Mobil Mercedez-Benz yang ditumpangi oleh Isack berhenti di lampu merah. Raut wajahnya sangat cerah, sejak tadi senyum tak pernah hilang dari wajahnya.
Teramat senang hingga lupa tanggal pernikahan tinggal beberapa minggu lagi.Dreeeet!Mendengar suara getaran ponsel, perhatian Isack langsung beralih. Menyadari bukan ponselnya yang bergetar, segera Isack mengedarkan pandangannya, memfokuskan pendengarannya mencari sumber getaran itu berasal.Sampai pada akhirnya, terlihat sebuah cahaya menyorot berasal dari bawah kursi. Isack segera mengambil untuk memastikan.Elezar memanggil.Namanya tertera di layar ponsel. Isack bisa memastikan bahwa ponsel tersebut milik Eve.Sorot matanya menajam, ekspresi wajahnya berubah malas. Isack terlihat kesal. Membuang ponsel ke kursi di samping. Setelah lampu hijau menyala, segera dia memutar balik mobilnya kembali menuju ke rumah Eve Daphni.~♤~Sesampainya di sana, setelah melepas sabuk pengaman dan mengambil ponselnya, Isack segera turun dari mobil.Sempat merasa heran karena pintu ternyata tidak tertutup rapat dan masih terbuka. Isack mulai waspada.“Permisi?” serunya dengan nada lembut.“Lepas!”Isack terkejut, samar-samar mendengar suara Eve dari arah dalam.Meski sedikit ragu, karena takut terjadi sesuatu dengan perempuan itu, Isack memutuskan untuk masuk ke dalam.Matanya menyapu sekitar, mencari keberadaan Eve.“Elezar! Hentikan, lepaskan aku!”Perhatian Isack langsung tertuju ke satu pintu yang tak jauh dari jangkauan.“Elezar kau sudah gila, lepas! Jangan seperti ini.”Mendengar suara Eve, pikiran Isack semakin tak karuan.Ceklek, ceklek!Beberapa kali sebelum mendobrak paksa, Isack mencoba membuka pintu tapi terkunci dari dalam.“Sial!” umpat Isack, mencoba meredam amarah. Tetapi dadanya semakin panas, gelisah dipenuhi rasa takut sesuatu akan terjadi pada Eve Daphni.~♤Brak!Pada akhirnya Isack menendang pintunya, membuka secara paksa.Perhatiannya langsung tertuju ke ranjang, di mana seorang lelaki kekar tengah meringkuk di atas tubuh Eve.Kedua tangannya mengepal kuat sampai terlihat putih di setiap ruas jarinya. Isack Prishon, lelaki keturunan bangsawan yang paling terkenal sabar itu terlihat sangat berbeda dengan julukannya kali ini.Kobaran amarah seolah terlihat jelas di kedua bola matanya. Melihat kedua tangan Eve di cengkeram paksa di atas ranjang dengan posisi mereka yang sangat intens membuat dadanya memanas.Ditambah lagi saat melihat buliran air mengalir, menetes dari ujung mata Eve membuat Isack semakin tak karuan.“S–senior?” pekik Eve lirih. Bayangan Isack terlihat jelas di kedua matanya yang berkaca.“Lepaskan dia!” perintah Isack tak terbantahkan. Belum lagi, matanya memicing setelah berhasil mengunci target. Wajah Elezar yang tak begitu asing di mata mengingatkan kejadian di lobi perusahaan beberapa waktu lalu. “Kau?” ucap Isack santai. Kedua tangan yang semula mengepal kuat kini tersimpan di saku celana.Isack berdiri tak jauh dari ranjang di mana pemandangan yang tak mengasikan itu berada. Tetapi aura gelap di sekitarnya semakin menguat.Elezar terkejut bukan main, melihat orang nomor satu di perusahaan tempat dia bekerja berdiri di depan mata. “Di–direktur?” ucapannya terbata.Masih dengan tenang, meski dadanya bergemuruh amarah, Isack berucap penuh wibawa. “Kau tidak mendengarku? Lepaskan dia.”Seketika tanpa hitungan detik, Elezar melepaskan kedua tangan Eve Daphni. Punggungnya berdiri tegap, melangkah mundur penuh kehati-hatian.Hanya membutuhkan beberapa langkah untuk bisa mencapai ranjang dan saat itu digunakan Isack untuk melepas jasnya. Kemudian, menggunakan jas tersebut untuk menutupi tubuh Eve. “Kau baik-baik