Share

Menerima Permintaan

Penulis: Isti12
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"A-apa?" Tania tidak salah dengar bukan? Ia tentu saja terkejut.

"Kau hanya perlu memberikan anak untukku. Setelah anak itu lahir, dia akan menjadi milikku. Dan kau bisa pergi ke manapun yang kau inginkan," jelas Xander. Memang inilah tujuannya membeli wanita itu. 

Saat melihat Tania di club, hal pertama yang terpikirkan olehnya adalah perkataan Sera tentang ibu pengganti. Xander mungkin bisa memanfaatkannya. Jadi ia tidak berpikir dua kali untuk langsung membelinya.

"Itu...tidak mungkin. Aku tidak bisa." Tania akan sama saja seperti menyerahkan kehormatannya jika melakukan itu, dan ia tidak mau.

"Kau sendiri yang berkata akan melakukan apapun permintaanku bukan?"

"Cobalah mengerti...." Tania tidak bisa melakukan ini. Dan bukankah Xander juga sudah memiliki seorang istri? Kenapa harus meminta anak padanya?

"Aku sudah membelimu. Jadi kau tidak bisa menolak."

"Aku akan mengembalikan uangmu–"

Decihan langsung lolos dari bibir Xander. Lelaki itu tersenyum mengejek. "Satu juta dollar. Kembalikan jika bisa."

Tania melebarkan matanya. Satu juta dollar? Bukankah Tania malah terlihat seperti pelacur sungguhan sekarang? Tubuhnya dibayar dengan harga satu juta dollar. Mau diganti bagaimana? Satu dollar saja Tania tidak memilikinya.

Tania menutup wajahnya dengan kedua tangan. Terisak pelan. Meratapi nasibnya yang begitu buruk.

*****

Tania lahir di tengah-tengah para pelacur. Ibunya dulu adalah wanita penghibur di club yang ia tinggali. Setelah melahirkannya, dia pergi entah ke mana dan meninggalkan Tania di sana. Itu yang orang-orang di club katakan padanya.

Sedangkan ayahnya, tidak tahu siapa. Mungkin salah satu pelanggan dari wanita yang disebut ibunya itu. Tania tidak tahu. Tapi ia juga tidak ingin mencari tahu. Orang tuanya saja tidak menginginkannya. Kenapa Tania harus repot-repot mencari mereka?

Lagipula, Tania juga selalu terkurung di rumah bordir itu. Hidup tanpa pernah tahu bagaimana dunia luar. 

Mungkin mengikuti permintaan Xander adalah pilihan terbaik bagi Tania. Ia hanya perlu melahirkan seorang anak, dan setelah itu ia akan bebas untuk selamanya. Tania tidak akan kembali menjajakkan kakinya di tempat menjijikkan itu.

Tania mendongakkan kepalanya. Melihat langit yang dipenuhi bintang sambil berjalan mengikuti langkah Xander ke parkiran.

"Aku ingin mengambil baju-bajuku sebentar. Apakah boleh?" Tania bersuara ketika Xander membuka pintu mobil. Ia baru ingat pakaiannya masih berada di tempat itu.

"Di mana?" tanya Xander, karena tidak tahu di mana tempat Tania tinggal.

"Di sana," jawab Tania pelan dengan tangan menunjuk ke arah club.

Xander tidak mengatakan apapun, dan hanya mengisyaratkan Tania untuk masuk ke dalam mobil. Kemudian melajukan mobilnya, tanpa berhenti terlebih dahulu di club.

Tania menghela napas samar. Ia tidak memiliki apapun untuk dipakai. Tidak mungkin mengenakan baju yang sekarang melekat di tubuhnya selamanya bukan? Baju ini bahkan tidak bisa disebut sebagai pakaian. Tania mencoba menarik-narik turun ujung dress yang mengekspos pahanya.

Tania menyenderkan kepalanya ke jendela mobil sembari melihat jalanan. Lama. Hingga ia kembali mengangkat kepalanya saat mobil Xander berhenti.

Gerbang menjulang tinggi di depan langsung bergeser begitu Xander membunyikan klakson. Penjaga yang membukanya membungkukkan tubuh ketika mobil tuannya masuk.

"Turun," perintah Xander pada Tania setelah membuka pintu mobil wanita itu.

