Home / All / Me And My Dad / Namaku Aya

Share

Namaku Aya

Author: Bluevy Biru
last update Last Updated: 2021-09-09 23:46:10

Annan, Jarot, Ojan, Samuel dan Aneet terus berjalan menjauhi tempat mereka berkelahi tadi. Hingga mereka berlima sampai pada sebuah taman yang diluarnya berderet jajanan malam dengan aneka menu.

Aroma dari jajan yang berderet itu benar-benar menusuk hidung dan membangkitkan selera makan. 

“Kak, berhenti dulu ya? Istirahat dulu. Haus!” pinta Ojan dengan nafas yang terengah-engah.

“Ojan! Baru segini saja udah tidak kuat?! Kamu harus sering olahraga.” protes Annan sambil menepuk punggung ojan yang meringkuk. “Ya sudah, kamu beli minum dulu sana.” ucap Annan

“Hei gadis kecil! Kamu mau minum apa?” tanya Samuel.

“Gak paman, terima kasih. Aku masih kenyang.” jawab Aneet.

Mereka berdua lalu pergi sementara Annan mengajak Aneet dan Jarot duduk disebuah gacebo yang tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.

“Em... BTW mereka tadi siapa ya? Paman-paman semua ada masalah apa sama orang-orang tadi?” tanya Aneet memecah kesunyian

“Em...” ucap jarot terhenti saat Annan mengedipkan mata ke arahnya.

“Mereka tadi itu orang-orang yang ingin nagih utang ke kami, padahal utang kami sudah terlunasi semua.” jawab Annan yang diperkuat oleh anggukan kepala oleh Jarot. “Mereka semua juga sering nawari kita sabu tapi selalu kita tolong.”

“Hm! Hm! Hm! begitu ya.” respons Aneet sembari memegang dagunya.

“Ngomong-ngomong siapa namamu? Dia James dan aku Petter kita adalah teman satu profesi.” ucap Annan sambil mengulurkan tangannya ke Aneet.

“Aku A – , Aya – namaku Aya.” sahut Aneet sambil  menjabat uluran tangan Annan.

“Aya?!” tegas Jarot. Dia juga berpikir jika namanya itu sama dengan istri Annan yang meninggal. 

“Ya namaku sebenarnya Gayatri tapi orang-orang disekitarku lebih sering panggil aku Aya.” jawab Aneet sambil menghadapkan kepalanya ke arah Jarot.

Jarot dan Aneet terus berbincang dengan topik yang kemana-mana, berbagai topik mereka bicarakan. Seperti dua orang sudah lama kenal.

Annan berada tepat di belakang Aneet hanya melihat dan memperhatikan gadis yang dianggapnya istimewa ini. Annan mengagumi Aneet Gadis kecil yang asyik dan berpikiran matang. Apa lagi saat berkelahi, jurus-jurus yang dia keluarkan tadi juga menandai bahwa dirinya belajar bela diri.

Tit! Tit! Tit!

Ponsel Aneet berbunyi, sebuah pesan masuk dari Gaying. Gaying menyuruh Aneet segara pulang, kedua pamannya sudah menunggu di tempat dia turun tadi.

Mereka bertiga sepakat dengan Guntur jika selama seminggu liburan mereka bisa keluar dengan catat harus kembali sebelum jam dua belas malam.

“Paman! A – Aya harus pamit dulu nih, udah disuruh pulang.” ucap Aneet yang mereka kenal sebagai Aya.

“Okey, kalau gitu kita antar kembali sampai rumah.” ucap Jarot yang langsung berdiri.

“Gak usah paman Jams yang ganteng, Aya bisa pulang sendiri. Lagian rumah Aya tidak jauh kok dari sini.” tolak Aneet (Aya) dengan menarik tangan Jarot biar kembali duduk. “Hanya beberapa meter saja sampai, kalau diantar nanti kakekku akan bertanya banyak hal dan itu bikin ribet.” lanjut Aneet. 

