Share

Bab 54.

Penulis: Ellea Neor
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-12 22:24:48
Clara seketika menutup mulutnya. Tidak ingin membangunkan Sebastian. Clara memiringkan kepalanya. Dia menatap Sebastian yang masih terlelap. Jika dilihat dalam kondisi seperti ini, Sebastian terlihat sangat polos, sebagian rambutnya menutupi matanya terpejam. Rasa-rasanya membuat Clara merasa iba.

Melihat posisinya saat ini, sepertinya Sebastian telah menjaganya semalaman. Dan itu membuat Clara merasa tidak enak hati. Ternyata Sebastian tidak seperti yang dia pikirkan. Tangan Clara terulur hendak menyentuh wajah pria itu, namun Clara mengurungkannya. “Tuan, jika Anda sebaik ini, bagaimana bisa saya tidak menggunakan perasaan saya.”

Perlahan Clara turun dari atas ranjang, Clara mencoba untuk tidak bersuaraagar tidak mengganggu tidur Sebastian.

Clara lantas berjalan ke arah kamar mandi.

Tak lama kemudian, Sebastian terbangun dan melihat Clara tidak ada di tempatnya. Dia seketika panik, namun ketika mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi, seketika itu Sebastian merasa lega.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 55.

    Sebastian tidak mengerti, mengapa ibunya datang pagi-pagi begini tanpa memberi kabar? Sebastian mendunga bahwa ini ada kaitannya dengan masalah penerus. Sebastian juga tidak tahu jelasnya. Namun yang jelas dia harus menyembunyikan Clara."Clara, kamu masuklah ke kamar!" titah Sebastian.Clara mengangguk. Kemudian dia berdiri dari duduknya dan segera menuju ke arah tangga. Selang beberapa menit, seorang wanita yang masih terlihat cantik di usia yang memasuki kepala 6 memasuki muncul dari arah depan."Good morning, My Emperor," sapa Sania Abraham."Kenapa tidak memberi kabar?" Sebastian melirik ke arah kursi yang baru saja ditinggalkan Clara, kini diduduki oleh Sania."Tidak sempat, Mom kemari karena ada sesuatu." Tatapan Sania jatuh pada piring yang ada di depannya. "Oh, apa ada orang lain di sini?" Sania celingukan.Sebastian memejamkan mata. Dia melupakan hal yang satu itu."Tidak, Mom," jawab Sebastian.Kening Sania mengkerut. Dia merasa ada yang aneh. Dia meneliti gelas yang ada di

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 56.

    Sofia semakin melotot saja. Dia merasa Clara ini menjadi sangat arogan. Apa karena dia sudah menjadi asisten Sebastian?"Memangnya kamu siapa ha?" sergah Sofia.Senyum Clara mengembang sempurna. Memperlihatkan deretan giginya yang rapi dan putih."Kamu masih tanya siapa aku?" Clara maju satu langkah, mengikis jarak yang tersisa. Kemudian dia menatap wanita yang lebih pendek darinya itu. "Aku adalah Asisten pribadi kesayangan Tuan Bastian. Kamu ingin tahu bagaimana aku bisa membuatmu keluar dari sini, hmmm?"Kedua mata Sofia membola. Dia sungguh tidak terima."Kurang ajar kamu!"Plakkkk!Satu tamparan mendarat di pipi Clara. Dan membuat wanita cantik itu tertoleh ke kanan.Panas dan kebas menjalar di sekitar wajah. Meski begitu, Clara tetap tersenyum. Dia kembali menatap Sofia dan menampakkan senyumnya itu."Hanya segitu saja?" tanya Clara dengan nada meremehkan.Mendengar itu, Sofia naik pitam. Dia kembali mengangkat tangannya, hendak memberikan tamparan kedua namun, tiba-tiba tanganny

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 57.

    Clara terdiam untuk beberapa saat. Hanya karena itu, Sebastian sampai memecat Sofia? Clara merasa terharu, namun dia tidak boleh terlena begitu saja. Clara memang tidak menyukai Sofa. Akan tetapi, dia tidak akan membiarkan wanita itu dipecat. Sofia akan semakin membencinya jika ini benar-benar terjadi. Itu sebabnya Clara harus membujuk Sebastian."Tuan..." Clara hendak bicara, namun segera dipotong oleh gerakan tangan Sebastian. Pria itu mengarahkan pandangannya kepada Ramon."Ramon, bawakan aku kotak P3K!" titah Morgan."Baik, Tuan."Setelah Ramon meninggalkan ruangan, Sebastian kembali pada Clara."Duduk!" titahnya lagi.Clara menelan saliva. Nada bicara Sebastian yang sangat dingin membuat Clara tak mampu menolak. Dia sudah hapal tabiat Sebastian yang memang tidak suka dibantah. Lagi pula dirinya tidak ingin menambah masalah.Tak lama kemudian, Ramon kembali muncul dengan kotak P3K di tangan. Dia lantas memberikannya kepada Sebastian."Ini, Tuan.""Baiklah, kamu boleh pergi. Oh ya,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 58.