Tania menggulirkan bola matanya ke sekitar sebelum kemudian keluar dari mobil. Matanya menatap takjub rumah besar yang ada di hadapannya. Benar-benar besar dan bagus. Seperti sebuah istana. Ada taman bunga, air mancur, dan juga pelataran yang sangat luas. 

"Xander."

Xander tersenyum kecil. Meraih tangan Sera yang datang menghampirinya. 

Sera menatap Tania menyelidik. Membuat orang yang ditatap menundukkan kepalanya dengan tangan tertaut di depan.

"Dia...." Mata Sera menyipit melihat penampilan Tania.

Xander mengangguk. Sebelumnya ia sudah memberitahu Sera jika akan membawa wanita yang akan melahirkan anak untuk mereka.

"Kau siapa? Asalmu dari mana? Apakah–"

Xander mengisyaratkan yang berdiri di depan pintu untuk membawa Tania masuk ke dalam mansion. Dia sudah terlihat kebingungan dengan pertanyaan Sera.

"Mari, Nona."

Dengan langkah ragu, Tania mengikuti pelayan setelah sempat melihat pada Xander.

"Dia belum menjawab pertanyaanku, Xander. Kenapa kau menyuruhnya masuk?" Sera memberengut. Ia harus tahu lebih dulu siapa wanita itu. Baru bisa memutuskan layak atau tidak menjadi ibu pengganti untuknya.

Xander merangkul Sera. Menghelanya masuk ke dalam mansion sambil memberikan jawaban yang ingin diketahui istrinya. "Aku menemukannya di club. Dia pekerja di sana."

"Maksudmu dia seorang wanita penghibur?"

Xander mengedikkan bahu.

"Kita tidak bisa memilih wanita seperti itu untuk melahirkan anak kita. Kau tahu bukan maksudku?" Meski menginginkan seorang anak segara, tapi Sera tidak mau anaknya dilahirkan dari rahim seorang pelacur. Wanita seperti itu memiliki risiko tinggi untuk menyebabkan penularan infeksi menular seksual karena seringnya bergonta-ganti pasangan. Mereka juga wanita liar dan nakal.

"Dia berbeda," balas Xander dengan nada tenangnya.

Xander tidak tahu apa yang berbeda. Kenapa ia bisa mengatakan itu. Kita lihat saja nanti ucapannya benar atau tidak. 

*****

Mata bulat Tania menjelajahi setiap sudut kamar. Decak kagum tidak berhenti keluar dari bibirnya. Dari mulai ketika Tania masuk ke dalam hingga sampai di kamar ini. Semuanya sangat indah dan mewah. Kamar ini bahkan berkali-kali lebih besar dari tempatnya tinggal.

Tania duduk di tepi ranjang. Tangannya mengusap kasur yang terasa sangat empuk.

"Permisi, Nona." 

Tania menoleh. Pelayan yang tadi mengantarkannya sampai di kamar ini kembali setelah sebelumnya pergi entah ke mana. "Ini pakaian untuk Nona. Nona bisa langsung mandi."

Tania menatap pakaian yang diulurkan padanya. Sebuah piyama hitam dengan motif bunga-bunga. Meskipun tidak tahu milik siapa pakaian itu, tapi Tania menerimanya. Ia tidak mau mengenakan dress kekurangan bahan ini lagi. "Terima kasih," gumamnya.

"Saya akan menunggu di depan kamar Nona. Jika membutuhkan sesuatu, Nona bisa langsung memanggil saya."

Tania mengangguk kaku sebelum kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Tiga puluh menit kemudian, wanita itu keluar dengan wajah yang lebih segar. 

Tania duduk di tepi ranjang. Melirik jam yang menunjukkan pukul sembilan. Tania menyentuh perutnya. Merasa lapar, karena sejak siang tadi ia belum makan apapun. Wanita itu ketakutan memikirkan nasibnya yang akan dijadikan wanita penghibur oleh Mami. 

Tapi sekarang, Tania tidak perlu memikirkan apapun lagi. Karena percuma. Takdirnya tetap seperti ini. Ia hanya perlu menunggu hingga Xander membiarkannya pergi.

Tania membaringkan tubuhnya di ranjang. Sempat ingin memberitahu pelayan yang mungkin masih ada di depan untuk meminta makan. Tetapi ia tidak enak mengatakannya. Jadi Tania memutuskan untuk tidur dengan menahan lapar.