“Takutnya orang-orang tadi hafal kamu dan kamu dikeroyok oleh mereka.” jelas Jarot khawatir

“Paman jams tidak salah Aya! Lebih baik kita berhati-hati. sebaiknya kita antar kamu Ya. Hitung-hitung sebagai ucapan terima kasih udah bantuin tadi.” sahut peter

“Gak usah paman, beneran rumah Aya dekat kok dari sini. Lagian jika nanti terjadi apa-ap Aya bisa langsung teriak. Tapi Aya yakin mereka tidak akan semudah itu hafal wajah orang.” tolak Aneet.

“Kalau gitu minta nomor teleponnya, nanti sampai rumah biar bisa langsung kabari.” ucap Annan sambil menyodorkan ponselnya.

Aneet mengambil ponsel Annan kemudian dia tulis nomornya dan dia save dengan nama Aya. Tidak lupa Aneet misscall nomer Annan ke ponselnya.

Mereka lanjut jalan hingga sampai akhirnya berpisah diparkiran mobil. Aneet terlebih dahulu memastikan Annan dan teman-temannya pergi.

Setelah dirasa aman Aneet lalu berlari ke tempat paman-pamannya menjemput.

“Paman!” seru Aneet saat tiba.

“Lama sekali, ngapain aja coba?” tanya Yang, “Aneet kamu sedang tidak melakukan hal aneh-aneh kan?” tanya Gayang kembali dengan wajah curiganya.

“Gak lah paman, ayo lekas balik. Nanti oppa marah lagi sama kita.” ajak Aneet sembari menarik tangan kedua pamannya masuk ke mobil.

Mereka lalu menyusui jalanan untuk pulang ke rumah Guntur, disepanjang perjalanan Aneet mencoba mengorek cerita dari pamannya tentang pertemuan sang paman dengan sang pacar. Saking asyiknya mereka bercerita tidak terasa mereka sudah sampai rumah.

Mereka sudah bersepakat untuk menghindar dari Guntur, setelah masuk mereka anak langsung masuk ke kamar dan tidur.

Dengan menarik nafas panjang mereka membuka pintu rumahnya dan berjalan beriringan menuju tangga.

“Darimana kalian?” tanya Guntur yang sengaja menunggu anak dan cucunya.

“Opa, ceritanya besuk saja ya pas sarapan. Aneet Sudah kantuk sekali.” pinta Aneet yang sekali-kali menguap.

“Ya sudah besuk opa tunggu ceritanya.” kata Guntur yang kemudian dia berdiri dan pergi.

Huh! Desahan napas lega mereka bertiga. Malam ini bisa dengan aman tidak menghadapi Guntur yang over protektif.

***

Waktu tepat menunjukkan pukul 00.00. Annan, Jarot, Samuel dan Ojan baru saja tiba di basemant apartemen Annan. Mereka berempat berjalan santai ke rumah Annan.

Kreek!

Annan membuka pintu rumahnya, didalam sudah ada Dana yang menunggu dengan raut wajah kesel sambil menyilangkan kedua tangannya didada.

“Darimana saja kalian?!” tanya Dana dengan nada marahnya dan muka adam.

“Gak dari mana-mana, habis menyelesaikan urusan yang tadi saja.” jawab Annan yang duduk di depan Dana. “Iya kan guys?” tanya  Annan meminta dukungan dari kawan-kawannya.

“Heem!” ucap serempak Samuel, Jarot dan Ojan.

“Gak mungkin! Aku gak percaya. Urusan seperti itu mudah bagai kalian jadi tidak akan mungkin selama ini.” ucap Dana lagi. “Kalian pasti asyik-asyikan bermain dengan gadis tadi kan? Kalian apakan dia?” lanjut Dana dengan nada yang lebih keras.

