"Kenapa lama sekali membuka pintunya?" tanya Daisy. Kedatangannya bersama sang suami untuk melihat keadaan menantu mereka."Maaf, Mom, Dad. Tadi aku masih bersihkan tubuh Arley," jawab Alexa.Wanita itu tidak sepenuhnya berbohong, meskipun setelah membersihkan tubuh suaminya, Arley sempat menggodanya sebentar.Daisy mengangguk, sepasang suami istri itu berjalan lebih dekat pada brankar. Mereka turut prihatin melihat keadaan sang menantu, ditambah mendengar dari Alexa bahwa salah satu kaki Arley patah."Bagaimana keadanmu sekarang, Ar?" tanya Steve."Aku sedikit lebih baik. Terima kasih, Mom dan Dad mau datang ke sini," ujar Arley.Steve mengangguk dan Daisy menyimpan buah juga kue di atas meja nakas."Maaf kami baru datang menjenguk. Tadinya semalam kami mau datang, tetapi kami pikir kamu butuh istirahat, makanya kami memilih datang pagi ini," kata Daisy."Tidak apa-apa, Mom, Dad. Terima kasih, kalian sudah mau datang menjenguk suamiku, Arley pasti sangat senang," ucap Alexa.Daisy te
"Aku dengar dari Alexa, kamu mendiamkannya. Emm maksudku, kamu bersikap dingin padanya. Ada apa?" tanya Elea."Tidak apa-apa, aku hanya sedikit teringat saat Nona Alexa tidak mau tahu kabar suaminya, sedangkan saat itu Tuan Arley kecelakaan," kata Alvin."Jika Tuan Arley tahu, wah dia pasti sangat marah, istrinya tidak diperlakukan baik oleh asistennya sendiri," kata Elea.Alvin yang tengah menyetir, segera menoleh pada Elea. "Benar juga apa katamu, mungkin aku bisa dipecat. Sebenarnya aku tidak membenci, tetapi aku sedikit merasa sakit ketika Nona Alexa tidak peduli dengan Tuan Arley.""Ya, aku paham. Betapa setianya seorang Alvin pada atasannya," kata Elea."Dengan atasan saja aku setia, apalagi pada kekasih," ujar Alvin mengulas senyum."Ah, air laut memang asin sendiri, Al." Elea terkekeh pelan.****Matahari pagi memeluk kedua insan yang tengah duduk di taman. Kondisi Arley membuat kedekatan mereka semakin
"Apa Anda sudah terlambat datang bulan?" tanya dokter wanita tersebut.Alexa berpikir sejenak, mengingat-ingat kembali apa yang dipertanyakan dokter yang sedang memeriksanya."Memangnya apa hubungannya dengan sakit istriku, dok?" tanya Arley."Harusnya dua Minggu lalu, tapi sampai sekarang belum, dok," ujar Alexa.Sherly tersenyum. "Begini, Tuan. Gejala yang dirasakan istri Anda, hampir mirip dengan wanita yang tengah hamil dan sekarang Nona Alexa pun telat datang bulan."Seketika Arley terdiam, hal itu membuat Alexa bingung, padahal seharusnya sang suami merasa senang jika memang benar dia hamil.Alexa sendiri tidak mengerti, apakah dia harus senang karena bisa mewujudkan keinginan Arley dan mungkin bisa jadi penyemangat untuk suaminya, atau dia bersedih karena di tengah ketidaksiapannya dia malah mengandung benih Arley.Alexa menepis perasaannya, dia yakin suaminya telah berubah, dia juga berjanji tidak akan meminta ce
Hari-hari berlalu, usia kehamilan Alexa saat ini sudah menginjak 8 Minggu. Semakin wanita itu menjalani hari-harinya dengan kehadiran calon bayi tersebut, semakin Alexa merasakan bahagia."Kenapa tidak sejak lama saja, aku menyetujui keinginan Arley agar aku hamil? Aku tidak menyangka akan membahagiakan seperti ini," gumam Alexa.Arley baru saja keluar dari walk in closet, tentu saja dia ikut tersenyum saat menyaksikan istrinya tampak bahagia sembari mengusap perutnya yang masih datar.Alexa menoleh pada Arley yang berdeham. Dia selalu mempraktekkan apa yang diminta sang mommy. Dia harus selalu mengekspresikan kebahagiaannya agar Arley dapat merasakan sisi positif dan ikut mengeluarkan aura positifnya juga.Alexa berharap agar Arley dapat kembali percaya diri seperti semula. Walaupun saat ini Arley tidak bisa berjalan, hal itu sama sekali tidak mengurangi nilai Arley di mata Alexa.Lelaki itu tetaplah orang yang dicintainya."Bab