*****

Sinar matahari yang menyorot tepat ke wajahnya tidak lantas membuat Tania membuka mata. Ia sudah terjaga, tetapi tidak ingin bangun. Kasur yang ditidurinya terasa sangat nyaman. Tania tidak pernah tidur senyenyak ini sebelumnya.

Namun, suara berisik di sekitarnya yang mau tidak mau membuat Tania membuka mata. Penasaran, ia melihat banyak pelayan mondar-mandir dengan barang-barang yang mereka bawa.

"Maaf jika kami membangunkan Anda, Nona," ucap salah seorang pelayan yang lebih dulu menyadari Tania terbangun. "Kami hanya mengikuti perintah Tuan Xander untuk meletakkan pakaian-pakaian Anda."

"Pakaianku?" Tania mengernyit. Menurunkan kakinya ke lantai, wanita itu beranjak untuk mengikuti pelayan yang membawa banyak pakaian masuk ke dalam ruangan yang pintunya bisa digeser. 

Di dalam sana terdapat banyak sekali pakaian. Berwarna-warni dan dengan model yang beragam. Tapi itu semua bukan bajunya. 

Tania ingin bertanya ketika pelayan lain datang menghampiri dan memintanya untuk ke ruang makan. "Tuan Xander dan Nyonya Sera sudah menunggu Anda di ruang makan."

Tania mengangguk. Pamit ke kamar mandi sebentar untuk mencuci muka. Kemudian mengikuti pelayan yang mengantarkannya ke ruang makan. Tania tidak langsung masuk. Wanita itu berdiri di ambang pintu ruang makan. Merasa sungkan.

"Kemarilah." Sera yang menyadari kehadiran Tania, melambaikan tangannya. Menyuruh Tania masuk.

Tania menundukkan kepala dan masuk dengan langkah pelan. 

"Duduklah, dan makan bersama kami."

"Boleh?" tanya Tania ragu.

"Kenapa tidak? Duduklah." Sera tersenyum. Mengulangi ucapannya.

Karena sudah diperbolehkan, Tania menarik salah satu kursi dan duduk di sana. Matanya berbinar menatap banyaknya makanan di depannya. Wanita itu makan dengan lahap setelah pelayan menyajikan makanan untuknya. Karena Tania sudah sangat lapar. 

"Aku tidak tahu harus mengatakan apa." Tania mengangkat kepalanya ketika Sera bersuara. "Tapi yang jelas terima kasih karena kau sudah bersedia melahirkan anak untuk kami."

Tania menghentikan kunyahannya. Sendok yang ada di tangannya ia letakkan ke piring. Kemudian menatap Sera dan mengangguk lambat. 

"Maaf jika lancang. Apakah aku boleh bertanya?" ucap Tania dengan nada ragu.

Sera menaikkan alis sebelum mengangguk.

"Kenapa harus wanita lain yang melahirkan anak untuk kalian? Bukankah kau–"

"Aku sudah tidak bisa memiliki seorang anak," potong Sera yang sudah tahu arah pertanyaan Tania. "Aku pernah hamil. Tapi karena suatu kecelakaan, aku mengalami keguguran dan divonis menjadi tidak subur secara permanen."

Tania terdiam. Sempat melirik Xander yang sedang menusuknya dengan tatapan tajamnya. Ia menjadi merasa sudah menanyakan pertanyaan itu. Tania menunduk. "Maaf, aku tidak bermaksud–"

"Tidak masalah," sela Sera dengan senyumannya, karena sekarang masalahnya sudah teratasi dengan hadirnya perempuan ini. "Oh iya, aku belum tahu namamu. Siapa namamu?" tanyanya kemudian.

"Tania."

"Tania." Sera mengangguk-angguk. "Aku Sera. Dan ini Xander."

"Aku tahu," balas Tania. "Nama keluarga Artadewa selalu muncul di berita yang aku baca," ucapnya dengan polosnya.

"Benarkah?" Sera tertawa. Sedangkan Xander hanya diam dan fokus menyantap sarapannya. Namun telinganya mendengarkan pembicaraan dua wanita itu.

"Eung...aku ingin keluar sebentar. Apakah boleh?" 

"Ke mana?" tanya Sera.

"Aku ingin mengambil pakaianku di tempatku tinggal."

"Xander sudah mengambilnya," beritahu Sera. "Tapi dia membuangnya. Karena itu aku menggantinya dengan pakaian yang baru. Bukankah kau sudah melihatnya?"