“Dana tutup mulutmu!” teriak Annan sambil menunjukkan tangannya ke Dana. “Jangan samakan semua orang dengan dirimu. Usianya saja belum ada tujuh belas tahun, jika anakku disini pasti usianya akan sama dengannya. Jadi tidak mungkin aku tidur dengan anakku sendiri!” teriak Annan lagi dengan muka merahnya karena menahan amarah.

Mengetahui Annan yang marah Same dan Ojan langsung masuk ke dalam meninggalkan ruang tamu, sementara Jarot berjalan ke arah Dana.

“Kamu tahu, gadis kecil itu udah aku anggap sebagai keponakanku sendiri, jadi buang jauh-jauh pikiran picikmu itu!” tegas Jarot yang berbicara tepat di depan muka Dana.

Jarot lalu meninggalkan ruang tamu menyusul Same dan Ojan. Tidak mau banyak berdebat dengan Dana, Annan kemudian masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintunya dari dalam.

Tok! Tok! Tok!

Dana mengetuk pintu kamar Annan dan meminta ijin untuk masuk akan tetapi Annan tidak mengizinkannya masuk malah memintanya untuk tidur dikamar lagi. Dana bertambah marah, malam itu juga dia pergi dari rumah Annan.

Annan yang habis mandi dan masih terbalut handuk dipinggang, duduk diatas kasur dan mengeringkan rambutnya. Tak berselang lama diambilnya poto Gayatri istrinya yang dia simpat dilanci tempatnya tidur.

Dia lihat poto istrinya tersebut sembari dia usap – usap wajahnya di poto.

‘Sayang, tadi aku ketemu sama seorang gadis, usianya kira-kira seusia Aneet anak kita. Tapi tingkah dan polahnya sangat mirip sama kami. Namanya juga seperti namamu, Aku serasa melihat dirimu di diri gadis kecil itu. Dia juga sedikit mengobati rasa rinduku kepada Aneet.’ ucap Annan dalam hatinya.

Tit! Tit! Tit!

Pesan masuk di ponsel Annan, pesan dari Aneet yang mengabarkan jika dirinya sudah selamat sampai rumah dan bersiap-siap untuk tidur.

Dengan senyum yang mengembang dibibirnya, Annan membalas pesan Aneet bahwa dirinya juga sudah tiba di rumah dan juga bersiap untuk istirahat. Kemudian Annan juga bertanya apakah mereka bisa bertemu besuk.

Aneet membalas jika besuk dirinya tidak bisa bertemu dengan Annan karena dia sudah ada janji dengan pamannya untuk membersihkan rumah. Dan bisa bertemu lagi dengan Annan lusa.

Annan menawarkan bantuan kepada Aneet tenaga untuk bersih-bersih rumah sebagai balas budi telah membantunya tadi, tapi Aneet menolak bantuan tersebut. Jika ada orang lain yang tahu status Aneet itu akan membuatnya lebih repot. 

Mengurangi perdebatan Annan mengalah. Mereka berdua membuat kesepakatan jika mereka akan bertemu di tempat penjual mie itu jam delapan malam.

*** Bersambung ***

Related chapters

  • Me And My Dad   Pagi Pertama di Rumah

    Kukuruyuk! Petok! Petok!Cuit! Cuit! Cuiit!Cit! Cit! Cit!Suara Alaram pagi sudah terdengar di kediaman keluarga Guntur. Gaying, Gayang dan Aneet yang tidur bertiga dengan kompaknya menutup telinga dengan menggunakan bantal yang mereka gunakan untuk Alas.Sejak ditinggal oleh Aya ibu Aneet, setiap hari dia memang tidur dengan kedua pamanya sampai sekarang.Cring!Sinar matahari mulai memasuki kamar mereka ketika Ana membuka jendela besar di kamar mereka bertiga. Dia menggelengkan kepala saat mengetahui dua anak dan cucunya menutup muka mereka dengan bantal.“Ayo bangun-bangun!” ucap Ana sambil menepuk-nepukkan kedua tangannya.“Uh... Mamah, masih pagi Mah! Kenapa udah bising aja?” protes Gayang.“Ini udah siang, Ayo buruan bangun. Papah sudah menunggu kalian dibawah.” ucap Ana sambil menggoyang-goyangkan kaki Gayang.“Oma... Jam berapa ini? Perasaan Aneet baru tidur satu jam kenapa sudah pagi saja.” ucap Aneet sambil bangkit dari tidurnya, dia duduk de