Sepagi ini, Arley tidak terlihat di dalam kamar, di dalam ruang kerjanya pun tidak terlihat keberadaan lelaki itu."Apa aku melakukan kesalahan lagi?" batin Alexa bertanya-tanya. Dia takut jika lelaki itu sedang marah padanya, sementara dia tidak mengetahui apa kesalahannya.Alexa berinisiatif untuk mencari suaminya di lantai dasar, dia juga tidak yakin jika Arley sudah berangkat ke kantor karena ini masih terlalu pagi.Wanita itu sampai melupakan mandinya, hanya membasuh wajah saja yang dia lakukan, demi mencari suaminya dan khawatir akan lelaki itu.Melihat pintu mansion terbuka membuat perhatiannya teralihkan, Alexa pun segera menuju pintu, berharap sang suami berada di sana."Ery, kenapa pintunya dibuka?" tanya Alexa pada penjaga."Maaf, Nona saya lupa menutupnya," jawab Ery yang berdiri tegap di depan mansion."Apa Arley di luar? Atau sudah berangkat ke kantor?" tanya Alexa.Ery menggeleng. "Tidak. Tuan Arley belum keluar pagi ini."Alexa menghembus napas pelan. "Ya sudah, jangan
Akhir-akhir ini Jeremy jarang mengunjungi Dayana karena urusan pekerjaan. Namun, kali ini dia terpaksa meninggalkan pekerjaannya karena salah satu petugas di penjara menghubunginya dan memberikan kabar bahwa kondisi Dayana sedang tidak baik.Terlihat kondisi Dayana sangat memprihatinkan, wanita itu banyak melamun dan menangis. Jeremy tidak sampai hati melihatnya."Day, bagaimana kabarmu? Maaf aku baru mengunjungimu sekarang," kata Jeremy.Dayana mengangguk dengan tatapannya yang kosong. Tubuh wanita itu semakin kurus dengan rambut yang sudah tidak lagi terurus."Aku membawakanmu makan siang, kamu mau makan?" tanya Jeremy.Kini Alana menggeleng dan menatap Jeremy yang berada di hadapannya. "Aku lelah, Je, aku tidak punya lagi masa depan. Aku benci Arley, harusnya saat itu aku juga membunuhnya."Jeremy menempelkan jari telunjuknya di depan bibir Dayana. "Jangan bicara seperti itu, masa depanmu masih panjang.""Je, tolong buat hidup Arley tidak bahagia. Sama sepertiku," ucap Dayana semba
"Saat itu aku memang menginginkan Alexa untuk menjadi milikku. Itu pun setelah aku mendengar kabar kematianmu, aku berusaha mendapatkan Alexa," kata Ef, "apa kau masih memasalahkan ini?""Menurutmu? Aku tidak ingin orang berpikir antara kau dan istriku ada hubungan, istriku sedang hamil dan aku tidak mau hal seperti ini mengganggu kehamilannya." Terlihat raut wajah khawatir dari Arley.Saat di mansion, lelaki itu memang tampak biasa saja dan terlihat tenang. Akan tetapi, dia selalu memikirkan cara-cara agar istrinya tidak mengetahui hal-hal yang sedang terjadi, demi membuat pikiran istrinya tetap bahagia."Aku yakin setelah ini tidak ada lagi berita-berita tentang aku dan Alexa."Andai saja Arley tahu bahwa perasaan Ef saat ini sungguh terluka karena tidak bisa memiliki wanita yang sangat dia cintai. Yang lebih menyakitkan, dia harus mengalah dan membiarkan adik tirinya bahagia bersama wanita yang dicintai."Aku juga akan menjaga jarak dengan Alexa."*****Beberapa bulan berlalu perut
Dalam sepinya jalan di malam hari, Arley merenung seorang diri di dalam mobilnya. Rasa bersalah berkumpul di dadanya, dia sudah terbawa emosi meluapkan kekecewaannya.Dia sadar, Alexa pun tidak akan menginginkan musibah itu terjadi."Argh!" Arley meremas rambutnya sendiri, menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.Lelaki itu melakukan panggilan melalui earpiece pada Daisy, sebelumnya Arley sempat menghubungi orang tua Alexa mengenai keadaan Alexa yang dirawat di rumah sakit."Malam, Mom. Apa Alexa sudah tidur?" tanya Arley."Lexa baru saja terpejam, kamu kalau bisa jangan lama-lama marahnya. Saya tahu kamu pasti kecewa, tetapi bersikap seperti ini bukan solusi yang baik. Kehamilan Alexa saat ini sangat rentan, tolong tetap berikan dia hal-hal positif. Lexa butuh penyemangat," jawab Daisy."Iya, Mom. Sebentar lagi saya akan sampai di sana."****Alexa mengerjapkan matanya, melihat langit-langit kamar, di mana dia masih masih berada di rumah sakit."Rasanya seperti mimpi, tapi sakit sekal