Share

Akhirnya Terjadi

Author: Isti12
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sera menghela napas setelah masuk ke ruang kerja Xander. Ia melihat suaminya itu tidur di kursi dengan laptop di meja yang masih menyala.

Sebelumnya Sera ke kamar Tania dan tidak mendapati Xander di sana. Ternyata suaminya ada di sini.

Sera mendekat. Mengusap rambut Xander yang perlahan membuat lelaki itu membuka matanya. 

"Kenapa kau tidur di sini?" Sera menyisir rambut Xander dengan jemarinya. Merapikannya. "Cepatlah mandi. Kau ada meeting jam tujuh bukan?"

Xander menatap wajah Sera. Mengusap pipinya sejenak, lalu bangkit dari kursi untuk kembali ke kamarnya. Bersiap-siap untuk ke kantor.

Sera ikut pergi ke kamar saat pintu kamar yang ditempati Tania terbuka. Melihat Sera, wanita itu langsung menghampirinya.

"Aku sudah menunggu Tuan Xander tadi malam. Tapi dia tidak datang-datang. Jadi aku ketiduran. Maaf," ucap Tania dengan kepala menunduk. Wanita itu memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum Sera marah, karena ia yang tidak menjalankan tugasnya. Meski sebenarnya ada rasa lega, karena apa yang ditakutkannya tidak terjadi malam tadi.

"Tidak apa-apa." Lagipula Xander yang tidak datang. Jadi ini bukan salah Tania. "Aku akan pergi berbelanja. Apa kau mau ikut?"

"Boleh, Nyonya?"

"Kau tidak perlu memanggilku seperti itu. Panggil saja aku Sera. Mengerti?"

Tania pun mengangguk.

"Baiklah. Bersiap-siaplah. Kita akan pergi setelah ini."

Tania langsung kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap. Sedangkan Sera membantu mengurus keperluan Xander sebelum berangkat bekerja.

Mereka pergi setelah Sera menunggu Xander berangkat ke kantor. Dengan diantarkan supir, Sera dan Tania singgah di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di New York.

"Kenapa di sini sepi sekali?" Tania bertanya sembari menatap sekitarnya yang tampak sepi. Tidak ada orang berbelanja sama sekali. Hanya terdapat beberapa orang dengan seragam yang sama. Kemungkinan pegawai tempat ini.

"Aku meminta Xander untuk mengosongkan mall ini. Agar kita lebih bisa leluasa berbelanja."

Sudah bisa menebak bagaimana respon Tania? Wanita itu jelas merasa terkejut. Sungguh enaknya menjadi orang kaya. Mereka bisa melakukan apapun. Membeli pesawat saja bisa. Apalah dirinya yang hanya butiran debu.

"Kau ingin membeli apa?" 

"Aku? Aku hanya ingin melihat-lihat saja." Tujuan Tania ikut dengan Sera memang hanya ingin melihat seperti apa mall itu. Seumur-umur hanya pasar dengan jalanannya yang becek yang pernah didatanginya.

"Beritahu aku jika kau ingin membeli sesuatu," ucap Sera sebelum mengajak Tania memutari mall untuk mencari barang yang dibutuhkannya.

Namun, di saat Sera sudah selesai membeli barang yang dibutuhkannya, Tania masih belum mengatakan satu barang pun yang ingin dibelinya. Jadi, Sera sendiri yang berinisiatif membelikannya. Ia membelikan baju, tas, sepatu, dan barang-barang keperluan wanita lainnya.

"Kau ingin ke sana?" tanya Sera, karena Tania yang hanya berdiri di samping mobil. Sedangkan dirinya sendiri sudah masuk mobil. Pandangan mengarah pada toko di depan mall.

Tania mengangguk cepat. 

"Kami akan berjalan ke sana. Tunggulah kami di sini saja," ucap Sera pada supir sebelum mengajak Tania ke toko hewan peliharaan yang letaknya dekat dengan mall.

"Kau ingin membeli apa?"

"Yang itu, yang itu." Tania menunjuk anjing kecil berwarna putih yang terlihat sangat lucu. 

"Berikan anjing itu." Sera menyuruh pegawai toko untuk memberikan anjing yang dinginkan Tania.

