Beranda / Semua / Me And My Dad / Malam Pertama Setelah Pulang

Share

Malam Pertama Setelah Pulang

Penulis: Bluevy Biru
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-09 22:19:24

Tik! Tik! Tik!

Tetesan Air hujan jatuh mengenai pipi Jarot yang membuatnya sedikit terkejut dan refleks memegang pipinya. Ditadahkan kepalanya ke atas untuk melihat kondisi, benar saja langit sudah mulai gelap pertanda hujan akan segera turun.

“Kak Annan, ayo kita pergi! Sudah mau hujan.” ajak Jarot sembari memegang bahu  Annan yang duduk di samping makam Aya.

“Kamu duluan aja, sebentar lagi aku nyusul.” Kata Annan

“Jarot tunggu di mobil kak.” balasnya yang lalu berjalan meninggalkan Annan

Annan memegang nisan dengan tulisan Gayatri Pradipta Pasha binti Guntur Pradipta Pasha lalu dia berkata. “dua belas tahun kamu tinggalkan aku Aya, begitu juga dengan putri kita. Aya hari ini aku benar-benar sangat merindukan Aneet. Jika kamu sayang padaku tolong bantu aku ketemu dengan Aneet.”

Hujan mulai turun agak banyak, Annan menghapus air matanya lalu berlari meninggalkan makam Aya.

“Jalan Jar!” perintah Annan saat memasuki mobilnya. Jarot memberikan sebuah handuk kecil saat melihat Annan sedikit kebasahan. “Thank you.” Lanjut Annan sambil mengambil handuk tersebut.

Jarot menjalankan mobilnya meninggalkan kompleks pemakaman tersebut.

***

Di kediaman Guntur semua asisten sibuk mempersiapkan penyambutan kepulangan  Gaying, Gayang dan Aneet. Memasuki gerbang rumah mobil mereka sudah disambut oleh hiasan bunga – bunga yang indah. Sebuah sepanduk ucapan kedatang membentang dari kejauhan.

“Wah, kita terharu lo pah kalau seperti ini.” Ucap Gaying

“Kalian bertiga kan sudah lama tidak pulang jadi pantas mendapatkan semua ini.” Ana berkata sembari memegang bahu kedua anak kembarnya.

Ketika mereka turun, hujan juga ikut turun dengan derasnya. Mereka langsung bergegas masuk, Guntur mengajak mereka untuk langsung ke ruang makan.

“Selamat datang mas Ying, mas Yang dan Mbak Aneet.” ucapan serentak dari asisten rumah tangga Ana yang berjajar.

“Terima kasih untuk sambutannya.” balas gayang, yang dilanjutkan mereka bertiga merundukkan kepalanya sebagai tanda terima kasih.

Meja makan yang besar dan mewah berada didepan Aneet, berbagai jenis makanan ada disana. Mereka bertiga dan Guntur serta Ana duduk untuk menikmati hidangan yang secara khusus dimasak untuk menyambut kedatangan mereka.

“Opa, nanti malam Aneet sama paman mau keliling kota ya.” pinta Aneet membuka pembicaraan

“Hujan! Jadi di rumah saja, keliling kotanya bisa besuk.” tolak Guntur.

“Opa... Nanti hujannya juga reda. Orang ini hanya lewat doang.” sanggah Aneet

“Iya nanti jika sudah reda Aneet sama paman bisa pergi, tapi ditemani sama anak buah opa ya.” sela oma yang ingin mencegah perdebatan antara kakek dan cucunya.

“Mamah, jika dikawal oleh anak buah papah. Itu malah tidak baik, jadi ketahuan dong siapa Aneet dan kita.” 

“Yang bener deh mah, kita kan baru datang. jika bisa kita terlihat biasa saja. Karena tidak ada yang mengenal kita sebagai keluarga dari Guntur Pradipta Pasha.” Gaying mencoba menguatkan argumen dari Gayang

“Terserah kalian saja, tapi jika ada apa-apa langsung hubungin papah. Jangan sok jagoan!” tegas Guntur.

***

Sore ini ditengah guyuran hujan yang lumayan deras, pacar Annan yang bernama Dana sudah menunggunya di Apartemen. Dia datang tiga puluh menit setelah Annan pergi. Bersama dengan empat orang teman Annan lainnya yaitu samuel, fahmi, Ojan dan raka.