    Last Updated : 2021-10-09
  • Me And My Dad   Membersihkan White House

    Cciiitttt!!! Set! Mobil yang dikendarai oleh Gaying berhenti secara mendadak. Hal tersebut membuat badan Gayang dan Aneet sontak terpental ke depan. “Auw!” teriak Gayang dan Aneet, ketika tubuhnya membentur benda yang ada didepannya. “Ying! Gila loe ya! Mau bunuh kita loe! Kalau gak bisa nyetir bilang aja, biar gue yang gantiin!” protes marah Gayang yang menahan sakit dikepalanya karena kepalanya membentur dasbor depan. “Aneet kamu baik – baik saja?” tanya Gaying yang membalikkan badannya ke belakang untuk memastikan kondisi keponakannya. “Gak apa-apa paman, cuma kepala aja nih agak mantap.” keluh Aneet sambil memegang dahinya. “Sorry – sorry, tidak bermaksud gue. Cuma pintu gerbangnya sudah kelewatan di belakang!” ucap Gaying dengan wajah merasa bersalah. Gaying menyalakan lampu sand untuk memberi tanda bahwa mobilnya akan mundur. Dengan pelan dia mengundurkan mobilnya hingga sampai tepat di depan gerbang pas.

    Last Updated : 2021-10-10
  • Me And My Dad   Aksi Aneeta

    Malam ini udara di ibu kota lumayan sangat dingin. Tanpa terasa sudah satu jam Aneet berdiri mematung di seberang bangun Bar milik Annan. Dirinya bimbang apakah ingin masuk atau melewatinya.“Masuk ah, minimal dengan masuk kesana aku bisa melihat ayah walau cuma sebentar. Semoga saat ini ayah di dalam.” kata Aneet memantapkan hatinya.Aneet menarik tali tang punggungnya kedepan. Mengambil nafas dalam – dalam lalu menghembuskannya lewat mulut. Aneet langkahkan kakinya menyebari jalan dan terus berjalan menuju Bar tersebut.Tiba didepan Aneet berhenti sejenak, dia pejamkan matanya dan mengela nafasnya untuk kembali memantapkan hatinya.Sampai dipintu Aneet yang terlihat baru pertama datang diminta identitasnya oleh resepsionis. Aneet yang seorang itelijen pasti punya identitas ganda. Dia yang sebenarnya belum berusia tujuh belas tau bisa masuk karena memakai identitasnya yang lain.“Silahkan, ini identitasnya. Sebelum masuk silahkan unt

    Last Updated : 2021-10-11
  • Me And My Dad   Dia adalah Putriku

    Annan langsung memeluk Aneet yang sedang panik dan wajahnya menampakkan kesedihan. Dia peluk dengan erat putrinya yang sudah lebih dari dua belas tahun tidak dia jumpai. Saat ini Annan benar – benar yakin jika gadis kecil yang berada di hadapannya sekarang adalah Ganeeta Tan Harsa putrinya dari seorang wanita yang sangat dia cintai Gayatri Pradipta Pasha.“Sudah jangan sedih dan bingung lagi.” ucap Annan sambil melepaskan pelukannya. “Ini kalung yang kamu cari bukan.” lanjut Annan sambil memberikan kalung yang dia temukan di punggungnya ke atas tangan Aneet.Aneet langsung mengubah wajah sedih dan kecemasan itu menjadi wajah yang datar tanpa ekspresi, lalu mengamati kalung yang diterimanya dari Anan.“Aaaaa!!!” teriak Aneet sembari tersenyum dan melompat kegirangan. Dia langsung menghapus peluh yang ada di wajah dengan bajunya.Muach!Muach!Aneet mencium pipi Annan dan Jarot bergantian.“Makasi