saja?” tanyanya lembut. Bahkan ekspresi wajah serta sorot matanya berubah, tak garang seperti saat menatap Elezar.Malu, Eve memalingkan wajahnya tak berani menatap Isack yang tengah membungkuk di atasnya.Hal itu tentu membuat Isack geram, setelah kembali menegakkan tubuhnya, dia lalu menghadiahi sebuah pukulan keras di pipi hingga Elezar jatuh terpelanting.Tak tega dan tak ingin urusan semakin panjang, Eve beranjak duduk. Satu tangannya mencengkeram jas agar tak merosot dan satunya lagi meraih tangan Isack, menggenggamnya erat. “Stop please.” Suaranya bergetarDeg!Ada rasa senang, dadanya sampai berdebar saat tangannya di genggam oleh Eve, tapi kesal ketika mengetahui Eve seolah tak tega melihat Elezar terluka karena perbuatan sendiri. “Kau bisa menemui HRD besok, aku akan menyuruh Noe untuk mengurus surat pengunduran dirimu.” Isack berucap menahan amarah.Tak ingin menampakkan sikap buruknya meski perbuatannya dengan datang ke rumah Eve lalu memukul Elezar adalah hal yang dilarang oleh keluarga Prishon. Isack mengutuk dirinya sendiri karena telah berbuat ceroboh.“Seharusnya kau dipecat secara tidak hormat, tapi aku masih berbaik hati dengan memberikan pesangon untukmu. Jangan pernah muncul di hadapanku lagi!” Tanpa menunggu pembelaan dari Elezar, Isack membawa Eve Daphni pergi.Sejak Eve meraih tangannya, Isack tak melepaskan genggamannya. Dia lalu mengajak Eve keluar dari rumah itu.Baru setelah sampai di mobil, Isack melepaskan tangannya.Eve terdiam duduk di kursi depan, menunduk menatap jari jemarinya yang sempat terasa hangat saat di genggam oleh Isack.~♤~Entah Isack akan membawanya pergi ke mana, hanya saja pikiran Eve masih terganggu mengenai kejadian sebelumnya.Tanpa sadar mobil yang mereka tumpangi berhenti di sebuah hotel berbintang.Perhatian Eve langsung tertuju keluar. Tak tahu apa yang harus dia lakukan tapi saat ini dia melihat Isack tengah sibuk dengan ponselnya.Hening, Eve tidak menyangka akan berada di dalam mobil seniornya. Hanya berdua dengan lalaki cinta pertama. Eve tak pernah membayangkan hal itu sebelumnya. Duduk berdampingan, mengenakan jasnya bahkan mendapat perhatian darinya membuat Eve merasa bahwa semua itu seakan-akan bukanlah nyata.Ck! “Jernihkan pikiranmu Eve! Kau pernah dipermainkan olehnya,” batin Eve.“Halo?” Percakapan Isack dengan seseorang di ponsel mengalihkan perhatian.Eve melirik sekilas lalu tertunduk lagi.“Aku sudah sampai di hotel, keluarlah.” Isack berucap memberi perintah kepada seseorang.Tak lama kemudian, Noe terlihat keluar berlari kecil dari lobi hotel menuju ke halaman parkir.“Tuan?” sapa Noe. Mengitari mobil lalu berdiri di sisi tepat Isack berada. Kepalanya sedikit menunduk, menunggu perintah selanjutnya dari Isack.Kaca mobil terbuka, tanpa keluar Isack kemudian berucap. “Berikan kartunya,” pinta Isack.“Silakan Tuan.” Setelah memberikan kartu akses masuk ke dalam kamar kepada Isack, Noe lalu bergegas menuju ke sisi lain mobil. Membuka pintu dan meminta Eve turun. “Silakan Nona, Anda bisa ikut dengan saya.”“Ha?” Eve terkejut.“Kau tidak mungkin memakai pakaianmu yang sudah rusak, aku akan menyiapkan pakaian baru untukmu. Sekarang kau ikut dengan Noe masuk dan tunggu aku di sana.”Dadanya berdebar, meski sempat takut kalau Isack akan meninggalkan dirinya sendirian bersama Noe tapi setelah mendengar bahwa lelaki itu akan kembali menemuinya, hati Eve merasa lega dan tenang.