Tiba di hari, di mana Ken dan Feira melangsungkan pernikahan di sebuah gedung. Acara pesta pernikahan itu digelar sangat mewah. Semua sudah rencana Arley, Alexa, Jeremy dan Rihanna.Tentu saja itu rencana para orang tua, mereka sama-sama merasa hanya memiliki satu orang anak. Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk membuat acara yang mewah dan mengundang banyak kolega mereka. Terlepas dari masa lalu mereka, kini masing-masing dari mereka mencoba menjadi orang tua yang baik untuk anak dan menantu mereka.Ken dan Feira yang kini sudah resmi menjadi sepasang suami istri, mereka tampak tidak ragu dan malu memperlihatkan kemesraan mereka di hadapan banyak orang. Gaun pengantin terlihat elegan dikenakan Feira, serasi dengan jas yang dikenakan Ken membuat tampilan lelaki itu semakin gagah. Semua tamu pun tampak lebih fokus kepada Ken dan Feira, sesuai keinginan Ken."Ken, cubit aku sekarang," pinta Feira.Ken menoleh pada Feira dan mengernyit. "Kenapa aku harus mencubitmu? Kita baru saja men
"Ken aku belum pernah melakukannya," ucap Feira menghentikan aksi lelaki yang sudah menjadi suaminya, saat akan mencumbunya lebih dalam lagi.Baru bibir Ken yang menyentuh lehernya saja, Feira benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda, yang belum pernah ia rasakan. Entah bagaimana jika Ken melakukan hal yang lebih dari itu. Mungkin Feira akan terbang dibuatnya."Apa kamu pikir aku sudah pernah melakukan ini sebelumnya?" Ken menaikan satu alisnya.Feira menggeleng. "Bukan itu maksudku."Ken mengusap pipi Feira. Terlihat sekali bahwa wanita itu itu sangat tegang. "Lalu? Kamu belum siap, tidak masalah aku akan menunggu sampai kamu siap.""Kamu yakin akan menunggu sampai aku siap?" tanya Feira kembali. Sebenarnya ada rasa tidak rela jika harus menunggu nanti.Ken mengangguk dengan sangat yakin. "Ya, apa waktu 2 menit lagi cukup? Atau aku mandi sebentar, setelah itu kita—"Feira mencium bibir Ken, membuat lelaki itu menghentikan ucapannya. Tidak begitu lama, Feira melepaskan ciuman terseb
"Pria itu?" Alexa menundukkan kepalanya, setelah tak sengaja bertemu pandangan dengan netra berwarna abu muda, milik lelaki yang baru saja turun dari mobil. "Kau benar-benar datang menepati janjimu, bocah kecil," ucap lelaki itu. Ya. Alexandra menepati janjinya, setelah 2 tahun lalu, lelaki yang berada di hadapannya saat ini pernah menolongnya. Memberikan bantuan, untuk membantu perusahaan daddy-nya kembali bangkit. Alexa sempat berpikir untuk menjual diri, demi mendapatkan uang dengan jumlah yang sangat besar, dalam waktu singkat. Untuk menolong perusahaan sang daddy, yang hampir saja disita oleh bank. Namun, dia sadar jika perbuatannya diketahui oleh media, bukan tidak mungkin nama perusahaan dan keluarganya akan tercoreng. "Ya, aku datang. Terima kasih, sudah menolongku saat itu. Aku benar-benar tidak tahu jika saat itu tidak bertemu denganmu, Tuan Ef," kata Alexa. Lelaki yang dipanggil Tuan Ef itu, menarik satu sudut bibirnya dan menatap Alexandra penuh maksud. "Aku sudah yak
Dengan langkah berat, Alexa masuk ke dalam ruangan CEO, yang sudah dia ketahui lebih dulu namanya, Arley Williams. "Permisi," ucap Alexa. "Berjalanlah lebih cepat, dan duduk. Jangan membuang waktuku." Arley berucap sembari memandang jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Napas Alexa mendadak berat, setelah melihat sendiri betapa dinginnya seorang Arley Williams. "Sekarang aku lebih berharap, aku tidak diterima bekerja di sini," batin Alexa. Wanita berusia 22 tahun itu pun, berjalan mendekat pada meja kerja Arley, di mana lelaki itu sedang duduk angkuh di kursi kebesarannya. "Duduk." Sekali lagi lelaki itu memerintahkan Alexa agar duduk. Agaknya Arley tak senang jika melihat orang terlalu lambat. "Iya, Tuan." Alexa duduk di kursi yang berada di seberang meja Arley. "Siapa namamu?" "N-namaku?" tanya Alexa sembari menatap Arley kebingungan. "Bukan. Vas bunga!" Suara Arley terdengar sedikit meninggi. Membuat Alexa semakin gugup. Namun, dia tidak ingin dibuat menangis oleh