    Kalung berlian dengan permata zamrud berwarna merah menyapa indera penglihatan Clara. Sesaat dia merasa terlena. Berlian ini sangat indah.Sebastian melirik ke samping. Sudut bibirnya terangkat ke atas. Kebahagiaan terpancar di wajahnya ketika melihat ekspresi Clara."Permata Zamrud berwarna merah itu sesuai dengan warna gaunmu," ucap Sebastian."Terima kasih, Tuan. Apa saya boleh memakainya?" tanya Clara."Tentu saja, biar aku yang pakaian."Mendengar itu, Clara tidak keberatan.Dia memposisikan dirinya memunggungi Sebastian. Dan membiarkan pria itu memasangkan kalung di lehernya. Clara menatap permata merah yang menggantung di lehernya."Ini benar-benar sangat indah," gumam Clara."Selesai.""Terima kasih, Tuan."Sepanjang perjalanan, keheningan menemai keduanya.Saat hampir sampai. Sebastian baru membuka suara."Clara, dengarkan aku baik-baik. Saat keluargaku bertanya tentang kehidupan pribadimu, kamu tahu 'kan apa yang harus kamu katakan?" tanya Sebastian."Ya, Tuan."Clara tahu, S

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 59.

    Sebastian menatap Clara. Dia tahu kekhawatiran yang dirasakan wanita itu. Keluarga Clara berasal dari kalangan menengah. Jelas akan menjadi masalah bagi Maxime yang selalu memegang prinsip kesetaraan kasta. Sebastian meraih jemari Clara di bawah meja kemudian menggenggamnya.Clara menoleh ke arah Sebastian. Genggaman tangan pria itu seolah memberikan kekuatan, sehingga Clara kembali menguasai dirinya yang sempat goyah. Setelah lama terdiam, Clara mengulas senyum. Senyuman yang begitu hangat."Kedua orang tua saya hanyalah orang biasa, Tuan. Mereka tinggal di pedesaan dan mengelola sebuah perkebunan," jawab Clara.Sebastian meneliti wajah kakeknya. Tanpa diduga pria itu justru terlihat antusias."Perkebunan?" tanya Maxime yang tampak tertarik dengan topik pembicaraan ini"Ya, Tuan. Mereka mengelola bisnis perkebunan buah apel yang nantinya hasil panen akan dikirim ke luar negeri," jelas Clara."Ini sangat menarik, lain kali aku akan mengunjungi mereka," ucap Maxime."Tentu saja, Tuan."

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 60.

    Clara terdiam untuk beberapa saat. Dia segera teringat permainan panasnya bersama Sebastian. Mana mungkin Sebastian menyukai sesama jenis sedangkan permainannya bergitu liar di atas ranjang.Clara rasa, tuduhan Dareen tidak berdasar. Soal Ramon, pria itu memang sangat dekat dengan Sebastian. Itu karena pria itu telah lama menjadi kaki tangan Sebastian. Bukan karena memiliki hubungan.“Tuan Dareen, sepertinya Anda salah menduga,” ujar Clara mencoba mematahkan dugaan Dareen tentang Sebastian.“Mana mungkin, aku sudah mengenal dia sangat lama.” Dareen bersikeras dengan tuduhannya.Clara menghela napas. Tidak ada gunanya meladeni orang seperti Dareen. Clara yakin, pria ini hanya ingin memecah dirinya dan Sebastian.Di ruang perjamuan, Sebastian menyadari sesuatu ketika tidak melihat Dareen berada dikursinya. Dia bukannya tidak tahu bila Dareen sejak tadi memperhatikan Clara.Untuk seorang yang gemar bermain wanita, jelas akan merasa tertarik ketika melihat Clara.Terlebih malam ini Clara

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 61.