Tania memeluk hewan peliharaan barunya dengan kedua tangan. Merasa sangat senang. "Apakah tidak apa-apa memelihara hewan di rumahmu?" tanyanya kemudian pada Sera. 

"Sebenarnya...Xander tidak begitu menyukai anjing."

*****

"Untuk di bagian ini akan dibuat gaya balkon brise-soleil dengan jendela dari lantai ke langit-langit yang menawarkan pemandangan panorama air."

Xander mengangguk-angguk. Matanya fokus menatap rancangan bangunan hotel yang dijelaskan oleh tim bagian desain. Setelah pembangunan resort di Venice yang hampir selesai dikerjakan, Xander mengerjakan proyek baru kembali. Yaitu pembangunan hotel 77 lantai di Dubai.

"Jadi bagaimana menurut Tuan?"

"Aku tidak ada masalah dengan rancangan itu. Mungkin hanya di beberapa bagian saja yang menurutku kurang," jawab Xander.

"Tuan Xander bisa mengatakan kekurangannya. Nanti tim kami akan berusaha memperbaikinya."

Xander memberitahu apa yang dirasanya kurang. Sedang pegawai yang lain ikut menanggapi perkataannya.

Ketika lelaki dari tim desain itu kembali menjelaskan di depan, terdapat pesan masuk di ponsel Xander. Ia itu membukanya.

Sebuah pesan dari Sera. Istrinya mengirimkan foto dirinya dengan bibir yang dimajukan sambil menggendong seekor anjing berwarna putih. Terlihat menggemaskan. Xander terkekeh pelan.

"Apakah ada yang salah, Tuan?"

Xander mendongak setelah mematikan ponselnya. "Tidak ada. Teruskan."

Xander melihat jam di pergelangan tangannya. Meeting baru berjalan satu jam dan ia sudah ingin cepat-cepat pulang untuk menemui Sera. Jemarinya mengetuk-ngetuk meja pelan sembari mendengarkan presentasi.

Meeting itu terus berjalan hingga selesai dalam waktu kurang lebih tiga jam. Xander langsung berdiri. Berjalan keluar sebelum yang lain untuk kemudian langsung pulang.

"Sera di mana?" Xander bertanya setelah turun dari mobil yang sudah terparkir manis di halaman mansion.

"Nyonya dan Nona Tania belum kembali dari berbelanja, Tuan. Mereka–" ucapan pelayan terhenti saat sebuah mobil memasuki gerbang. "Itu mobilnya Tuan sudah kembali."

Hanya Tania yang keluar dari mobil dengan seekor anjing digendongannya. Sedangkan Sera entah ke mana. 

"Di mana Sera?" tanya Xander pada Tania.

"Pergi ke rumah orang tuanya," jawab Tania, yang membuat Xander mengerutkan kening. 

*****

"Cari tahu siapa orangnya dan berikan padaku segera. Dia pikir dia siapa hingga berani melakukan perbuatan seperti ini," ucap Xander dengan nada kesalnya. Berbicara pada asisten pribadinya di telepon.

Ada pegawai yang berani memalsukan laporan biaya proyek pembangunan hotel. Jumlah dananya tidak sesuai dengan apa yang seharusnya. Apa pikirnya Xander bisa dibodohi semudah itu? 

"Orang-orang seperti itu–" Xander menghentikan langkah karena seekor anjing yang menghalangi jalannya. Dahinya berkerut tidak suka. Ketika ia melangkah ke kiri, anjing itu mengikutinya. Melangkah ke kanan, dan anjing itu kembali mengikutinya. Seakan memang sengaja tidak membiarkannya untuk lewat.

Xander berdecak kesal. Ia langsung menggeser tubuh anjing itu dengan kakinya agar tidak menghalangi jalannya.

"Tuan!" Tania muncul dan langsung berlari menghampiri anjingnya yang menampilkan wajah minta dikasihani. "Kau menyakiti anjingku," gumamnya sambil mengelus kepala anjingnya.

"Perhatikan anjingmu. Aku akan mendepaknya dari sini jika dia membuat masalah," ucapnya, lalu kembali berjalan sambil menempelkan ponselnya di telinga. 

