Home / Romansa / Mauku Jadi Satu-satunya! / 8. Apa Hakmu Melarangku?

Share

8. Apa Hakmu Melarangku?

Author: Namericanou
last update Last Updated: 2024-08-05 13:05:51

Adam mendekatkan jemarinya ke mulut, menggigiti kuku ketika gelisah menyerang. Sentuhan tangan Daphne masih membekas jelas di kepala, bahkan inti tubuhnya yang terus memunculkan tanda-tanda aneh. Tak biasanya ia bersikap seperti ini setelah berhubungan dengan wanita.

Apalagi sensasinya sungguh liar dan menggaung seolah tak ingin dihempaskan. Pikirannya melulu tentang Daphne alih-alih Mosha, istrinya sendiri. Baru semalam ia menjamah istrinya, tapi kegiatan itu bagaikan rutinitas bukan kegiatan panas yang membakar kesadarannya seperti yang dilakukan Daphne padanya.

“Sial, seperti anak remaja saja,” gumamnya dalam hati tentang sikapnya ini. “Kau bisa melakukannya dengan Mosha berkali-kali, Bodoh!”

Adam melepaskan jas dan memberikannya pada salah satu bawahan yang membukakan pintu mobil untuknya. Ia turun dan melangkah panjang ke dalam bangunan luas nan megah.

“Nolan Wynn baru saja keluar dari motel, Tuan.” Hiro, asistennya menyambut kedatangannya di ruang kerja kantornya dengan sejumput
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Mauku Jadi Satu-satunya!   9. Dia Datang

    Daphne terpaku pada benda yang terus menyuarakan dering telepon. Menampilkan nama Nolan yang tertera jelas di sana. Pedih dan bimbang ketika ia membiarkannya sampai layar redup dan dring tak lagi terdengar.“Kenapa tidak diangkat, Nona?” Kepala Maria menyembul di depannya sejalan dengan suara wanita itu yang tertetangkap telinga.Daphne membuang napas kasar, menoleh dan menatap Maria. “Kau pasti mendengar semuanya soal bagaimana Adam yang melarangku.”Ia sudah pasrah dengan pembicaraan yang diisi debat panas bersama Adam tadi akan didengar Maria dengan jelas. Ia pun tak peduli bagaimana tanggapan Maria tentangnya setelah itu.Maria mengangguk pelan. “Apa yang dikatakan Tuan mungkin ada benarnya, tapi semua itu kembali pada keputusan Nona.” Wanita itu beringsut ke samping Daphne. “Nona berhak atas semua itu, ‘kan?”Setelah menghadapi kekesalan serius yang memenuhi benaknya, Daphne menarik napas dalam-dalam. Mulai merasa lega.“Kau benar.” Senyum samar sedikit terukir di bibirnya. “Apa

    Last Updated : 2024-08-07
  • Mauku Jadi Satu-satunya!   10. Kau Harus Bekerja

    “Aku dengar, apa kau mengikuti Nolan Wynn?”Mendengar nama kekasih Daphne disebut, punggung Adam terasa basah. Gugup menyerang ketika Mosha menatapnya lurus melalui pantulan cermin.“Hmm, ya.” Adam menghentikan gerak tangannya saat mengenakan arloji dan bergerak memutar ke belakang untuk menghadapi Mosha. “Aku pikir itu perlu dilakukan agar Daphne bisa fokus dengan pekerjaannya. Sampai anakku lahir nanti.” “Tapi kurasa itu berlebihan.” Mosha menelengkan kepala. “Kau terlihat ikut campur dengan kehidupan pribadi Emilyn Daphne.”“Aku hanya mengurangi resiko, My Love,” kata Adam melembut sambil mendekati Mosha yang masih mengenakan gaun tidur. “Kalau Nolan berani mendekati Daphne dan mengacaukan semuanya, rencana kita tidak akan berhasil.”“Mengurangi resiko, ya?” ulang Mosha dengan suara menekan dan penuh intimidasi. “Aku melihatnya lain dari sorot matamu, Adam. Kau begitu peduli dengan Daphne alih-alih istri sendiri.”Adam membuang napas pelan, lalu menyangkal, “Jangan berlebihan, Mosh