“Masak dari kalian berempat tidak ada yang tahu dimana Annan.” Bentaknya dengan amarah.

“Kak Annan pergi sama Jarot tapi untuk kemananya mereka tidak pamit.” jawab sam.

“Harusnya kalian itu paham, masak bosnya mau pergi kalian tidak tahu. Anak buah macam apa kalian!” Bentaknya lagi.

Ditengah suara gemuruh air hujan dan suara amarah dari Dana terdengar suara langkah kaki, yang semakin lama langkah tersebut semakin terdengar jelas. Dana yang mendengarnya langsung berlari kearah pintu.

“Darimana sih kalian?” tanya Dana saat Annan dan Jarot melepas sepatu mereka. Jarot hanya menoleh saja, begitu juga dengan Annan. “Aku tanya lo ini, kok malah dicuekin.” lanjutnya dengan suara ketus.

“Dari makam.” jawab Annan dengan singkat dan padat. Annan dan jarot langsung masuk ke dalam. Dengan marah karena tidak diperhatikan, Dana ikut masuk dengan membanting pintu.

Annan dan Jaro langsung duduk diruang tamu bersama dengan ke empat orang lainnya. Annan mengambil sebatang rokoknya kemudian menyulutnya dengan api.

“Kak minggu depan ada pertemuan di hotel lima, kepulauan mutiara.” Ucap Sam sembari ikut-ikutan merokok

“Kita pikir itu belakangan, aku rasa itu tidak akan ada pengaruhnya buat kita. Nanti sore jika hujan turun kita makan ditempat biasa.” sahut Annan yang sedang bersantai.

***

Di Balkon kamarnya yang terletak dilantai dua, Aneet berdiri memandang lurus keluar melalui jendela kamarnya. Tangannya disilangkan ke depan sebagai pelindungnya dari hawa dingin.

Krek! Suara pintu kamar yang dibuka tidak membuat Aneet menoleh, Dia terus fokuskan pandangan diarah yang sama. Saat sebuah tangan memegang bahunya dia baru terkejut.

“Huh! Paman! Bikin kaget aja.” Protes Aneet

“Mau jalan kemana hari ini?” tanya Gayang, dengan Gaying bersama – sama merebahkan tubuhnya ke tempat tidur

“Paman-paman Aneet yang ganteng-ganteng ini mau ketemu calon bibinya Aneetkan?” tanya balik Aneet lalu mengikuti kedua pamannya berbaring di tempat tidur.

“He he he, kamu tahu aja.” jawab Yang sembari mencolek hidung ponakannya. “Tapi kamu janji ya jika ada apa-apa langsung kabari paman.” lanjut Gayang.

Malam itu hujan yang tadi deras sudah mulai mereda. Dengan menggunakan pakai serba hitam mereka bertiga meninggalkan rumah.

“Yey!” teriak Aneet sambil mengangkat tangannya ke atas, Gaying dan Gayang yang duduk didepan saling melihat dan ikut senang dengan keceriaan keponakannya.

“Mau turun mana Neet?” tanya Gaying, menolehkan badannya ke belakang.

“Paman ingat tukang mie yang waktu kecil Ibu sama Ayah sering makan? Aneet turun disana!” pinta Gadis kecil itu dengan semangat.

Suara nyanyian dari dalam mobil terdengar hingga keluar, mereka terus bernyanyi dan menari disepanjang perjalanan. Hingga Aneet sampai di tempat yang dia tuju

“Hati-hati ya, jika merasa tidak aman langsung hubungi paman.” pinta Gaying.

Aneet memejamkan matanya mencoba menikmati udara di sekitarnya, ditempat yang sama di mana Ibu dan Ayahnya sering mengajak makan bersama. Tatanan meja yang hampir seratus persen tidak berbuah sejak lebih dari dua belas tahun tidak makan di sana.

Meja-meja yang tertata untuk pengunjung juga hampir semuanya terisi, Aneet melihat bapak pedagangnya juga masih sama, hanya fisiknya saja yang terlihat lebih tua.

“Pak, saya mau satu mangkok mie pangsit goreng tanpa sawi ya.” ucap Aneet di depan pedagang tersebut.

“Iya neng, tapi agak Antri ya. Mau minum apa neng?” tanya balik sang bapak.