    Last Updated : 2021-10-11
  • Me And My Dad   Bertanya pada Ayah

    Muach!Muach!Muach!Annan mencium kedua pipi dan dahi purtinya bergantian. Sesaat setelah melepaskan pelukkannya kepada Aneet. Ciuman itu membuat Aneet tersadar dari lamunannya, Dia menatap wajah Annan dengan sungguh – sungguh mencoba mengembalikan memori ingatnya bentuk wajah sang Ayah.“Ayah rindu sekali sama Aneet.” ucap Annan sambil memegang wajah Aneet dengan kedua tangannya. “Putri kecil Ayah sekarang sudah tubuh jadi gadis luar biasa.” lanjut AnnanAneet hanya terdiam, sesekali dia memejamkan matanya untuk merasakan kelembutan tangan sang Ayah yang dia rindukan.Tapi disisi lain hatinya juga bergejolak marah dengan sejuta pertanyaan dimana keberadaannya saat mereka di keroyok oleh orang – orang itu.Aneet menghembuskan nafasnya dengan panjang mencoba menenangkan perasaanya yang bercampur antara rasa benci dan rasa kerinduan.“Boleh paman Jarot ikut peluk?” tanya Jarot me

    Last Updated : 2021-10-14
  • Me And My Dad   Pengeroyokan Annan

    Jarot sudah mulai mengarahkan pistolnya ke arah sasaran, dengan sungguh – sungguh dia mencoba membidik sasarannya.Dor!Pelatuk telah ditariknya, tembakan pertamanya sangat jauh sekali dari sasaran.“Ayo Paman Jar, semangat!” teriak Aneet memberikan semangat.“Susah!” keluh jarot.“Ayo paman dua lagi, paman harus konsentrasi dan tenang. Bidik sasaran.” seru Aneet dengan semangat.Dor!Dor!Tak begitu berbeda dengan hasil pertama, tembakan kedua dan ketiganya juga hanya bergerak beberapa inchi saya dari tembakan awalnya.Jarot sudah putus asa dengan ketiga habis buruknya dan ingin menyudahinya karena malu. Akan tetapi Ying dan Yang memberikan semangat dan tetapi menyuruhnya berlatih. Tingkah lucu yang dibuat oleh ketiga pamannya membuat Aneet ikut ketawa.“Aneet! Maafin Ayah ya.” ucap Annan yang membuat Aneet mengarahkan pandangannya ke Annan. “Maafin Ayah, waktu orang &ndash

    Last Updated : 2021-10-14
  • Me And My Dad   Menjenguk Ganandra

    “Selamat malam dokter, saya Guntur. Bisa tolong kiriman ambulans dan beberapa tenaga medis. Nanti saya share loc via pesan.”“Iya Pak, agak segera kami persiapkan.”***Suasana apartemen berubah menjadi panik saat Jarot, Same dan raka membawa Annan dalam kondisi pingsan dan bersimbah darah.Mereka letakkan Annan ditempat tidur. Jarot berusaha membersihkan darah yang mengalir di pelipis kanan. Sementara Same dan Raka membuka jaket dan baju yang Annan kenakan. Betapa terkejutnya mereka melihat dada Annan yang tergores cukup panjang.Wee... Woo... Wee... WooSuara ambulans terdengar dari atas apartemen. Beberapa orang tenaga medis keluar dari sana dengan membawa beberapa peralatan.“Ada petugas medis yang berjalan menuju sini Jar.” kata Ojan memberi informasi.“Siapa yang memanggil?” tanya Jarot sambil terus mengelap darah yang keluar.Beberapa Anak buah Annan mencoba menghalangi petugas medis