    Last Updated : 2024-08-08
  • Mauku Jadi Satu-satunya!   11. Masih Ada Tempat Lain

    Bab 11.Pandangan Daphne masih terpaku pada tautan yang dibuat Adam di tangannya. Saat ia sudah naik ke mobil pun, Adam belum melepaskannya sama sekali. Jika alasannya karena Nolan, bukankah seharusnya pria itu mengakhirinya begitu duduk di mobil seperti sekarang?“Aku akan tinggal sedikit lebih lama,” kata Adam pada asisten pribadinya yang sigap membukakan pintu begitu tiba di lobi apartemen.“Baik, Tuan.”Adam menoleh ke arahnya sekilas sambil mengeratkan pegangan. Tanpa banyak bicara, ia melangkah di belakang pria itu hingga memasuki kotak besi menuju lantai yang dituju.“Bisakah kau melepaskan tanganmu dariku?” tanya Daphne lirih sambil menatap jemari Adam yang masih tersemat cincin pernikahan.“O-oh, maafkan aku!” seru Adam yang sontak melepaskan tangan Daphne. Ia menatap telapak tangan sekilas sebelum memasukkanya ke dalam saku celana. “Aku tidak menyangka Nolan akan menemuimu pagi ini.”“Well, itulah yang dilakukan pria pada kekasihnya,” balas Daphne sedikit menyombongkan diri.

    Last Updated : 2024-08-09
  • Mauku Jadi Satu-satunya!   12. Terjebak Rumor Palsu

    12“Akhir-akhir ini kau pulang terlambat, Adam,” singgung Mosha yang duduk di ruang tengah begitu Adam memasuki kediamannya. “Apa begitu banyak masalah di perusahaan dan kau yang turun tangan menyelesaikan semuanya?”Adam menelan ludah mendapati perkataan penuh sindiran dari sang istri. Ia merangkum wajah Mosha ketika berdiri di hadapan wanita itu setelah buru-buru menghampiri. Jas yang dikenakannya perlahan dilepas dan diberikan pada sang istri, mengingat musim dingin mulai tiba.Urung membalas, Adam merangkul pinggul istrinya dan mengajaknya masuk ke kamar. Ia tak ingin membuat pelayan heboh bergosip tentang hubungannya di rumah. Apalagi kalau sampai hal itu didengar orang tuanya, ia mungkin langsung dipanggil untuk menghadap.“Maafkan aku, My Love.” Adam menangkup wajah Mosha yang kecil begitu berhasil menutup pintu kamar rapat-rapat. “Aku harus membagi jadwal untuk ke apartemen Daphne.”Selalu ada ketakutan dan kekhawatiran yang menyerang benak Adam ketika Mosha menyambutnya denga

    Last Updated : 2024-08-10
  • Mauku Jadi Satu-satunya!   13. Mendadak Mual

    Di bawah shower menyala, Daphne mengamati kedua kakinya yang basah. Busa dari sabun cairnya sudah luruh dan mengalir ke lubang pembuangan. Namun ia tetap merasa kotor tiap kali Adam mencumbunya.Hampir sebulan lamanya Daphne berserah diri. Bahkan ia tetap menyambut kedatangan Adam yang selalu singgah hampir setiap hari. Pria itu benar-benar menyalahi aturan yang dibuat Mosha, tapi Daphne tidak mengeluh sama sekali. Perlahan, ia mulai terbiasa dan berpikir menikmati tiap waktu yang ada.“Kau sudah bertemu Nolan lagi setelah di kafe itu?” tanya Adam saat Daphne keluar dari kamar mandi dengan balutan bathrobe putih.“Apa pedulimu?” Daphne melirik sekilas dan melanjutkan langkah mengambil pakaian di walk in closet.“Jawab saja.” Adam saat itu tengah duduk di mini sofa, hanya mengenakan celana pendek dan membiarkan tubuh bagian atasnya terbuka. Ia mengarahkan tatap tajam pada Daphne