Tania memeluk anjingnya dengan sayang. Ia baru saja memiliki hewan peliharaan. Jadi jangan sampai membuat masalah, karena Xander akan mendepak anjingnya dari rumahnya. 

"Molly!" Anjingnya tiba-tiba lepas dan berlari mengikuti Xander. Tania segera mengejarnya. Baru juga diberitahu, anjingnya sudah membuat masalah saja.

Xander menggeram. Menatap anjing jelek yang memutari kakinya. Lalu beralih pada si pemiliknya. Menatapnya tajam. 

Tania meringis. "Maaf," ucapnya. Langsung mengambil anjingnya dan membawanya pergi.

"Kau ini masih saja mendekati dia. Dia itu mudah marah tahu. Kau akan langsung didepak olehnya jika membuatnya marah." Tania berkata pada anjingnya sambil berjalan keluar mansion. Tidak sadar jika ucapannya masih cukup keras hingga Xander masih bisa mendengarnya meski samar.

Xander tertawa sumbang. Beraninya wanita itu mengatainya. Langkah kakinya entah kenapa malah mengikuti wanita itu keluar. Ia berdiri di ambang pintu. Memperhatikan Tania yang berlarian di halaman mengejar anjing.

Xander mendengus. "Dasar bocah," gumamnya yang diikuti tarikan samar di sudut bibirnya.

*****

"Kau di mana?" tanya Xander langsung begitu panggilan teleponnya dijawab oleh Sera. 

["Aku di rumah orang tuaku,"] jawab Sera dari seberang telepon.

"Masih di sana?" Sera bilang dia akan segera pulang. Tapi sampai malam tiba, istrinya belum juga kembali.

["Iya."]

"Kalau begitu tunggulah. Aku akan menjemputmu," ucap Xander sembari berjalan keluar kamar.

["X, tidak perlu. Sepertinya aku akan menginap di rumah orang tuaku malam ini."]

Xander yang menuruni undakan tangga, menghentikan langkahnya. "Tidak boleh. Aku tidak mengizinkan."

["Tapi, X–"]

"Aku tidak mau tidur sendirian, Sera. Mengertilah."

Di seberang telepon Sera malah tertawa. Merasa lucu dengan jawaban Xander yang terdengar seperti rengekan. Orang-orang mungkin akan menertawakannya jika tahu si tegas Xander bisa bersifat seperti ini.

["Kau tidak akan tidur sendirian. Ada Tania bukan?"]

Ekspresi Xander berubah datar. Sekarang ia tahu apa yang ingin Sera lakukan. "Kau sengaja." Bukan sebuah pertanyaan yang diucapkannya. Tapi pernyataan. Sera sudah merencanakan ini.

["Kau tidak akan melakukannya jika aku ada di sana. Jadi manfaatkan kesempatan ini. Bersenang-senanglah, X. Aku mencintaimu."]

Dan sambungan pun terputus. Sera mematikannya sebelum Xander sempat berbicara.

Xander menarik napas dalam dan menghembuskannya. Baiklah. Jika itu keinginan Sera, mari kita lakukan. Ia ingin ini cepat selesai dan berakhir.

Xander berbalik. Kembali naik ke atas, menuju kamar Tania. Bertepatan dengan wanita itu yang membuka pintu.

"Apa yang Tuan lakukan–" Tania tidak menyelesaikan kalimatnya ketika Xander tiba-tiba mendorongnya masuk kembali. Kemudian mengunci pintunya dari dalam. 

*****

Xander menatap wajah Tania yang masih tertidur. Ada bekas air mata di pipi wanita itu. Membuat rasa bersalah tiba-tiba muncul. Tapi demi Sera, ia akan melakukan apapun. 

Xander membernarkan selimut Tania yang merosot. Setelah itu berjalan keluar kamar.

Bunyi pintu yang tertutup membuat wanita yang terbaring di ranjang itu membuka mata. Tania terisak pelan. Tangannya mencengkram selimut yang menutupi tubuh polosnya.