“Es jeruk manis dua gelas pak. Saya duduk disebelah sana.” jawab Aneet sembari menunjuk sebuah tempat duduk dibawa pohon dan di samping jembatan.

Aneet duduk di sana sambil menikmati sungai yang indah dengan hiasan lampu disepanjang Jalur sungai.

“Ini Neng mie dan minumnya.” Ucap pedagang tersebut sambil meletakkan pesanan Aneet di meja.

Aneet menghidup dalam-dalam aroma rempah mie yang enek menurutnya, tidak lupa dia membuka beberapa lembar keju lalu menaruh diatas mangkuknya.

Keju adalah makanan kesukaannya, setiap makan dia selalu menyertakan keju. Dia mulai melahap mie tersebut, sampai-sampai tidak sadar pengunjung lain bubar karena kedatangan beberapa orang anggota mafia.

Enam laki – laki dengan badan yang sangat gagah bersama satu orang wanita. Berjalan dengan tegap, sebulan sekali memang mereka menyempatkan diri datang kesana.

“Sam, coba lihat!” ucap Ojan sembari menunjuk ke arah Aneet. “Ada yang mau main-main sama kita dengan menempati tempat favorit kita.” lanjut Ojan.

Mereka berenam berjalan menuju ke arah Aneet, mereka berdiri di dekat Aneet. Akan tetapi sama sekali Aneet tidak menghiraukannya dengan asyiknya dia terus makan.

*** Bersambung ***

Bab terkait

  • Me And My Dad   Pertemuan Pertama dengan Ayah

    BRAK! Terlihat sebuah tangan menggebrak meja yang Aneet gunakan untuk makan. Aneet terkejut tapi hanya memejamkan matanya tanpa bereaksi berlebih. Dia mencoba mencari tahu siapa yang melakukan hal tersebut dengan mengangkat kepalanya. Dilihatnya ada lima orang pria dengan tubuh yang lumayan tegap dengan setelan baju hitam berada di depannya, dia juga melihat meja di sekelilingnya yang tadinya rame menjadi sepi. Aneet hanya menaikkan bola matanya ke atas dan kembali lagi menikmati mienya. “Hai! kamu tidak lihat apa kita mau makan di sini!” bentak Ojan yang mendekatkan wajahnya ke Aneet. “kelihatannya dia orang baru di kota kita, sampai-sampai dia tidak tahu siapa kita,” bisik Samuel pada Ojan. Aneet hembuskan nafas panjangnya lalu berkata. “Silakan saja jika mau makan, di sini kan masih banyak kursi kosong... jadi kalian bisa pilih suka – suka mau duduk di mana.” “Tapi kami maunya di sini!” teriak Ojan lagi. “Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh.” Aneet menghitung jumlah gan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • Me And My Dad   Namaku Aya

    Annan, Jarot, Ojan, Samuel dan Aneet terus berjalan menjauhi tempat mereka berkelahi tadi. Hingga mereka berlima sampai pada sebuah taman yang diluarnya berderet jajanan malam dengan aneka menu.Aroma dari jajan yang berderet itu benar-benar menusuk hidung dan membangkitkan selera makan.“Kak, berhenti dulu ya? Istirahat dulu. Haus!” pinta Ojan dengan nafas yang terengah-engah.“Ojan! Baru segini saja udah tidak kuat?! Kamu harus sering olahraga.” protes Annan sambil menepuk punggung ojan yang meringkuk. “Ya sudah, kamu beli minum dulu sana.” ucap Annan“Hei gadis kecil! Kamu mau minum apa?” tanya Samuel.“Gak paman, terima kasih. Aku masih kenyang.” jawab Aneet.Mereka berdua lalu pergi sementara Annan mengajak Aneet dan Jarot duduk disebuah gacebo yang tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.“Em... BTW mereka tadi siapa ya? Paman-paman semua ada masalah apa sama orang-ora

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • Me And My Dad   Pagi Pertama di Rumah