    Last Updated : 2024-08-12
  • Mauku Jadi Satu-satunya!   14. Tak Mau Kalah

    Hamil. Satu kata itu tak terlintas di kepala Daphne dalam waktu sesingkat ini. Hubungannya dengan Adam baru terjalin kurang lebih sebulan memang, tapi ia tak menduga akan mengalami kondisi begini. Terlebih di saat ada Nolan dan pria itu menyaksikan seluruh kejadian itu.“Dokter akan datang,” bisik Adam. “Kau memerlukan sesuatu?”Daphne menelan ludah ketika tubuhnya baru diturunkan dari tangan Adam ke ranjang tidurnya. Sementara itu tatapan Nolan menatapnya tajam seolah tak ingin melepaskan pandangan sedetik pun. Awalnya ia ingin menjelaskan semuanya pada Nolan, tapi rasa mualnya terus merajalela hingga sekarang.Meski perutnya masih tak enak setelah mengeluarkan cairan beberapa kali, Daphne menggeleng pelan. Ketika Adam mengangguk dan bersiap bergerak menjauh dari ranjang, Daphne menarik kemeja Adam dan pria itu menoleh.“Aku ingin bicara dengan Nolan,” tutur Daphne lirih karena lemas.Mata coklat Adam membelalak sejenak. “Apa aku tidak salah dengar?” balas Adam sarkas.“Aku harus men

    Last Updated : 2024-08-13
  • Mauku Jadi Satu-satunya!   15. Anak Kita

    Malam itu Adam tidur belingsatan. Tak nyenyak sama sekali karena terus memikirkan kondisi Daphne. Sekalipun di sisinya Mosha memeluk lengannya erat-erat, tetap saja itu tak berhasil membuatnya berhenti memikirkan wanita lain.Menunggu hari esok layaknya berdiri di antara hidup dan mati. Baru ketika pegangan Mosha mengendur, Adam beringsut perlahan dari ranjang dan bergerak keluar kamar.“Tuan membutuhkan sesuatu?” Pelayannya sontak mendatangi Adam. “Biar saya siapkan—““Di mana Hiro?” potong Adam sambil memendar ke sekeliling mencari asisten pribadinya itu.Sampai kemudian yang dicari pun muncul dari lorong gelap dengan pakaian santainya. “Saya di sini, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?”Adam mengangguk sekali. “Soal test pack itu bagaimana?”“Maria sudah membelikannya di apotek, dari semua jenis telah diberikan ke Nona Daphne,” jelas Hiro tenang.“Lalu ... Daphne, apa dia sudah tidur sekarang?” Suara Adam sedikit terbata dan terdengar samar, tapi Hiro begitu tanggap dan langsung menger

    Last Updated : 2024-08-14
  • Mauku Jadi Satu-satunya!   16. Belenggu

    “Kita akan melihatnya bersama,” kata Daphne lirih.Tubuh Adam masih menegang setelah mengucapkan kata ‘anak kita’ pada Daphne. Tampak Daphne juga canggung setelah mendengarkan permintaannya yang tak lama dipenuhi dokter dan perawat di sana.Adam kini duduk di kursi samping Daphne. Kedua kakinya bergerak kompak, menapaki lantai tak sabaran.“Lihatlah, dia masih sekecil itu,” gumam Daphne saat dokter menyerahkan foto hasil USG kepada Adam. “Belum membentuk tubuh selayaknya manusia, Adam.”“Aku tahu.” Adam mengangguk sambil meraba-raba permukaan foto itu dengan sorot mata haru. “Dia akan tumbuh sehat nantinya.”“Kau benar,” Daphne mengiyakan.Adam bisa merasakan detak jantungnya bertambah saat menangkap makhluk kecil yang merupakan darah dagingnya sendiri. Air matanya menggenang di pelupuk sampai akhirnya jatuh tak lama kemudian. Buru-buru ia menyeka dan kembali fokus menatap lembaran foto di tangan.“Kau berhasil, Adam,” ujar Daphne yang terkesan mengucapkan selamat. Adam menoleh dan me