“Uhm, baik.” Eve segera turun, melangkah mengikuti Noe.Isack terdiam, menatap Eve yang semakin jauh hingga menghilang di balik pintu lobi hotel.Sebenarnya itu hanya alasan bagi Isack, karena tak mungkin dirinya membawa Eve masuk ke hotel, sementara wajahnya dikenal banyak orang. Paparazi akan dengan senang hati menulis berita untuk dirinya esok hari setelah melihat dia membawa seorang perempuan ke hotel.Sementara Isack dituntut untuk selalu sempurna dan berperilaku layaknya seorang bangsawan yang selalu menjaga harkat martabat dan harga diri serta derajat keluarga.Setelah beberapa saat, Isack kemudian turun dari mobil. Sesuai dugaan, semua orang di sana terutama para pegawai hotel langsung menyambut kedatangannya.Isack hanya tersenyum tipis tanpa menatap mata mereka karena tak banyak waktu, sementara dirinya harus menemui Eve.Di sana, Noe tengah berdiri membawa paperbag di tangan.“Berikan padaku,” pinta Isack mengacu pada paperbag.“Silakan Tuan.”Mereka berdiri di depan pintu lift, menunggu terbuka.Ghm! “Bagaimana dia?” ucap Isack merujuk pada Eve.“Nona sedang membersihkan diri.” Noe tak menyangka kalau jawabannya akan langsung mendapat respons yang tak terduga dari Isack.Lelaki itu menoleh, melirik tajam menunggu penjelasan.“Eh, maaf Tuan. Maksud saya ... Nona segera pergi ke kamar mandi setelah sampai di kamar. Saya, saya tidak masuk ... hanya mengantarkan Nona sampai di pintu,” ucapan Noe terbata karena lirikan Isack tak berjeda, terus mengarah ke matanya. Noe akhirnya bisa bernapas lega setelah perhatian Isack tertuju kembali ke pintu lift.Ting!Pintu lift terbuka, membawa mereka berdua ke lantai di mana Eve Daphni berada.“Silakan Tuan.”Isack berjalan santai namun sangat berwibawa. Tangannya sibuk melepas kancing lengan lalu melipatnya sampai ke siku.Langkah mereka terhenti di depan pintu.Isack menoleh, berucap kepada Noe. “Apa kau ingin mengikutiku masuk ke dalam?”“E, ti–tidak Tuan. Saya ....” Noe salah tingkah. Pasalnya ini pertama kalinya Isack berada di hotel bersama seorang wanita.“Kembalilah, aku akan mengurus sisanya.”Noe tersentak, terkejut tak mengira Isack rela repot-repot mengurus hal yang tidak penting. “Baik Tuan.”Ceklek!Isack berhasil membuka pintu kamar. Pandangannya menyapu setiap sisi sudut ruangan. Langkahnya pasti namun pelan menuju ke balkon.Mengira bahwa Eve telah selesai membersihkan diri, namun setelah tak mendapatkan Eve di sana segera Isack kembali masuk ke kamar.Zzzzzaaaaa .... Suara air shower dari kamar mandi.Perhatian Isack langsung tertuju ke pintu, bibirnya tersenyum tipis menyadari di balik pintu kamar mandi itu ada seorang perempuan yang selama ini dicari.Teringat dengan ayahnya, Isack lalu mengambil ponsel dan menghubungi Noe.“Halo?” sahutnya setelah panggilan tersambung. “Katakan pada ayahku jika dia bertanya. Aku sedang sibuk dengan calon istriku.” Isack kemudian menutup ponselnya. Pffttt! Terkekeh membayangkan keluarganya akan bereaksi seperti apa jika mengetahui dirinya memiliki seorang perempuan.Ceklek! Suara pintu terbuka.Isack menyimpan ponsel ke saku celana, menoleh setelah mendengar Eve membuka pintu kamar mandi.Deg!Jantungnya serasa mau meledak, Isack tak pernah berada di situasi seperti ini. Berada di hotel dan berhadap-hadapan dengan seorang wanita yang hanya mengenakan handuk untuk menutupi tubuhnya.Penampilan Eve sungguh menggoda, handuk yang dia kenakan hanya menutupi dada sampai ke paha sementara rambutnya yang basah berantakan dibiarkan tergerai.Ghm! Isack berdehem mencairkan suara canggung. “Aku membawakanmu pakaian ganti. Kau bisa memakainya.” Setelah mengambil paperbag di ranjang, Isack berjalan mendekati Eve lalu memberikan paperbag tersebut.“Terima kasih.” Eve mengambil alih paperbag dari tangannya. Selalu tertunduk tak berani mengangkat wajahnya membalas tatapan Isack.“Tunggu!” Isack menahan lengannya saat melihat Eve hendak memutar tubuhnya masuk ke kamar mandi.Glek! Isack menelan saliva melihat buliran air sisa mandi di wajah Eve yang mengalir turun ke leher menuju ke dada dan berakhir di handuk. Isack benar-benar dihadapkan dengan cobaan yang menggetarkan iman.Belum lagi di
