah.Beberapa tahun silam saat mereka masih duduk di bangku sekolah, Eve menjadi sis
“Hei, kalian sudah dengar?” Langkah Eve terhenti ketika ingin keluar dari toilet, Eve mengurungkan niatnya keluar dari sana setelah nama Isack disebut. “Ada gosip apa?” sahut murid lainnya. “Aku dengar Jean akan membuat pesta kejutan untuk Isack. Lusa ulang tahunnya, kan?” “Serius?” “Hmm, aku juga dengar katanya banyak yang diundang ke pesta.” “Senior ulang tahun?” batin Eve. ~♤~ Mendengar kabar bahwa Isack sebentar lagi ulang tahun, Eve sengaja menyiapkan hadiah. Meski tidak berharap di undang saat pesta nanti, Eve ingin memberikan kado sekaligus sebagai ucapan terima kasih karena telah bersikap baik padanya selama ini. Beberapa hari sebelum pesta di mulai, Eve menemui Isack saat istirahat jam makan siang. “Apa aku terlambat?” Suara Isack sangat lembut dan sopan ketika masuk ke telinga. “Ah, tidak. Kau tidak terlambat, Senior.” Eve menundukkan kepala, teramat malu membalas tatapan Isack yang mampu membuatnya jatuh hati. “Apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan, kenapa men
Lhea menutup panggilan. Setelah selesai membereskan kekacauan yang dilakukan oleh Eve, dia segera menghampiri mereka berdua, duduk di sofa.“Jangan panik, santai saja.” Setelah berbisik lembut, Isack menyandarkan punggung ke sofa. Merentangkan satu tangan ke belakang punggung Eve.Ghm! Dehem Lhea, menatap Isack dan Eve secara bergantian. “Tuan ... maaf jika saya mengganggu dengan tiba-tiba datang kemari. Tetapi, Anda harus lebih hati-hati dengan ala yang Anda lakukan.”“Apa maksudmu?” Isack penasaran.“Tadi, saya melihat seseorang mengikuti Anda.” Lhea tersenyum tipis. “Saya senang melihat Anda berdua dengan seorang perempuan, tapi ... saya hanya ingin memperingatkan Anda jika ada banyak pihak yang ingin menjatuhkan Anda.”Tak bisa diungkiri, meski Isack sering berucap kepada Eve jika dia tidak peduli dengan sikapnya didepan umum akan menjadi daya tarik para pencari berita, tapi jujur dia sangat mengkhawatirkan hal itu.“Lalu?” “Tuan Prishon pasti akan melakukan segala upaya untuk me
“Eve, tunggu!” Isack berlari menghampiri. Menarik lembut lengan Eve yang hendak melarikan diri.Isack terdiam saat Eve menoleh, memperlihatkan wajahnya yang murung. “Hei, kenapa denganmu. Sebelumnya kau terlihat baik-baik saja.”“Sangat tinggi dan tebal dinding di antara kita, derajat kita sangat berbeda. Bukan aku seharusnya yang berdiri di sini saat ini. Senior ... kenapa kau tidak menikahi wanita itu. Wanita yang kau cintai. Kenapa kau membawaku masuk ke dalam kehidupanmu lagi? Aku benci jika harus membuka hatiku lagi untukmu. Sementara aku tahu kau memiliki wanita lain dihatimu.”“Eve, katakan ... ada denganmu?”“Maaf, tapi ... aku tidak bisa melakukan ini.”“Apa maksudmu kau tidak bisa melakukan ini?” Matanya menyipit.“Aku ....” Eve tersentak saat hangatnya tangan Isack menyentuh pipi. Wajahnya terangkat menatap ragu.“Katakan, kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran?”Drrrrt!Ponsel Eve bergetar, mendapat panggilan dari Elezar.Isack terdiam melihat namanya terpampang di layar pon
“Bagaimana pun juga ... kau tidak bisa membiarkan hal ini. Isack harus dihentikan!” Percakapan antara dua lelaki terdengar samar-samar. Eve yang semakin penasaran segera mendekat. “Hosea mungkin akan mengumumkan pernikahan putranya, jadi ... kau harus mencari cara lain untuk menghentikan Isack.” Deg! Eve terkejut, mencoba memastikan siapa dua lelaki yang tengah berbicara di dalam ruangan itu. Namun, belum juga melihat wajah mereka, Eve dikejutkan dengan suara dari dalam. “Siapa itu?” sahut salah satu lelaki ketika melihat bayangan Eve di sela pintu. “Astaga!” Eve segera beranjak pergi, mencari tempat untuk bersembunyi. Ceklek! Perlahan Eve menutup pintu agar tidak menarik perhatian. Hah, hah .... Napasnya memburu, takut setengah mati. Niat hati ingin ke toilet malah terjebak di salah satu ruangan yang tak dia ketahui. “Eh, di mana ini?” Perhatiannya menyapu sekitar. Sesekali menoleh ke pintu memastikan. Eve terdiam kala melihat lukisan seorang perempuan terpampang di atas ran
Tok, tok, tok!Deg!Dada Eve berdebar kencang kala mendengar ketukan di pintu. Namun sayangnya Isack masih belum melepaskan ciumannya.Bibirnya masih aktif, melumat dan memainkan bibir Eve.Tok, tok, tok!“Tuan, ini saya ... Emili.” Kepala pelayan di rumah itu tengah menunggu di luar.“Bagaimana ini? Bagaimana jika pelayan itu masuk ke dalam?” racau Eve dalam hati, sementara fokusnya terbagi karena cumbuan Isack membuatnya terbuai. “Aku ingin menghentikannya, tapi kenapa aku tidak bisa?”Ciuman terhenti. “Tenang, Emili tidak akan masuk jika aku tidak mengizinkannya,” bisik Isack sebelum melanjutkan lagi pagutan bibir mereka.“Eh, tidak! Ini sangat bahaya.” Eve semakin kalang kabut ketika Isack menjunjung tubuhnya, membawanya ke sebuah ruangan dan memaksa Eve duduk di atas meja.Deg-deg!Mmh~Tok, tok, tok!“Tuan, mobil sudah siap.”Ngh~Tak peduli seruan Emili, Isack terus mencumbu bibir Eve.Beberapa kali setelah mendapat tepukan di bahu, Isack segera membuka mata dan menghentikan ci
Hening, Isack masih terdiam menatap Eve yang berdiri di tengah pintu.Ghm! Dia berdehem, menetralkan perasaan. Mengalihkan perhatian ke puding di tangan. “Duduklah dan habiskan pudingmu.”Eve pun merasa malu karena penampilannya sangat minum, sebagian pahanya terlihat. Dia duduk di kursi yang berseberangan dengan Isack.“Aku sudah meminta Noe menyiapkan semua kebutuhanmu. Jika ada yang kurang kau bisa meminta pada Noe untuk membelikannya.” Isack memulai pembicaraan.“Uhm, terima kasih.” Eve mulai menikmati puding buatan Isack. “Hmm, ini sangat enak. Aku tidak menyangka Senior bisa membuat puding seperti ini,” batin Eve.“Apa ada berkas penting yang tertinggal di rumahmu? Aku akan meminta Noe untuk mengambilnya jadi ... kau tidak perlu kembali ke sana.” Jelas, Isack tak ingin Eve bertemu lagi dengan Elezar. Dia takut lelaki itu akan berbuat hal yang tak diinginkan ketika Eve tidak dalam pengawasannya.“Tidak ada,” jawab Eve pendek, karena semua berkas penting miliknya telah di ambil al