    Last Updated : 2021-10-14
  • Me And My Dad   Hajar Dayat

    Empat jam lamanya Aneet dan Annan berdiskusi soal sistem yang akan dipasang. Sebelum akhirnya diskusi berhenti karena Dana pacar Annan yang sudah diusir masuk ke dalam kamar dengan membawa semangkuk sop.‘Awas saja, akan aku tumpahkan sop ini kebajumu.’ ucap dalam hati Dana yang merasa cemburu karena kedekatan Aneet dan Annan.Aneet sudah menunjukkan muka tidak suka dengan Dana dengan sedikit menjauhkan buku di pangkuan Annan.“Ibumu tetap yang terbaik buat Ayah.” bisik Annan sangat lirih ditelinga Aneet.“Tapi benar, aku sangat tidak suka dengan orang ini. Menyebalkan sekali!” bisik balik Aneet ke telinga Annan“Sayang, ayo kita makan dulu.” Ucap Dana. Dia lalu menyuapi Annan sembari menadahkan mangkuk di dekat dada AnnanPlug!“Auw!” pekik Aneet yang tangan kanannya kepanasan karena ketumpahan sop. “Damn! Panas sekali!” teriak Aneet“Bisa tidak sih kamu!” ter

    Last Updated : 2021-10-29

Latest chapter

  • Me And My Dad   Kemenangan

    Tubuh Tomo tersentak bersamaan tiga buah peluru yang bersarang di dadanya. Mata Tomo membuka dengan begitu lebar, bahkan manik matanya sempat melirik ke arah Cokky.“Ka-kamu,” ucap Tomo dengan jari telunjuk yang mengarah ke Cokky.Tidak lama setelah itu, tubuh Tomo terpelanting ke lantai dengan matanya yang masih terbelalak.Waktu seakan berhenti, situasi begitu hening. Semua pasang mata langsung menatap Cokky dengan penuh kecurigaan.“Annan, kamu tidak perlu berterima kasih kepadaku.” Cokky bertutur memecah suasana hening. “Kenapa kalian semua dia, tidak usah terkesan karena ini adalah kewajibanku membela wilayah angka.”“Saudara-saudaraku di wilayah angka, kalian semua saksinya jika telah terjadi pembunuhan di sini... Bagaimanapun negara ini adalah negara hukum, jadi pasti kejadian ini akan diusut oleh polisi.” Lambang menunjuk dengan tangan sambil memegang cerutu.“Tunggu! Tunggu!&rdqu

  • Me And My Dad   Annan vs Tomo

    “Merunduk!” halau Aneet sembari menarik tangan Gaying dan Gayang.Dor!Aneet melepaskan tembakan dari pistol yang dia ambil di samping kiri pinggang Gayang. Tembakan itu tepat mengenai pistol yang dibawa oleh Tomo dan terpental turun ke bawah.Dengan senyum yang dingin Aneet bangkit. Mengarahkan lurus pistol yang dia bawa ke tengah kepala Tomo.“Apa mau kamu?” tanya Tomo yang mulai ketakutan dengan kepala yang celingukan.“Aku ingin nyawamu,” jawab Aneet dengan nada lambat.“Aku tidak punya urusan sama kamu, jadi jangan ikut campur dengan urusanku,” ujar Tomo.Tawa kemenangan keluar dari bibir mungil Aneet. Senyum kepuasan menghiasi wajahnya sembari terus berjalan mendekati Tomo. Sementara Gaying dan Gayang melihat dengan heran apa yang sedang keponakannya tersebut lakukan.“Cuih!” Aneet meludah ketika posisinya dengan Tomo hanya berjarak beberapa meter. “Siapa b