Isack mempercepat langkahnya, takut Eve keburu membuka pintu. “Tunggu!” Isack meraih tangan Eve, menahannya hingga pintu yang belum sempat terbuka kembali tertutup. Eve terkejut, saat memutar tubuhnya justru membentur dada Isack Brugh! “Aduh!” Mata Eve terkena tetesan air yang mengalir dari rambut Isack sisa cuci muka. “Tunggu, jangan di usap terlalu keras. Matamu bisa merah.” Isack mencengkeram lembut kedua pergelangan tangan Eve. “Tapi mataku pedih.” Eve masih menutup matanya. “Aku akan membantu mengusapnya.” Perlahan tangannya bergerak menyelusup ke sela leher dan rambut. Tangannya yang besar sangat mudah untuk memegang wajah Eve bahkan ketika ibu jarinya mengusap lembut matanya. Namun tak serta merta dia fokus dengan mata Eve, karena kini perhatian Isack tertuju lada bibirnya. Bibir mungil, merah jambu dan basah itu seolah melambai minta disentuh. Kepala Eve semakin menengadah karena tarikan tangan Isack. Membuat bibir Eve semakin terlihat jelas. Tanpa Isack sadari, kep
Awal mula Eve memang tidur lelap, namun di tak lama tidurnya terganggu karena perutnya perih. Ya, dia belum makan dan pelayan restoran belum juga mengirim makan malamnya.Eve terbangun dari tidur karena perutnya lapar. Ugh! “Aduh ... kenapa perutku jadi perih?” Perhatian Eve beralih ke jam di dinding kemudian menyapu sekitar memastikan. “Apa dia belum kembali?”Ruangan tampak kosong, Isack belum juga selesai menemui tamu.“Ah, aku sangat lapar. Bagaimana ini?” Tak bisa lagi menahan, Eve memilih keluar dari kamar.Langkahnya ragu saat masuk ke dalam lift, tapi perutnya jauh lebih penting. Ting!Pintu lift terbuka, Eve melangkah keluar menuju lobi.~♤~“Ya, jujur saja aku senang bisa bertemu denganmu di sini, Tuan Isack.”Lhea tersenyum. “Ini sangat kebetulan karena saya juga bertemu dengan beliau tanpa sengaja di sini.”“Benarkah, Oh ya ... aku dengar kau akan menikah. Apakah rumor yang beredar itu benar?” tanya Tuan Hubert, rekan kerja ayahnya.Isack terdiam melirik ke Lhea.“Anda b
“Kenapa?” Isack bertanya sembari menoleh. Eve yang jauh lebih pendek terpaksa mendongak saat menatap wajahnya. Tangan mereka masih bergandengan. Bahkan Isack menggenggamnya semakin erat, Eve bisa merasakan hangatnya tangan Isack. “Tidak, tidak apa-apa.” Eve tak berani mengatakan kalimat yang sempat terucap di dalam hatinya. “Hei, kau kedinginan?” Isack melepas jas, menggunakannya untuk menutupi tubuh Eve yang terlihat menggigil. “Tidak perlu, aku–“ Mau tak mau Eve menerima jas yang dikenakan oleh Isack padanya. “Ayo, di luar semakin dingin.” “Aduh, sebentar.” Langkah mereka terhenti, Isack lagi-lagi menoleh tapi kini perhatiannya tertuju ke bawah sana. Keduanya menatap kaki mungil telanjang Eve tanpa mengenakan alas kaki. “Kau–“ Isack terpaku, tak habis pikir dengan apa yang Eve lalukan malam itu. “Kau ceroboh.” “Aku terburu-buru keluar dari kamar. Jadi ... aku lupa mengenakan alas kaki.” “Bagaimana perempuan sepertimu bisa sampai ceroboh seperti ini? Kau harus bisa menjaga d