Related chapters

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Kejadian di Pesta

    Sera melepaskan mantel berbulunya yang langsung diambil alih oleh pelayan yang berjaga di depan pintu. Masuk ke dalam sembari menggosok telapak tangannya. Cuaca sedang sangat dingin sekarang.Sera berhenti ketika melihat Xander berjalan menuruni tangga. "Kau sudah pulang?" Xander berjalan menghampiri istrinya. Berdiri tepat di depannya. Tangannya terulur mengusap pipi Sera dengan tatapan penuh arti.Sera tersenyum. Tapi matanya tidak bisa berbohong ada kesedihan di sana. Ia tidak rela membagi suaminya dengan wanita lain. Tapi demi seorang anak, ia harus melakukannya. Sera langsung memeluk Xander. Sangat erat. Xander balas memeluknya tak kalah erat. Tangannya mengusap rambut belakang Sera."Bagaimana harimu tanpaku?" tanya Sera dengan alis terangkat setelah pelukan mereka terlepas."Aku rasanya sudah ingin menjemputmu tadi malam. Baru tanpamu sebentar saja aku sudah sangat merindukanmu."Sera terkekeh geli. Suaminya ini pintar sekali bermanis lidah. Tawanya perlahan terhenti saat mel

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Pergi yang Tidak Pernah Kembali?

    Tania langsung melepaskan diri ketika pria yang berusaha melecehkannya menjadi tidak fokus karena kedatangan seseorang. Xander. Tania berlari menghampiri lelaki itu dan bersembunyi di belakang tubuhnya."Tolong aku...," ucap Tania lirih. Wanita itu mencengkeram ujung jas Xander. Tampak sangat ketakutan. Tubuhnya bahkan bergetar dengan wajah yang dipenuhi air mata.Xander meliriknya sesaat. Tatapannya menjadi datar.. Memandang pria di depannya. "Apa seperti ini cara seseorang dari kalangan terhormat bersikap pada perempuan?" Pria itu menggeleng. Tampak takut, tapi disembunyikan. "Anda salah paham, Mr. Artadewa. Perempuan itu menggodaku lebih dulu padahal aku sudah berusaha menolaknya, karena tahu dia sudah menjadi milikmu," ucapnya berusaha membela diri.Xander tidak merespon. Ia masih menatap datar pria itu. "Dia adalah seorang pelacur. Dan Anda tahu bukan bagaimana sifat mereka?" Pria itu kembali bersuara. Berusaha meyakinkan Xander bahwa bukan dirinya yang bersalah. "Mereka senang

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Mengakhiri Hidup?

    "Tania sudah ketemu?""Belum, Nyonya. Kami sudah mencari di seluruh mansion, tapi tidak menemukan Nona Tania."Sera menghela napas kasar. Bingung mencari Tania yang tidak ditemukan juga. Saat ia pergi ke kamarnya, wanita itu tidak ada di sana. Sera bahkan menyuruh para pelayan untuk ikut mencari. Tapi Tania tidak terlihat sama sekali."Xander...." Sera menatap Xander dengan tatapan khawatir. Sekaligus kecewa jika Tania benar-benar pergi, karena ia sudah berharap Tania akan memberikan seorang anak untuknya. Apakah karena kejadian di pesta itu Tania memutuskan pergi? Lebih parahnya, pergi yang selama-lamanya. Tania sebelumnya berkata tidak ingin kehidupan yang seperti sekarang. Bagaimana jika wanita itu berbuat hal nekat? Karena Sera melihat ada bekas berwarna merah seperti darah di kamar Tania."Bagaimana jika Tania benar-benar pergi?" "Dia tidak mungkin pergi. Pasti masih ada di sekitar sini," balas Xander. Wanita itu tidak mungkin bisa keluar dari rumahnya, karena ada penjaga yang

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Si Ceroboh Tania

    Tania mendorong dada Xander. Menarik kepalanya kuat hingga rambutnya yang tersangkut di kancing baju lelaki itu terputus. Terasa sakit. Tapi ia hiraukan.Tania tersenyum canggung pada Sera sebelum kemudian melangkah cepat keluar dari dapur. Baru beberapa langkah, wanita itu kembali. Mengambil buah mangganya di meja pantry. Kemudian berlari keluar. Wanuta itu terlihat seperti orang yang tengah ketahuan melakukan sesuatu yang tidak-tidak dengan suami orang. Tania merutuk dirinya sendiri. Berharap semoga saja Sera tidak salah paham.Sera memandang Tania yang menghilang di balik pintu dapur sebelum mengalihkan tatapannya pada Xander. Menatapnya dengan mata memicing."Apa?" tanya Xander santai."Apa yang kau lakukan dengan Tania tadi?" selidik Sera. Ia melihat posisi mereka yang patut dicurigai. "Tidak ada," jawab Xander. Tidak merasa terintimidasi dengan tatapan Sera yang penuh selidik. "Rambutnya menyangkut di kancing bajuku. Dan aku hanya berusaha melepaskannya," terangnya.Mendengar