    Kukuruyuk! Petok! Petok!Cuit! Cuit! Cuiit!Cit! Cit! Cit!Suara Alaram pagi sudah terdengar di kediaman keluarga Guntur. Gaying, Gayang dan Aneet yang tidur bertiga dengan kompaknya menutup telinga dengan menggunakan bantal yang mereka gunakan untuk Alas.Sejak ditinggal oleh Aya ibu Aneet, setiap hari dia memang tidur dengan kedua pamanya sampai sekarang.Cring!Sinar matahari mulai memasuki kamar mereka ketika Ana membuka jendela besar di kamar mereka bertiga. Dia menggelengkan kepala saat mengetahui dua anak dan cucunya menutup muka mereka dengan bantal.“Ayo bangun-bangun!” ucap Ana sambil menepuk-nepukkan kedua tangannya.“Uh... Mamah, masih pagi Mah! Kenapa udah bising aja?” protes Gayang.“Ini udah siang, Ayo buruan bangun. Papah sudah menunggu kalian dibawah.” ucap Ana sambil menggoyang-goyangkan kaki Gayang.“Oma... Jam berapa ini? Perasaan Aneet baru tidur satu jam kenapa sudah pagi saja.” ucap Aneet sambil bangkit dari tidurnya, dia duduk de

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-09
  • Me And My Dad   Membersihkan White House

    Cciiitttt!!! Set! Mobil yang dikendarai oleh Gaying berhenti secara mendadak. Hal tersebut membuat badan Gayang dan Aneet sontak terpental ke depan. “Auw!” teriak Gayang dan Aneet, ketika tubuhnya membentur benda yang ada didepannya. “Ying! Gila loe ya! Mau bunuh kita loe! Kalau gak bisa nyetir bilang aja, biar gue yang gantiin!” protes marah Gayang yang menahan sakit dikepalanya karena kepalanya membentur dasbor depan. “Aneet kamu baik – baik saja?” tanya Gaying yang membalikkan badannya ke belakang untuk memastikan kondisi keponakannya. “Gak apa-apa paman, cuma kepala aja nih agak mantap.” keluh Aneet sambil memegang dahinya. “Sorry – sorry, tidak bermaksud gue. Cuma pintu gerbangnya sudah kelewatan di belakang!” ucap Gaying dengan wajah merasa bersalah. Gaying menyalakan lampu sand untuk memberi tanda bahwa mobilnya akan mundur. Dengan pelan dia mengundurkan mobilnya hingga sampai tepat di depan gerbang pas.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-10
  • Me And My Dad   Aksi Aneeta

    Malam ini udara di ibu kota lumayan sangat dingin. Tanpa terasa sudah satu jam Aneet berdiri mematung di seberang bangun Bar milik Annan. Dirinya bimbang apakah ingin masuk atau melewatinya.“Masuk ah, minimal dengan masuk kesana aku bisa melihat ayah walau cuma sebentar. Semoga saat ini ayah di dalam.” kata Aneet memantapkan hatinya.Aneet menarik tali tang punggungnya kedepan. Mengambil nafas dalam – dalam lalu menghembuskannya lewat mulut. Aneet langkahkan kakinya menyebari jalan dan terus berjalan menuju Bar tersebut.Tiba didepan Aneet berhenti sejenak, dia pejamkan matanya dan mengela nafasnya untuk kembali memantapkan hatinya.Sampai dipintu Aneet yang terlihat baru pertama datang diminta identitasnya oleh resepsionis. Aneet yang seorang itelijen pasti punya identitas ganda. Dia yang sebenarnya belum berusia tujuh belas tau bisa masuk karena memakai identitasnya yang lain.“Silahkan, ini identitasnya. Sebelum masuk silahkan unt

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-11
  • Me And My Dad   Dia adalah Putriku

    Annan langsung memeluk Aneet yang sedang panik dan wajahnya menampakkan kesedihan. Dia peluk dengan erat putrinya yang sudah lebih dari dua belas tahun tidak dia jumpai. Saat ini Annan benar – benar yakin jika gadis kecil yang berada di hadapannya sekarang adalah Ganeeta Tan Harsa putrinya dari seorang wanita yang sangat dia cintai Gayatri Pradipta Pasha.“Sudah jangan sedih dan bingung lagi.” ucap Annan sambil melepaskan pelukannya. “Ini kalung yang kamu cari bukan.” lanjut Annan sambil memberikan kalung yang dia temukan di punggungnya ke atas tangan Aneet.Aneet langsung mengubah wajah sedih dan kecemasan itu menjadi wajah yang datar tanpa ekspresi, lalu mengamati kalung yang diterimanya dari Anan.“Aaaaa!!!” teriak Aneet sembari tersenyum dan melompat kegirangan. Dia langsung menghapus peluh yang ada di wajah dengan bajunya.Muach!Muach!Aneet mencium pipi Annan dan Jarot bergantian.“Makasi