Tania melotot. Terkejut. "Pakaianku? Dibuang? Kenapa?"

"Pakaian seperti itu sudah menjadi lap di mansion ku. Terlalu murah." Bukan Sera, Xander yang menjawab dengan nada sombongnya.

Tania ingin memprotes, sayangnya tidak bisa. 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Emeli Emelia
sabar y Tania semoga dibalik ini ada hikmahnya
goodnovel comment avatar
Emeli Emelia
orang kaya eMang bebas Tania mau beli apa pu tidak perlu dipikirkan apa lagi harganya mahal tidak perlu ditawar menawar gk seperti kita selalu dianggap rendah.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Melakukannya?

    Tania menatap pantulan dirinya di cermin. Sebuah dress putih dengan pita di bagian pinggang melekat di tubuhnya. Wanita itu tersenyum. Kemudian melangkahkan kakinya keluar mansion. Tania berdiri di teras mansion. Merentangkan tangan sembari menarik napas dalam. Biasanya hanya bau alkohol yang dihirup olehnya. Sekarang ia bisa merasakan udara segar.Melihat seorang wanita berseragam hitam putih sedang menyiram tanaman di samping rumah, Tania menghampirinya. Kakinya menuruni undakan teras. "Biarkan aku membantumu," ucap Tania sambil mengulurkan tangannya. Meminta selang yang digunakan untuk menyiram tanaman.Pelayan itu cukup terkejut dengan kehadiran Tania. "Tidak perlu, Nona. Ini pekerjaan saya. Nona kembali masuk saja ke dalam.""Tidak apa-apa. Biarkan aku membantu." Tania mengambil selang dari tangan pelayan itu dan menggantikannya untuk menyirami tanaman.Tania terbiasa melakukan pekerjaan seperti ini. Bangun sangat pagi untuk membersihkan club. Memasak dan juga mencuci pakaian m

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Akhirnya Terjadi

    Sera menghela napas setelah masuk ke ruang kerja Xander. Ia melihat suaminya itu tidur di kursi dengan laptop di meja yang masih menyala.Sebelumnya Sera ke kamar Tania dan tidak mendapati Xander di sana. Ternyata suaminya ada di sini.Sera mendekat. Mengusap rambut Xander yang perlahan membuat lelaki itu membuka matanya. "Kenapa kau tidur di sini?" Sera menyisir rambut Xander dengan jemarinya. Merapikannya. "Cepatlah mandi. Kau ada meeting jam tujuh bukan?"Xander menatap wajah Sera. Mengusap pipinya sejenak, lalu bangkit dari kursi untuk kembali ke kamarnya. Bersiap-siap untuk ke kantor.Sera ikut pergi ke kamar saat pintu kamar yang ditempati Tania terbuka. Melihat Sera, wanita itu langsung menghampirinya."Aku sudah menunggu Tuan Xander tadi malam. Tapi dia tidak datang-datang. Jadi aku ketiduran. Maaf," ucap Tania dengan kepala menunduk. Wanita itu memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum Sera marah, karena ia yang tidak menjalankan tugasnya. Meski sebenarnya ada rasa lega,

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Kejadian di Pesta

    Sera melepaskan mantel berbulunya yang langsung diambil alih oleh pelayan yang berjaga di depan pintu. Masuk ke dalam sembari menggosok telapak tangannya. Cuaca sedang sangat dingin sekarang.Sera berhenti ketika melihat Xander berjalan menuruni tangga. "Kau sudah pulang?" Xander berjalan menghampiri istrinya. Berdiri tepat di depannya. Tangannya terulur mengusap pipi Sera dengan tatapan penuh arti.Sera tersenyum. Tapi matanya tidak bisa berbohong ada kesedihan di sana. Ia tidak rela membagi suaminya dengan wanita lain. Tapi demi seorang anak, ia harus melakukannya. Sera langsung memeluk Xander. Sangat erat. Xander balas memeluknya tak kalah erat. Tangannya mengusap rambut belakang Sera."Bagaimana harimu tanpaku?" tanya Sera dengan alis terangkat setelah pelukan mereka terlepas."Aku rasanya sudah ingin menjemputmu tadi malam. Baru tanpamu sebentar saja aku sudah sangat merindukanmu."Sera terkekeh geli. Suaminya ini pintar sekali bermanis lidah. Tawanya perlahan terhenti saat mel

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Pergi yang Tidak Pernah Kembali?