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Hinaan

    "Molly, jangan lari!" Tania berlari mengejar anjingnya yang berlari ke arah pintu utama. Entah kenapa anjing itu suka sekali kabur. Tania baru meletakkannya untuk diberikan makan, tapi dia malah berlari pergi.Tania berlari cepat melewati pintu, dan di saat itu juga ia menabrak seseorang, karena tiba-tiba muncul di balik pintu."Apa kau tidak memiliki mata?!" Seorang wanita paruh baya yang tidak sengaja ditabrak Tania berseru. Terkejut. Dia hampir saja jatuh jika tidak berpegang pada pintu.Tania menunduk takut. Kedua tangannya tertaut. "Maaf, saya tidak sengaja," ucapnya pelan dengan nada rasa bersalah.Wanita yang masih tampak modis di usianya yang tidak lagi muda itu mendengus kasar. Bibirnya terbuka, ingin memarahi Tania sebelum suara Sera terdengar."Mami?" Sera menghampiri wanita yang ternyata adalah ibunya itu. "Mami di sini?"Alina–ibu Sera masih sempat menatap kesal pada Tania sebelum melihat sepenuhnya pada putrinya. Ia mengangguk."Papi tidak ikut?" "Tidak. Dia ada meeting

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Mengagumi Suami Orang

    "Kau sedang apa?" Tania berjalan menghampiri Sera yang sedang sibuk di dapur. Berdiri di samping wanita itu. Melihat apa yang sedang dilakukannya."Membuat kue kesukaan Xander," jawab Sera sambil memasukkan tepung ke dalam wadah."Boleh aku membantu?" tanya Tania. Ia bosan karena tidak melakukan apa-apa. Hanya mengitari mansion sejak tadi untuk menciptakan kesibukan. Lalu berhenti di sini karena melihat Sera."Tentu," jawab Sera. "Itu, pecahkan telurnya ke dalam wadah," pintanya. Menunjuk beberapa telur di meja dengan dagunya.Tania mengangguk. Ia mengambil satu telur, bersiap memecahkannya dengan sendok ketika Xander masuk ke dalam dapur. Lelaki itu memanggil Sera, tetapi Tania ikut menoleh."Pakaian dasiku." Xander mengulurkan dasinya pada Sera."Kau mau ke mana?" Sera bertanya karena Xander yang saat ia tinggal ke dapur tadi masih memakai pakaian santainya. Sedangkan sekarang sudah rapi dengan kemeja dan celana bahannya."Ke kantor.""Bukannya kau tidak ke kantor hari ini?""Ada ra

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Kabar Gembira

    "Selamat, Anda hamil."Dan kabar yang ditunggu-tunggu itu akhirnya datang. Di sini jelas Sera yang merasa paling senang, karena akan memiliki seorang anak, meski bukan ia yang mengandung dan melahirkan. Xander juga ikut senang karena istrinya merasa senang.Sedangkan Tania, wanita itu termenung. Entah harus merasa senang atau tidak. Ia mengandung anak dari seorang lelaki yang bukan merupakan suaminya. Ia harus hamil di saat dirinya sendiri belum menikah. Haruskah Tania senang?Ya, Tania harus senang. Karena setidaknya ia akan bebas tidak lama lagi. Hanya sembilan bulan lagi. Setelah itu hidupnya akan menjadi miliknya sendiri. Tania hanya perlu memberikan bayinya, lalu pergi ke manapun yang ia inginkan.Tania mengusap perutnya. Tersenyum. "Istirahatlah. Aku dan Xander akan keluar," ucap Sera setelah dokter yang memeriksa Tania telah selesai dengan tugasnya. "Jika membutuhkan sesuatu, panggil saja aku. Mengerti?"Kepala Tania yang bersandar di kepala ranjang mengangguk.Xander dan Sera