    Last Updated : 2024-08-15

Latest chapter

  • Mauku Jadi Satu-satunya!   45. Asal Bersamamu

    “Adam. Jangan bercanda.”Dapat Adam saksikan bagaimana ekspresi Daphne yang terkejut bukan main. Bibir merona itu sampai bergetar, belum lagi sepasang mata yang kerap berbinar berubah dalam sekejap.Meski sulit mengakui, Adam akhirnya menganggukkan kepala pelan.“Apa kau gila membiarkan mereka melakukan hal itu di belakangmu?” Daphne meraih kemeja Adam bagian lengan dan menariknya gemas. “Sudah sejak kapan kau mengetahuinya, Adam?”Adam tersenyum seraya meraih tangan Daphne agar segera menghentikan kebiasaan buruk saat panik. Ia mendekatkan tangan mungil itu ke bibir dan melayangkan kecupan sebanyak dua kali.Baru ketika Daphne mulai tenang, ia angkat suara, “Sudahlah, Daph. Kita tidak perlu membahas hal ini lebih dalam.”“Adam, ini masalah besar.” Suara Daphne mengeras, jelas menolak setuju. “Mengapa kau bisa sepasrah ini, sih?”Napas Adam perlahan memberat. Rasanya ia baru diguyur es di kepala hingga membasahi sekujur tubuhnya. Kaget dan tak terima sudah menjadi makanan sehari-hari

  • Mauku Jadi Satu-satunya!   44. Aku Membiarkannya

    Baru saja Daphne merasa lega bertemu Adam, tapi dalam sekejap kelegaan itu harus digantikan oleh penyesalan.“Harusnya aku tidak mengatakannya, tapi bukannya sudah jelas?” gumamnya sembari menuruni anak tangga.Ketiadaan Maria sedikit membuat Daphne kebingungan berada di kastil megah milik Adam dan Mosha. Sesekali perhatiannya jatuh pada spot, dari atap yang memiliki desain luar biasa hingga pijakan anak tangga yang kerap membuat jantungnya nyaris copot ketika salah gerak.Tiba di lantai tempatnya bertemu Mosha, langkahnya terhenti mendadak. Ia menepi dan menempelkan punggung di dinding seperti sedang bersembunyi.“Apa Tuan Adam tidak akan marah jika kita melakukannya siang hari, Nyonya?” Diego, pengawal yang Daphne lihat tadi sedang mengamit pinggang Mosha.“Kau mengkhawatirkan hal itu?” kekeh Mosha seperti sedang menggoda Diego. “Aku dan Adam pisah kamar, toh dia sedang sibuk memerhatikan peliharaannya. Jadi tenang saja.”Mata Daphne terpejam. Ia tidak berniat untuk menguping, tapi

  • Mauku Jadi Satu-satunya!   43. Bersembunyi di Balik Kenikmatan

    Kaki Adam baru saja berpijak pada anak tangga terakhir begitu tiba di lantai yang dituju. Ia hendak pergi ke kamar untuk mengganti pakaian, tapi perhatiannya jatuh pada sosok Daphne yang celingukan dan kelihatan bingung.“Hai?” sapanya heran. “Kau ... di sini?”Kehadiran Daphne seorang diri di kastilnya cukup mengejutkan, bahkan Maria tidak terlihat. Adam menyapu pandangan, berusaha memastikan di mana asisten yang bertugas melayani Daphne, tapi nihil.Daphne tersenyum sambil mengangkat sebelah tangan. “Hai, Adam,” balasnya kikuk.“Kau sendiri? Di mana Maria?”“Sepertinya dia menungguku di dapur.”Adam manggut-manggut. Masih menunggu penjelasan tambahan yang keluar dari mulut Daphne, karena sejujurnya ia penasaran sekali.Namun setelah ditunggu beberapa saat, wanita itu masih diam. Matanya sesekali mengarah pada ruangan yang biasa menjadi tempat favorit Mosha menghabiskan hobinya.“Jadi, apa alasanmu datang ke kastilku?” Adam berusaha menahan diri untuk tidak menebak alasan Daphne data