    Tania langsung melepaskan diri ketika pria yang berusaha melecehkannya menjadi tidak fokus karena kedatangan seseorang. Xander. Tania berlari menghampiri lelaki itu dan bersembunyi di belakang tubuhnya."Tolong aku...," ucap Tania lirih. Wanita itu mencengkeram ujung jas Xander. Tampak sangat ketakutan. Tubuhnya bahkan bergetar dengan wajah yang dipenuhi air mata.Xander meliriknya sesaat. Tatapannya menjadi datar.. Memandang pria di depannya. "Apa seperti ini cara seseorang dari kalangan terhormat bersikap pada perempuan?" Pria itu menggeleng. Tampak takut, tapi disembunyikan. "Anda salah paham, Mr. Artadewa. Perempuan itu menggodaku lebih dulu padahal aku sudah berusaha menolaknya, karena tahu dia sudah menjadi milikmu," ucapnya berusaha membela diri.Xander tidak merespon. Ia masih menatap datar pria itu. "Dia adalah seorang pelacur. Dan Anda tahu bukan bagaimana sifat mereka?" Pria itu kembali bersuara. Berusaha meyakinkan Xander bahwa bukan dirinya yang bersalah. "Mereka senang

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Mengakhiri Hidup?

    "Tania sudah ketemu?""Belum, Nyonya. Kami sudah mencari di seluruh mansion, tapi tidak menemukan Nona Tania."Sera menghela napas kasar. Bingung mencari Tania yang tidak ditemukan juga. Saat ia pergi ke kamarnya, wanita itu tidak ada di sana. Sera bahkan menyuruh para pelayan untuk ikut mencari. Tapi Tania tidak terlihat sama sekali."Xander...." Sera menatap Xander dengan tatapan khawatir. Sekaligus kecewa jika Tania benar-benar pergi, karena ia sudah berharap Tania akan memberikan seorang anak untuknya. Apakah karena kejadian di pesta itu Tania memutuskan pergi? Lebih parahnya, pergi yang selama-lamanya. Tania sebelumnya berkata tidak ingin kehidupan yang seperti sekarang. Bagaimana jika wanita itu berbuat hal nekat? Karena Sera melihat ada bekas berwarna merah seperti darah di kamar Tania."Bagaimana jika Tania benar-benar pergi?" "Dia tidak mungkin pergi. Pasti masih ada di sekitar sini," balas Xander. Wanita itu tidak mungkin bisa keluar dari rumahnya, karena ada penjaga yang

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Si Ceroboh Tania

    Tania mendorong dada Xander. Menarik kepalanya kuat hingga rambutnya yang tersangkut di kancing baju lelaki itu terputus. Terasa sakit. Tapi ia hiraukan.Tania tersenyum canggung pada Sera sebelum kemudian melangkah cepat keluar dari dapur. Baru beberapa langkah, wanita itu kembali. Mengambil buah mangganya di meja pantry. Kemudian berlari keluar. Wanuta itu terlihat seperti orang yang tengah ketahuan melakukan sesuatu yang tidak-tidak dengan suami orang. Tania merutuk dirinya sendiri. Berharap semoga saja Sera tidak salah paham.Sera memandang Tania yang menghilang di balik pintu dapur sebelum mengalihkan tatapannya pada Xander. Menatapnya dengan mata memicing."Apa?" tanya Xander santai."Apa yang kau lakukan dengan Tania tadi?" selidik Sera. Ia melihat posisi mereka yang patut dicurigai. "Tidak ada," jawab Xander. Tidak merasa terintimidasi dengan tatapan Sera yang penuh selidik. "Rambutnya menyangkut di kancing bajuku. Dan aku hanya berusaha melepaskannya," terangnya.Mendengar

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Hinaan

    "Molly, jangan lari!" Tania berlari mengejar anjingnya yang berlari ke arah pintu utama. Entah kenapa anjing itu suka sekali kabur. Tania baru meletakkannya untuk diberikan makan, tapi dia malah berlari pergi.Tania berlari cepat melewati pintu, dan di saat itu juga ia menabrak seseorang, karena tiba-tiba muncul di balik pintu."Apa kau tidak memiliki mata?!" Seorang wanita paruh baya yang tidak sengaja ditabrak Tania berseru. Terkejut. Dia hampir saja jatuh jika tidak berpegang pada pintu.Tania menunduk takut. Kedua tangannya tertaut. "Maaf, saya tidak sengaja," ucapnya pelan dengan nada rasa bersalah.Wanita yang masih tampak modis di usianya yang tidak lagi muda itu mendengus kasar. Bibirnya terbuka, ingin memarahi Tania sebelum suara Sera terdengar."Mami?" Sera menghampiri wanita yang ternyata adalah ibunya itu. "Mami di sini?"Alina–ibu Sera masih sempat menatap kesal pada Tania sebelum melihat sepenuhnya pada putrinya. Ia mengangguk."Papi tidak ikut?" "Tidak. Dia ada meeting