    Clara menatap wanita itu. Dia sangat cantik. tubuhnya seksi, dia juga tinggi. Penampilannya sangat sempurna dengan aksesoris mewah yang melekat di tubuhnya. Lalu Clara menatap Sebastian. Ekspresinya terlihat dingin dan datar."Kamu sadar apa yang kamu katakan? Aku tahu kamu sejak tadi berada di ruang perjamuan. Dan kamu pasti mendengar semua percakapan antara kami 'kan? Jadi jangan berpura-pura tuli."Setelah mengatakan itu, Sebastian membalik diri. Namun, suara wanita itu kembali terdengar."Tunggu, Bastian. Apa kamu sungguh akan menikah? Apa kamu lupa dengan janji kita dulu?" tanya wanita itu.Langkah Sebastian terhenti. Dia terdiam untuk beberapa saat. Selanjutnya dia membalik diri, dia menatap wanita itu dengan intens."Janji?" Kemudian Sebastian tertawa. Ekspresi pria ini berubah dalam waktu yang sangat singkat. "Bianca, aku hanya perlu mengingatkanmu bahwa kamu yang telah melanggar janji itu dengan pergi tanpa pamit," ucap Sebastian."Tapi aku punya alasan," sahut wanita itu cep

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 62.

    "Ke mana dia akan pergi?" Clara bertanya-tanya dalam hati. Dia terus memperhatikan langkah Sebastian yang begitu tenang, seolah tidak ada sesuatu yang mengganggunya."Ini sudah malam, seharusnya beliau tidur,” gumam Clara lagi. Dia ingin mengabaikannya. Namun, ini justru mengganggunya. Clara tidak bisa membiarkan rasa penasaran ini membunuhnya.Pada akhirnya Clara memutuskan untuk turun ke bawah. Kaki telanjangnya menapaki satu-persatu anak tangga. Tak dia pedulikan rasa dingin yang menusuk telapak kakinya. Nalurinya begitu tajam menginginkan dirinya keluar rumah.Clara melewati ruang tamu, beberapa lampu telah dimatikan. Ketika dia mencapai pintu utama, dia segera membukanya, namun, malah dikunci. Clara menghela samar. Mencoba untuk tidak bersuara.Saat malam begini rumah ini terlihat menakutkan, terlebih dalam kondisi sepi seperti ini. Clara segera menuju pintu samping yang terhubung dengan taman. Dan Clara begitu senang ketika mendapati pintu ini tidak dikunci.Entah ini kebetulan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16

Bab terbaru

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 250.

    Satu tahun berlalu, kehidupan keluarga besar Abraham terus dipenuhi dengan kebahagiaan dan keberkahan. Sejak penggabungan resmi antara Abraham Group dan Diamond Company, kedua perusahaan itu tumbuh pesat menjadi satu kekuatan bisnis yang mengagumkan. Di bawah kepemimpinan Sebastian Abraham yang penuh dedikasi, berbagai pencapaian baru terus diraih, mengukuhkan nama Abraham Group sebagai salah satu perusahaan terkuat di negara itu.Sebastian sendiri kini semakin disibukkan dengan berbagai agenda bisnis. Namun, di sela kesibukannya, ia tidak pernah melupakan keluarganya. Kaisar, putra kecilnya yang kini berusia dua tahun, menjadi sumber semangat baru dalam hidupnya dan Clara.Sementara itu, Dareen menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Dengan kerja keras dan ketekunan yang tidak pernah surut, ia akhirnya dipercaya oleh Sebastian untuk naik jabatan menjadi seorang manajer. Kenaikan itu bukan semata-mata karena hubungan keluarga, melainkan murni atas kegigihan dan kerja keras yang tela

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 249.

    Minggu-minggu berlalu sejak kepulangan mereka dari Swiss. Kenangan manis liburan itu masih hangat membekas dalam ingatan mereka. Foto-foto perjalanan dipajang di ruang keluarga, Kaisar bahkan masih tidur dengan Luzie, boneka sapi kecil yang kini menjadi sahabat tidurnya.Sejak liburan itu, Clara dan Sebastian mulai menerapkan kebiasaan baru yang mereka sepakati: satu akhir pekan setiap bulan sebagai “Hari Keluarga.” Hari itu menjadi waktu khusus yang tidak boleh diganggu oleh pekerjaan, urusan luar, ataupun janji sosial lainnya. Mereka hanya akan bertiga, melakukan apa pun yang mereka sepakati bersama.Pada bulan pertama, mereka memilih mengunjungi kebun stroberi di daerah Puncak. Kaisar begitu gembira bisa memetik buah sendiri, sementara Clara dan Sebastian duduk di bawah pohon rindang sambil bercakap-cakap santai.“Sebastian,” ujar Clara saat mereka duduk di tikar piknik, “aku merasa sangat beruntung. Bukan karena kita pernah ke Swiss, atau punya rumah yang nyaman. Tapi karena kamu

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 248.