  • Mauku Jadi Satu-satunya!   42. Gelagat Misterius

    “Sekalipun Adam membalas perasaanmu, ingatlah bahwa semua itu akan berakhir begitu kau berhasil melahirkan nanti.”Mosha melangkah mendekati Daphne dan memasang wajah puas. Mungkin bagi wanita itu mengingatkan fakta pahit pada lawannya adalah kemenangan.Daphne akui, ia kehilangan kata-kata. Sampai matanya tak bisa lagi mengarah pada lawan bicara karena sadar bahwa sebanyak apa pun kata yang dilontarkan, rasanya sia-sia.“Bagaimana menurutmu?” Satu tangkai bunga Mosha arahkan padanya. “Adam menyukaiku hingga tergila-gila padaku karena kegemaranku merangkai bunga.”Daphne meringis pilu. “Kau sangat terampil. Aku akui itu,” jawabnya jujur.Mosha mengulum senyum bangga sambil menyelipkan helaian rambut ke belakang telinga. “Benarkah?”Ketika kembali mengangkat wajah dan menatap Mosha, Daphne berusaha keras menghadapi jejak kemerahan itu yang kelihatan masih baru. Itu tandanya, Adam dan Mosha belum lama ini melakukannya.Daphne menelan ludah. Hatinya bergetar, mengarah pada ketidaknyamana

  • Mauku Jadi Satu-satunya!   41. SATU SELERA

    Berita kepulangan Mosha dan pertengkaran sepasang suami istri itu sampai ke telinga Daphne tak lama kemudian. Bukannya makin nyaman tinggal berada di kastil dengan fasilitas berlimpah, Daphne justru kian tak enak hati di sana.Daphne memandang dirinya dari pantulan cermin. Tubuhnya dibalut gaun khas yang biasa dikenakan orang-orang dengan derajat di atas rata-rata.“Nona?”Begitu suara Maria mengalun, Daphne mengakhiri sesi itu. Lantas menoleh dan menjawab panggilan.Sebuah piring besar dengan beragam jenisnya tersaji di nampan yang dibawa Maria untuknya. Semua kelihatan segar dan menggoda, membuat air liurnya penuh di mulut.“Ini ada kiriman buah untuk Nona Daphne.” Maria menyodorkan buah itu lengkap dengan alat makannya.Senyum muncul merekah di bibir Daphne. “Adam yang mengirimnya?”Maria berubah kikuk dan menggeleng. “Nyonya Mosha,” katanya. “Ini khusus dari Nyonya Mosha.”“Ah ....” Daphne menelan ludah, berusaha tenang sebaik mungkin. Ia tidak mengerti mengapa istri Adam tiba-tib

  • Mauku Jadi Satu-satunya!   40. Pengakuan

    Usai janji manis Adam berikan pada Daphne kemarin, kini bencana besar datang tanpa aba-aba. Langkah Mosha yang lebar dan menciptakan suara sepatu berhak tinggi yang bergesekan dengan lantai sukses memantik rasa gugup.Adam bangkit dari kursi dan mengaitkan tali jubah tidurnya selagi melangkah mendekati pintu. Jemarinya nyaris memegang gagang pintu, tapi sosok Mosha lebih dulu muncul.Rona merah terlihat jelas dari wajah Mosha. Entah karena sengatan terik matahari atau si empunya yang sedang terpancing emosi cukup besar.“Hai—“Plak!Belum sempat Adam menyambut kepulangan Mosha dengan hangat, tiba-tiba saja sensasi panas menimpa sebelah pipi kanannya. Telapak tangan sang istri rupanya kelewat kuat, tanpa ia duga.“Siapa yang memberimu izin mengajak perempuan itu tinggal di kastilku?” Suaranya lantang, membuat pelayan kompak menundukkan kepala. “Jawab aku, Adam!”Urung menjawab, Adam menarik tangan Mosha. Lalu ia bergegas menutup pintu kamar rapat-rapat.“Kecilkan suaramu.” Telunjuk Ada