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Mengagumi Suami Orang

    "Kau sedang apa?" Tania berjalan menghampiri Sera yang sedang sibuk di dapur. Berdiri di samping wanita itu. Melihat apa yang sedang dilakukannya."Membuat kue kesukaan Xander," jawab Sera sambil memasukkan tepung ke dalam wadah."Boleh aku membantu?" tanya Tania. Ia bosan karena tidak melakukan apa-apa. Hanya mengitari mansion sejak tadi untuk menciptakan kesibukan. Lalu berhenti di sini karena melihat Sera."Tentu," jawab Sera. "Itu, pecahkan telurnya ke dalam wadah," pintanya. Menunjuk beberapa telur di meja dengan dagunya.Tania mengangguk. Ia mengambil satu telur, bersiap memecahkannya dengan sendok ketika Xander masuk ke dalam dapur. Lelaki itu memanggil Sera, tetapi Tania ikut menoleh."Pakaian dasiku." Xander mengulurkan dasinya pada Sera."Kau mau ke mana?" Sera bertanya karena Xander yang saat ia tinggal ke dapur tadi masih memakai pakaian santainya. Sedangkan sekarang sudah rapi dengan kemeja dan celana bahannya."Ke kantor.""Bukannya kau tidak ke kantor hari ini?""Ada ra

Bab terbaru

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Keluarga Kecil yang Sempurna

    Butuh waktu kurang lebih satu bulan untuk Tania benar-benar pulih dari luka tembak yang dialaminya. Dan selama itu, hanya saat inilah yang paling ditunggu Tania. Bertemu dengan ayah kandungnya.Xander selalu beralasan akan membawanya menemuinya jika kondisinya sudah pulih. Dan baru sekarang dia melakukannya. Tania sempat marah karena Xander dan orang tuanya yang menyembunyikan ini darinya. Meski Tania sendiri yang berkata tidak ingin mengetahui siapa ayah kandungnya. Tapi jika dia memang sudah sangat dekatnya, tapi tetap ingin bertemu."Kau yakin ingin bertemu dengannya?" tanya Xander sembari menggenggam jemari Tania. Berjalan bersama ke tempat di mana Abraham ditahan.Tania mengangguk yakin. "Kau tahu apa yang dia lakukan padamu bukan? Kenapa masih saja ingin bertemu dengannya?" Tania hanya tersenyum menanggapinya."Maaf, tapi Tuan Abraham tidak ingin dikunjungi oleh siapapun." Penjaga tahanan menyampaikan ucapan dari Abraham ketika dia memberitahu ada yang ingin menemuinya.Raut w

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Mengetahui Kebenaran

    "Mommy, di mana Xander?" Tania bertanya pada Angeline yang tengah menyuapinya. Xander tidak berkata akan pergi atau apa padanya. Tapi dia tidak terlihat sejak dua jam lalu. "Xander sedang bersama Lio," jawab Angeline, yang tentu saja berbohong. Lio sedang tidur di ruangan lain. Dijaga oleh babysitter. Sementara Xander pergi keluar. Menemui Abraham di kantor polisi.Angeline mengetuk Abraham yang berani-beraninya mencelakai anaknya sendiri. Lelaki itu memang tidak memiliki perasaan sama sekali. Tapi tidakkah dia sedikit saja merasa kasihan pada darah dagingnya? Dia memang lelaki jahat.Angeline berharap Tanai tidak pernah tahu siapa ayah kandungnya. Karena dia pasti akan menyesal nantinya. Menyesal memiliki darah yang sama dengan orang yang berniat membunuhnya. Angeline tidak ingin putrinya tahu."Mommy, sudah." Tania menolak ketika Angeline kembali ingin menyuapkan bubur ke mulutnya."Ya sudah. Ini minumnya." Angeline meletakkan mangkuk berisi bubur yang tinggal beberapa suapan. Lalu