Mmmh~Rintihan Eve semakin kuat kala Isack tak memberinya kesempatan untuk bernapas.“Mmh~ snn ... sen–nioor, hah.”Ting tong!Mata Isack terbuka lebar, ciuman terhenti. “Sial! Hampir saja ...,” gumamnya dalam hati.Napas mereka memburu saling bersahutan.Isack menjaga jarak tapi posisinya masih berada di atas tubuh Eve.Ting tong!“Tetaplah di sini,” perintah Isack sembari beranjak dari ranjang.Eve menggunakan kesempatan itu untuk bangkit dan duduk seperti semula. Tangannya sibuk merapikan rambut serta pakaiannya yang berantakan.Deg-deg!Detak jantungnya masih belum bisa normal seperti semula. “K–kenapa jadi seperti ini. Eve, kau harus bisa menahan diri. Kautkan hatimu ... Senior telah memiliki perempuan yang dia cintai. Kau tidak boleh jatuh cinta padanya untuk yang kedua kali ... kecuali kau ingin kejadian dulu terulang lagi.” Pikiran Eve terus meracau, karena sikap Isack membuatnya bingung dan goyah.Beberapa tahun silam saat mereka masih duduk di bangku sekolah, Eve menjadi sis
“Hei, kalian sudah dengar?” Langkah Eve terhenti ketika ingin keluar dari toilet, Eve mengurungkan niatnya keluar dari sana setelah nama Isack disebut. “Ada gosip apa?” sahut murid lainnya. “Aku dengar Jean akan membuat pesta kejutan untuk Isack. Lusa ulang tahunnya, kan?” “Serius?” “Hmm, aku juga dengar katanya banyak yang diundang ke pesta.” “Senior ulang tahun?” batin Eve. ~♤~ Mendengar kabar bahwa Isack sebentar lagi ulang tahun, Eve sengaja menyiapkan hadiah. Meski tidak berharap di undang saat pesta nanti, Eve ingin memberikan kado sekaligus sebagai ucapan terima kasih karena telah bersikap baik padanya selama ini. Beberapa hari sebelum pesta di mulai, Eve menemui Isack saat istirahat jam makan siang. “Apa aku terlambat?” Suara Isack sangat lembut dan sopan ketika masuk ke telinga. “Ah, tidak. Kau tidak terlambat, Senior.” Eve menundukkan kepala, teramat malu membalas tatapan Isack yang mampu membuatnya jatuh hati. “Apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan, kenapa men
Lhea menutup panggilan. Setelah selesai membereskan kekacauan yang dilakukan oleh Eve, dia segera menghampiri mereka berdua, duduk di sofa.“Jangan panik, santai saja.” Setelah berbisik lembut, Isack menyandarkan punggung ke sofa. Merentangkan satu tangan ke belakang punggung Eve.Ghm! Dehem Lhea, menatap Isack dan Eve secara bergantian. “Tuan ... maaf jika saya mengganggu dengan tiba-tiba datang kemari. Tetapi, Anda harus lebih hati-hati dengan ala yang Anda lakukan.”“Apa maksudmu?” Isack penasaran.“Tadi, saya melihat seseorang mengikuti Anda.” Lhea tersenyum tipis. “Saya senang melihat Anda berdua dengan seorang perempuan, tapi ... saya hanya ingin memperingatkan Anda jika ada banyak pihak yang ingin menjatuhkan Anda.”Tak bisa diungkiri, meski Isack sering berucap kepada Eve jika dia tidak peduli dengan sikapnya didepan umum akan menjadi daya tarik para pencari berita, tapi jujur dia sangat mengkhawatirkan hal itu.“Lalu?” “Tuan Prishon pasti akan melakukan segala upaya untuk me
“Eve, tunggu!” Isack berlari menghampiri. Menarik lembut lengan Eve yang hendak melarikan diri.Isack terdiam saat Eve menoleh, memperlihatkan wajahnya yang murung. “Hei, kenapa denganmu. Sebelumnya kau terlihat baik-baik saja.”“Sangat tinggi dan tebal dinding di antara kita, derajat kita sangat berbeda. Bukan aku seharusnya yang berdiri di sini saat ini. Senior ... kenapa kau tidak menikahi wanita itu. Wanita yang kau cintai. Kenapa kau membawaku masuk ke dalam kehidupanmu lagi? Aku benci jika harus membuka hatiku lagi untukmu. Sementara aku tahu kau memiliki wanita lain dihatimu.”“Eve, katakan ... ada denganmu?”“Maaf, tapi ... aku tidak bisa melakukan ini.”“Apa maksudmu kau tidak bisa melakukan ini?” Matanya menyipit.“Aku ....” Eve tersentak saat hangatnya tangan Isack menyentuh pipi. Wajahnya terangkat menatap ragu.“Katakan, kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran?”Drrrrt!Ponsel Eve bergetar, mendapat panggilan dari Elezar.Isack terdiam melihat namanya terpampang di layar pon