  • Me And My Dad   Mendengar kesaksian

    “Semua pasukan, segera menempati posisi yang telah di tentukan!” Asisten Pramono memerintah setelah beberapa detik mengakhiri pembicaraannya dengan Gayang.“Siap, Pak!” jawab mereka serentak dengan begitu tegas.Pasukan khusus itu melangkah dengan senyap. Mereka mengepung gedeng tersebut pada setiap titik untuk mengantisipasi buronan kabur.“Mereka di mana?” Pramono bertanya.“Mungkin sudah di dalam pak, karena mereka menjawab dengan suara yang pelan,” jawab asisten.“Terlalu gegabah, mana ada petugas keamanan yang ikut pertemuan antar gangster. Apalagi mereka bertiga itu petugas khusus kepolisian,” protes Pramono.“Bukannya itu sudah menjadi pekerjaan mereka pak?” tanya Asisten dengan ragu.Pramono hanya melirik sang Asisten saja, dia kemudian masuk ke dalam mobil yang dipenuhi dengan perlengkapan IT yang begitu canggih. Tidak lama setelah memastikan semua pasukan sudah berada

  • Me And My Dad   Menyelamatkan Saksi

    Beberapa orang yang membawa pemukul bola pada olahraga kasti keluar dari mobil yang berukuran lebih besar itu.Bruk! Bruk! Bruk!Prang!“Aahhh!” Yuli berteriak ketika dia terkejut setelah jendela kaca di sebelahnya mendapatkan pukulan dari pria-pria yang sengaja mengikuti mobil mereka.“Kak Willy, apa yang harus kita lakukan?” tanya Dayat dengan wajahnya yang ketakutan.“Bagaimana ini Wil?” Sarah yang mulai cemas juga bertanya pada orang tertua di wilayah lima tersebut.“Kalau kita keluar melawan mereka, kita semua hanya akan mati konyol,” ujar Willy sembari celingukan untuk mengetahui kekuatan lawan. “Telepon Annan, kita cari bantuan.” Willy memerintah Sarah.“Tidak akan sempat, mobilku tidak akan mampu menahan pukulan terlalu lama,” sanggah Sarah.“Ada mobil mendekat ke sini!” seru Brian.Harapan seketika muncul di benak mereka setelah melihat Gayi

  • Me And My Dad   Hari Pemilihan

    “Jarot! Ayo kita ke gedung pemilihan,” ajak Annan sambil memakai jam tangan yang hampir sama dengan Jarot, cuma berbeda warna saja.“Mari kak,” sahut Jarot, lalu berjalan beriringan dengan Annan. “Kak Annan menunggu di sini apa ikut ambil mobil?” tanya Jarot saat berada di teras depan.“Ikut saja!” jawab Annan singkat.Mobil milik Annan yang akan mereka gunakan terparkir satu sisi dengan Aneet yang sedang merendam kakinya di kolam renang.Ketika Jarot hendak membuka pintu dia tak sengaja melihat Aneet. “Kak Annan! Sebentar ya.”Jarot lalu menutup kembali pintu mobilnya lalu melangkah mendekati Aneet.“Sayang! Kamu sedang apa di situ?” tanya Jarot. Aneet menaikkan kakinya dari dalam kolam dan berdiri menyambut Jarot yang datang ke arahnya.“Mau berenang Paman.” Aneet menjawab dengan alibi apa yang terlintas di otaknya.“Paman berangkat dulu ya. Doakan pama

  • Me And My Dad   Antara Aneet dan Anees

    “Halo kantor polisi.... Pak ini dengan rumah sakit kepolisian. Pak telah terjadi pembunuhan di sini, korban atas nama Sultan yang merupakan tersangka titipan dari kepolisian kota.” Seorang perawat berbicara.Setelah beberapa saat telah terdiam mendengarkan lawan bicaranya merespons diujung telepon perawat tersebut menutup teleponnya.Polisi yang sedang bertugas dan menerima laporan tersebut. Meneruskan laporannya kepada Pramono sebagai penanggung jawab wilayah. Pramono ditemani oleh asistennya bergerak ke rumah sakit setelah mendapatkan laporan tersebut.“Silakan Pak!” seorang polisi yang sudah datang terlebih dahulu mempersilahkan Pramono masukDengan pelan Pramono membuka bantal yang menutupi wajah sultan. Dahi Pramono berkerut dan sedikit membuang wajahnya, ketika dia melihat ekspresi wajah ekstrim sultan.“Kuburkan dia dengan layak!” perintah Pramono, “Yang paling penting cari pelakunya sampai dapat,” titah