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Memeriksakan Kandungan

    "Hari ini kan jadwalmu memeriksakan kandungan?"Tania mengangguk. Dokter belum tahu pasti berapa usia kandungan Tania. Karena itu memintanya untuk datang ke rumah sakit. Ia juga sudah bersiap-siap dan hanya tinggal berangkat."Tapi maaf, aku tidak bisa menemanimu. Aku sudah ada janji dengan temanku," sesal Sera. Ia ingin sekali menemani Tania ke rumah sakit. Melihat bagaimana perkembangan bayinya. Tapi ia sudah terlanjur ada janji dengan temannya. Tidak enak jika dibatalkan begitu saja."Tidak apa-apa. Aku bisa pergi sendiri," balas Tania. "Xander akan menemanimu."Xander yang namanya disebut langsung menoleh. Tatapannya memprotes perkataan Sera. "Kau tidak ke kantor kan hari ini? Jadi tolong temani Tania," pinta Sera."Itu tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri." Tania menanggapi cepat. Ia tidak ingin merepotkan Xander. Apalagi lelaki itu juga tampak keberatan."Dia bilang bisa pergi sendiri. Dengan kan?" Xander menatap Sera. Kemudian kembali fokus dengan ponselnya.Sera berdecak. "Ke

Latest chapter

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Keluarga Kecil yang Sempurna

    Butuh waktu kurang lebih satu bulan untuk Tania benar-benar pulih dari luka tembak yang dialaminya. Dan selama itu, hanya saat inilah yang paling ditunggu Tania. Bertemu dengan ayah kandungnya.Xander selalu beralasan akan membawanya menemuinya jika kondisinya sudah pulih. Dan baru sekarang dia melakukannya. Tania sempat marah karena Xander dan orang tuanya yang menyembunyikan ini darinya. Meski Tania sendiri yang berkata tidak ingin mengetahui siapa ayah kandungnya. Tapi jika dia memang sudah sangat dekatnya, tapi tetap ingin bertemu."Kau yakin ingin bertemu dengannya?" tanya Xander sembari menggenggam jemari Tania. Berjalan bersama ke tempat di mana Abraham ditahan.Tania mengangguk yakin. "Kau tahu apa yang dia lakukan padamu bukan? Kenapa masih saja ingin bertemu dengannya?" Tania hanya tersenyum menanggapinya."Maaf, tapi Tuan Abraham tidak ingin dikunjungi oleh siapapun." Penjaga tahanan menyampaikan ucapan dari Abraham ketika dia memberitahu ada yang ingin menemuinya.Raut w

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Mengetahui Kebenaran

    "Mommy, di mana Xander?" Tania bertanya pada Angeline yang tengah menyuapinya. Xander tidak berkata akan pergi atau apa padanya. Tapi dia tidak terlihat sejak dua jam lalu. "Xander sedang bersama Lio," jawab Angeline, yang tentu saja berbohong. Lio sedang tidur di ruangan lain. Dijaga oleh babysitter. Sementara Xander pergi keluar. Menemui Abraham di kantor polisi.Angeline mengetuk Abraham yang berani-beraninya mencelakai anaknya sendiri. Lelaki itu memang tidak memiliki perasaan sama sekali. Tapi tidakkah dia sedikit saja merasa kasihan pada darah dagingnya? Dia memang lelaki jahat.Angeline berharap Tanai tidak pernah tahu siapa ayah kandungnya. Karena dia pasti akan menyesal nantinya. Menyesal memiliki darah yang sama dengan orang yang berniat membunuhnya. Angeline tidak ingin putrinya tahu."Mommy, sudah." Tania menolak ketika Angeline kembali ingin menyuapkan bubur ke mulutnya."Ya sudah. Ini minumnya." Angeline meletakkan mangkuk berisi bubur yang tinggal beberapa suapan. Lalu