  • Mauku Jadi Satu-satunya!   39. Janji Adam

    “Siapkan kendaraan sekarang, Hiro!”Adam memberi titah segera setelah pertemuan dengan dewan kerajaan usai. Kegiatannya malam ini jelas berubah total karena ulah dirinya sendiri yang berani mengirimkan pesan pada Daphne. Seharusnya ia lebih menahan diri di saat kepergian Mosha akhir-akhir ini.“Aku ingin makan malam di kastil Daphne,” ungkapnya pada Hiro seraya bangkit dari duduk.Jas yang disampirkan di kursi, ia biarkan dan staf Hiro mengambilnya tanpa diminta. Ia melangkah menuju pintu dan berhenti untuk menoleh ke belakang.“Apa kau sudah dapat kabar dari Mosha?”Hiro mengangguk. “Sejauh ini Nyonya masih betah di villa sepupunya, Tuan. Kemungkinan minggu depan baru kembali.”“Baiklah, antar aku sekarang.”Sekilas Adam melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan. Ia lalu memasuki mobil yang telah disiapkan Hiro untuk perjalanan pulangnya ke kastil Daphne.Sejujurnya, perasaan tak enak dan bersalah masih mendera benaknya. Terlebih di tengah kepergian sang istri, ia mencuri kese

  • Mauku Jadi Satu-satunya!   38. Rumah Baru

    Selain perasaannya yang makin membesar dan jatuh pada orang salah, Daphne menambahkan kesalahan itu dengan menyetujui permintaan Adam. Ia tiba di bangunan megah dengan halaman tak kalah luas. Bahkan pemiliknya bisa membuka peternakan sapi dan hewan ternak lainnya.“Rasanya aneh sekali berada di sini, Maria.”Maria mengulum senyum. “Turuti saja kemauan Tuan Adam, Nona.”Daphne menelan ludah. Kakinya bergetar saat mencoba menapaki lantai marmer yang harganya jauh lebih mahal dari flat-nya tinggal. Untungnya ia ditemani Maria dan beberapa penjaga di belakang yang turut serta.Pandangan Daphne teralihkan pada tiang besar yang menyangga bangunan. Lampu-lampu mewah tepat berada di tengah benar-benar menarik perhatian. Sebelum ini, ia kerap melihatnya di serial kerajaan dan sekarang semua terasa nyata saat dilihat langsung.“Apa hari ini aku bisa bertemu Adam?” tanya Daphne setelah menyibukkan diri memandangi sekitar.“Tuan Livingston masih ada kesibukan di gedung kerajaan, Nona.” Salah satu

  • Mauku Jadi Satu-satunya!   37. Tinggallah Bersamaku

    Ini hari kesekian Adam mengunjungi Daphne di apartemen. Mereka terus melakukannya sampai tanda-tanda kehamilan muncul. Daphne tak lagi mengeluhkan apa pun, ia bertahan dan menghadapi segalanya bersama Adam.“Kau akan langsung pergi setelah ini?” tanya Daphne sambil menyentuh lengan Adam yang kala itu hendak beringsut dari ranjang. “Tidakkah kau ingin tinggal sebentar di sini?”Adam menoleh sesaat dan melemparkan senyum tipis. Pria berkulit eksotis itu meraih tangan Daphne dan menyingkirkan dari lengannya pelan.“Ada banyak pekerjaan di kantor, kalau kau butuh sesuatu bilang saja pada Maria,” tandas Adam yang gelagatnya makin menarik diri—setiap hari. “Atau pada asisten pribadiku.”“Mosha sedang berkeliling luar negeri untuk menyelesaikan lukisannya, Adam.” Daphne menarik selimut guna menutupi tubuhnya. “Tinggallah di sini sebentar saja. Aku hanya ingin melihatmu lebih lama, tidak seperti ini.”“Daph, kau tau semua ini kesalahan?”Suara Adam yang berat itu menyapu ruangan. Sesaat pria

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status