Alexa terpaksa menolak Ef dan meminta bertemu di jam makan siang. Lagi pula, ini adalah hari pertamanya bekerja, bukankah itu juga keinginan Ef yang memintanya bekerja di sana. Setidaknya Ef harus mengerti sedikit posisi Alexa. Beruntung Ef menerima alasan Alexa dan mereka akan bertemu di jam makan siang. "Akhirnya, Tuan Ef mengerti juga," gumam Alexa. Setelahnya, dia mengikuti langkah Arley, tetapi berakhir di ruangan yang berbeda. Alexa membuka pintu ruangannya di mana sudah ada seorang lelaki yang berada di dalamnya, dan duduk di meja kerjanya. "Permisi, apa kau—" "Namaku Alvin, aku asisten pribadi Tuan Arley Williams," ucap lelaki bernama Alvin itu. Tunggu! Alexa tidak mengerti, apa itu artinya Alexa sudah dipecat sebelum bekerja? "Aku baru saja melamar kemarin dan diterima menjadi asisten pribadi Tuan Arley," ujar Alexa. Wanita itu masih menampilkan wajah kebingungannya. "Ya, aku tahu." Alvin berucap sangat singkat dengan wajah yang datar. "Lalu, kenapa kamu masih beker
Alexa benar-benar harus berpikir keras, tentang bagaimana caranya dia bisa menjalankan tugas dari Ef. "Bagaimana ini? CEO muda itu, jarang sekali keluar dari ruangannya. Bahkan makan siang saja di ruangannya." Alexa tampak berpikir di dalam kamarnya. "Kira-kira ada masalah apa sebenarnya Tuan Ef dan Tuan Arley? Sepertinya sangat serius, dan apa yang diinginkan Tuan Ef, hingga memintaku meng-copy file yang ada di dalam laptop Tuan Arley?" Alexa mendaratkan bokongnya di ranjang dan merebahkan tubuhnya di sana. Matanya mulai terpejam. "Kenapa aku harus berada di antara kedua Om-om itu?" kekeh Alexa. Perlahan Alexa mulai merilekskan tubuh dan pikirannya. Tak butuh waktu lama, dia pun tertidur setelahnya. **** Sejak Alexa mulai bekerja, Steve dan Daisy tak pernah lagi sarapan bersama dengan putrinya. Alexa selalu membawa bekal dan memakannya di mobil. "Bekerja di mana sebenarnya anak itu?" tanya Steve pada istrinya. "Katanya sih perusahaan besar penyedia jasa design interior," jawa
"Kau bodoh sekali Alexa! Hanya pekerjaan kecil seperti itu kamu tidak becus!" Ef menatap Alexa penuh kemarahan. Baru tugas pertama saja Alexa sudah gagal dan membuatnya kesal. "Itu di luar dugaanku, Tuan. Aku sudah hampir berhasil, tetapi Alvin masuk ke dalam ruangan CEO Arley. Itu sangat mendadak, aku tidak sempat bersembunyi," ungkap Alexa. Lagi, ada saja yang membuat Ef kesal. Wanita yang ia tugaskan untuk memata-matai Arley, nyatanya sangat ngeyel, ada saja jawaban yang keluar dari bibir wanita itu. "Apa saja informasi yang kamu ketahui hari ini?" tanya Ef. "Itu ... CEO Arley hari ini ada meeting dengan perusahaan ...." Alexa terdiam tidak bisa melanjutkan ucapan. "Perusahaan apa?" "Aku tidak tahu, aku belum sempat menanyakan," jawab Alexa. Ef meremas rambutnya sendiri. "Keluar dari ruanganku, kembali ke kantormu dan berikan informasi apa pun padaku mengenai Arley dan perusahaannya, dan ingat. Jika kamu tidak bisa memberi informasi dari Arley ataupun ruangannya, kamu tentu
Sesuai dengan keinginannya, pagi ini Alexa datang ke kantor bukan untuk bekerja, melainkan untuk mengajukan pengunduran dirinya. Wanita itu langsung berjalan ke ruangan Arley dengan memegang berkas pengunduran diri yang akan dia serahkan kepada CEO di sana. "Selamat pagi," sapa Alexa. Arley memerhatikan kedatangan Alexa yang tak membawa sarapan untuknya bahkan secangkir kopi pun tidak terlihat di tangan wanita itu. "Kau tidak membawakan sarapan untukku?" Arley menatap Alexa penuh kebingungan. Tidak menjawab. Alexa justru menyerahkan berkas yang berada di tangannya pada atasannya itu. "Silakan dibaca! Itu surat pengunduran diriku, mulai saat ini aku tidak lagi bekerja di sini dan aku bukan teman kencanmu lagi!" kata Alexa. Wanita itu menatap Arley seakan ingin menenggelamkan Arley di dasar lautan. Dia merasa terhina, dijadikan mata-mata dan diperintahkan seenaknya. Dengan Ef saja, sejujurnya dia muak. Apalagi kini dibohongi dan dijanjikan bekerja sebagai asisten, nyatanya justru