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-11
  • Me And My Dad   Bertanya pada Ayah

    Muach!Muach!Muach!Annan mencium kedua pipi dan dahi purtinya bergantian. Sesaat setelah melepaskan pelukkannya kepada Aneet. Ciuman itu membuat Aneet tersadar dari lamunannya, Dia menatap wajah Annan dengan sungguh – sungguh mencoba mengembalikan memori ingatnya bentuk wajah sang Ayah.“Ayah rindu sekali sama Aneet.” ucap Annan sambil memegang wajah Aneet dengan kedua tangannya. “Putri kecil Ayah sekarang sudah tubuh jadi gadis luar biasa.” lanjut AnnanAneet hanya terdiam, sesekali dia memejamkan matanya untuk merasakan kelembutan tangan sang Ayah yang dia rindukan.Tapi disisi lain hatinya juga bergejolak marah dengan sejuta pertanyaan dimana keberadaannya saat mereka di keroyok oleh orang – orang itu.Aneet menghembuskan nafasnya dengan panjang mencoba menenangkan perasaanya yang bercampur antara rasa benci dan rasa kerinduan.“Boleh paman Jarot ikut peluk?” tanya Jarot me

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-14
  • Me And My Dad   Pengeroyokan Annan

    Jarot sudah mulai mengarahkan pistolnya ke arah sasaran, dengan sungguh – sungguh dia mencoba membidik sasarannya.Dor!Pelatuk telah ditariknya, tembakan pertamanya sangat jauh sekali dari sasaran.“Ayo Paman Jar, semangat!” teriak Aneet memberikan semangat.“Susah!” keluh jarot.“Ayo paman dua lagi, paman harus konsentrasi dan tenang. Bidik sasaran.” seru Aneet dengan semangat.Dor!Dor!Tak begitu berbeda dengan hasil pertama, tembakan kedua dan ketiganya juga hanya bergerak beberapa inchi saya dari tembakan awalnya.Jarot sudah putus asa dengan ketiga habis buruknya dan ingin menyudahinya karena malu. Akan tetapi Ying dan Yang memberikan semangat dan tetapi menyuruhnya berlatih. Tingkah lucu yang dibuat oleh ketiga pamannya membuat Aneet ikut ketawa.“Aneet! Maafin Ayah ya.” ucap Annan yang membuat Aneet mengarahkan pandangannya ke Annan. “Maafin Ayah, waktu orang &ndash

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-14

Bab terbaru

  • Me And My Dad   Kemenangan

    Tubuh Tomo tersentak bersamaan tiga buah peluru yang bersarang di dadanya. Mata Tomo membuka dengan begitu lebar, bahkan manik matanya sempat melirik ke arah Cokky.“Ka-kamu,” ucap Tomo dengan jari telunjuk yang mengarah ke Cokky.Tidak lama setelah itu, tubuh Tomo terpelanting ke lantai dengan matanya yang masih terbelalak.Waktu seakan berhenti, situasi begitu hening. Semua pasang mata langsung menatap Cokky dengan penuh kecurigaan.“Annan, kamu tidak perlu berterima kasih kepadaku.” Cokky bertutur memecah suasana hening. “Kenapa kalian semua dia, tidak usah terkesan karena ini adalah kewajibanku membela wilayah angka.”“Saudara-saudaraku di wilayah angka, kalian semua saksinya jika telah terjadi pembunuhan di sini... Bagaimanapun negara ini adalah negara hukum, jadi pasti kejadian ini akan diusut oleh polisi.” Lambang menunjuk dengan tangan sambil memegang cerutu.“Tunggu! Tunggu!&rdqu

  • Me And My Dad   Annan vs Tomo

    “Merunduk!” halau Aneet sembari menarik tangan Gaying dan Gayang.Dor!Aneet melepaskan tembakan dari pistol yang dia ambil di samping kiri pinggang Gayang. Tembakan itu tepat mengenai pistol yang dibawa oleh Tomo dan terpental turun ke bawah.Dengan senyum yang dingin Aneet bangkit. Mengarahkan lurus pistol yang dia bawa ke tengah kepala Tomo.“Apa mau kamu?” tanya Tomo yang mulai ketakutan dengan kepala yang celingukan.“Aku ingin nyawamu,” jawab Aneet dengan nada lambat.“Aku tidak punya urusan sama kamu, jadi jangan ikut campur dengan urusanku,” ujar Tomo.Tawa kemenangan keluar dari bibir mungil Aneet. Senyum kepuasan menghiasi wajahnya sembari terus berjalan mendekati Tomo. Sementara Gaying dan Gayang melihat dengan heran apa yang sedang keponakannya tersebut lakukan.“Cuih!” Aneet meludah ketika posisinya dengan Tomo hanya berjarak beberapa meter. “Siapa b