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Tertangkap

    "Kondisimu sudah semakin membaik. Sebentar lagi kau mungkin bisa pulang."Tania menyengir. Menampilkan deretan giginya yang putih bersih. "Aku kasihan melihatnya. Dia menangis saat aku sakit. Jadi aku harus cepat sembuh supaya dia tidak menangis lagi," ucapnya sembari melirik Xander yang berdiri didekat ranjang dengan tangan bersidekap.Xander mendengus. Sementara Tania dan dokter yang tengah memeriksanya tertawa. Tania langsung menghentikan tawanya, karena jahitan di punggungnya. Sementara sang dokter, karena Xander memberikan tatapan tajam padanya."Aku keluar dulu ya. Kau bisa memanggilku jika membutuhkan sesuatu."Tania mengangguk. Lalu mengucapkan terima kasih sebelum dokter itu keluar dari ruangannya."Kau menghancurkan reputasiku, kau tahu?" Xander berkata kesal. Ia memberikan pelototan kecil sebelum mengambil perban di atas nakas.Tania mengernyit, sebelum kemudian terkekeh kecil. "Kau malu ya, Daddy?" godanya. Xander yang terkenal tegas dan garang, menangis. Xander menggeram

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Kepergian

    Xander melangkah masuk ke dalam ruangan yang ditempati Tania. Istrinya akhirnya dipindahkan ke ruangan lain. Tubuhnya sudah tidak lagi ditempeli dengan berbagai alat penunjang hidup. Dia bahkan sudah membuka matanya sekarang. Tania tengah menatap Xander dengan mata sayunya. Bibir pink alaminya tampak pucat. Sementara bahunya dililit dengan kain kasa. Dengan lemah, wanita itu mencoba tersenyum pada Xander."Xander...."Xander menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Dadanya terasa sesak. "Sakit sekali ya?" ucapnya menyerupai bisikan. Meski sudah sadar, Xander tahu Tania tidak baik-baik saja. Dia masih kesakitan. Tania tampak seperti ingin berbicara. Tapi terlalu lemah untuk melakukannya. Satu kata saja sudah cukup sulit.Xander membelai rambut Tania. Menggeleng. "Tidak perlu bicara apa-apa dulu. Tidurlah. Kau butuh banyak istirahat.""Dimana baby Lio? Apa dia tidak mencariku?" tanya Tania dengan nada sangat pelan. Napasnya terengah. Xander harus benar-benar mendengarkan dengan baik. "Hm

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Kritis

    Xander membopong tubuh lemah Tania keluar. Berjalan cepat memasuki pelataran rumah sakit. Para dokter dan perawat sudah bersiap. Membawa Tania ke ruang operasi untuk segera ditangani."Maaf, Tuan. Tapi Anda diizinkan untuk ikut masuk."Xander mengepalkan tangan. Menghembuskan napas berat, dia tidak membantah. "Selamatkan istriku apapun yang terjadi," ucapnya sebelum pintu ruangan tertutup.Xander duduk di kursi depan ruangan itu. Tangannya terkepal kuat. Raut emosi menumpuk di wajahnya. Penampilan Xander sudah berantakan. Kemeja putihnya sudah bercampur dengan warna merah. Xander sudah sangat siap membunuh orang.Lelaki itu. Jangan harap Xander akan melepaskannya. Jika sampai Tania kenapa-kenapa, ia pastikan Abraham Denovan akan mendapatkan perlakuan yang setimpal.Xander menoleh ketika mendengar suara derap langkah kaki mendekat. Alex dan Angeline berjalan cepat menghampirinya. Lio berada di gendongan Angeline. Tangisnya terdengar kencang.Xander berdiri dan ingin mengambil putranya

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Tragedi Penembakan

    Xander mengeratkan mantel hijau tebal di tubuh Tania, sebelum merangkul pinggangnya dan berjalan bersama keluar mansion."Mommy dan Daddy?" Tania menoleh sekilas ke belakang untuk melihat apakah mereka sudah siap atau belum. Lio juga bersama mereka."Mommy dan Daddy akan menyusul. Kita ke bendara lebih dulu."Tania mengangguk. Xander membukakan pintu mobil, dan Tania masuk ke dalam. Ketika lelaki itu juga akan masuk, Christian datang. Xander menatap Tania. Memberitahukan dengan gerakan bibir sebelum berjalan sedikit menjauh dari mobil. Ada sesuatu yang tidak beres. Terlihat dari ekspresi Christian."Tuan, Abraham menghilang.""Maksudmu?" Xander mengernyit."Posisinya masih bisa dilacak sekitar tiga puluh menit yang lalu. Tapi setelah itu dia menghilang. Dia meninggalkan mansionnya dan pergi entah ke mana," jelas Christian. Xander memang meminta Christian untuk mengawasi Abraham. Setelah dia membuat kejutan besar yang sudah pasti menghancurkan karirnya, Abraham tidak akan tinggal dia