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Tertangkap

    "Kondisimu sudah semakin membaik. Sebentar lagi kau mungkin bisa pulang."Tania menyengir. Menampilkan deretan giginya yang putih bersih. "Aku kasihan melihatnya. Dia menangis saat aku sakit. Jadi aku harus cepat sembuh supaya dia tidak menangis lagi," ucapnya sembari melirik Xander yang berdiri didekat ranjang dengan tangan bersidekap.Xander mendengus. Sementara Tania dan dokter yang tengah memeriksanya tertawa. Tania langsung menghentikan tawanya, karena jahitan di punggungnya. Sementara sang dokter, karena Xander memberikan tatapan tajam padanya."Aku keluar dulu ya. Kau bisa memanggilku jika membutuhkan sesuatu."Tania mengangguk. Lalu mengucapkan terima kasih sebelum dokter itu keluar dari ruangannya."Kau menghancurkan reputasiku, kau tahu?" Xander berkata kesal. Ia memberikan pelototan kecil sebelum mengambil perban di atas nakas.Tania mengernyit, sebelum kemudian terkekeh kecil. "Kau malu ya, Daddy?" godanya. Xander yang terkenal tegas dan garang, menangis. Xander menggeram

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Kepergian

    Xander melangkah masuk ke dalam ruangan yang ditempati Tania. Istrinya akhirnya dipindahkan ke ruangan lain. Tubuhnya sudah tidak lagi ditempeli dengan berbagai alat penunjang hidup. Dia bahkan sudah membuka matanya sekarang. Tania tengah menatap Xander dengan mata sayunya. Bibir pink alaminya tampak pucat. Sementara bahunya dililit dengan kain kasa. Dengan lemah, wanita itu mencoba tersenyum pada Xander."Xander...."Xander menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Dadanya terasa sesak. "Sakit sekali ya?" ucapnya menyerupai bisikan. Meski sudah sadar, Xander tahu Tania tidak baik-baik saja. Dia masih kesakitan. Tania tampak seperti ingin berbicara. Tapi terlalu lemah untuk melakukannya. Satu kata saja sudah cukup sulit.Xander membelai rambut Tania. Menggeleng. "Tidak perlu bicara apa-apa dulu. Tidurlah. Kau butuh banyak istirahat.""Dimana baby Lio? Apa dia tidak mencariku?" tanya Tania dengan nada sangat pelan. Napasnya terengah. Xander harus benar-benar mendengarkan dengan baik. "Hm

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Kritis

    Xander membopong tubuh lemah Tania keluar. Berjalan cepat memasuki pelataran rumah sakit. Para dokter dan perawat sudah bersiap. Membawa Tania ke ruang operasi untuk segera ditangani."Maaf, Tuan. Tapi Anda diizinkan untuk ikut masuk."Xander mengepalkan tangan. Menghembuskan napas berat, dia tidak membantah. "Selamatkan istriku apapun yang terjadi," ucapnya sebelum pintu ruangan tertutup.Xander duduk di kursi depan ruangan itu. Tangannya terkepal kuat. Raut emosi menumpuk di wajahnya. Penampilan Xander sudah berantakan. Kemeja putihnya sudah bercampur dengan warna merah. Xander sudah sangat siap membunuh orang.Lelaki itu. Jangan harap Xander akan melepaskannya. Jika sampai Tania kenapa-kenapa, ia pastikan Abraham Denovan akan mendapatkan perlakuan yang setimpal.Xander menoleh ketika mendengar suara derap langkah kaki mendekat. Alex dan Angeline berjalan cepat menghampirinya. Lio berada di gendongan Angeline. Tangisnya terdengar kencang.Xander berdiri dan ingin mengambil putranya