  • Me And My Dad   Mendengar kesaksian

    “Semua pasukan, segera menempati posisi yang telah di tentukan!” Asisten Pramono memerintah setelah beberapa detik mengakhiri pembicaraannya dengan Gayang.“Siap, Pak!” jawab mereka serentak dengan begitu tegas.Pasukan khusus itu melangkah dengan senyap. Mereka mengepung gedeng tersebut pada setiap titik untuk mengantisipasi buronan kabur.“Mereka di mana?” Pramono bertanya.“Mungkin sudah di dalam pak, karena mereka menjawab dengan suara yang pelan,” jawab asisten.“Terlalu gegabah, mana ada petugas keamanan yang ikut pertemuan antar gangster. Apalagi mereka bertiga itu petugas khusus kepolisian,” protes Pramono.“Bukannya itu sudah menjadi pekerjaan mereka pak?” tanya Asisten dengan ragu.Pramono hanya melirik sang Asisten saja, dia kemudian masuk ke dalam mobil yang dipenuhi dengan perlengkapan IT yang begitu canggih. Tidak lama setelah memastikan semua pasukan sudah berada

  • Me And My Dad   Menyelamatkan Saksi

    Beberapa orang yang membawa pemukul bola pada olahraga kasti keluar dari mobil yang berukuran lebih besar itu.Bruk! Bruk! Bruk!Prang!“Aahhh!” Yuli berteriak ketika dia terkejut setelah jendela kaca di sebelahnya mendapatkan pukulan dari pria-pria yang sengaja mengikuti mobil mereka.“Kak Willy, apa yang harus kita lakukan?” tanya Dayat dengan wajahnya yang ketakutan.“Bagaimana ini Wil?” Sarah yang mulai cemas juga bertanya pada orang tertua di wilayah lima tersebut.“Kalau kita keluar melawan mereka, kita semua hanya akan mati konyol,” ujar Willy sembari celingukan untuk mengetahui kekuatan lawan. “Telepon Annan, kita cari bantuan.” Willy memerintah Sarah.“Tidak akan sempat, mobilku tidak akan mampu menahan pukulan terlalu lama,” sanggah Sarah.“Ada mobil mendekat ke sini!” seru Brian.Harapan seketika muncul di benak mereka setelah melihat Gayi

  • Me And My Dad   Hari Pemilihan

    “Jarot! Ayo kita ke gedung pemilihan,” ajak Annan sambil memakai jam tangan yang hampir sama dengan Jarot, cuma berbeda warna saja.“Mari kak,” sahut Jarot, lalu berjalan beriringan dengan Annan. “Kak Annan menunggu di sini apa ikut ambil mobil?” tanya Jarot saat berada di teras depan.“Ikut saja!” jawab Annan singkat.Mobil milik Annan yang akan mereka gunakan terparkir satu sisi dengan Aneet yang sedang merendam kakinya di kolam renang.Ketika Jarot hendak membuka pintu dia tak sengaja melihat Aneet. “Kak Annan! Sebentar ya.”Jarot lalu menutup kembali pintu mobilnya lalu melangkah mendekati Aneet.“Sayang! Kamu sedang apa di situ?” tanya Jarot. Aneet menaikkan kakinya dari dalam kolam dan berdiri menyambut Jarot yang datang ke arahnya.“Mau berenang Paman.” Aneet menjawab dengan alibi apa yang terlintas di otaknya.“Paman berangkat dulu ya. Doakan pama

