Share

Mauku Jadi Satu-satunya!
Mauku Jadi Satu-satunya!
Author: Namericanou

1. Kau Milikku Malam ini!

“Tenangkan dirimu, Daph.” Ia mengatur napasnya sekali lagi sambil meraba pakaian yang cukup terbuka dan kekurangan bahan itu.” Ini bukan pertama kalinya untukmu, okay? Anggap saja dia aktor terkenal.”

Kepalanya terangguk-angguk sampai ia menyibukkan diri dengan memendarkan pandangan ke sekeliling. Memerhatikan lampu utama yang mewah dan terkesan mahal menggantung tepat di atasnya.

“Baiklah ….” Napasnya ditarik cukup dalam. “Kau bisa memuaskannya dengan cepat dan mendapatkan bayaran, lalu–”

Daphne terperanjat begitu pintu kamar dengan fasilitas mewah itu terbuka. Didorong dari luar dan tak lama kemudian memunculkan sosok pria perawakan tinggi tegap. 

Buru-buru Daphne menundukkan kepala dalam, belum memiliki keberanian mengangkat kepala demi bisa menangkap rupa pria itu apalagi membuat kontak mata. Jantungnya berdebar sejalan dengan langkah berat si pria yang menyerbak aroma musk samar itu.

“Emilyn Daphne?”

Sial! Tubuhnya nyaris tak berkutik sekarang. Selain nama lengkapnya disebut oleh suara baritone yang membuat seluruh tubuhnya meremang hebat, wewangian mahal yang menguar dari tubuh sang pria sungguh memabukkannya. 

“Apa aku salah masuk kamar?” Suara berat itu kembali memenuhi ruangan. Tengkuknya kini seakan ditiup angin dan terasa dingin semilir. Dan Daphne tak punya pilihan lain untuk memberi tanggapan. 

“Ya, Sir?” Detik itu pula Daphne mengangkat wajah dan menautkan pandangan pada mata coklat sang pria yang indah. “Kau tidak salah kamar.” 

Napasnya terhela berat ketika pria berkulit tan itu mendekat, tingginya tampak menjulang di hadapannya. Pahatan hidung yang curam terlihat menarik sekali dipandang.

“Aku Adam Livingston,” ujar pria itu dengan senyum sopannya yang makin membuat kesadaran Daphne menguap.

Sialan! Daphne memaki dalam hati karena tergerus oleh pemandangan eksotis tersebut. Mana mungkin ia tak terhipnotis kalau pada bayangan ketakutannya selama ini, partner tidurnya adalah seorang pria tua dengan nafsu tinggi. Namun pada kenyataannya justru sosok tinggi tampan seperti Adam Livingston-lah yang datang. 

Segera ia berpaling dan memilih menunduk, menatap dua tangannya yang bertaut satu sama lain. Seperti gadis muda yang belum pernah dijamah pria.

“Kita tidak bisa melakukannya jika kau terus menunduk dan enggan melihatku, Nona Emilyn Daphne,” singgung Adam Livingston yang anehnya langsung menyentuh dagu Daphne agar kepalanya mendongak. “Kau gugup?” 

Rona merah muncul di kedua pipi Daphne ketika wajahnya pucat pasi. Hawa panas menyerang sekitar saat jemari si pria menyentuh dagunya tanpa basa-basi.

“Maaf,” bisiknya pelan sambil menggeleng ringan. “Maafkan aku, Sir.”

Pria itu menjauhkan tangan dan berlalu untuk duduk di tepian ranjang sambil melepas jas yang melekat baik di tubuh tegapnya. “Panggil aku Adam,” cetusnya bernada rendah dan cukup renyah di telinga.

Daphne menelan ludah. “Oh, baiklah.”

“Bagaimana denganmu?” Adam menyilangkan kedua kaki, tatapnya lurus mengarah pada Daphne. “Aku harus memanggilmu apa?”

“Uhm,” gumam Daphne sembari berpikir keras. Jemarinya saling memilin ujung lingerie yang ingin sekali ia tutupi dengan selimut. Sebab kedua pahanya cukup terlihat, bahkan pangkalnya bisa disaksikan Adam dengan baik dari jarak di antara mereka. “Daph, Daphne.”

“Baiklah, ke mari, Daphne.” 

Telunjuk Adam bergerak, mengarahkan pada Dahpne untuk mendekat. Dengan rasa terkejut di dada, Daphne patuh dan beringsut. Kakinya yang telanjang itu bergerak perlahan hingga tiba di hadapan Adam. 

Pria itu menarik tangannya segera. Ia berbaring di ranjang yang super empuk, dan Adam buru-buru meraih bibirnya. Melumat hingga tak ada kesempatan bagi Daphne untuk menyiapkan mental. 

Tubuh Daphne bergerak sesuai naluri. Seolah paham apa yang harus dilakukan, sama seperti kebiasaannya berkegiatan bersama kekasihnya di apartemen mereka. 

“Sudah tidak gugup?” Pertanyaan Adam meluncur ketika ciuman pembuka itu berakhir. Ada senyum samar penuh bangga yang terlintas di sana, dan Daphne menyukainya. Terlihat manis sekali dan mahal. “Aku akan membuatmu lebih rileks dari ini, Daphne.”

Tanpa sadar Daphne mendekatkan jemarinya ke bibir dan menggigiti kuku. Netranya mengerjap pelan saat Adam mulai melucuti kemeja hingga celana kain hitam yang cukup padu dengan tubuh besarnya. 