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Tragedi Penembakan

    Xander mengeratkan mantel hijau tebal di tubuh Tania, sebelum merangkul pinggangnya dan berjalan bersama keluar mansion."Mommy dan Daddy?" Tania menoleh sekilas ke belakang untuk melihat apakah mereka sudah siap atau belum. Lio juga bersama mereka."Mommy dan Daddy akan menyusul. Kita ke bendara lebih dulu."Tania mengangguk. Xander membukakan pintu mobil, dan Tania masuk ke dalam. Ketika lelaki itu juga akan masuk, Christian datang. Xander menatap Tania. Memberitahukan dengan gerakan bibir sebelum berjalan sedikit menjauh dari mobil. Ada sesuatu yang tidak beres. Terlihat dari ekspresi Christian."Tuan, Abraham menghilang.""Maksudmu?" Xander mengernyit."Posisinya masih bisa dilacak sekitar tiga puluh menit yang lalu. Tapi setelah itu dia menghilang. Dia meninggalkan mansionnya dan pergi entah ke mana," jelas Christian. Xander memang meminta Christian untuk mengawasi Abraham. Setelah dia membuat kejutan besar yang sudah pasti menghancurkan karirnya, Abraham tidak akan tinggal dia

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Kejutan Besar

    Xander sudah sampai di mansion. Ia menghentikan langkah saat berpapasan dengan Alex di lorong lantai empat. Xander melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya."Daddy belum tidur?" tanyanya."Kau berbicara apa dengannya?" Xander mengernyit. Tapi kemudian ia paham maksud pertanyaan Alex. Daddynya pasti sudah tahu semuanya. Xander tidak perlu menjelaskan lagi."Hanya memberi peringatan pada Abraham Denovan," jawab Xander santai.Alex menghela napas berat. "Daddy tahu kau pasti sangat marah dengan apa yang dilakukan laki-laki itu pada Tania. Daddy juga sangat marah saat mengetahuinya," ucapnya. "Tapi kau jangan menjadi gegabah seperti ini."Alex sangat ingin menemui Abraham dan menghajarnya secara langsung ketika ia mengetahui ketika lelaki itu hampir mencelakai putrinya. Tapi Alex tahu ia tidak bisa gegabah."Pamanmu Robert, mengenal Abraham dengan baik. Dia pernah mencalonkan diri menjadi anggota dewan. Lawannya adalah Abraham." Alex memulai ceritanya. "Abraham orang yang tida

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Siapa Menyingkirkan Siapa?

    "Apa saja yang kau lakukan di sana?"Tania merengut. "Aku tidak yakin kau tidak tahu. Para bodyguard mu pasti sudah memberitahumu kan?""Benar. Tapi aku ingin mendengarnya sendiri darimu." Dan mengetahui apa yang kau rasakan saat bertemu dengan ayah kandungmu. Lanjutnya dalam hati.Tania dan Angeline baru saja pulang dari acara amal. Meski bodyguard sudah memberitahukan semuanya. Tapi ia ingin Tania sendiri yang memberitahu."Di sana ramai sekali. Banyak orang yang memberikan amal," cerita Tania. Lalu wajahnya yang tampak biasa sebelumnya berubah cemberut. "Tapi karena ada wartawan juga, aku jadi tidak suka.""Kenapa?" Xander memberikan tanggapan. Ia mendongak menatap istrinya."Banyak orang yang jadi pamer tahu. Mereka berlomba memberikan uang paling banyak untuk amal. Lalu menceritakannya di depan kamera. Seharusnya kan tidak boleh seperti itu. Jika memang ikhlas ingin beramal ya beramal saja. Kenapa harus dipamer-pamerkan?"Xander tersenyum melihat bibir Tania yang maju ke depan ke

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Ayah Kandung Tania

    "Setelah sukses dengan menjadi anggota dewan di Spanyol, Bulgaria, dan Inggris, Abraham Denovan akhirnya kembali negaranya untuk mencalonkan dirinya sebagai presiden pada pemilihan presiden yang akan datang. Nama lelaki kelahiran 1965 itu begitu cemerlang dalam dunia perpolitikan. Sikap tanggung jawab dalam menjalankan setiap tugasnya tidak bisa diragukan.""Namun, baru-baru ini berhembus kabar miring tentangnya. Belum dipastikan kebenarannya, tapi Abraham Denovan diduga suka bermain dengan perempuan malam, meski telah memiliki seorang istri. Dia juga memiliki seorang anak dari salah satu teman tidurnya itu. Anak itu–""Mommy."Angeline langsung mematikan layar televisi yang menampilkan berita itu ketika Tania memanggil. Wajahnya yang semula datar berganti menjadi senyuman saat Tania berjalan mendekat."Mommy." Tania duduk di sebelah Angeline. "Mommy sedang apa?"Angeline menggeleng. "Mommy melihat berita. Tapi karena tidak menarik, Mommy jadi malas melihatnya," jawabnya. "Di mana Lio

DMCA.com Protection Status