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Kejutan Besar

    Xander sudah sampai di mansion. Ia menghentikan langkah saat berpapasan dengan Alex di lorong lantai empat. Xander melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya."Daddy belum tidur?" tanyanya."Kau berbicara apa dengannya?" Xander mengernyit. Tapi kemudian ia paham maksud pertanyaan Alex. Daddynya pasti sudah tahu semuanya. Xander tidak perlu menjelaskan lagi."Hanya memberi peringatan pada Abraham Denovan," jawab Xander santai.Alex menghela napas berat. "Daddy tahu kau pasti sangat marah dengan apa yang dilakukan laki-laki itu pada Tania. Daddy juga sangat marah saat mengetahuinya," ucapnya. "Tapi kau jangan menjadi gegabah seperti ini."Alex sangat ingin menemui Abraham dan menghajarnya secara langsung ketika ia mengetahui ketika lelaki itu hampir mencelakai putrinya. Tapi Alex tahu ia tidak bisa gegabah."Pamanmu Robert, mengenal Abraham dengan baik. Dia pernah mencalonkan diri menjadi anggota dewan. Lawannya adalah Abraham." Alex memulai ceritanya. "Abraham orang yang tida

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Siapa Menyingkirkan Siapa?

    "Apa saja yang kau lakukan di sana?"Tania merengut. "Aku tidak yakin kau tidak tahu. Para bodyguard mu pasti sudah memberitahumu kan?""Benar. Tapi aku ingin mendengarnya sendiri darimu." Dan mengetahui apa yang kau rasakan saat bertemu dengan ayah kandungmu. Lanjutnya dalam hati.Tania dan Angeline baru saja pulang dari acara amal. Meski bodyguard sudah memberitahukan semuanya. Tapi ia ingin Tania sendiri yang memberitahu."Di sana ramai sekali. Banyak orang yang memberikan amal," cerita Tania. Lalu wajahnya yang tampak biasa sebelumnya berubah cemberut. "Tapi karena ada wartawan juga, aku jadi tidak suka.""Kenapa?" Xander memberikan tanggapan. Ia mendongak menatap istrinya."Banyak orang yang jadi pamer tahu. Mereka berlomba memberikan uang paling banyak untuk amal. Lalu menceritakannya di depan kamera. Seharusnya kan tidak boleh seperti itu. Jika memang ikhlas ingin beramal ya beramal saja. Kenapa harus dipamer-pamerkan?"Xander tersenyum melihat bibir Tania yang maju ke depan ke

  • Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder   Ayah Kandung Tania

    "Setelah sukses dengan menjadi anggota dewan di Spanyol, Bulgaria, dan Inggris, Abraham Denovan akhirnya kembali negaranya untuk mencalonkan dirinya sebagai presiden pada pemilihan presiden yang akan datang. Nama lelaki kelahiran 1965 itu begitu cemerlang dalam dunia perpolitikan. Sikap tanggung jawab dalam menjalankan setiap tugasnya tidak bisa diragukan.""Namun, baru-baru ini berhembus kabar miring tentangnya. Belum dipastikan kebenarannya, tapi Abraham Denovan diduga suka bermain dengan perempuan malam, meski telah memiliki seorang istri. Dia juga memiliki seorang anak dari salah satu teman tidurnya itu. Anak itu–""Mommy."Angeline langsung mematikan layar televisi yang menampilkan berita itu ketika Tania memanggil. Wajahnya yang semula datar berganti menjadi senyuman saat Tania berjalan mendekat."Mommy." Tania duduk di sebelah Angeline. "Mommy sedang apa?"Angeline menggeleng. "Mommy melihat berita. Tapi karena tidak menarik, Mommy jadi malas melihatnya," jawabnya. "Di mana Lio

DMCA.com Protection Status