    248. Keesokan paginya, cahaya matahari musim dingin menyelinap lembut melalui jendela besar kamar hotel mereka. Clara terbangun lebih dulu. Ia bangkit perlahan, membiarkan Kaisar dan Sebastian masih terlelap di bawah selimut hangat. Ia berdiri di balkon, memandangi danau yang tenang, permukaannya memantulkan warna langit dan puncak-puncak bersalju.Tak lama kemudian, Sebastian keluar dari kamar mandi dengan rambut masih basah dan senyum di wajahnya. “Selamat pagi, nyonya Sebastian,” ujarnya sambil memeluk Clara dari belakang.Clara tertawa kecil. “Selamat pagi juga, tuan romantis. Si kecil masih tidur?”“Masih. Tapi kurasa tidak lama lagi. Bau sarapan khas Swiss di restoran bawah pasti akan membuatnya bangun,” jawab Sebastian.Mereka pun bersiap untuk menjelajahi hari terakhir liburan mereka. Rencana hari itu cukup sederhana: menikmati sarapan di hotel, lalu berjalan santai di sekitar danau Lucerne sebelum mengunjungi sebuah desa kecil di pegunungan yang terkenal dengan kerajinan tan

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 247.

    247. Clara dan Sebastian kembali menjalani kehidupan mereka yang normal, jauh dari gejolak emosi yang sempat menguji rumah tangga mereka. Kaisar tumbuh sehat dan ceria, menjadi pusat perhatian serta cinta di rumah itu.Setiap akhir pekan, mereka kerap mengunjungi perkebunan milik kedua orang tua Clara yang terletak di dataran tinggi. Perkebunan itu luas dan terawat, penuh dengan tanaman teh dan bunga-bunga yang tumbuh rapi. Udara di sana selalu segar, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang baru disiram embun pagi. Di tempat itulah Clara merasa paling damai.Meski kesibukan kerja kembali menyita waktu Sebastian, ia tidak pernah melewatkan waktu berkualitas bersama keluarganya. Ia menyadari bahwa kebahagiaan rumah tangganya tidak bisa dibeli dengan kesuksesan semata. Oleh sebab itu, setelah melalui berbagai pertimbangan, Sebastian merancang satu rencana besar—liburan untuk mereka bertiga. Bukan liburan singkat ke luar kota, tetapi sebuah perjalanan ke luar negeri. Ia ingin memberi

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 246.

    246. Beberapa minggu berlalu sejak pertemuan sore itu di taman. Hubungan antara Sebastian dan William mulai menemukan bentuk baru. Bukan sebagai rival, melainkan sebagai dua pria dewasa yang memilih saling menghargai, meskipun di masa lalu mereka berdiri di sisi yang berbeda. Kaisar, yang masih terlalu kecil untuk memahami kompleksitas hubungan orang dewasa, menerima kehadiran keduanya dengan gembira. Baginya, selama ada cinta dan perhatian, ia merasa utuh.Clara menyadari perubahan ini dengan rasa syukur. Bagi seorang ibu, tidak ada yang lebih melegakan daripada melihat anaknya dikelilingi kasih sayang, tanpa harus menjadi korban perselisihan orang dewasa. Namun di balik ketenangan itu, Clara tetap waspada. Ia tahu luka di hati William mungkin masih menganga, dan bisa saja berdarah kembali sewaktu-waktu.Suatu pagi yang cerah, Sebastian bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Ia mengenakan jas abu-abu rapi, sambil merapikan dasi di depan cermin. Clara masuk ke kamar membawa secangki

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 245.