  • Me And My Dad   Antara Aneet dan Anees

    “Halo kantor polisi.... Pak ini dengan rumah sakit kepolisian. Pak telah terjadi pembunuhan di sini, korban atas nama Sultan yang merupakan tersangka titipan dari kepolisian kota.” Seorang perawat berbicara.Setelah beberapa saat telah terdiam mendengarkan lawan bicaranya merespons diujung telepon perawat tersebut menutup teleponnya.Polisi yang sedang bertugas dan menerima laporan tersebut. Meneruskan laporannya kepada Pramono sebagai penanggung jawab wilayah. Pramono ditemani oleh asistennya bergerak ke rumah sakit setelah mendapatkan laporan tersebut.“Silakan Pak!” seorang polisi yang sudah datang terlebih dahulu mempersilahkan Pramono masukDengan pelan Pramono membuka bantal yang menutupi wajah sultan. Dahi Pramono berkerut dan sedikit membuang wajahnya, ketika dia melihat ekspresi wajah ekstrim sultan.“Kuburkan dia dengan layak!” perintah Pramono, “Yang paling penting cari pelakunya sampai dapat,” titah

  • Me And My Dad   Tragedi Menjelang Pilihan

    Di tempat persembunyiannya, Tomo yang masih merasakan sakit ditangannya karena luka tembak yang dihadiahkan oleh Aneet. Terpaksa tetap mengadakan koordinasi dengan seluruh pimpinan gangs wilayah dua. Dia lalu menyuruh Cokky untuk segera menghubungi para pimpinan gangs di bawah naungannya.“Bagaimana kak Tomo kondisinya?” tanya Hendra“Ya... Seperti yang kamu lihat.” Tomo menunjukkan tangan kanannya yang terbalut perban dengan sedikit bercak merah. “Brengsek! Gadis kecil anaknya Annan itu, berani – beraninya menyarangku!” lanjutnya mengumpat Aneet dengan geram dan salah satu tangannya mengepal.“Ini aku bawa obat pereda rasa sakit, semoga bisa membantu.” Hendra meletakkan sebuah kantung plastik transparan di meja yang berisi beberapa jenis obat.“Terima kasih, Hend!” ucap Tomo.Mengisi waktu sambil menunggu yang lain berkumpul, Tomo menyempatkan terlebih dahulu untuk meminum obat ya

  • Me And My Dad   Gannandra Mulai beraksi

    “Tapi Yah!” Aneet masih sangat ingin membuat orang yang berada di dalam mobil itu berhenti, untuk mengetahui dalang di balik peristiwa ini.“Sayang! Mereka sudah jauh, kalau dipaksa bisa membahayakan pengguna jalan yang lain... Kita urus yang sudah tertangkap dulu, kita cari informasi dari mereka,” ucap Annan membujuk sang putri dengan memegang tangan Aneet yang saat ini memegang pistol.Annan mengajak sang putri untuk pergi dari jalan agar tidak mengganggu pengguna jalan lain. Dengan lembut Annan menggandeng tangan Aneet untuk melangkah.Kelima orang bertopeng itu diamankan oleh Gaying, Gayang dan Jarot di sudut toko. Empat orang dengan tangan terikat sabuk dan satu orang di sampingnya terkapar dengan luka tembak tapi dia tidak membuatnya meregang nyawa karena Annan sengaja menembak pada bagian tangan yang memegang pistol.Bak! Bak! Bak!Kaki Jarot menendang ke arah empat orang dengan tangan terikat, dia masih terbakar emosi dengan t

  • Me And My Dad   Penyerangan Gaying, Gayang dan Aneet

    Pramono yang penasaran dengan terburu – buru mengambil berkas tersebut.“Bangsat! Ternyata dia orangnya!” umpat Pramono setelah melihat dan pelajari dokumen yang Aneet berikan.“Bapak pasti tidak menyangkakan?” celetuk Aneet. “Jika dalam setahun ini operasi yang bapak lakukan selalu gagal karena orang ini telah memberi informasi kepada target bapak.” Aneet melanjutkan pembicaraannya dengan pandangan yang serius.“Terima kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya selama ini,” tutur Pramono sembari menjabat tangan Aneet. “Oh ya, sampaikan salam dan terima kasihku kepada Ying dan Yang,” sambung Pramono yang membalas pandangan Aneet juga dengan serius.“Dengan senang hati pak,” balas Aneet dengan senyum.Pramono berpamitan untuk kembali ke kantor polisi dan berjanji kepada Aneet untuk menyelesaikan masalah ini dengan segera.Aneet yang masih memegang pergelangan tangan Anees, meng

DMCA.com Protection Status