“Tapi, seharusnya aku yang memuaskanmu, Adam,” ralat Daphne berusaha meluruskan. Ia terlihat tak tahu diri kalau pelanggannya yang justru membuatnya rileks. “Maafkan aku, seharusnya—”

Belum Daphne menyelesaikan ucapan, Adam sudah lebih dulu bergerak dan mengecup bibirnya. “Kau milikku malam ini, Daph.”

“A-adam ….” Napas Daphne terengah-engah. Kedua kakinya bergetar hebat begitu sosok pria di atasnya sukses menerbangkannya hingga puncak kenikmatan. 

Dua tangannya mencengkeram kuat-kuat pundak Adam hingga kukunya masuk ke permukaan kulit pria itu. Daphne tak mampu mencegah, semua terlalu cepat terjadi dan ia begitu berbuai dengan semua perlakuan Adam.

“Ya, Daphne?” Adam melenguh sesaat. Jemari panjangnya membelai halus wajah Daphne. “Kau memerlukan sesuatu?”

“Uhm.” Daphne menggeleng pelan. Tatapnya bertaut pada mata Adam yang tak beralih darinya. “Ini aneh,” akunya jujur sambil menatap langit-langit kamar dengan kerjapan pelan.

Ya, benar-benar aneh. Sebab Daphne tak pernah merasakan sensasi gila itu pada pria lain sebelum ini. Dan keanehan itu bertambah ketika ia sadar akan suatu kebodohan besar.

“Kau menyukainya, ‘kan?” Adam kembali mendekatkan wajah dan mengecup pipinya. Pria itu sudah hendak menyatukan kembali tubuhnya dengan Daphne. “Kita harus melakukannya lagi sampai—”

“Tunggu, Adam!” Daphne buru-buru bangkit duduk dengan sedikit gugup. Ia mengangkat kepala dan berhadapan dengan Adam yang tampak berkeringat. Ini makin aneh, tapi keberanian Daphne dan hasratnya ingin menyentuh lawannya jauh lebih besar sekarang.

Adam beringsut mendekat, menorehkan raut panik yang samar di wajah. “Ada yang salah, Daph?”

Daphne menyelipkan helaian rambutnya yang menempel di wajah ke belakang telinga sebelum menjawab, “Kupikir, aku bisa memuaskanmu ….”

Kekehan kecil terlontar dari mulut Adam. “Jadi, kau ingin mencobanya?” balasnya terdengar sedikit menantang.

“Boleh?” cicit Daphne malu-malu.

Begitu mendapat anggukan persetujuan dari Adam, Daphne sontak mendorong tubuh Adam hingga pria itu berbaring di ranjang. Kemudian ia berani menaikinya dan mulai melancarkan tugas selayaknya wanita pada pria pada umumnya.

Perlahan Daphne turun begitu Adam dengan sengaja membuka lebar dua pangkal pahanya. Seakan menyerahkan diri untuk dipuaskan olehnya. Ia meraup milik Adam penuh dan mulai bergerak sesuai ritme.

“Daph ….” Adam melenguh di tengah pekerjaan Daphne. “Kau sungguh luar biasa. Kau … begitu memukau dan indah.”

Daphne mengulum senyum, sudah lama rasanya tak mendapat pujian seperti itu selagi bercinta. Meskipun hubungannya dengan sang kekasih cukup intens terjadi.

Adam mendesah hebat begitu mencapai puncak untuk kesekian kali. Ia meremas pundak Daphne kuat-kuat sambil melempar seringai. “Aku tak mengerti mengapa Nolan berani menipu dan menjebakmu untuk utang yang tak seberapa itu.”

Sekejap Daphne melepaskan tautan dan menghentikan gerakannya. Ia mengangkat kepala dan menatap lekat Adam dengan bingung.

“Nolan?” ulangnya sambil melotot kaget. “Kau … tahu semuanya?”

Tidak banyak orang tahu tujuannya memuaskan pria semalaman di tempat yang biasa didatangi orang kaya, seperti Adam. Daphne berusaha melakukan apa pun agar tidak ada lagi penagih utang yang mengatasnamakannya atas pinjaman Nolan. 

“Soal kekasihmu?” Adam duduk dan mengulurkan tangan sambil menyeka bibir Daphne yang penuh. “Tentu aku tahu. Tentang tujuanmu memilih pekerjaan ini demi mendapatkan bayaran dan melunasi utang-utang itu.”

“A-aku ….” Daphne merasakan kerongkongannya tercekat. “Aku hanya ingin hidup normal lagi tanpa tekanan dan teror dari penagih biadab itu. Aku hanya–”

Ucapan Daphne terhenti tepat ketika Adam menangkup wajahnya. “Kau harus selesaikan tugasmu, Daph.”

Brak!

Daphne baru saja akan memulainya lagi, tapi gebrakan pintu cukup menggelegar membuatnya terhenyak. Di dekatnya, Adam refleks beringsut dari ranjang setelah melemparkan selimut untuknya.

“Siapa itu?” tanya Adam.

Daphne bergegas memakai selimut untuk menutupi tubuhnya. Ia menggeliat dan bersiap turun, tapi seseorang justru mendorong tubuh Adam kembali ke atas ranjang. 

“Kupikir, pekerjaannya sudah cukup untukmu, Sayang.” Dapat Daphne lihat seorang wanita berambut panjang dengan gaun tidur itu menaiki tubuh Adam. Bahkan dua tangannya cukup lihai melingkar di leher pria seolah Adam miliknya. 

“Sayang?” ulang Daphne yang diserang kebingungan. Tatapnya terpaku pada Adam yang sama sekali tak menolak atas sikap wanita itu. “Kau mengenalnya, Adam?”

“Tentu.” Adam menjawab sambil memeluk pinggung sang wanita begitu erat. “Dia istriku, Daph.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status