    244Langkah kaki William terasa berat saat meninggalkan rumah Clara. Matahari mulai condong ke barat, memantulkan cahaya oranye yang suram di sepanjang jalan. Udara sore terasa pengap, seperti menyesakkan dadanya yang sudah lebih dulu penuh oleh kemarahan dan penyesalan.Ia mengemudi tanpa arah. Jalanan tampak kabur di matanya, bukan karena cuaca, melainkan oleh pikiran yang kacau. Kata-kata Clara tadi terus terngiang-ngiang di telinganya:“Kamu sendiri yang memilih jalan itu.”Ia tahu itu benar. Ia yang meninggalkan Clara, meninggalkan rumah, meninggalkan semua yang pernah dibangun bersama. Tapi saat itu, ia merasa tidak punya pilihan. Tekanan pekerjaan, pertengkaran kecil yang terus membesar, dan rasa tidak percaya diri sebagai suami membuatnya menjauh. Ia berpikir, dengan pergi, semuanya akan membaik.Ternyata tidak. Sejak berpisah, kehidupannya justru kosong. Ia mencoba menjalin hubungan baru, tapi tidak ada yang terasa seperti Clara. Bahkan saat bersama orang lain, pikirannya sel

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 244.

    243Sebastian duduk di beranda rumah mertuanya dengan perasaan lega bercampur haru. Hari itu adalah hari yang telah lama ia nantikan. Setelah sekian lama membuktikan ketulusan dan kesungguhannya, akhirnya restu yang selama ini terasa jauh kini datang mendekat. Richard dan Mariana—kedua orang tua Clara—akhirnya menerima Sebastian sebagai menantu mereka sepenuhnya.Perjalanan menuju titik ini bukan hal yang mudah. Sejak menikahi Clara, Sebastian harus menghadapi pandangan sinis dari Richard yang masih belum sepenuhnya bisa menerima kehadiran pria lain menggantikan posisi William, mantan suami anaknya. Mariana pun, meskipun lebih lembut dalam bersikap, tetap menunjukkan jarak.Namun Sebastian tidak pernah menyerah. Ia datang setiap minggu, membantu apa pun yang ia bisa di rumah orang tua Clara. Ia tak pernah mengeluh saat disuruh memperbaiki keran bocor atau ikut memanen sayur di kebun belakang. Ia bersabar saat omongan Richard menusuk harga dirinya. Ia melakukan semua itu bukan demi puj

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 243.

    Pagi itu langit terlihat cerah, burung-burung berkicau riang di pepohonan sekitar rumah keluarga Rein. Suasana yang tenang perlahan berubah ketika suara mesin mobil terdengar mendekat di halaman depan. Dari balik jendela ruang keluarga, Clara melirik keluar dan mendapati sosok yang sudah ia duga sejak semalam—William."Dia datang lagi,” gumam Clara pelan, sambil berdiri dan merapikan rok panjangnya.Sebastian yang duduk di kursi membaca koran hanya menoleh sekilas. Wajahnya tetap tenang, meskipun hatinya bergejolak. Ia tahu bahwa kedatangan William tidak sekadar kunjungan biasa. Ada sesuatu yang disimpan pria itu, dan Sebastian bersiap untuk segala kemungkinan.Pintu rumah terbuka. Rosalia Rein, ibu Clara, menyambut William dengan senyum yang hangat.“William, Nak, kau datang lagi pagi-pagi begini. Ada angin apa?” tanya Rosalia dengan ramah.William membungkuk sedikit memberi hormat, lalu menjawab, “Saya hanya ingin berbicara sebentar dengan Paman Richard. Sekaligus… bertemu Clara.”C

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 242.

    Clara terdiam sesaat. Clara jelas saja kaget. Mengapa bisa ada William di rumah kedua orang tuanya. "Apa kamu tidak salah?" Clara memandang suaminya menuntut. "Kamu pikir aku bercanda?" Nada bicara Sebastian semakin meninggi. "Ah bukan begitu, maksudku, mengapa bisa ada William di rumah Ayah?" Clara mengubah arah pembicaraannya. Meski Sebastian tidak benar-benar menghendaki pembahasan ini, namun pria itu tetap menjawab. "Mengapa tanya padaku? Tanya saja pada ayahmu!" Sebastian acuh tak acuh. "Apa Ayah sengaja mengundangnya? Mungkin saja mereka masih berhubungan baik,” ujar Clara dengan hati-hati. "Berhubungan baik?" tanya Sebastian, kini menoleh dan menatap istrinya dengan sorot mata tajam. "Kamu tidak merasa aneh? Ayahmu terlihat lebih dekat dengan dia dibandingkan dengan aku, menantunya sekarang." Clara menggigit bibirnya, berusaha menahan diri untuk tidak memberikan respons emosional. Ia paham rasa tidak nyaman itu. Ia pun tidak bisa memaksa Sebastian untuk langsung meneri

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status