  • Me And My Dad   Tragedi Menjelang Pilihan

    Di tempat persembunyiannya, Tomo yang masih merasakan sakit ditangannya karena luka tembak yang dihadiahkan oleh Aneet. Terpaksa tetap mengadakan koordinasi dengan seluruh pimpinan gangs wilayah dua. Dia lalu menyuruh Cokky untuk segera menghubungi para pimpinan gangs di bawah naungannya.“Bagaimana kak Tomo kondisinya?” tanya Hendra“Ya... Seperti yang kamu lihat.” Tomo menunjukkan tangan kanannya yang terbalut perban dengan sedikit bercak merah. “Brengsek! Gadis kecil anaknya Annan itu, berani – beraninya menyarangku!” lanjutnya mengumpat Aneet dengan geram dan salah satu tangannya mengepal.“Ini aku bawa obat pereda rasa sakit, semoga bisa membantu.” Hendra meletakkan sebuah kantung plastik transparan di meja yang berisi beberapa jenis obat.“Terima kasih, Hend!” ucap Tomo.Mengisi waktu sambil menunggu yang lain berkumpul, Tomo menyempatkan terlebih dahulu untuk meminum obat ya

  • Me And My Dad   Gannandra Mulai beraksi

    “Tapi Yah!” Aneet masih sangat ingin membuat orang yang berada di dalam mobil itu berhenti, untuk mengetahui dalang di balik peristiwa ini.“Sayang! Mereka sudah jauh, kalau dipaksa bisa membahayakan pengguna jalan yang lain... Kita urus yang sudah tertangkap dulu, kita cari informasi dari mereka,” ucap Annan membujuk sang putri dengan memegang tangan Aneet yang saat ini memegang pistol.Annan mengajak sang putri untuk pergi dari jalan agar tidak mengganggu pengguna jalan lain. Dengan lembut Annan menggandeng tangan Aneet untuk melangkah.Kelima orang bertopeng itu diamankan oleh Gaying, Gayang dan Jarot di sudut toko. Empat orang dengan tangan terikat sabuk dan satu orang di sampingnya terkapar dengan luka tembak tapi dia tidak membuatnya meregang nyawa karena Annan sengaja menembak pada bagian tangan yang memegang pistol.Bak! Bak! Bak!Kaki Jarot menendang ke arah empat orang dengan tangan terikat, dia masih terbakar emosi dengan t

  • Me And My Dad   Penyerangan Gaying, Gayang dan Aneet

    Pramono yang penasaran dengan terburu – buru mengambil berkas tersebut.“Bangsat! Ternyata dia orangnya!” umpat Pramono setelah melihat dan pelajari dokumen yang Aneet berikan.“Bapak pasti tidak menyangkakan?” celetuk Aneet. “Jika dalam setahun ini operasi yang bapak lakukan selalu gagal karena orang ini telah memberi informasi kepada target bapak.” Aneet melanjutkan pembicaraannya dengan pandangan yang serius.“Terima kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya selama ini,” tutur Pramono sembari menjabat tangan Aneet. “Oh ya, sampaikan salam dan terima kasihku kepada Ying dan Yang,” sambung Pramono yang membalas pandangan Aneet juga dengan serius.“Dengan senang hati pak,” balas Aneet dengan senyum.Pramono berpamitan untuk kembali ke kantor polisi dan berjanji kepada Aneet untuk menyelesaikan masalah ini dengan segera.Aneet yang masih memegang pergelangan tangan Anees, meng

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status